___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Tuesday, July 10, 2018

Menghadapi Krisis (bagian III): Skenario - Skenario Yang Terburuk

Perang dagang baru dimulai, dan rupiah sudah kehilangan nilainya terhadap dollar 7.5%. Cadangan devisa juga sudah turun 7.6% (Lihat Chart-1 dan Chart-2).

Chart-1

Chart-2

Pernyataan di atas ada yang salah dan ada yang benar. Yang salah adalah bahwa sejak Januari 2018 nilai rupiah terhadap US dollar anjlok kira-kira 7.5% dan cadangan devisa Indonesia turun 7.6% dari level kira-kira US$ 132 milyar ke US$ 119 milyar. Itu adalah data, yang kebenarannya tergantung sumbernya, yaitu Bank Indonesia. Sedangkan bahwa penyebabnya adalah perang dagang yang dikobarkan oleh Amerika adalah semata-mata spekulasi. Penyebab turunnya nilai rupiah dan cadangan devisa bisa karena perang dagang, bisa quantitative tightening (QT) oleh the Fed, atau lainnya, atau kesemua itu secara bersamaan, entahlah. Tetapi mekanisme penurunan nilai rupiah dan cadangan devisa bisa dipastikan karena pelaku pasar melakukan pemindahan assetnya dari rupiah ke US dollar. Ini bisa dilihat juga bahwa indeks IHSG juga sudah turun sekitar 10%. Bahkan kalau dihitung dari puncaknya di bulan Maret, IHSG turun 15%.

Ternyata bukan hanya Indonesia saja, tetapi musuh besar perang dagang Amerika, yaitu Cina mengalami hal yang sama. Yuan turun sedikit terhadap US dollar, juga cadangan devisanya. Dan bursa sahamnya turun 20%.

Pertanyaan yang Sahih
Dalam benak kita tentunya ada pertanyaan: Apakah level krisis yang akan datang bisa seperti krisis tahun 1998?

Kalau pertanyaan ini dilontarkan ke Sri Mulyani, jawabnya tentu tidak. Dia sangat percaya diri bahwa krisis seperti 1998 sudah jadi sejarah. Tetapi, percaya diri bukan jawaban pertanyaan di atas. Analisa lebih penting dari itu.

Pertanyaan di atas bisa diganti dengan: Skenario apakah yang bisa membuat Indonesia terperosok ke dalam krisis seperti tahun 1998?

Hutang Jangka Pendek
Banyak yang percaya bahwa krisis 1998 bisa mencapai level seperti itu karena hutang jangka pendek, baik swasta dan juga pemerintah mencapai 183% dari cadangan devisa. Hutang jangka pendek, yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, artinya kewajiban yang ada di depan mata. Dan itu tidak ada duit untuk membayarnya. Hanya ada separonya lebih sedikit. Itulah yang membuat panik, klabakan, pening……

Ceritanya agak berbeda antara tahun 1998 dengan sekarang. Hutang jangka pendek pemerintah plus swasta saat ini adalah $45 milyar. Hanya 37% dari cadangan devisa. Setidaknya kewajiban hutang yang jatuh tempo dalam waktu dekat ini masih bisa teratasi oleh cadangan devisa. Tetapi, angka $45 milyar ini bisa disebut kewajiban yang pasti harus ditunaikan atau gagal bayar. Bukan lagi mungkin.

Investor Portfolio Asing: Racun, Madu, Tuak?
Faktor berikutnya adalah investasi portfolio asing. Kita akan lihat secara seksama.

Pemerintah sering membanggakan diri bahwa kepercayaan investor asing terhadap Indonesia cukup tinggi. Lembaga rating mengkategorikan surat hutang Indonesia ke level investment grade.

Pemerintah boleh bangga terhadap itu semua, tetapi tidak bisa disangkal bahwa investasi portfolio adalah investasi yang likwid. Dana bisa keluar dan masuk secara cepat. Nah, bagaimana kalau investor asing (bukan lokal) melakukan redempsi (pencairan) portfolionya dan hengkang dari Indonesia? Berapa besarkah mereka ini.

Investasi di pasar obligasi Indonesia, ada sekitar $40 milyar dimiliki asing. Sedangkan di pasar saham ada sekitar $128 milyar dimiliki asing. Ini berarti $168 milyar portfolio asing ada di bursa. Sejumlah ini sewaktu-waktu bisa keluar dari bursa. Apakah itu secara bertahap atau secara pelan-pelan, atau secara cepat.

Tanpa melihat yang lain-lain, perbandingan antara cadangan devisa yang pada bulan Juli 2018 ini hanya $119 lebih sedikit dengan jumlah modal portfolio asing yang $128 milyar, anda bisa menyimpulkan apakah portfolio asing ini madu atau racun…. Atau tuak yang memabukkan.

Investor Portfolio Asing: Modal Asing Asli Atau Carry Trade?
Gejala lain yang harus dicermati adalah fenomena carry trade, spekulator meminjam uang dalam US yang bunganya rendah untuk diinvestasikan ke pasar di emerging market yang yieldnya, penggembalian modalnya lebih tinggi. Bunga obligasi Indonesia termasuk lumayan. Bisa diatas 7%. Bunga deposito saja di sekitar 5% - 6%. Hal ini cukup menggiurkan selama mata uang rupiah setidaknya stabil terhadap dollar. Lebih menarik lagi jika menguat. Tetapi…., jika nilai rupiah melemah, investasi di Indonesia naik resikonya, maka itu lain cerita.

Misalnya, selama 6 bulan terakhir, rupiah terdepresiasi 7.5%. Jelas investor carry trade harus menelan kerugian. Itu terjadi tidak hanya di pasar obligasi, tetapi juga di pasar saham.

Berapa banyak carry traders, entah lah. Carry traders akan lebih berbahaya dari pada non-carry traders. Karena carry traders punya risk aversion yang lebih peka. Lebih cepat keluar dari pasar jika mereka mencium bahaya.

Tambahan Tenaga
Akhir tahun 2017 lalu pemerintah merencanakan untuk menerbitkan surat hutang sebasar Rp 433 trilliun. Apakah itu dalam US dollar yang kira-kira nilainya $30 milyar, atau dalam rupiah. Anggap saja dalam US dollar. Ini adalah assumsi paling enak untuk pemerintah. Artinya, pemerintah akan memperoleh tambahan $30 milyar untuk mempertahankan rupiah dan menutup defisit neraca berjalannya.

Lumayan $30 milyar.

Ringkasan Besarnya Kekuatan Pemerintah dan Ancaman
Kekuatan
Cadangan devisa               : $ 119 milyar
Tambahan dari hutang       : $  30 milyar (mungkin bisa ada)
Total Kekuatan                   : $ 149 milyar           

Ancaman
Hutang jangka pendek        : $  45 milyar (wajib dibayar)
Portfolio asing di bursa       : $ 168 milyar
Total Ancaman                    : $ 213 milyar

Dari perimbangan kekuatan dan ancaman ini, terlihat pemerintah akan keteter dalam menghadapi krisis. Ini belum memperhitungkan ancaman dari investor yang men-dollarkan assetnya, serta kebutuhan cadangan devisa untuk impor yang besarnya kira-kira $ 20 milyar per bulan.

Menurut anda, apakah pemerintah siap? 

Yang lebih penting lagi, apakah anda siap? 

Tetapi jangan kuatir....., itu adalah skenario yang terburuk dan yang sangat buruk. 

Saya percaya dalam minggu-minggu ke depan, US dollar akan tertekan, karena koreksi teknikal. Bagi yang ingin men-dollarkan assetnya, saat itu adalah saat yang tepat.

Sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik.


Jakarta 10 Juli 2018

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.