Halaman ini kami tulis untuk memudahkan pembaca,
terutama yang baru mengenal EOWI. Kami pikir, pembaca, terutama yang baru,
mengetahui hal-hal yang EOWI ramalkan dalam dekade ini adalah penting untuk
mengenal EOWI. Pada dekade lalu, EOWI menjadi pemandu-sorak untuk emas, perak
dan bahan komoditi. Saat ini EOWI menjadi pemandu sorak untuk US dollar dan
pemberi ingat akan adanya krisis yang sifatnya deflationary di dalam dekade ini.
Mengingat panjangnya diskusi dan pemikiran yang
harus dituangkan pada halaman ini, EOWI akan men-downloadnya secara bertahap. Oleh sebab, kalau pembaca tertarik,
silahkan secara rutin mengecek kembali. Siapa tahu sudah direvisi.
Gejolak 2014 – 2020
Ringkasan
Dunia
kemungkinan akan memasuki bagian puncak dari krisis deflationary. Waktunya mungkin antara tahun 2014 – 2018 dan
berlanjut sampai tahun 2020 – 2023. Dalam dekade itu beberapa hal yang
menyangkut asset, investasi dan ekonomi akan mengalami gejolak akibat kontraksi
kredit. Kemungkinan:
- Harga saham akan turun, dan indeks DJIA yang sekarang pada level 17000an bisa jatuh ke level 4000 – 5000, bahkan mungkin diteruskan ke level 3000an.
- Harga emas akan jatuh ke level $ 600 - $ 700 per oz.
- Dengan agak ragu-ragu, EOWI memperkirakan harga minyak akan menyentuh level di sekitar $30 per bbl. Confidence level kami cukup rendah mengenai perkiraan ini. Harga minyak adalah yang paling sulit diperkirakan.
- Harga property juga akan jatuh dan pasar membeku, tidak banyak transaksi.
- Harga US dollar terhadap mata uang lainnya akan mengalami penguatan. Dalam Rupiah kemungkinan akan mencapai Rp 17000 sampai Rp 25000 per dollarnya.
- Harga bond/surat obligasi pemerintah jangka pendek yang (dianggap) berkualitas, seperti yang dikeluarkan oleh US, Jerman dan Swiss akan diborong dan nilainya naik (yieldnya turun). Tetapi bond-bond yang dianggap kurang berkwalitas seperti SUN (Surat Utang Negara) Indonesia, akan turun dan yieldnya akan naik.
- Jika periode ini ada kaitannya dengan periode K-Winter, dunia kemungkinan akan mengalami perang besar yang disebut dengan trough-war, setidaknya ketegangan dan konflik-konflik saat ini akan mengalami eskalasi. Perang pada periode K-Winter sebelumnya adalah Perang Dunia II, dimana batas-batas Negara berubah. Indonesia dan Suriname memisahkan diri dari Kerajaan Belanda. India, Pakistan memisahkan diri dari Imperium Inggris. Bukan mustahil, ada negara-negara baru yang terbentuk nantinya.
Membaca
ringkasan dari sebuah ramalan rasanya kurang afdol tanpa membaca latar
belakangnya. Maka, beginilah ringkasan lengkap kisahnya:
Tahun 1971, ekonomi dunia memasuki ke dalam babak baru yang belum pernah dialami sejarah. Berangkat dari pemutusan hubungan antara emas dan dollar oleh presiden Nixon dengan Executive Order 11615 nya tanggal 15 Agustus, 1971 dilanjutkan dengan dibatalkannya perjanjian Bretton Woods tahun 1975 secara sepihak oleh Amerika Serikat. Sejak itu struktur sistem keuangan dunia berubah dari sistem yang berbasis emas ke sistem yang berbasis US dollar yang bermuara pada hutang. Hal ini memungkinkan US (pemerintah US dan rakyatnya) melakukan defisit (besar pasak dari pada tiang, besar pengeluaran dari pada penghasilan) yang bekepanjangan. Kredit (hutang) tumbuh secara eksponensial sejak kotak pandora dibuka Richard Nixon tahun 1971.
Pada masa sistem berbasis emas, defisit dan hutang
ada batasnya. Pada saat cadangan emas suatu negara menipis, maka negara itu
dipaksa untuk mengetatkan ikat pinggang. Sejak tahun 1975, pembatas itu sudah
ditiadakan. US (pemerintahnya dan konsumennya) bisa berhutang tanpa agunan dan
tanpa ada batas-batas yang jelasnya. Setidaknya, salah satu batasnya adalah
kepercayaan, kemampuan membayar hutang dan kesadaran bahwa hutang adalah beban.
Itu adalah sebagian dari batas-batas yang tidak bisa dikuantisasi. Selanjutnya,
uang/kredit diciptakan secara berlebihan (kata berlebihan bersifat relatif)
saat ini dan menghasilkan bubble hutang
dengan ukuran yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Cepat atau lambat bubble ini akan meletus, syukur-syukur
mengempis perlahan-lahan, kontraksi kredit secara perlahan akan menghasilkan
krisis yang sifatnya deflationary
ringan berkepanjangan.
Meningkatnya konsumsi yang dipicu oleh gelombang
demografi generasi Baby Boomer
berubah menjadi pesta spekulasi dan bubble
pada puncak pola konsumsi Baby Boomer
tahun 2002 – 2007. Pesta pasti ada akhirnya dan bubble pasti meletus. Puncak konsumsi yang dilatar-belakangi oleh Baby Boomer terjadi pada tahun 2002 –
2007. Kemudian Baby Boomer yang
pertama akan memasuki masa pensiun pada tahun 2014. Pola konsumsi mereka dimasa
lalu membuat tingkat simpanan pensiun mereka rendah dan dianggap tidak
mecukupi. Hutang harus dibayar atau dikemplang. Bisa diduga bahwa konsumsi akan
menurun ketika Baby Boomer
mengencangkan ikat pinggang dan sektor finansial akan mengalami tekanan jika Baby Boomer mengemplang hutang mereka.
Kontraksi kredit sudah berlangsung di sektor konsumsi, lebih tepatnya sektor
kredit perumahan di US. Apakah hal ini akan merambat ke sektor lain yang
penggunaannya lebih ke arah permainan spekulasi? Entah lah.
Cina yang memperoleh “keuntungan” dari
ke(tidak)bijaksanaan the Federal Reserves (the Fed) dan pesta konsumsi Baby Boomer, yang kemudian mengobarkan bubble disektor (saham dan) properti
akan mengalami tekanan karena meletusnya bubble
di sektor properti. Seperti halnya bubble
saham Cina yang meletus pada tahun 2008, bubble
properti Cina akan meletus. Tinggal menunggu waktunya.
Entah bubble
yang mana yang akan meletus lebih dulu, apakah bubble kredit di US, saham di US, atau bubble properti di Cina. Pada saat salah satu bubble meletus sangat mungkin akan disusul oleh bubble yang lain.
Dampaknya adalah krisis kredit, kontraksi kredit,
seperti yang pernah terjadi sebelumnya yaitu pada krisis subprime 2008. Kali ini akan lebih besar dari pada bubble teknologi Nasdaq tahun 2000 atau
krisis subprime tahun 2008. Harga
saham akan jatuh, harga emas juga tidak akan imun, harga bahan komoditi dan
minyak nyungsep. Ekonomi Orang Waras
dan Investasi (EOWI) memperkirakan hal ini akan terjadi diantara tahun 2014 –
2016 dan berlanjut sampai 2020. Negara-negara yang berbasis komoditi seperti
Australia, Canada, negara Timur Tengah penghasil minyak, Indonesia, dimana di
banyak negara ini bubble propertinya
masih merah membara, akan terkena dampaknya paling parah.
Indonesia yang ekonominya berbasis komoditi, sudah
mengalami tekanan sejak tahun 2011. Nilai rupiah telah turun dari puncaknya Rp
8.500 per US dollar ke $ 11.700 pada saat tulisan ini dibuat. Di saat krisis deflationary mendatang, nilai rupiah
akan nyungsep ke kisaran Rp 17.000
sampai Rp 25.000 per dollar. Pada saat itu BI (Bank Indonesia) akan merenspons
dengan ke(tidak)bijaksanaan BI yang menyangkut rupiah dan rekening bank yang mungkin
menyulitkan anda yang punya uang dan simpanan. Apakah seperti tahun 1998?
Entahlah. Jalan sejarah tidak selalu sama, tetapi seirama dan senada.
Akan adakah kekacauan di negara-negara penghasil
minyak? Sangat mungkin. Kalau Libya runtuh bersamaan dengan krisis subprime, bukan tidak mungkin Kuwait,
Saudi Arabia, Qatar menjadi daerah yang bergolak. Harus dicatat, bahwa semasa
krisis subprime, wilayah ini juga
bergolak. Pada saat harga minyak jatuh sampai dasar laut (ekspresi parabolik),
pemerintah akan mengalami penurunan pemasukan, dengan demikian akan kesulitan
memberikan subsidi bagi rakyatnya yang sudah terbiasa dengan subsidi di berbagai
sektor terutama sektor konsumsi pokok. Biasanya jika sama-sama menderita,
manusia lebih toleran. Tetapi jika ada sebagian yang hidupnya enak di
tengah-tengah populasi yang menderita, maka kemarahan yang dibakar oleh iri dan
dengki akan menyala-nyala, seperti yang terjadi di Lybia. Presiden Muamar
Kaddafi diburu, ditangkap, diarak di jalan dan dibunuh. Suatu ungkapan
kebencian.
Sejarawan ekonomi mencatat diakhir K-Winter, biasanya terjadi perang yang
disebut trough-war, perang yang
didukung oleh rakyat, perang populer, seperti Perang Dunia II, dimana rakyat
Jerman mendukung Hitler sepenuh hati, rakyat Jepang bersedia mati demi
Hirohito, Amerika Serikat yang senang hati ikut perang demikian juga rakyat
Inggris dan Prancis serta participant perang lainnya. Apakah perang seperti ini
akan terjadi? Dimana sajakah medannya? Apakah perang-perang di Timur Tengah, di
Afganistan, ISIS merupakan prelude dari trough-war,
ataukah perang di Ukraina, atau lain sama sekali? Apakah bentuk perang trough-war yang akan datang berbeda sama
sekali, misalnya bukan antar bangsa, melainkan antar ideologi dan menyebar
dimana-mana seperti perang saudara? Atau K-Winter
ini akan terlewati tanpa perang yang berarti?
EOWI dan banyak ekonom lain mengalami kesulitan
untuk meramalkan kapan terjadinya letusan bubble
terakhir ini dikarenakan oleh kelangkaan/tiadaan kejadian sejarah untuk bisa
dijadikan analog dan hikmah. Oleh sebab itu EOWI bisa salah. Tetapi mengingat
resikonya cukup besar, tidak ada salahnya bersiap-siap.
Pengantar
Meramalkan bencana bukanlah hal yang disukai oleh
kami di Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI). Tetapi, lebih banyak sebagai
kewajiban moral untuk memperingatkan masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana dimasa datang dan juga sebagai pendidikan, sarana bertukar pikiran.. Salah
satu tugas para nabi adalah memperingatkan kaumnya akan terjadinya bencana.
Nabi Nuh memperingatkan kaumnya akan adanya azab yang berupa bencana banjir
besarnya. Nabi Lut dengan penjungkir-balikan Sodom dan Gomorah. Nabi Hud kepada
kaum Ad dengan angin besar. Nabi Yusuf dengan 7 tahun masa subur dan 7 tahun
masa paceklik. Dan banyak nabi-nabi lain.
Mungkin banyak manusia ingin punya status yang
sama dengan nabi, sehingga ramal-meramal menjadi bagian dari kehidupan di
masyarakat. Ada ramalan yang gagal dan tidak terbukti sama sekali, karena
ramalannya terlalu detail sampai-sampai menyebutkan hari dan tanggal kejadian
yang diramalkannya. Contohnya adalah William Miller yang meramalkan tanggal 21
Maret 1844 sebagai hari kedatangan Jesus. Setelah menunggu di sampai hari
tersebut dan ternyata Jesus tidak datang, maka ramalannya direvisi menjadi tanggal
18 April 1844. Ketika hari yang diramalkannya ini meleset lagi, kemudian
direvisi menjadi 22 Oktober 1844. Orang mengatakan bahwa jam yang rusak/mati
akan menunjukkan waktu benar sebanyak 2 kali sehari. Artinya walaupun tanpa
pengetahuan apa-apa, kita dengan ramalan yang ngawur sama sekali, meramalkan hal yang sama terus menerus, maka
suatu saat kejadian tersebut akan terwujud. Rupanya hal tersebut tidak berlaku
pada William Miller. Sekarang, sudah mendekati 200 tahun berlalu, Jesus belum
datang juga. Ramalan yang lebih buruk dari jam rusak ini juga terjadi pada Paul
Ehrlich, seorang professor dari Stanford University dengan bukunya Population Bomb yang meramalkan adanya
kelaparan global tahun 1970 – 1980. Bukannya kelaparan dan kekurangan pangan
yang terjadi, tetapi malah sebaliknya, yaitu banyaknya penderita obesitas –
kelebihan pangan - yang terus meningkat sejak tahun 1970an. Hal yang sama
dialami oleh Thomas Robert Malthus – pakar ekonomi abad 19, yang meramalkan
akan adanya kelaparan yang pandemi karena kenaikan produksi pangan seperti
deret hitung (linear) sedangkan pertambahan jumlah penduduk seperti deret ukur.
Nyatanya sampai 200 tahun, teorinya tidak pernah terbukti.
Judul Gejolak 2014 – 2020 di atas mengacu pada suatu gejolak ekonomi global yang diramalkan
akan terjadi antara tahun 2014 dan 2020. Mencapai status yang tinggi seperti
nabi-nabi dengan membuat ramalan ini bukan tujuan EOWI. Sebab EOWI menyadari
bahwa seperti peramal-peramal lainnya, EOWI bisa salah. Kegagalan mereka juga
tidak akan mematahkan semangat EOWI untuk membuat ramalan. Jadi anggap saja
ramalan ini sebagai uraian untuk diambil hikmahnya. Jam rusak dan ngawur dari EOWI
Siklus Alam, Siklus Ekonomi dan Siklus Keluarga/ Manusia
Siklus merupakan bagian dari alam. Setiap hari
kita melihat perputaran waktu: pagi, disusul siang, kemudian sore dan akhirnya
malam, sebelum kembali pagi sebagai titik awal. Demikian juga tahun yang
dimulai dengan musim bunga (spring)
diikuti oleh musim panas (summer),
kemudian musim gugur (fall/autumn)
dan diakhiri dengan musim dingin (winter).
Itu di wilayah subtropis. Di wilayah tropis ada musim kemarau, kemudian
pancaroba (peralihan), musim hujan (moonson)
dan akhirnya musim peralihan (pancaroba) sebelum kembali ke musim
kering/kemarau lagi.
Siklus alam sering kali menjadi penggerak
siklus-siklus lain. Aktivitas kehidupan banyak dipengaruhi oleh siklus alam.
Untuk siklus harian misalnya, ada hewan yang aktif di malam hari, ada yang aktif disiang hari dan ada yang
aktif di senja hari serta ada yang di waktu subuh. Untuk siklus tahunan di
wilayah subtropis, musim semi adalah musim kebangkitan. Banyak hewan bangun
dari masa tidur yang panjang (hibernasi), tumbuh-tumbuhan bersemi dan berbunga.
Kemudian musim panas, kehidupan semakin marak
karena sinar matahari yang memberi kehidupan memancar lebih lama. Alam mengatur
agar anak-anak hewan bisa memperoleh makanan dari alam pada musim panas. Rusa
yang pemakan rumput, melahirkan anaknya di pertengahan sampai akhir musim semi,
dan anak-anaknya bisa memakan rumput dimusim panas. Sedangkan beruang
melahirkan anaknya pada musim dingin. Anaknya ini masih tergantung pada susu
induknya sampai musim panas. Di musim panas, rusa dan makanan bagi hewan
pemangsa berlimpah. Demikian indahnya alam mengatur dirinya.
Ketika musim gugur, hewan-hewan makan yang banyak
dan menumpuk lemak, bersiap-siap untuk tidur yang panjang. Tumbuh-tumbuhan
merontokkan daunnya, juga bersiap untuk tidur menurut versi tumbuhan.
Manusia juga membentuk suatu siklus ekonomi yang
paralel dengan prilakunya. Dan ini digerakkan oleh siklus biologinya. Ketika
lahir sampai remaja, manusia masih bergantung pada orang tuanya. Kemudian ia
kawin dan membentuk keluarga. Di sini ia akan membeli rumah pertamanya yang
ukurannya kecil untuk menampung keluarganya, anak-anaknya yang masih
kecil-kecil. Masa ini bisa disamakan dengan masa spring (musim semi), awal dari kehidupannya. Pada masa ini, manusia
ada pada masa yang paling kreatif, karena beban tanggung jawabnya paling
rendah. Masa untuk belajar, mencoba hal-hal yang baru dan bereksperimen.
Fase berikutnya, ketika perkawiannya sudah
membuahkan keturunan, anak sebagian sudah masuk sekolah, sebagian masih perlu
pamper/popok, karirpun sudah mulai menanjak dan kehidupannya mulai mapan.
Sejalan dengan itu, pola konsumsinya semakin meningkat. Yang tadinya mobil
hanyalah sedan kecil, sudah tidak mencukupi kebutuhan lagi, dan harus diganti
dengan station-wagon atau mobil keluarga yang lebih luas sehingga bisa memuat
anak-anak. Ragamnya, besarnya dan porsinya kebutuhan anak-anak juga meningkat,
apakah itu porsi makanan, ukuran baju, mainan serta aktifitasnya. Anak harus
diantar ke sekolah (atau taman bermain), juga akan membutuhkan bensin. Ini bisa
dikatakan sebagai musim panas (summer)
Menjelang setengah baya, karir sudah mapan, anak-anak
sudah menjelang remaja dan menjelang dewasa. Kebutuhan juga akan semakin
meningkat sejalan dengan konsumsi yang meningkat. Pada umur-umur remaja dan
menjelang dewasa, porsi makanan mencapai tingkat yang tertinggi di dalam
kehidupan manusia karena metabolisme badannya. Rumah yang dulu dibeli sudah
tidak mampu menampung ayah, ibu dan anak-anak remaja. Oleh sebab itu perlu
ganti rumah baru. Bahkan mungkin perlu rumah untuk liburan. Mobilpun harus
ditambah untuk menunjang aktifitas anak-anak. Pada masa autumn/fall ini,
tingkat konsumsi keluarga mencapai puncaknya. Ini yang bisa dan akan menjadi
landasan bagi banyak spekulasi yang besar. Demikian pula tingkat pinjaman bank
untuk membeli barang-barang konsumsi juga mencapai puncaknya. Kredit bubble yang besar sering muncul pada
fase ini. Puncaknya adalah ketika anak memasuki universitas. Itulah fase
musim gugur (autumn/fall).
Musim dingin, seperti halnya yang terjadi pada
siklus tahunan, semuanya melambat. Konsumsi turun, karena anak sudah mentas, keluar rumah dan mandiri. Suami-istri
tinggal berdua. Pada masa ini rumah akan diperkecil supaya mudah diatur. Pola
konsumsi juga sudah berubah. Pengeluaran untuk makanan diganti dengan konsumsi
untuk obat dan supplemen. Penggantian gadget
juga tidak mengikuti mengikuti perkembangannya dan tidak sesering dulu lagi.
Yang sudah memasuki masa pensiun, akan punya waktu untuk jalan-jalan dan
berpesiar. Hutang tidak lagi dibuat, melainkan malah dilunasi. Bila generasi
yang memasuki fase winter ini cukup
dominan di dalam suatu masyarakat, maka ekonomi akan melambat.
Itulah siklus kehidupan dari manusia yang
berkaitan dengan ekonomi versi EOWI.
Siklus Kondratieff
Ketika saya tinggal di Toronto, Canada, musim gugur tahun 1985 adalah masa
yang penuh kebimbangan bagi saya, karena harus memutuskan apakah akan tetap
tinggal di Canada atau kembali ke Indonesia. Hal itu merupakan keputusan yang
sulit karena saya menyukai karakter masyarakat di Canada dan kehidupan disana,
di lain pihak ada masalah pribadi yang harus diselesaikan di Indonesia dan
perlu waktu yang lama. Pada saat itu saya sering pergi ke High Park untuk
merenung sendiri. Pada masa juga itu banyak sekte-sekte keagamaan yang sering
menyebarkan kepercayaannya dan merekrut pengikut, salah satu diantaranya adalah
Hare Krishna dan Moonies. Pernah sekali, saya didatangi oleh pengikut dari
sekte Moonies dan diajak bercakap-cakap. Ia seorang pria kulit putih (caucasian).
Tujuannya mudah diterka, yaitu mencari pengikut.
Dia menerangkan kepada saya tentang adanya siklus 2000 tahun.
Pertama-tama, katanya, Tuhan menciptakan Adam. Pada penciptaan ini Tuhan ingin
membuat suatu keluarga manusia yang bahagia dan sesuai dengan keinginan Tuhan.
Tetapi ternyata kemudian gagal karena Adam melanggar larangannya. Karena Tuhan
maha kasih, maka 2000 tahun kemudian dikirimkanlah Abraham (Ibrahim) sebagai
mesiah dengan tujuan yang sama yaitu membentuk keluarga manusia yang sempurna.
Nampaknya Abraham dianggap juga gagal, sampai-sampai anaknya harus disembelih.
Dua ribu (2000) tahun kemudian, Tuhan mengirimkan mesiah baru, Musa dengan
Tauratnya. Musa juga dianggap gagal, walaupun dia sampai melakukan penaklukan
Jerusalem, tetapi misi untuk membuat keluarga yang sempurna masih gagal. Dan
mesiah pada 2000 tahun berikutnya adalah Jesus, yang juga dianggap gagal karena
Jesus tidak berkeluarga. Dan sekarang sudah 2000 tahun. Mesiah baru seharusnya
muncul, katanya seakan mengakhiri hipotesanya dengan pintu terbuka dan
mengharapkan pertanyaan dari saya mengenai siapa mesiah yang baru untuk abad
ini. Karena tanggapan saya tidak seperti yang diharapkan, maka dia akhirnya
menyebut pendeta Sun Myung Moon dari Korea Selatan sebagai mesiah untuk abad
ini.
Teori siklus 2000 tahun ini sangat rapuh, karena hanya mempunyai
asumsi-asumsi dasar serta apa disebut kondisi perlu (necessary conditions) dalam ilmu logika dan matematik. Sayangnya
suatu teori, walaupun disokong oleh puluhan kondisi yang diperlukan, tetap akan
lemah tanpa kondisi cukup (suffiecient
condition). Karena kondisi yang diperlukan, walaupun banyak tidak akan bisa
mencukupi. Hanya kondisi cukup (sufficient condition), walaupun hanya
satu, yang bisa membuat suatu teori tegar. Antara Abraham dan Musa serta Jesus,
masing-masing berkisar antara 1000 – 1300 tahun, bukan 2000 tahun. Tetapi
berdebat dengannya mengenai sejarah akan panjang, dan itu tidak saya inginkan.
Saya akhirnya memperoleh suatu argumen yang elegan untuk mematahkan teori
siklus 2000 tahun ini.
“Anda tahu...., sebenarnya mesiah baru yang benarnya
adalah anda, bukan pendeta Moon” kata saya. “Sebabnya, ...... Abraham adalah Yahudi
berkulit putih dan bukan orang Oriental. Musa juga Yahudi, bukan orang
Oriental. Jesus juga berkulit putih. Kalau anda mengikuti pola ini, maka
seharusnya mesiah yang sekarang adalah berkulit putih dan disunat. Anda seperti
itu bukan?” lanjut saya.
Jawaban saya punya tekanan pada kata orang
berkulit putih dan ini membuat matanya terbelalak dan tidak mampu
berkata-kata. Ia karena tidak menyangka teori saya yang lebih baik itu akan
menganggap dia lebih tinggi dari pada pendeta Moon yang diagungkannya.
Catatan:
Sekte Moonies adalah sekte yang suka menyelenggarakan
perkawinan massal, terutama antara orang Korea dengan orang Barat. Nama resmi
sekte ini adalah Unification Church atau Gereja Penyatuan.
Apa yang diceritakan oleh pendakwah yang saya temui
itu, tidak 100% berasal dari Divine Principle, buku yang dijadikan
pegangan oleh pengikut Moonies. Dalam Divine Principle, cerita siklus
2000 tahun itu tidak mengikut sertakan Abraham dan Musa. Di dalam Divine Principle ceritanya dari Adam ke
Jesus kemudian ke Sun Myung Moon.
Apa yang dikatakan pendakwah yang saya temui bahwa
Tuhan gagal untuk meluruskan rencana adalah hal yang muskil (Tuhan bisa
gagal?). Mungkin yang dia maksud dengan tuhan adalah tuhan dengan huruf kecil,
bukan Tuhan dengan huruf besar.
Hikmah cerita di atas mewakili opini-opini yang logis mengenai teori
siklus. Dengan kata lain, (banyak seandainya tidak mau disebut semua) teori siklus sosial, ekonomi
tidak mempunyai dasar yang ilmiah. Tetapi banyak yang mempercayainya. Ini
termasuk juga siklus ekonomi Kondratieff yang sangat terkenal di kalangan para
investor, banyak yang mempercayainya seperti agama. Saya bukan orang yang
termasuk percaya pada siklus Kondratieff atau siklus-siklus sosial-ekonomi
lainnya, kecuali siklus alam seperti siang-malam, siklus musim tahunan, yang
semuanya memang ada kaitannya dengan perputaran benda-benda alam dan bisa
dimodelkan serta ada pengulangan yang bisa diprakirakan secara akurat. Akan
tetapi, demi memudahkan penjelasan dan mengenakkan jalan cerita, maka saya akan
gunakan siklus Kondratieff ini sebagai pengantar cerita yang dirangkai dengan
siklus kehidupan manusia supaya agak ilmiah.
Nikolai Kondratieff adalah seorang akademisi dan ekonom Russia yang hidup
di sekitar tahun 1920an yang mendapat tugas untuk menyelidiki naik-turunnya
ekonomi kapitalis. Hasil risetnya dikemudian hari dikenal sebagai siklus jangka
panjang Kondratieff. Periode yang ditelitinya adalah tahun 1785-1926 (14
dekade). Waktu itu the Great Depression 1930an belum terjadi. Karena
Kondratieff mengatakan sesuatu yang tidak diharapkan oleh rejim komunis, yaitu
kapitalisme tidak akan runtuh. Akibatnya ia dikirim oleh Stalin ke kamp kerja
paksa di Siberia dan meninggal tahun 1938 pada umur 46 tahun, yang masih cukup
muda untuk mengakhiri penderitaannya di kamp kerja paksa.
Teori Kondratieff, sekiranya bisa disebut teori, didasari oleh karakter
harga, suku bunga, harga bahan dasar, upah, volume perdagangan internasional,
dan data-data lain. Naik-turunnya aktifitas ekonomi (dan juga sosial), menurut
pengamatannya, membentuk suatu siklus yang berulang setiap 50-60 tahun
(rata-rata 55 tahun). Setiap siklus terdiri dari 4 fase yang dinamainya sesuai
dengan 4 musim dalam setahun: musim semi (K-Spring),
musim panas (K-Summer), musim gugur (K-Autumn) dan musim dingin (K-Winter). Kritik terhadap teori ini
menganggap terlalu dini untuk membuat kesimpulan, karena datanya hanya
merupakan 2 putaran siklus. Siklus 5-6 dekade diturunkan dari data sepanjang 14
dekade, kurang memenuhi syarat untuk dijadikan rumus empiris yang akurat.
Tetapi hal ini tidak akan menghalangi kita untuk membahas teori ini.
Banyak analis dan penulis yang bergerak di dalam bidang ekonomi dan
investasi mendasari analisanya dan menggunakan siklus Kondratieff ini. Seperti
Marc Faber[1]
dalam bukunya Tomorrow’s Gold dan
Gary Shilling[2] dengan
bukunya Deflation. Mereka hanya
sebagian kecil dari sekian banyak pengarang yang menyelipkan siklus Kondratieff
sebagai bagian dari bukunya. Ada dari mereka mencoba memberikan argumen
mengenai landasan/motor yang menjadi penggerak terjadinya siklus Kondratieff.
Ada yang mengatakan adalah perkembangan
inovasi teknologi, pertumbuhan penduduk, perang, mood masyarakat, prilaku
investor. Walaupun penyebab utama (motor penggerak) dari siklus Kondratieff dan
juga rentang waktu per siklus (panjang siklus) masih diperdebatkan, anehnya
para peneliti/analis masih berpegang pada siklus yang sama. Terkadang bagi
orang yang berpikir akan bertanya, apakah para peneliti/analis ini
memperdebatkan hal (siklus) yang sama atau tidak?
Walaupun asal muasal kosep siklus Kondratieff dari Russia tetapi dalam
perjalannya lebih banyak dikaitkan dengan Amerika Serikat. Di dalam buku-buku
yang ada sekarang banyak contoh-contoh kejadian yang bisa dicocokkan dan direlevansikan
dengan fase-fase dalam siklus Kondratieff, biasanya yang berkaitan dengan
Amerika Serikat. Hal ini bisa dimengerti karena dominasi Amerika dalam bidang
akademi dan ekonomi yang menumbuhkan kultur Amerika-sentris.
Fase Musim Semi (K-Spring
– Fase Inflasi/Ekspansi)
Periode ini sering disebut dengan K-Spring.
Bak musim semi, kehidupan dan segala aktivitas dimulai. Biasanya K-Spring dimulai setelah berakhirnya
suatu perang yang didukung oleh rakyat sampai berakhirnya perang. Di dalam
sejarah Amerika Serikat, perang menjelang K-Spring
ini contohnya adalah Perang Dunia II (1938 – 1945) dan perang Amerika-Spanyol
(1898). Perhatikan bahwa semuanya terjadi dengan Amerika Serikat, karena adanya
Amerika-sentris.
Usai perang semangat untuk maju dan memulai lembaran hidup baru masih
tinggi. Tingkat tabungan cukup tinggi karena kecenderungan menabung pada
periode sebelumnya. Tingkat hutang masih rendah. Suku bunga masih rendah
sehingga bisa menunjang investasi dan ekspansi ekonomi. Harga saham, properti
dan komoditi masih murah. Pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan. Harga-harga
bahan komoditi, upah buruh, harga saham secara bertahap meningkat. Uang yang
beredar dan perputarannya meningkat. Keuntungan perusahaan yang meningkat
membuat investasi di sektor teknologi juga meningkat untuk membuat produksi
barang dan jasa lebih murah. Pada masa ini investasi di saham, komoditi dan
real estate sangat baik.
Tahun-tahun yang bisa dikatakan sebagai K-Spring menurut banyak analis adalah 1794-1800, 1844-1858, 1896-1907, 1949-1966.
Saya ingin memasukkan pola konsumsi dan demografi kedalam siklus
Kondratieff agar supaya siklus Kondratieff ini punya landasan teori yang lebih
baik. Pada saat K-Spring ini, para
pemuda selesai perang, kemudian membentuk rumah tangga, dan punya anak.
Perbuatan ini praktis dilakukan secara serentak. Mereka punya anak hampir
serentak, sehingga ada semacam tsunami generasi. Mungkin kata tsunami agak
berlebihan, kata yang lebih tepat mungkin gelombang
pasang saja. Gelombang generasi Baby
Boomer, bisa dikategorikan sebagai generasi paska perang K-Winter. Generasi Baby Boomer inilah yang mempengaruhi siklus Kondratieff 1949 – 2020
(?). Catatan saya tidak terlalu terikat pada rentang 50 – 60 tahunan sebagai
panjangnya satu putaran siklus. Dengan mengkaitkan siklus ini dengan umur
manusia, maka sudah sepatutnya bahwa rentang satu putaran siklus akan memanjang
karena umur rata manusia semakin panjang sejalan dengan meningkatnya kesehatan.
Dengan harapan hidup rata-rata dunia saat ini adalah 67 tahun. Untuk negara
maju (yang mempengaruhi ekonomi dunia) saat ini adalah sekitar 70-80 tahunan,
maka rentang satu putaran siklus bisa mencapai 70 - 80 tahunan.
Fase Musim Panas (K-Summer)
Pada fase K-Summer ini, ekonomi
sedang menuju puncaknya. Pertumbuhannya tidak lagi secepat sebelumnya. Resesi
muncul disertai dengan inflasi yang tercermin oleh naiknya harga barang, bahan
komoditi dan suku bunga. Harga saham cenderung turun atau stagnan. Dunia bisnis
juga tidak lagi membukukan pertumbuhan keuntungan. Perang, suatu aktivitas yang
dibiayai pemerintah, juga banyak terjadi pada periode ini. Perangnya biasanya
diakhiri dengan rasa ketidak puasan di dalam masyarakat. Dengan kata lain
perang ini tidak didukung oleh rakyat. Di dalam sejarah Amerika, contohnya
menurut Gary Shilling[3]
adalah Perang Dunia I dan perang Vietnam. Ini yang membuat harga bahan komoditi
naik dan inflasi. Investasi yang terbaik pada masa ini adalah emas, bahan
komoditi dan real-estate.
Periode-periode yang bisa dikategorikan ke K-Summer banyak analis adalah 1800-1816, 1858-1864, 1907-1920,
1966-1982.
Fase Musim Gugur (K-Autumn)
Ada yang mengatakan bahwa periode ini adalah periode bahagia, walaupun
pertumbuhan ekonomi pada fase ini cenderung datar. Harga-harga, termasuk harga
barang komoditi, perak dan emas cenderung untuk stabil atau turun. Sehingga
bukan menjadi pilihan investasi. Bisnis bisa membukukan pertumbuhan keuntungan,
tetapi tidak setinggi pada fase-fase sebelumnya. Yang menyolok lagi ialah,
hutang akan tumbuh dengan cepat dan aksi spekulasi dengan menggunakan leverage (bantuan) hutang cenderung
naik, mania merebak. Investasi yang terbaik pada periode ini biasanya saham,
bond korporasi, real-estate, barang antik dan barang koleksi seni sampai ke
investasi di sektor teknologi inovasi baru kemungkinan ditemukan pada fase ini.
Periode-periode yang bisa dikategorikan ke K-Autumn banyak analis adalah 1816-1835, 1864-1874, 1920-1929, 1982-2000.
Fase Musim Dingin (K-Winter)
Pada masa K-Winter adalah masa bersih-bersih
dan hari-hari perhitungan. Semua kegilaan, mania, hutang yang berlebihan, dosa
yang dilakukan pada periode K-Autumn
akan dibersihkan, dibayar, diselesaikan. Dengan kata lain K-Winter adalah masa koreksi. Ciri-cirinya adalah: harga bahan
komoditi kolaps, pasar modal kolaps, gagal bayar meningkat, kredit membeku,
suku bunga obligasi pemerintah (yang stabil) anjlok ke titik terendah dan
sebaliknya berlaku bagi obligasi pemerintah yang buruk, serta situasi depresi
deflasi ekonomi. Spekulasi-spekulasi yang terjadi pada periode sebelumnya akan
runtuh dan memakan korban. Masyarakat mengurangi konsumsinya dan cenderung
untuk menabung serta berhemat. Atmosfir di masyarakat dipenuhi oleh rasa
ketidak-puasan sosial. Dan biasanya perang besar juga terjadi sampai akhir dari
depresi ekonomi ini, yang disebut dengan trough war. Perang ini katanya mempunyai fungsi sebagai jalan keluar kekecewaan
dan frustrasi (oleh sebab itu trough war
ini didukung oleh rakyat yang notabene sedang frustrasi), sebagai jalan keluar
menuju pemulihan ekonomi (kok bisa ya?) dan meluruskan kembali agenda nasional masing
bangsa.
Periode-periode yang bisa dikategorikan ke K-Winter banyak analis adalah 1835-1844, 1875-1896, 1929-1949, 2000
- (?). Perang-perang yang dikategorikan
sebagai perang di akhir K-Winter
adalah perang Amerika-Mexico (1846 – 1848), perang Spanyol – Amerika (1898),
Perang Dunia II (1939 – 1945)
Bagi yang tertarik, saya anjurkan untuk membaca lebih lanjut topik
mengenai siklus Kondratieff di buku dan literatur lainnya. Siklus ini banyak
dibahas dan digunakan oleh pengamat, penulis buku dan advisor finansial.
Fase Musim Dingin (K-Winter)
Pada fase apakah kita sekarang? Itu adalah pertanyaan penting. Kita di
EOWI mencoba menerka jawaban dari pertanyaan ini, seperti halnya para analis
lain. Kemungkinan EOWI gagal dalam terkaannya. Karena hal-hal seperti ini hanya
bisa diidentifikasi setelah lama berlalu, jauh dibelakang kita.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa siklus Kondratieff bisa
diinterpretasikan bermacam-macam, karena tidak ada dasar teori/model yang
sifatnya mekanistiknya. Sebagai alat untuk memprediksi masa depan secara tepat
agak sulit dipakai, terutama mengenai waktunya. Kalau siklus Kondratieff adalah
alat prediksi yang baik dan akurat maka akan banyak orang yang mengetahui
siklus ini menjadi kaya karena bisa sukses berspekulasi secara aggressif baik
selama masa pertumbuhan (K-Spring dan
K-Summer) atau selama masa
perlambatan (K-Autumn dan K-Winter).
Menentukan periode apakah dekade 2010an (2010 – 2020) ini, ada pada K-Winter atau K-Spring tidaklah mudah. Karena banyak gejala yang tidak sinkron
dengan panjang gelombang siklus, kalau kita sangat kaku dalam menggunakan
rentang waktu untuk satu putaran siklus. Pengguna siklus Kondratieff kebanyakan
setuju bahwa tahun 1787 sebagai awal dari K-Spring.
Kalau demikian maka K-Spring untuk
harus dimulai tahun 2007 (1786 + 4 x 55) setidaknya antara 2000 – 2010. Tetapi
jelas bahwa antara 1997 – 2010 bukan K-Winter.
Ada yang mengusulkan bahwa siklus Kondratieff mengalami pemanjangan seperti
terlihat pada Grafik
- 1. Pada illustrasi ini K-Winter terjadi tahun 2000-2010. Selama K-Winter seharusnya kredit dan uang mengalami kontraksi;
harga-harga turun, harga emas juga turun. Yang terjadi malah sebaliknya. Pada
kenyataannya, selama tahun 1998 – 2008 harga minyak naik dari $10 per bbl di
1999 ke puncaknya $147 per bbl pada bulan Juli 2008. Harga emas naik dari level
$ 290 per oz tahun 1999 ke $ 1000 per oz tahun 2008 dan melewati $1265 per oz
di tahun 2010 ($1900 per oz di tahun 2011). Harga bahan komoditi juga naik
selama periode tahun 1999 – 2008. Walaupun ada koreksi yang cukup dalam di
tahun 2009, harga bahan komoditi masih menanjak sampai puncaknya pada tahun
2011. Demikian juga harga rumah/properti di hampir semua negara naik dengan
pesat selama hampir satu dekade, dari tahun 1999 – 2006. Hanya harga saham
tidak beranjak banyak dibandingkan dengan dari tahun 2000 di negara-negara maju
seperti Amerika, Eropa Barat dan Jepang. Tetapi saham di negara-negara
berkembang seperti India, Indonesia, Brazil, Cina, Russia melesat sampai
berkali-kali lipat. Periode 1999 – 2007 (bahkan sampai tahun 2014) ini tidak
bisa disebut K-Winter. Bisa jadi
siklus Kondratieff adalah alat penunjuk waktu yang rusak. Ibaratnya seperti jam
rusak yang masih digunakan orang. Jam mati menunjukkan waktu yang tepat
sebanyak 2 kali sehari.
Grafik - 1 Siklus Kondratieff Standard
Sejak tahun 2002, Robert Prechter dengan pendekatan teori Elliot Wave
meramalkan terjadinya masa deflasi seperti K-Winter
melalui bukunya “Conquer the Crash” edisi pertamanya[4].
Ramalannya meleset dalam hal waktu. Para investor yang mengikuti bukunya
Prechter ketinggalan kereta boom di
sektor emas, bahan komoditi dan saham emerging market serta boom di sektor perumahan (di Eropa dan
di Amerika Serikat) yang terjadi antara tahun 2003-2007.
Mungkin karena kemelesetan dalam menentukan K-Winter abad 21 ini, akhir-akhir ini pengguna siklus Kondratieff
merevisi hitungan rentang 1 putarannyanya.
Misalnya Geir Solem dalam artikelnya Bonds & Interest Rates - The 54
year cycle (4 Maret 2010)[5]
dan The Kondratieff Cycle (1 Desember 2009)[6]
di website FinancialSense.Com, mengindikasikan bahwa tahun 2020 adalah
akhir dari K-Winter (lihat (Grafik - 2). Grafik ini mereka ambil dari Longwave Group[7]
penyedia jasa analisa ekonomi dan investasi. Pendapatnya mengatakan bahwa K-Winter sudah berlangsung dari sejak
tahun 2000.
Grafik - 2 Siklus Kondratieff versi LongWave
Group.
Kalau dilihat dari masih melesatnya harga bahan komoditi sampai tahun
2008, harga rumah di Amerika, Eropa dan banyak belahan dunia lainnya, akan
lebih cocok jika sampai tahun 2008 masih pada periode K-Autumn. Dan K-Winter
dimulai tahun 2008. Apapun opininya nampaknya banyak yang sepakat bahwa tahun
2010 sudah memasuki K-Winter apakah
itu dimulai dari tahun 2000 atau 2007. Dari situ bisa disimpulkan bahwa siklus
Kondratieff tidak mempunyai rentang waktu yang sama untuk setiap putarannya.
Pendapat saya, kalau memang bersikeras untuk menggunakan siklus
Kondratieff dan menganggapnya sebagai teknik empiris yang sahih, maka K-Winter dimulai dari tahun 2007, dimana
harga saham dunia ambruk, menyusul bahan komoditi dan emas (2008), dan
sebelumnya harga rumah/real-estate di Amerika Serikat, Eropa dan di banyak
belahan dunia mulai turun. Dan yang paling penting adalah terjadinya pergeseran
konsumsi (menyusut atau berubah polanya) dan spekulasi juga menyusut, gagal
bayar, kemudian kebekuan kredit yang disusul dengan kontraksi kredit. Saya
pikir kontraksi kredit dan pasokan uang M3 yang beredar, jauh lebih penting
dari harga barang yang lainnya, karena kredit dan uang adalah sumber terjadinya
deflasi, sedang harga adalah akibatnya atau gejalanya. Kita harus bisa
membedakan antara penyebab dan akibat. Kontraksi M3 yang parah juga terjadi
pada saat dimulainya K-Winter di
tahun 1930
Apa yang terjadi selama depresi deflasi, sudah banyak penulis buku yang
membahasnya. Diantaranya adalah Gary Shilling dengan bukunya yang berjudul
“Deflation” yang terbit tahun 1999, juga Harry Dent Jr[8].
Walaupun pendekatan Dent bukan dengan siklus Kondratieff murni, tetapi pada
dasarnya Dent berpendapat dalam dekade 2010an (2010 – 2020), terjadi depresi
besar.
Sudut Pandangan Alternatif
Bagi orang yang hendak
menggunakan siklus Kondratieff pasti menyadari akan adanya kerancuan pada
rentang siklus Kondratieff untuk periode sekarang. Seharusnya siklus Kondratieff
sudah memasuki fase K-Winter sejak
tahun 2000. Tetapi dunia pada dekade 2000an, justru lebih menyerupai K-Autumn dimana spekulasi (dibidang
realestate dan komoditi) secara global sedang marak-maraknya dan kredit masih
berekspansi. Memang dalam hal saham, lebih dimonopoli oleh saham di emerging market. Dalam arti, indeks Dow
(di US) dan di negara-negara maju di Eropa di tahun 2010 tidak jauh berbeda
dengan di tahun 2000. Hal yang sebaliknya berlaku pada indeks saham di emerging market. Kalau mau dilihat lebih
dalam, maraknya (booming) di sektor
realestate dan komoditi sedikit atau banyak digerakan oleh meningkatnya
konsumsi Baby Boomer yang kebablasan karena didukung dengan
ketersediaan kredit mudah sepanjang dekade 2000an. Walaupun bubble realestate di US dan Eropa sudah
meletup saat krisis sub-prime 2007, bubble
realestate di negara-negara lain seperti Cina dan negara-negara berkembang masih berlanjut sejalan dengan
ketersediaan likwiditas.
Tahun 2011, bubble di sektor komoditi meletus (kalau mau dikatakan demikian).
Negara-negara yang berbasis komoditi seperti Canada, Australia termasuk
Indonesia, merasakan tekanannya. Kempisnya bubble
komoditi ini sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina. Bubble realestate di Cina, cepat atau
lambat akan mengempis kalau tidak mau disebut meletus. Ini mungkin bubble terakhir yang akan meletus
bersama kolapsnya kredit di Cina yang akan menyeret ekonomi dunia ke dalam
krisis yang dalam.
Apapun namanya, apakah K-Autumn atau K-Winter, akan lebih baik melihat data-datanya saja sebagai tempat
memulai pengambilan kesimpulan.
EOWI mencoba mencari rekosiliasi
antara siklus dan faktor-faktor ekonomi yang bisa mempengaruhinya. Pada saat
kita melihat/mengobservasi adanya siklus alam, seorang scientist akan mencari
tahu mengenai mekanisme terjadinya siklus tersebut. Untuk siklus Kondratieff
(yang sudah kacau dan mengalami pemanjangan fase serta pencampur-adukan gejala
fase), EOWI akan mencoba mendekatinya dengan dua parameter, yaitu demografi
berserta pola konsumsinya dan kredit yang berujung pada spekulasi. Walaupun
dalam banyak hal, keduanya adalah koin dengan dua muka.
Tentu ada dari pembaca yang
bertanya, bagaimana dengan ke(tidak)-bijaksanaan pemerintah. EOWI akan
memperhitungkannya. Tetapi kebijaksanaan pemerintah sering menjadi
ketidak-bijaksanaan karena salah sasaran, dalam bahasa Inggrisnya, unintended consequences muncul dimana-mana.
Disamping itu ke(tidak)-bijaksanaan pemerintah hanya bisa bertahan untuk jangka
waktu yang pendek.
EOWI akan menggunakan data Amerika
Serikat, karena:
- Amerika Serikat dengan kapitalismenya membuka lebar kreatifitas dan inovasi. Teknologi-teknologi baru datangnya dari US dan kemudian diadopsi di negara-negara lain.
- Ekonomi US adalah 24% dari ekonomi dunia, sehingga apa yang terjadi dengan ekonomi US, maka dampaknya akan mendunia. Disamping itu Uni Eropa yang mempunyai GDP 25% dari ekonomi dunia juga mempunya pola yang sama.
- US dollar adalah mata uang dunia sejak hancurnya perjanjian Bretton Woods.
- Karena sejarah (Perang Dunia II) pola demografi negara-negara yang ikut perang, serupa. US adalah negara yang ikut Perang Dunia II bisa mewakili negara-negara lainnya.
Motor Ekonomi Memasuki Masa Pensiun
Baby
Boomer adalah merupakan
generasi yang tercipta karena ledakan kelahiran paska Perang Dunia II. Kawula
muda dimasa perang dunia ke II (1939 – 1945) yang menunda perkawinan mereka
karena Perang. Seusai perang, mereka merealisasikan rencana mereka yang
tertunda selama 6 tahun tersebut, sehingga terjadi keserempakan. Kelahiran
bayi-bayi mereka antara tahun 1946 – 1964 seperti gelombang demografi. Bayi-bayi
yang dilahirkan meningkat dan pada puncaknya mencapai 50% lebih tinggi dari
angka kelahiran sebelumnya. Ini adalah gelombang generasi. Puncak gelombang
kelahiran terjadi di antara tahun 1957 dan 1961 (lihat Grafik – 3).
Grafik - 3 Kelahiran Baby Boomer
Ada yang mengira bahwa Baby Boomer hanyalah fenomena Amerika (US) saja, tetapi tidak
demikian. Boleh dikata hampir semua negara yang terlibat aktif dalam Perang
Dunia II, Amerika Serikat, Inggris, Itali, Jepang, Belanda, Prancis dan lainnya, mengalami hal yang sama. Pemuda-pemuda mereka menunda
perkawinan mereka selama perang berkecamuk. Kemudian secara serempak mereka
melakukan hal yang mereka tunda, yaitu kawin pada saat perang berhenti, membuat
keluarga serta berkembang biak. Kebanyakan
generasi Baby Boomer dimulai tahun
1946, tetapi untuk negara yang hancur parah, seperti Jerman, Baby Boomer agak terlambat (1955-1967). Sedangkan
negara-negara yang konservatif dan mayoritas beragama Katolik seperti Prancis,
gelombang Baby Boomernya lebih
panjang (1946–1974). Untuk Indonesia dan negara-negara dengan tingkat kelahiran
tinggi sebelum Perang Dunia II, fenomena baby
boom tidak ada (tidak nampak). Pada masa itu, pasangan suami istri bisa
punya anak setiap tahun, sehingga jumlah anak dalam keluarga bisa mencapai
sampai punya 10 – 12 orang anak untuk setiap pasangan.
Kata orang Islam: “Banyak anak, banyak rejeki.
Anak membawa rejekinya masing-masing.”. Gelombang generasi inilah yang
menentukan sejarah perekonomian dunia. Karena jumlahnya, maka orang yang
bekerja lebih banyak, kebutuhan lebih banyak, penemuan-penemuan dan inovasi juga
lebih banyak, dengan kata lain, kegiatan (termasuk kegiatan ekonomi) menjadi
lebih banyak. Generasi inilah yang mendominasi jalannya sejarah antara tahun
1950 sampai mungkin 2020 nanti. Apakah itu nilai-nilai sosial seperti women-liberation, free-sex, perkawinan
lesbian-homosexual, lingkungan hidup, atau penemuan-penemuan dan inovasi
seperti komputer, internet, otomatisasi, dsb yang selanjutnya bentuk dari
ekonomi. Mereka ini, muncul dalam berbagai bentuk masyarakat yang berubah
dengan waktu, apakah itu sebagai hippies seperti Jimmy Hendrix, James Morrison,
Janis Joplin atau sebagai entepreneur/pencipta/inovator seperti Bill Gate,
Steve Jobs atau Tim Berners-Lee (World Wide Web), Dean Kamen (alat cuci darah
portable), Ajay Bhatt (Universal Serial Bus port), Yet-Ming Chiang
(rechargeable lithium-ion batteries) dsb. Baby
Boomer, secara team atau secara individual menorehkan tonggak-tonggak
sejarah teknologi, yang menonjol terutama di bidang komputer dan telekomunikasi
yang meningkatkan effisiensi tinggi sekali. Bayangkan bagaimana budaya tanpa
ada networks WWW atau tanpa ada mesin ATM? Informasi tidak bisa menyebar secara
luas dengan cepat dan anda harus antri bejam-jam di depan teller bank.
Baby
Boomer tertua di Amerika
Serikat memasuki masa pensiun pada umur 67 di tahun 2013. Puncak konsumsi Baby Boomer adalah pada umur 46 yaitu
pada tahun 2008. Pada umur 41 – 50 pengeluaran terarah pada mengganti rumah
dengan yang lebih besar, perabotan, mobil, dan biaya kuliah anak.
Kalau dilihat dari pola konsumsi (Grafik – 4) dan
gelombang Baby Boomer, maka banyak
sekali kecocokan dengan irama perkonomian US, seperti pendapatan rumah tangga,
ketenaga-kerjaan yang akan kita lihat nanti.
Grafik - 4 Pola konsumsi di Amerika
Serikat
Puncak Konsumsi Sudah Lewat
Penghasilan rumah tangga di US mencapai puncaknya
pada tahun 1999, menjelang tahun 2000. Setelah itu menurun . Antara demografi
dan pola konsumsi membentuk konsumsi keseluruhan. Disini terlihat adanya
korelasi dengan penghasilan rumah tangga. Puncak konsumsi yang terjadi pada
umur antara 44-53, diharapkan berdampak pada aggregat konsumsi yang memuncak
pada tahun 2002 – 2007, dimana puncak gelombang Baby Boomer (kelahiran tahun 1956 – 1961) mencapai usia 46, yaitu
puncak konsumsinya. Memang angka-angka ini (2002 – 2007) tidak bertepatan
sekali dengan tahun dimulainya penurunan tingkat pendapatan rumah tangga US
(tahun 2000, lihat Grafik-5), karena memang ada faktor-faktor lain.
Bagaimanapun juga tidak semua rumah tangga mengirimkan anaknya ke universitas.
Dan juga faktor pecahnya bubble saham
teknologi Nasdaq.
Grafik - 5 Penghasilan Rumah Tangga
di US
Setelah tahun 2000 (saat krisis ekonomi karena
pecahnya bubble teknologi Nasdaq),
Alan Greenspan, ketua bank sentral US, menggelontorkan likwiditas. Dan ini masih
bisa menghidupkan kembali tingkat konsumsi (dan diberengi oleh spekulasi)
masyarakat. Masyarakat mengagunkan rumahnya untuk melakukan konsumsi. Artinya,
penurunan di sektor penghasilan ditambal dengan kredit/hutang. Oleh sebab itu
selama tahun 2000 sampai 2008, tingkat kredit perumahan naik bahkan secara
parabolik (Grafik-6). Artinya konsumsi rumah tangga US sejak tahun 2000 – 2008
dibiayai oleh kredit akibat banjir likwiditas yang digelontorkan oleh Alan
Greenspan. Dengan hidupnya kembali tingkat konsumsi, dampaknya yang sementara
itu terlihat pada tingkat penghasilan keluarga yang meningkat kembali selama 3
– 4 tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2007-2008 (lihat Grafik -5).
Grafik - 6 Hutang hipotek (kredit
perumahan) US
Istilahnya, kita bisa membawa air kepada anjing,
tetapi kita tidak bisa memaksa anjing untuk minum. Artinya the Fed bisa
melonggarkan kredit untuk konsumsi, tetapi tidak bisa memaksa kepada siapa
konsumen membeli barangnya dan barang apa yang dibeli. Tingkat tenaga kerja
yang bisa terserap dari angkatan kerja di US tidak meningkat banyak. Puncaknya
ada pada tahun 2000 (Grafik – 7). Memang ada rebound kecil antara tahun 2005 – 2007, setelah itu melemah
kembali. Artinya ketidak-bijaksanaan the Fed menggelontorkan likwiditas gagal
menghidupkan kembali lapangan kerja di US. Juga di sektor pendapatan
rumah-tangga, reboundnya juga
terbatas (Grafik – 5, antara tahun 2004 - 2008). Bahkan sebaliknya,
ketidak-bijaksanaan the Fed malah mengobarkan spekulasi dimana-mana. Harga
saham di US menanjak kembali menembus level tahun 2000 dan di emerging market lebih dahsyat lagi.
Indeks saham Shanghai, meroket dan meletus pada tahun 2008. Harga emas, tembaga
serta bahan bahan-bahan komoditi melonjak dan membubble. Bubble di sektor
komoditi berlanjut sampai tahun 2011 dengan dibantu bensin dan tenaga dari
gelontoran likwiditas dari Cina.
Grafik - 7 Tingkat partisipasi
angkatan kerja
Globalisasi membuat credit boom 2000-2007 merambat keseluruh dunia. Spekulasi marak di
seluruh dunia. Bahan tambang dan emerging
market (yang banyak di antaranya baru sembuh dari krisis moneter 1997-1998)
mengalami bubble.
Pemerintah Bukan Penggerak Roda Ekonomi
Bubble yang ditimbulkan oleh credit boom 2000-2007 berakhir dengan
krisis subprime. Yang menarik adalah
pada tahun itu, puncak konsumsi berdasarkan demografi berakhir. Patut diduga
antara keduanya ada korelasi.
Krisis subprime
2007 - 2008 membuat pemerintah US (dan negara-negara lain di dunia) melakukan
penggelontoran likwiditas lagi. Tetapi sayang, sektor swasta mungkin sudah
jenuh. The Fed bisa mencetak duit, tetapi kalau bank-bank komersial dan
konsumen tidak mau memanfaatkannya, maka usaha-usaha the Fed tidak ada gunanya.
Rumah yang dulunya dijadikan mesin ATM (digadaikan rumahnya dan dananya
digunakan untuk konsumsi), ternyata tidak terulang lagi. Entah karena bank-bank
komersial tidak likwid atau memang konsumen sudah tenggelam dalam hutangnya
atau mungkin keluarga sudah tidak perlu mengganti rumah dengan yang lebih
besar. Nilai asset yang di bawah jumlah kredit (Grafik – 6) mengindikasikan
bahwa bank-bank komersial kurang sehat.
Standard Operating Procedure dari para ekonom
Keynesian adalah, jika konsumen tidak mampu belanja lagi, maka lowongan itu
digantikan oleh pemerintah. Belanja negara di naikkan. Persoalan utamanya
adalah pemerintah bukan penggerak roda ekonomi. Contohnya Jepang, sejak tahun
1990 pemerintah melakukan stimulasi, roda ekonomi Jepang seret berputarnya.
Stimulasi tidak ada gunanya. Catatan bahwa Jepang saat ini sudah menjadi bangsa
yang menua secara demografi, banyak kakek dan nenek yang pengeluarannya relatif
kecil dan tidak banyak kemauan atas keduniawian.
Grafik - 8 Money Velocity, US
Perputaran uang yang tercermin pada money velocity nampak terus menurun
sejak tahun 1997 (Grafik – 8). Money
velocity adalah cerminan berapa kali uang yang tercipta bisa berpindah
tangan. Disini jelas bahwa the Fed tidak bisa mencegah hal ini. Padahal the Fed
meningkatkan jumlah uang M1 (Grafik – 9) sejak krisis subprime.
Grafik - 9 Supply uang M1
Di samping dan sejalan dengan
perputaran uang (money velocity) yang
menurun, rumah tangga/keluarga juga menurunkan tingkat hutangnya sejak tahun
2010 (Grafik – 10). Catatan: the Fed mulai tahun 2010 melaporkan tingkat hutang
rumah tangga/keluarga. Apakah itu dengan berhenti membuat hutang baru dan
mencicil yang lama, atau mengemplang hutang yang sudah tak mampu dicicil. Apapun
itu, pemerintah tidak bisa memaksa konsumen untuk berhutang dan menambah
hutangnya lagi. Proses deflasi yang sedang berjalan dan tidak bisa dihentikan
oleh pemerintah.
Grafik - 10 Keluarga/Rumah tangga
yang enggan menambah hutang sejak
tahun 2010.
Hutang Terus Membengkak, Tetapi.... Hutang Pemerintah
Pemerintah bukan institusi penghasil keuntungan.
Penghasilan pemerintah datangnya dari pajak dan hutang (yang nantinya harus
dibayar atau dikemplang). Jika pemerintah hendak meningkatkan belanjanya maka
harus dilakukan dengan berhutang atau meningkatkan pendapatan pajak. Jika sepintas
memang kredit masih mengalami ekspansi (Grafik – 11) di saat konsumen
mengecangkan ikat pinggang, maka tidak perlu ditelusuri dari mana asalnya.
Pasti dari pemerintah.
Grafik - 11 Hutang yang terus membengkak.
Kredit memang masih mengalami ekspansi setelah
kasus subprime. Tetapi kalau
ditelusuri, yang berhutang adalah pemerintah. Dimulai dari krisis subprime, hutang pemerintah US melesat
seperti roket (Grafik – 12). Ini bukan saja untuk US, tetapi juga negara-negara
lain yang berusaha menahan gempuran badai subprime.
Itupun pemerintah tidak bisa mencegah deflasi. Rasio hutang terhadap GDP
menunjukkan penurunan (Grafik – 13). Dalam hal ini pemerintah kurang cukup aggressif
dalam menutup celah konsumsi yang ditinggalkan oleh konsumen dan mempertahankan
pertumbuhan kredit yang sifatnya eksponensial. Hutang swasta, termasuk hutang
konsumen sekitar 4 - 5 kali hutang pemerintah. Bagaimana caranya mengimbangi
lubang yang ditinggalkan swasta (termasuk konsumen). Persoalannya sampai berapa
cepat, 5 kali dari yang sekarang kah?, dan seberapa jauh pemerintah harus terus
berhutang. Siapa yang akan dihutangi? Kalau dalam keadaan booming banyak negara yang menutup defisit perdagangan US. Konsumen
US masih membeli dan Cina (atau lain negara) mengekspor barang ke US. Surplus
dollar di Cina akan diinvestasikan kembali dalam bentuk surat hutang. Pada saat
defisit perdagangan semakin menyusut (kenyataan) siapakah yang akan membeli
surat hutang US, kecuali investor/penabung berduit serta the Fed. Walaupun ada
saja solusi untuk melempar surat hutang, tetapi akhirnya hutang akan membebani
pembayar pajak nantinya.
Grafik - 12 Hutang pemerintah
meroket setelah krisis subprime.
Grafik - 13 Penurunan rasio hutang terhadap GDP
di US adalah gejala deflasi
Pertanyaannya adalah, sampai berapa banyak pemerintah
bisa berhutang tanpa menimbulkan krisis. Tentunya untuk tiap negara, ketahanan
ekonominya terhadap tingkat hutang pemerintah berbeda-beda. Baru-baru ini
pemerintah Argentina mencoba mengemplang hutangnya yang levelnya hanya 45.%
GDPnya. Di pihak lain, Jepang yang hutang pemerintahnya mencapai 240% GDP,
masih adem-ayem saja (tenang-tenang duduk di atas bom waktu).
Tabel – 1 menunjukkan besarnya hutang pemerintah
dibandingkan dengan GDPnya.
Tabel - 1
Negara
|
Rasio Hutang
Pemerintah terhadap GDP, % (tahun 2014)
|
Catatan
|
Jepang
|
243
|
Belum bisa bangkit
sejak 1990
|
Yunani
|
174
|
Belum pulih dari
krisis 2008
|
Itali
|
133
|
Belum pulih dari
krisis 2008
|
Portugal
|
129
|
Belum pulih dari
krisis 2008
|
Irelandia
|
123
|
|
United States
|
105
|
|
Belgia
|
100
|
|
Spanyol
|
94
|
Belum pulih dari
krisis 2008
|
Prancis
|
94
|
|
United Kingdom
|
90
|
|
European
Union
|
89
|
Bubble Property Cina yang Siap Meletus
Ekonomi Cina tidak bisa disamakan dengan ekonomi
negara barat. Argumen itu diajukan dalam menjawab apakah bubble properti dan kredit di Cina akan meletus. Argumen seperti
itu juga keluar untuk menjawab pertanyaan untuk kasus bubble properti dan saham di Jepang tahun 1990. Nyatanya, yang
dikatakan tidak sama ternyata mengikuti pola yang sama. Bubble akan meletus.
Ekonomi Cina tidak sama dengan negara barat
(katanya) dalam arti ekonomi Cina lebih terpimpin, terkontrol oleh pemerintah.
Tipe ekonomi semacam ini akan lebih mudah terjadi malinvestment serta
penggunaan sumber dana yang tidak effisien. Menurut Michael Pettis[9],
bahwa sampai beberapa tahun lalu pertumbuhan nominal GDP Cina mencapai 18% - 20%. Ada ketidak-bijaksanaan
pemerintahnya yang mengendalikan suku bunga pinjaman hanya sekitar 7% saja. Di
samping itu upah buruh juga ditekan.
Anda bisa melihat bagaimana enaknya jadi pengusaha
di Cina. Investasi yang biasa-biasa saja, tumbuh seiring dengan GDP atau di
bawah GDP sedikit masih bisa menguntungkan, jika mereka bisa pinjam uang di
bank. Margin yang besar antara pertumbuhan nominal
GDP terhadap suku bunga pinjaman sangat mengenakkan investor. Sayangnya di Cina
tidak semua orang bisa pinjam uang ke bank untuk menjadi investor. Hanya golongan pilihan saja yang bisa. Mereka
adalah kaum elit yang punya koneksi dengan pejabat pemerintah dan partai. Peluang
untuk membuat investasi yang buruk semakin besar.
Dengan credit
boom Cina menjelma menjadi mesin produksi yang memasok barang-barang
konsumsi dunia, tv flat-screen, cell-phone, gadget untuk selfie, dan sederet
lagi barang yang tidak terlalu penting atau tidak perlu diganti. Barang lama
dibuang. Ekonomi marak. Maraknya ekonomi Cina juga ditunjang oleh puncak
konsumsi Baby Boomer. Cina, sebagai
negara pengekspor barang konsumen, membangun banyak pabrik-pabrik untuk memasok
permintaan yang melonjak (sementara sifatnya), dan membukukan surplus
perdagangan. Dan negara-negara lain sebagai konsumen seperti US dan negara
Eropa (kecuali Jerman), membukukan defisit dalam perdagangannya. Negara-negara
yang memasok bahan baku seperti Indonesia, Canada, Australia mengalami boom karena naiknya harga bahan baku
seperti timah, (bijih) besi, nickel, tembaga, minyak bumi dan sejenisnya. Hal
ini berakhir di tahun 2008 ketika tingkat konsumsi Baby Boomer mulai memudar dengan bertambahnya usia. Krisis subprime, semata-mata bukan kebetulan.
Ketika pemerintah melakulan stimulasi ekonomi
untuk menambal luka-luka akibat krisis subprime
2008, mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dengan menggenjot sektor investasi,
membangun ini dan itu. Disinilah malinvestment menjadi semakin berkobar. Mall
yang terbesar di Asia (South China Mall) yang kosong, kembaran Disneyland
ditengah ladang jagung, Paris atau Manhattan serta kota-kota yang kosong adalah
bentuk malinvestment yang semakin menggila semasa paska krisis subprime 2008.
Paris di kota hantu Cina
Non performing loan (kredit buruk) bisa dipastikan
cukup banyak. Tetapi Cina membolehkan hutang ini diroll-over setiap jatuh tempo, sehingga gagal bayar bisa
disembunyikan. Pada suatu saat hal ini terpaksa berhenti. Pada hari
perhitungan, hutang harus dibayar atau dikemplang. Kapankan waktunya? Ada yang
mengatakan, hal itu terjadi jika harga properti Cina turun, sehingga pemilik
properti yang mengharapkan appresiasi harga dengan berjalannya waktu menjadi
kecewa dan buru-buru menjual assetnya. Hal seperti ini akan diikuti oleh yang
lain. Skenario semacam ini agak kurang masuk akal, karena properti tidak
seperti saham. Paling-paling para developer terpaksa mengobral barang
dagangannya. Dan ini membuat investor yang sudah membeli properti menjadi
kecewa.
Sekarang harga properti sudah merangkak turun. Di
beberapa tempat sempat anjlok. Juga dalam tahun 2014 ini ada 3 institusi
keuangan (mutual fund, institusi investasi, reksadana) gagal bayar. Salah
satunya adalah kasus Credit Equals Gold #1. Apakah ini tanda-tanda awal dari
meletusnya bubble properti di Cina?
Dengan waktu kita akan mengetahuinya.
Bursa Saham Masih Spekulasi
Di awal cerita ini, dikatakan bahwa EOWI kurang sreg jika K-Winter sudah berakhir. K-Winter
yang biasanya didahului oleh masa spekulasi (K-Autumn) yang membentuk bubble,
dan ketika bubble itu pecah dan
akhirnya terjadi kontrasi kredit yang menandai dimulainya fase K-Winter. Kalau diperhatikan perjalanan margin debt (hutang di bursa saham yang
dipakai untuk spekulasi), sifat kebinatangan pelaku pasar masih hidup, dari
tahun 1995 sampai saat ini. K-Summer
yang ditandai oleh inflasi tinggi dan perang yang tidak populer (K-Summer war) adalah dari tahun 1960
sampai 1980, dimana perang Vietnam berkobar dan inflasi menjulang tinggi.
Inflasi terbunuh ketika Paul Volcker menjadi ketua the Fed dan melakukan hal
yang drastis, yaitu menaikkan suku bunga dasar. Harga emas, bahan tambang dan
komoditi lainnya (termasuk cengkeh) meluruk jatuh. Tommy Suharto dengan BPPC,
tataniaga cengkehnya sampai terkena getahnya, dipersalahkan sebagai penyebab jatuhnya
harga cengkeh (padahal sebenarnya biang keroknya adalah Paul Volcker, sang
ketua the Fed, yang membunuh monster inflasi 1 dekade sebelumnya). Demikian
juga terjadi pada Bambang Triatmodjo Suharto dengan tataniaga jeruk
Pontianaknya yang dituding sebagai penyebab jatuhnya harga jeruk Pontianak. Setelah
itu dimulailah fase K-Autumn.
Nampaknya rentang K-Autumn ini cukup
panjang. Tommy dan Bambang terlambat 1 dekade!. Harga cengkeh dan
komoditi membumbung pada dekade 70an dan berakhir tahun 1980. Harga cengkeh per
kilonya pernah mencapai Rp 40.000 (sekitar $ 100) untuk beberapa lama.
Catatan: Walaupun EOWI bukan fans dari Suharto dan
keluarganya, tetapi kebenaran harus diceritakan secara objektif. Walaupun
banyak yang menyalahkan Tommy dan Bambang Triatmodjo Suharto sebagai biang
kerok kejatuhan dua komoditi pertanian ini (cengkeh dan jeruk Pontianak),
tetapi biang kerok yang sebenarnya adalah Fockler, ketua the Fed dimasa tahun
1980an.
Pada Grafik – 13 ditunjukkan bahwa spekulasi mulai
menggila, margin debt meroket parabolik
di tahun 1990 dan puncak pertamanya di tahun 2000 bersamaan dengan meletusnya bubble saham teknologi Nasdaq.
Penggelontoran likwiditas menyusul pecahnya bubble Nasdaq juga direspons oleh pelaku
pasar dengan lebih berani lagi berspekulasi. Kalau pada bubble pertama (Nasdaq) margin
debt hanya mencapai level sekitar $ 260 milyar untuk memompa indeks DJIA ke
level hampir 12.000. Pada saat subprime bubble
akan pecah mencapai $ 380 milyar dan indeks DJIA terpompa sampai ke level 14.000.
Dan sekarang margin debt sudah
mencapai $ 450 milyar dan indeks DJIA mencapai level di kisaran 17.000.
Grafik - 14 Hutang margin di bursa saham US
Apakah sudah saatnya untuk koreksi yang dalam?
Jawaban menurut analisa teknikal adalah “ya”. Tetapi....., kita hidup dimasa
yang sebelumnya tidak pernah dikunjungi manusia. Analisa teknikal bersifat
probabilistik, tidak pasti. Dengan waktu akan bisa diketahui.
Signal Dari Indeks DJIA
Saat ini indaks DJIA di bursa Wall st New York
menunjukkan pola corong megaphone (Grafik – 15). Secara teknikal, bentuk ini
adalah bentuk bearish. Koreksi besar akan terjadi. Seperti hanya pola megaphone
1964 – 1972, akan diakhiri dengan koreksi yang ke 3. Pattern semacam ini bisa
dilihat dan sering terjadi pada fractal-fractal yang lebih kecil dengan jangka
waktu yang lebih singkat.
Grafik - 15 Pattern Bearish Corong Megaphone
mendekati fase terakhirnya
Perlu dicatat bahwa ada perbedaan yang mendasar
antara kasus 1964 – 1972 dengan 2000 – 2014, yaitu: pada masa 1964 – 1972
atmosfir ekonomi adalah inflationary,
sedangkan saat ini adalah deflationary
yang cenderung membuat nilai asset jatuh tersungkur. Secara teknikal, koreksi
mendatang akan membawa indeks DJIA ke level 4000 – 5000. Menurut perkiraan EOWI
bisa lebih dalam lagi, misalnya 3000. Kesimpulan ini punya dasar analogi krisis
deflationary tahun 1930 dimana koreksi saham mencapai 89%. Nah 11% dari 17000
itu berapa? Silahkan hitung sendiri.
Catatan: Analisa teknikal bukan analisa dalam arti
yang sebenarnya, melainkan gathak-gathuk
garis. Dengan demikian bukanlah hal yang pasti.
Sistem Riba Selalu Ada Yang Kena Kemplang & Nilai Asset Jatuh
Ada yang menanyakan, kenapa kejatuhan nilai asset
pada krisis deflasi akan tajam sekali. Jawabnya ada pada sistem riba dan
monopoli pencetakan uang.
Sebagai illustrasi, misalnya di Negara Kesatuan Republik Demokrasi Sontoloyo ada bank sentral swasta bernama Bank Sentral Sontoloyo (BSS) yang diberi kekuasaan atas monopoli pencetakan uang,
sebut saja kepeng. Ingat baik-baik
bahwa bank sentral ini adalah bank swasta seperti the Fed (Federal Reserves
Bank, Amerika Serikat), dan bukan bank negara. Ia (Bank Sentral Sontoloyo)
meminjamkan uang yang dicetaknya sebesar Ҝ 1 juta (kepeng) dengan bunga 3% (atau berapa saja, tinggal sebut) per tahun
kepada pemerintah dan rakyat negara
Sontoloyo secara aggregat. Maka tahun berikutnya hutang ini sudah menjadi Ҝ
1,03 juta. Kalau nasabah (baik pemerintah atau rakyat) tidak punya otoritas
mencetak uang, dari mana nasabah memperoleh Ҝ 300 ribu itu. Setelah 5 tahun,
hutang tersebut jatuh tempo dan harus dibayar berserta bunganya, maka total
yang harus dikembalikan ke bank adalah Ҝ 1,159 juta. Persoalannya adalah, dari
mana nasabah memperoleh Ҝ 159 ribu lagi, karena dia tidak
mempunyai otoritas mencetak uang kepeng.
Hikmah cerita, pada saat hari jatuh tempo hutang
yang bersifat massal, akan terjadi kekurangan cash. Hal ini disebabkan karena ada selisih antara aggregat uang
yang beredar dengan total hutang (pokok dan bunganya). Uang yang diciptakan
hanyalah sebesar hutang pokok. Oleh sebab itu mau tidak mau bunganya akan
dikemplang, atau dibayar dengan asset (yang tentunya harganya akan dijatuhkan
dahulu oleh kreditur).
Cerita di atas adalah untuk kasus dimana debitur
swasta yang wajib punya jaminan. Bagaimana jika debitur itu pemerintah yang
jaminannya tidak ada kecuali “menarik pajak yang lebih rajin dan giat”?. Pemerintah
Negara Kesatuan Republik Demokrasi Sontoloyo (NKRDS) mengeluarkan surat obligasi sebesar
Ҝ 100 juta dengan kupon 7% misalnya dengan jangka waktu 40 tahun. Dalam kurun
waktu 14 tahun uang Ҝ 100 juta yang diperoleh dari menjual surat obligasi itu
akan habis untuk membayar kupon bunga. Ketika habis masa berlakunya, total kepeng yang harus dibayar oleh
pemerintah NKRDS adalah Ҝ 380 juta. Padahal yang ada hanya Ҝ 100 juta. Perlu
diingat bahwa NKRDS tidak bisa seenaknya langsung mencetak uang karena
pemerintah NKRDS secara undang-undang tidak mempunyai otoritas mencetak uang. Jadi
dari masa ke masa untuk menambal defisitnya NKRDS mengeluarkan surat obligasi
lagi yang angunannya tentu juga tidak ada. Atau menarik pajak yang lebih giat.
Itu berarti mengambil sebagian kepeng
yang beredar di masyarakat dan akan mencekik ekonomi. Secara keseluruhan,
sistem harus melakukan ekspansi kredit untuk mengejar pembayaran bunga, sampai
beban hutang tidak tertahankan lagi. Pada saatnya, hutang harus diselesaikan,
terjadi kelangkaan kepeng (yang
secara matematis saldonya pasti negatif), asset terpaksa dijual...... Karena
ada keterpaksaan dalam menjual, maka harganya murah.
Hikmah dari uraian di atas adalah bahwa dalam sistem
riba:
- Harus terus melakukan ekspansi hutang secara eksponensial, kalau tidak sistem akan kolaps. Ini berlangsung sampai beban hutang tak tertanggungkan lagi.
- Ketika kecepatan hutang mereda atau berhenti maka sistem akan kolaps dan jumlah uang pasti tidak cukup uang membayar hutang. Secara matematik, tidak ada uang yang bisa diallokasikan untuk bunga/kupon. Besarnya hutang selalu (dan pasti) lebih besar dari jumlah uang yang beredar.
- Sebagian hutang harus dibayar atau dikemplang. Jika pembayaran itu dilakukan dengan agunan (jika hutang pemerintah maka agunan itu bisa dibebankan ke rakyat, maka), harga asset akan jatuh.
- Dengan demikian pada fase deflationary, harga asset akan jatuh dan mata uang yang mengalami kontraksi akan naik nilainya karena ada kelangkaan.
Begitulah penjelasan yang disederhanakan. Catatan penting
bahwa Bank Sentral Sontoloyo di Negara Kesatuan Republik Demokrasi Sontoloyo (NKRDS) adalah bank swasta dan
NKRDS tidak punya otoritas untuk mencetak uang. Yang punya hak adalah Bank Sentral Sontoloyo.
Dampak Krisis Deflationary
Arti deflasi adalah menyusutnya kredit/uang. Ini
adalah kebalikan dari inflasi. Kalau inflasi menyebabkan membumbungnya
harga-harga, maka deflasi menyebabkan nyungsepnya
harga-harga seperti yag sudah dijelaskan sebelumnya. Yang nyungsep terutama harga-harga asset yang membubble. Karena uang/kredit menyusut maka uang adalah raja, terutama
uang yang mengalami deflasi. Dan untuk kali ini adalah US dollar.
Yang repot adalah jika terjadi panik dan krisis
kepercayaan. Para investor akan keluar melalui pintu yang sama, akibatnya
banyak yang terjungkal. Oleh sebab itu ada baiknya, jauh-jauh hari sudah keluar
secara teratur dari asset-asset yang membubble
dan berlindung di safe-haven, cash, US dollar.
Harga properti di Indonesia (seperti halnya di
negara-negara yang berbasis komoditi dan Cina) mengalami bubble. Sampai tulisan ini diturunkan, kondisinya masih merah
membara. Di Indonesia, harga rumah mungkin secara nominal tidak akan pernah turun,
setidaknya harga NJOPnya (Nilai Jual Objek Pajak nya) akan tetap, karena yang NJOP
menetukankan adalah pemerintah, bukan pasar. Harga rumah dalam nominal rupiah
bisa tetap. Tetapi harus dicermati bahwa dalam US dollar harga properti akan
turun karena rupiah akan terdepresiasi terhadap US dollar. Dan di samping itu,
pasar properti akan beku, tidak likwid. Ada harga, tetapi tidak ada pembeli.
Kecuali harganya dibanting, rumah akan sulit dijual. Apalagi kalau ada lelang, fire-sale, dari properti sitaan bank.
Kejadian ini sangat mungkin karena dalam krisis keuangan, akan berdampak pada
pengangguran dan selanjutnya kesulitan membayar cicilan rumah. Ini sama saja
artinya dengan tersungkurnya harga properti di pasar sekunder.
Di samping properti, yang harganya akan jatuh
adalah saham. Bursa saham yang tadinya diserbu oleh investor “asing”, sebagian
akan dipaksa keluar karena harus membayar kewajiban-kewajiban lain. Bursa
emerging market adalah ajang spekulasi bagi spekulan asing yang memperoleh dana
murah dari kredit.
Rupiah akan melesak jatuh dengan keluarnya dana
asing dan larinya investor ke safe haven.
EOWI memperkirakan akan ke sekitar Rp 17.000 sampai Rp 25.000 per US dollarnya.
Sebagai preludenya sejak tahun 2011
rupiah sudah melorot dari Rp 8.500 ke Rp 11.700 per US dollar saat tulisan ini
diturunkan (Sept. 2014). Gejala prelude
lainnya ialah bahwa Bank Indonesia saat ini sudah membatasi penukaran US
dollar. Seseorang hanya diperbolehkan membeli $ 100.000 perbulannya. Setiap
pembelian US dollar di atas $ 100.000 harus disertai dengan underlaying nya (bukti untuk membayar
sesuatu). Jadi, saat ini, jika anda mempunyai Rp 6 milyar, anda memerlukan
waktu 5 bulan untuk menukarkan ke US dollar (kecuali kalau anda bisa mengakali
peraturan ini). Nantinya BI akan melakukan tindakan yang lebih drastis lagi.
Anda harus mempersiapkan kiat-kiat untuk menukarkan rupiah anda ke mata uang
yang lebih aman.
EOWI punya beberapa ide, ada yang pernah dicoba
dan ada yang belum pernah dicoba. Pertama, kita bisa menukarkan rupiah kita ke
dollar dengan menggunakan nama (rekening) orang lain (istri atau anak). Yang
kedua adalah dengan melalui penjual-penjual valas. Berbeda dengan bank, penjual
valas mungkin pengawasannya agak
longgar dan tidak dituntut administrasi yang ketat. Silahkan coba.
Walaupun sejak krismon 1998 bank-bank komersial Indonesia
lebih berhati-hati dalam menyalurkan, tetapi kehati-hatian itu juga terbatas.
Misalnya, walaupun saya adalah nasabah premium Bank Permata, tetapi bank
Permata tidak mau memberikan pinjaman back-to-back
dengan agunan US dollar untuk spekulasi saya, sedangkan bank Mandiri memberikan
dalam jumlah yang besar. Bank-bank
(staff sales dan managernya) akan tergiur untuk menyalurkan kredit ke
sektor-sektor yang dalam 10 tahun terakhir ini mengalami booming seperti sektor properti, sektor perkebunan dan sektor
pertambangan. Persoalannya adalah bahwa sektor-sektor ini lah yang membubble saat ini dan punya potensi gagal bayar. Ketika gagal bayar terjadi.....,
bank bisa menjadi insolvent alias
kekurangan kapital. Pada saat itu duit tabungan nasabah tidak bisa diambil,
beku di rekening anda. Kasihan juga, punya duit tetapi tidak bisa diambil. Untuk
menghibur diri, mungkin anda akan menyangkal dengan mengatakan: “...’kan ada LPS yang menjamin uang nasabah bisa
dikembalikan.” Itu terserah anda apakah memilih untuk percaya pada LPS atau
tidak. Itu masalah pilihan pribadi. Dan EOWI memilih untuk tidak percaya.
Secara jujur, EOWI tidak tahu seberapa jauh
tingkat kesehatan bank-bank komersial. Tetapi dalam masalah uang, EOWI memilih
tidak percaya kepada siapapun, termasuk pemerintah.
Trough War Dekade 2010(?)
Biasanya pembahasan siklus Kondratieff tidak
lengkap jika tidak dimasukkannya topik perang. Sebab salah satu model untuk
menerangkan siklus Kondratieff adalah perang. Pada periode K-Winter perang yang terjadi disebut trough war. Biasanya terjadi diakhir periode K-Winter. Dan biasanya perang ini adalah perang yang didukung
rakyat. Trough-war yang terakhir dimasa K-Winter
lalu adalah Perang Dunia II. Pertanyaannya adalah bagaimana bentuk perang K-Winter yang akan datang (seandainya
terjadi). Kalau yang berkembang saat ini, adalah US berperang melawan
bayang-bayang hantu. Tidak jelas siapa musuhnya. Tiba-tiba muncul al-Qaeda di
bawah pimpinan Osama bin Laden. Al-Qaeda bukan negara. Perangnya tidak mengenal
batas negara. Di Iraq, di Afganistan, di Pakistan, di Suriah, di Afrika. Selain
itu, pasukan al-Qaeda berasal dari berbagai bangsa, Arab, Indonesia, Malaysia,
Pakistan, Afgan. Yang terakhir, pasokan milisi dari Inggris dan Amerika
jumlahnya patut diperhitungkan, jika ISIS adalah perwujudan al-Qaeda. Apakah
perang seperti ini yang akan makin berkobar?
Bisa juga perang antara Amerika Serikat dan
sekutunya melawan Cina atau Korea Utara.
Dengan Cina, masalah hutang dan banyaknya surat obligasi US yang
dipegang oleh Cina bisa dijadikan dalih. Atau masalah klaim Cina terhadap
pulau-pulau di Laut Cina Selatan yang membuat Filipina, Jepang, Vietnam dan
Malaysia menjadi senewen.
Bisa juga antara sekutu Amerika melawan Russia.
Russia yang sudah muak dilecehkan, dirongrong kewibawaannya sejak hancurnya Uni
Soviet, bisa habis kesabarannya. Ingat, bahwa satu persatu negara-negara
eks-Uni Soviet ditarik menjadi anggota NATO atau sekutu dari Uni Eropa, seperti
Estonia, Latvia, Ukraina, Polandia,.......dan sederet lagi. Bukan tidak mungkin
Russia merasa terpojok dan marah. Pada konflik di Ukraina saat ini, US menunding
(tanpa bukti) bahwa Russia berada di balik separatis Ukraina Timur. Apakah perang
K-Winter adalah eskalasi dari perang
di Ukraina Timur? Entahlah.
Siklus Kondratieff
adalah alat yang jelek untuk meramalkan hal-hal seperti ini.
Jadi...., tidak ada kesimpulan dari bab
ini. Pembaca tidak usah kecewa, anggap saja bahwa hidup tidak selamanya ada
kesimpulannya. Pertanyaan juga tidak selamanya ada jawabannya. Demikian juga
uraian dan diskusi ini masih seperti paragraf bersayap yang tidak tuntas.
Saatnya Berpikir
Saat yang harus menambahkan kehati-hatian adalah
pada dan setelah tahun 2014, karena pada saat itu ada beberapa hal yang mulai
berlangsung.
- Baby Boomer yang berumur 53 tahun mulai menurun jumlahnya. Aggregat konsumsi diharapkan akan menurun lagi.
- Baby Boomer yang tertua memasuki umur pensiun (67 tahun). Pola konsumsi akan mulai berubah.
- Hutang pemerintah yang membengkak
- Margin di bursa saham menuju puncaknya (mungkin sudah sampai)
- Bursa saham juga (mungkin) sudah sampai puncaknya
- Pertumbuhan ekonomi di Cina yang sejak tahun 2007 lebih banyak dimotori oleh investasi, sekarang sudah membubble, kelebihan kapasitas. Rumah dan apartemen dibangun terlalu banyak, juga pabrik-pabrik. Mau siapa yang mau beli dan pakai? Siapa yang akan bayar? Jika 50% ekonomi dunia sedang mengencangkan ikat pinggang, apa akan terus menambah kapasitas?
Kalau pada krisis tahun 2000 stimulasi ekonomi,
penggelontoran likwiditas masih bisa direspons oleh Baby Boomer yang saat itu pada usia dengan pola konsumsi puncak.
Selanjutnya kredit masi bisa berekspansi. Untuk krisis tahun 2008, Cina masih
bisa memompa pertumbuhan ekonominya dengan menciptakan bubble di sektor properti dan investasi. Sekarang bagaimana?
Generasi Baby Boomer baik itu yang
ada di Amerika atau Uni Eropa, tidak bisa merespons penggelontoran likwiditas
lagi. Pada saat manusia memasuki masa pensiun, mereka akan lebih berhati-hati
dan berusaha menabung untuk hari tuanya dari pada melakukan konsumsi. Bagaimana
dengan Cina? Sampai berapa banyak kota hantu yang akan dibangunnya? Siapa yang
akan membayar?
Pendapat EOWI, kita sudah mendekati endgame. Jalan-jalan keluar yang nyaman
sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah hari-hari perhitungan. Hutang harus
dibayar atau dikemplang. Bubble harus
meletus dan harga-harga kembali ke level yang normal. Tidak ada perpanjangan
waktu lagi. Bagaimana skenario endgame
ini? Apakah mengikuti skenario K-Winter,
harga-harga jatuh, perang trough-war?
Entahlah, ekonomi bukan ilmu, melainkan hanya sekumpulan opini-opini. Ada yang
logis dan ada yang tidak logis.
EOWI mungkin bisa salah dalam ramalannya. Kita
berada di dalam babak baru sejarah yang tidak pernah dimasuki manusia
sebelumnya. Indikasi ekonomi dan indikator teknikal yang ditutunkan dari jaman
standard keuangan yang berbasis emas, banyak yang tidak berfungsi karena
basisnya sekarang sudah berubah, kredit dan hutang. Di samping itu yang disebut
ilmu ekonomi sesungguhnya bukan ilmu, melainkan opini. Dan kaidah-kaidahnya
tidak dilengkapi dengan bukti dan kondisi yang sufficient, melainkan hanya necessary.
Namun demikian, kehati-hatian adalah perlu, apalagi jika kita menjelang
pensiun. Pada usia-usia tersebut tidak ada ruang untuk berbuat kesalahan.
Ketika anda salah......, uang pensiun anda amblas, dan anda menyongsong
kematian dalam kemiskinan dan kesengsaraan. Alangkah mengenaskannya nasib yang
seperti itu. Salah satu misi EOWI adalah memberi peringatan agar pembacanya
tidak bernasib yang mengenaskan. Untuk itu dan sampai saat ini, EOWI tidak
meminta upah kepada pembacanya. Jadi kalau pembaca mau membaca dongeng-dongeng
EOWI yang berat.....silahkan....Sekiranya dongeng-dongeng ini bermanfaat bagi
anda, moga-moga Allah membalas EOWI dengan keselamatan dan kesejahteraan (mohon
“diaminkan”).
Sekian dulu....., jaga kesehatan anda baik-baik,
serta tabungan dan hasil jerih payah anda. Jangan lupa, rekomendasikan blog ini
kepada teman-teman anda supaya mereka bisa ikut bersiap menghadapi masa
deflationary 2014 – 2020.
[1] Tomorrow’s Gold, Marc Faber, CLSA 2002,
hal 110-144
[2] Deflation, Gary Shilling, McGraw-Hill,
1999, hal 137 - 143
[3] Ibid
[4] Conquer
the Crash, Robert Prechter Jr, John Wiley & Sons, edisi 1, 2002
[5] Bonds
& Interest Rates - The 54 year cycle, Geir Solem, 4 Maret 2010, http://www.financialsense.com/fsu/editorials/2010/0304.html
[6] The
Kondratieff Cycle, Geir Solem, 1 Desember 2009, http://www.financialsense.com/fsu/editorials/2009/1201.html
[7] LongWave
Group, Website display, http://thelongwaveanalyst.ca/
[8] The Great Depression Ahead, Harry Dent, Free Press, 2009
[9] “What
does a “good” Chinese adjustment look like?, Michael Pettis, 1 September, 2014, http://blog.mpettis.com/2014/09/what-does-a-good-chinese-adjustment-look-like/
22 comments:
Investasi seperti apa yang disarankan oleh Bung Is untuk menjaga harta kita sepanjang periode deflationary ini?
Salam
@ anonymous
bisa lihat posisi om IS disini
long USD
short SRS
@ om IS
ingin menanggapi sedikit untuk forecast deflationary period ini.
IMO ada pergeseran kekayaaan dari barat terutama Europe dan US ke Asia Timur terutama China.
Maksud saya adalah penggerak utama pertumbuhan ekonomi dunia selama dekade 1990 an sampai awal 2000an dari yang saya baca pada kolom ini terutama digerakkan oleh daya konsumsi para baby boomers di US.
sementara generasi ini banyak yang sudah pensiun di dekade 2010 an ini sehingga banyak mengurangi daya konsumsi. namun pertumbuhan penduduk di US tetap ada dengan makin banyaknya kaum immigran yang masuk kesana terutama hispanik. Apakah mereka tidak mempunyai daya konsumsi?
ya mereka punya namun posisi ekonomi mereka lemah sehingga tidak signifikan menggerakkan mesin ekonomi, sementara jurang inequality di US semakin lebar sehingga proporsi middle incomer semakin sedikit, padahal golongan menengah ini yang merupakan penopang tumbuhnya ekonomi, sementara golongan minority (the haves) akan mencari cara supaya kekayaannya tidak turun sehingga jurang makin dalam (seperti om IS ini hehe..)
Saya sependapat bahwa US merupakan kiblat ekonomi dunia sd saat ini namun dalam beberapa dekade mendatang kemungkinan posisi ini berubah.
Dalam periode transisi ini saya rasa mungkin akan timbul gejolak.
kemungkinan untuk menuju musim semi kita harus melewati winter. Dalam accounting ada istilah 'big bath' seperti analogi judgement day ini dan bisa jadi akan timbul gejolak besar (perang) untuk memulai dari awal lagi.
selama USD masih menjadi mata uang dunia dan QE tidak efektif lagi maka memang paling safe adalah menyimpan dalam USD.
Yang menjadi pertanyaan saya om IS yang budiman, instrumen apakah yang paling favorable dalam menyimpan di USD ini?
Terima kasih
Oom IS, sebaiknya simpan U$ Dolar dalam bentuk apa ? cash (tanpa dapet bunga dan takut dibangsat), deposito U$ (resiko dibekukan), reksadana U$ atau apa yah ?
Terima kasih.
Pak Is terima kasih tulisannya, yang sangat padat informasi.
Luar biasa ulasannya, saya harus baca berulang-ulang nih, agar paham. Saya tertarik dengan teori siklus kondratief.., sebab jika diperhatikan kondisi sekarang ini, perekonomian dunia memang berada didalam siklus tersebut, yang muaranya pada siklus gali lobang-tutup lobang.
Mantap tulisannya...ijin ninggalin jejak ya pa.
Pak IS,
Era 1930-an (great depression), index Dow Jones naik berkali-kali lipat. Padahal itu jelas era deflasi.
Kalaupun benar tahun2 ke depan kita kembali ke era deflasi, index saham belum tentu turun juga.
Bagaimana menurut Bapak? :)
Pak is, ada yang belum disebutkan
Derivative alias turunan
Misal Credit Default Swap ( CDS )
orang yang memasang "bet" pada "invetasi" ini justru untung saat terjadi Debt Default ( gagal bayar utang )
.
Namun anehnya yang terjadi ( ada satu negara di erope yang mengambil "kebijakan" memangkas nilai bond menjadi 40-50% sehingga investor yang memasang CDS menjadi kecewa, karena nggak jadi default )
demikian juga dengan pemilik Bond kecewa karena "assetnya" terpangkas 40-60% ( meng hedge dengan CDS pun ternyata juga gagal )
.
US Dollar menjadi "safe haven" sementara karena fiat currency lainnya tumbang satu persatu
( namun tidak ada jaminan US Dollar tetap eksis 10 th kedepan, karena efek domino )
.
walau begitu kita bisa memadukan beberapa "peluang" dan "resiko"
sebagai contoh
10-20% cash ( karena kita hidup di indonesia, nggak mungkin klo cuma nyimpen dollar, jadi tetep sedia rupiah )
10-20% "komoditi" ( seperti Nabi Yusuf )
bisa pula berupa toko / gudang sembako, toko serba ada atau "selepan beras"
10-30% emas
10 % perak ( logam mulia paling undervalued... dari segi investasi dan Nishab Zakat Maal 200 dirham perak )
20-40% tanah dan bangunan di desa/wilayah bukan perkotaan ( karena rumah dan tanah di kota sudah overvalued )
bisa pula berupa sawah atau kebun ( income producing asset )
Om Is, posting sampeyan saya obral kemana-mana. Eh pada ngejek..katanya hari gini percaya Ramalan...Jadul...Ganti Om judulnya jangan pakai ramalan, ganti aja ke Prediksi. Kalau konsumennya Kristen/Katolik ganti jadi Nubuat..he..he..
Kayak dukun sekarang ikut mode jadi Ustad, Kyai, Resi he..he..
tulisan menarik penuh data,.. dan bikin berdebar2 bacanya .. hmmm .. makasi om is atas infonya
Analisa yang lengkap. menarik...ijin menyimak pak..lanjutkan dan terus menulis pak..ijin share ya pak..
Jakarta, Aktual.com — Presiden Joko Widodo menegaskan investasi kereta cepat memerlukan penghitungan yang tepat dan pemerintah masih menunggu investor yang mampu.
“Kalau ada yang berinvestasi apapun akan saya berikan silahkan, misalkan kereta cepat, siapa bilang dicancel,” kata Presiden saat bertemu dengan masyarakat Indonesia yang tinggal di Qatar, di Kedutaan Besar RI di Doha, Senin (14/9) malam waktu setempat.
BACA SELENGKAPNYA DI :
Alasan Investor, Pemerintah Ragu Bangun Kereta Cepat
Ayo Pak IS, buat ulasan mengenai "industri kreatif" (e.g Uber, Twitter, Facebook, Go-jek, etc).
AYO PAK IS.. SEKARANG MINYAK SUDAH 27$..
Tetap kunjungi EOWI, pertanyaan pertanyaan anda menjadi ide bagi EOWI untuk bahan bahasan tulisan. Dengan kata lain pertanyaan anda akan dijawab sebagai tulisan.
keren abis
Selamat siang
ini adalah dasar dana global, kami memberikan pinjaman per pendanaan proyek tahunan 100% dengan pinjaman aman dan tidak aman yang tersedia kami dijamin dalam memberikan layanan keuangan untuk banyak klien kami dengan paket pinjaman fleksibel kami pinjaman dapat diproses dan dana ditransfer ke peminjam dalam waktu sesingkat mungkin kita beroperasi di bawah persyaratan yang jelas dan mudah dipahami dan kami menawarkan pinjaman kepada semua jenis untuk tertarik klien perusahaan perusahaan dan semua jenis organisasi bisnis, individu swasta dan investor real estate hanya menghubungi kami dengan nama di bawah Jika Anda sedang melihat bagaimana mendapatkan pinjaman hubungi kami kami dapat membantu Anda keluar EMAIL: globalfundfoundation9@gmail.com
Ninggalin jejak dulu bari baca setengah ...
Perlu diupdate lagi pak.
lengkapi juga dengan saran apa sebaiknya yang perlu disiapkan ?
wahhh.. turki sudah krisis pak IS, Indonesia tinggal menunggu saja sepertinya ya?
Turki sudah krisis pak, Indonesia tinggal menunggu waktu saja ya sepertinya??
Saya pendatang baru di dunia saham. Saya sedang mempelajari makroekonomi setelah menonton The Big Short tentang orang2 yang membeli Credit Default Swap (CDS) di tahun 2008. Saya memperhatikan sekarang CDS Indonesia nilainya makin mahal saja. Membaca tulisan bapak saya jadi ingin beli CDS juga. Ada saran pak? Oiya, bolehkan investor individu seperti saya membeli CDS?
Kalau saya simpan di Paypal. Online wallet terpetcaya
Post a Comment