(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)
BAB IV: POLITIKUS SEMUA SAMA?
“Great men are almost always bad men.”
“Orang besar hampir selalu orang jahat.”
(Lord Acton, sejarawan)
“I am not a crook”
“Saya bukan penjahat”
(Nixon, presiden Amerika Serikat pada kasus Watergate)
“Liars are always ready to take oaths.”
“Pembohong selalu bersedia bersumpah”
(Vittorio Alfieri, pujangga Italia)
“He who is not very strong in memory should not meddle with lying.”
“Siapa yang tidak mempunyai ingatan yang kuat, jangan berbohong.”
(Michel Eyquem De Montaigne, filosof Prancis)
“Great talker, great liar.”
“Orator dan pembicara yang ulung adalah pembohong ulung”
(Kata-kata mutiara Prancis)
“Every government is run by liars and nothing they say should be believed.”
“Setiap pemerintahan dijalankan oleh pembohong, oleh sebab itu semua pernyataan resmi jangan dipercaya”
(I. F. Stone, pengarang Amerika)
-------------ooOoo -------------
Kalau kita mengelompokkan manusia menjadi dua kelompok, yang baik dan jahat, apakah Abraham Lincoln, ibu Teresa, Mahatma Gandhi, Sukarno, Mohammad Hatta, George Bush masuk kelompok yang terpisah dari Hitler, Mussolini, Hideki Tojo, Saddam Hussein dan Osama bin Laden? Alasannya kenapa? Apakah karena masyarakat mengatakannya demikian? Atau sejatinya mereka layak ditempatkan pada kelompok itu. Bagaimana dengan Stalin atau Lennin atau Fidel Castro? Bukankah faham mereka adalah sosialisme yang memfokuskan diri pada perjuangan untuk kepentingan rakyat banyak?
Anehnya, sifat relatif dari kata baik dan buruk juga tergantung pada waktu. Tahun 1938 Hitler dipuja. Tahun 1945 Hitler dicerca. Juga Sukarno. Awalnya dipuja. Tetapi sejak diturunkannya dari kedudukannya sebagai presiden Indonesia sampai ajalnya, Sukarno dihina, dimaki dan dikucilkan di tahanan rumah. Nama Sukarno identik dengan sesuatu yang buruk. Masa pemerintahannya disebut Orde Lama yang berkonotasi negatif. Tetapi beberapa dekade setelah kematiannya, namanya di”baikkan” kembali. Dan Sukarno menjadi pahlawan kembali. Apakah Sukarno dan/atau Hitler adalah orang yang patut diteladani?
Hitler adalah orang jahat. Itu persepsi umumnya orang saat ini. Dia bukan teladan yang baik. Tetapi tahukah anda bahwa Hitler di tahun 1938, setahun sebelum Perang Dunia II, menjadi “The Man of the Year” majalah Time. Hal itu terjadi sebelum Perang Dunia II meletus.
Majalah Time menjadikan pemilihan The Man of the Year sebagai tradisi sejak tahun 1927 dan Charles Lindbergh terpilih sebagai The Man of the Year yang pertama. Dan Charles Lindbergh adalah pengagum Hitler, Nazi Jerman dan dia juga aktivis organisasi di Amerika yang menentang keterlibatan Amerika Serikat ke dalam Perang Dunia II melawan Hitler. Apakah orang-orang yang masuk ke dalam The Man of the Year itu mempunyai kualitas yang sama seperti Hitler dan bisa dikelompokkan menjadi satu? Lalu bagaimana dengan Mahatma Gandhi yang menjadi The Man of the Year majalah Time 1930? Samakah dengan Hitler?
Hitler menjadi The Man of the Year (1938) majalah Time bersama musuh-musuhnya: Winston Churchill (1940), Stalin (1939); F. D. Roosevelt (1941), Eisenhower (1944), Harry Truman (1945) dan juga Mahatma Gandhi (1930), Konrad Adenauer (1953), Bill Gates, and Melinda Gates (2005). Apakah Hitler satu kualitas dan satu kelompok dengan Mahatma Gandhi, Konrad Adenauer atau Bill Gates, and Melinda Gates?
Seseorang menjadi pahlawan dan dianggap sebagai bercitra yang patut diteladani, sangat bergantung pada sejarah dan yang mensponsori penulisan sejarah. Senopati di medan laga Prancis yang terkenal, Napoleon Bonaparte memberi opini mengenai sejarah: “History is a set of lies agreed upon” atau “Sejarah adalah sebuat paket kebohongan yang disepakati untuk diterima sebagai kisah yang benar”. Oleh sebab itu dalam membaca sejarah perlu sikap yang skeptis.
Sejarah sangat bergantung kepada seniman yang membuat pencintraannya. Saya akan tunjukkan sebuah contoh nyata bahwa citra bisa diubah melalui cara penulisan. Ketika semua kosmetiknya dihapus, maka wujud yang sebenarnya akan nampak.
Michaelangelo – sebuah nama yang berarti malaikat Mikail, pemiliknya adalah seorang artis perupa yang dicitrakan sebagai genius. Patung-patung karyanya, lukisannya tidak disangkal lagi, sangat indah. Terlepas dari semua keindahan dan pesona karyanya itu, pernahkan anda mempertanyakan label genius ini? Saya yakin anda tidak pernah mempertanyakan hal ini. Karena sifat manusia yang menyukai konsep-konsep sederhana. Kalau ada karya seni indah maka wajarlah kalau artisnya dikategorikan sebagai genius. Begitulah citra yang dibentuk untuk Michaelangelo.
Salah satu karya Michaelangelo yang terkenal adalah patung David atau Daud yang katanya indah. Kriteria indah disini dilekatkan karena secara anatomi patung David sempurna sampai hal-hal yang rinci. Betulkah sempurna sampai hal-hal yang kecil? Sayang hal itu tidak benar. David adalah seorang Yahudi yang disunat pada umur 8 hari (Kitab Genesis 17: 10-13). Itu tradisi Yahudi. Kalau dilihat, patung David tidak menunjukkan bahwa “burung”nya David disunat. Kemungkinan besar Michaelangelo tidak pernah melihat “burung” yang sudah disunat, dan untuk modelnya (contohnya), dia mengambil “burung”nya sendiri yang tidak disunat.
Masalah sunat itu banyak disebutkan di Bible, baik dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Di Perjanjian Baru, Paulus adalah orang yang membatalkan kewajiban sunat bagi orang Kristen. Dan sunat adalah yang membedakan antara Yahudi dan Kristen pada masa dan di tempat Michaelangelo hidup. Masalah “burung” David yang tidak disunat adalah masalah yang serius untuk membedakan David dengan orang diluar Yahudi.
Kalau demikian halnya, apakah Michaelangelo genius? Jawabnya: “Tidak”. Lebih tepat kalau disebut terampil dari pada genius. Seharusnya Michaelangelo menggambarkan David yang disunat, karena David adalah orang Yahudi dan “burung”nya harus disunat.
Manusia Berbudi
Politikus, untuk memperoleh dukungan, akan menjanjikan sesuatu kepada masyarakat. Dan hampir dipastikan bahwa janjinya itu tidak tulus melainkan mempunyai pamrih. Untuk memperoleh dukungan itu, dan terpilih menduduki jabatan yang diinginkannya, politikus rela mengorbankan uangnya. Orang yang tulus dan hendak berbuat baik kepada masyarakat, tidak perlu mempunyai pamrih kekuasaan dan posisi kekuasaan. Politikus, seandainya mau berbuat baik yang banyak sekali, bisa mengalihkan uang kampanyenya kearah yang produktif dan sifatnya memberi manfaat kepada orang banyak, bukan untuk mencari popularitas dan mencari dukungan suara. Orang yang mempunyai sifat baik dan secara tulus ingin berbuat baik, antara ucapannya dan perbuatannya selaras. Sedangkan kebanyakan politikus seperti penderita kepribadian ganda, waham. Katanya dia mau memperjuangkan rakyat, tetapi apa betul demikian?
Berikut ini kita akan melihat lima (5) orang yang mempunyai kriteria sebagai orang baik. Dua adalah pekerja sosial, ibu Teresa dan Albert Schweitzer. Dua lagi adalah birokrat, Umar bin Khattab dan Amru bin As.
Madam Teresa
Ibu Teresa (1910 – 1997) adalah orang hidupnya didedikasikan kepada pemeliharaan orang-orang miskin, golongan sudra yang tak tersentuh di India. Sejak muda dia sudah merasakan panggilan Tuhan untuk berbuat baik. Pada usia 18 tahun, bergabung kelompok biarawati Loreto, yaitu komunitas biarawati Irlandia yang mencurahkan perhatiannya ke India. Tahun 1931 dia menjadi biarawati dan mencurahkan hidupnya untuk orang miskin, yang dimulainya sebagai guru. Tahun 1950 dia memulai suatu organisasi yang disebut the Missionaries of Charity yang mempunyai misi untuk memelihara orang-orang malang yang tidak ada yang bersedia merawat.
Organisasi yang dimasukinya menjadi besar dan menyebar ke seluruh dunia. Dan ibu Teresa menjadi ikon yang menginspirasi banyak orang pada jamannya untuk berbuat baik. Seperti kata Albert Schweitzer: “Contoh perbuatan yang teladan bukan yang utama untuk mempengaruhi orang lain, tetapi hanya itulah satu-satunya cara”. Usaha-usahanya memperoleh penghargaan dimana-mana. Dia memperoleh penghargaan Paus Johannes XXIII untuk perdamaian (1971), hadiah Penghargaan Nehru untuk usaha-usahanya memajukan perdamaian (1972), Penghargaan Balzan (1979), Magsasay (1962) dan Nobel (1979). Pada saat meninggalnya organisasi yang dirikannya memiliki 610 cabang di 123 negara yang meliputi rumah penampungan penderita AIDS/HIV, lepra, TBC, dapur umum yang menyediakan makanan, rumah yatim dan sekolah. Dana sumbangan dermawan dikelolanya dengan baik dan tidak untuk bermewah-mewahan.
Ibu Teresa adalah gambaran anak manusia yang menyukai profesinya melayani orang-orang miskin, sakit, terlantar dan tersingkir. Usahanya tidak lagi bersifat lokal, tetapi mendunia. Dia menerima imbalan sekedar cukup untuk bisa hidup sederhana.
Albert Schweitzer
Albert Schweitzer adalah penerima hadiah Nobel tahun 1952 karena usaha-usaha kemanusiaannya di Afrika. Dia adalah orang yang mencurahkan hidup dan hartanya untuk orang-orang berpenyakit, malaria, lepra, TBC di Afrika dengan mendirikan sebuah rumah sakit di Lambaréné di French Equatorial Africa yang sekarang dikenal sebagai Gabon.
Alfred dilahirkan tahun 1875 di Kaisersberg, Alsace-Lorraine, yang waktu itu masih termasuk Jerman (sekarang bagian dari Prancis), dari lingkungan gereja yang taat beragama. Dia adalah penulis, pemusik, dokter, yang mencurahkan hidupnya untuk orang sakit di Afrika. Gelar sarjana tingkat doktorate di bidang teologi diperolehnya tahun 1899 dari University of Strasbourg. Gelar sarjana kedokteran diperolehnya tahun 1913 dari universitas yang sama. Kemudian dengan biaya sendiri dia pergi ke Afrika dan melakukan kerja sosial sebagai dokter bersama istrinya yang berperan sebagai dokter anasthesi dikala mereka melakukan operasi. Bersama istrinya, ia mendirikan rumah sakit di Lambaréné, jajahan Prancis di Equatorial Afrika.
Usaha kemanusiannya sempat terputus karena Perang Dunia I. Dia dan istrinya ditahan sebagai tawanan perang. Setelah perang usai, mereka kembali lagi ke Gabon tahun 1924 untuk meneruskan usaha-usaha kemanusiaannya sampai akhir hidupnya. Dengan uang hasil royalti buku-bukunya, penampilannya untuk berceramah, serta donasi pada dermawan dia mengembangkan rumah sakitnya. Uang yang diperoleh dari hadiah Nobel (1952) digunakan untuk mendirikan rumah sakit untuk penderita lepra, orang-orang yang tersingkir dan kaum sudra. Albert Schweitzer meninggal tahun 1965 dan dikuburkan di dekat rumah sakit yang didirikannya.
Itulah cerita tentang orang yang sadar bahwa di dalam dirinya ada kebaikan, kemudian punya niat baik, menjalankan niatnya, berprofesi sebagai orang baik dan menyukai profesinya menolong sesamanya. Orang yang percaya bahwa sifat-sifat baik ada di dalam diri manusia dan ia bertindak selaras dengan keyakinannya. Dia adalah orang yang mau menolong para penderita lepra, kasta yang tersingkir dari masyarakat. Itulah anak manusia yang mengatakan: “Contoh perbuatan yang teladan bukan sesuatu yang utama untuk mempengaruhi orang lain, tetapi itulah satu-satunya cara”. Albert Schweitzer disamping memberikan tenaganya, ia juga memberikan hartanya untuk menolong manusia yang menderita.
Disclaimer:
No comments:
Post a Comment