___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Tuesday, March 29, 2011

(No.15) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21



(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)



Rabu sampai Jumat ini saya keluar kota. Oleh sebab itu sambungan dongeng PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA untuk hari Kamis dimajukan ke hari Selasa untuk menyelesaikan Bab III mengenai "penipu". Setelah itu akan diselingi dengan refleksi.

Kita mulai saja kisahnya.


Persekongkolan Penipu Dan Penguasa - John Law

Judul bab ini sengaja dibuat bernuansa negatif, dalam arti John Law diberi label sebagai penipu jenius. Dan ulasannya nanti, akan dibuat campur aduk. Kadang bernuansa positif; dalam arti John Law akan dicitrakan sebagai ekonom yang jenius, reformis dalam bidang finansial dan penasehat negara yang jenius. Kadang John Law akan dicitrakan sebagai penipu yang sangat licin. Apakah sesungguhnya John Law seorang penasehat ekonomi negara yang jenius, reformis keuangan yang mengalami kesialan atau seorang penjahat yang jenius? Itu terserah penulis sejarah dan juga terserah kepada pembaca.

Cerita tentang John Law ini akan diawali dengan citra yang bernuansa negatif. Kemudian dengan cepat nuansanya akan berubah positif. Kadang John Law akan kita sebut reformis sistem moneter, kadang akan disebut penipu.

Pernahkan anda berpikir kenapa di Prancis banyak bank bernama ‘credit’, seperti Credit Mutuel, Credit Agricole, Credit Industriel ET Commercial, dan lain-lain. Kenapa kok tidak semuanya bernama bank? Tentunya ada sebabnya bukan?

Ada yang mengatakan bahwa dulunya orang Prancis pernah allergi terhadap kata bank. Karena ada suatu kejadian yang membuat mereka trauma terhadap bank. Walaupun mungkin secara perlahan-lahan trauma itu hilang dan sekarang kata bank juga sudah digunakan lagi.

Ada suatu kasus penipuan/pengelabuhan terkenal di Prancis yang melibatkan penguasa dan bank. Arsitek dari semua itu adalah seorang dari Scotlandia yang bernama John Law (1671 – 1729). Jadi jauh sebelum Ponzi hidup.

Johh Law lahir di tahun 1671 dari kalangan keluarga bankir kaya di Scotlandia. Pada umur 14 tahun dia sudah terlibat di dalam bisnis keluarga dan mempelajari seluk-beluk perbankan di bawah bimbingan ayahnya. John Law kemudian dikirim ke London untuk melanjutkan pendidikannya. Tetapi dia lebih menyukai hidup foya-foya sehingga pendidikannya ditinggalkannya.

Dalam perjalanan hidupnya dia terlibat dalam duel untuk memperebutkan seorang wanita murahan. Di dalam duel itu John menang dan lawannya mati. Karenanya Law dituntut pengadilan dengan tuduhan pembunuhan tingkat II (pembunuhan tanpa perencanaan) dan ancam hukuman mati. Kemudian tuntutan itu diturunkan menjadi pembunuhan tingkat III (kelalaian sehingga menghilangkan nyawa) dengan ancaman hukuman penjara dan denda. Ketika menjalani hukuman, dia berhasil meloloskan diri dan lari ke daratan Eropa, pada tahun 1694. Di Amsterdam ia melanjutkan pendidikannya dibidang perbankan dan finansial.

John Law kembali ke Scotladia pada tahun 1705. Dia mencoba mengembangkan pemikirannya tentang teori finansial dan keuangan. Salah satunya dituangkan dalam bukunya yang berjudul Money and Trade Considered, with a Proposal for Supplying the Nation with Money (1705). John Law berpendapat bahwa tugas negara yang paling utama ialah membuat negara dan rakyatnya menjadi makmur. Dan tidak seperti kepercayaan dimasa itu, John Law berpendapat bahwa uang kertas punya keunggulan di atas emas dan perak. Jumlah uang kertas yang diterbitkan bisa lebih banyak dibandingkan dengan uang emas dan uang perak. Dengan pertambahan uang yang beredar perdagangan serta bisnis bisa tumbuh berkembang. John Law percaya bahwa semakin banyak uang maka perdagangan dan bisnis bisa marak. Jadi dalam sistem uang kertas, perdagangan dan bisnis bisa lebih berkembang dibandingkan dengan negara dengan sistem uang sejati (emas dan perak). Selanjutnya kemakmuran akan meningkat dengan sendirinya. Negara bisa memperoleh peningkatan pendapatan dari pajak yang meningkat. Teori semacam ini dikemudian hari dianut oleh ekonom beraliran Keynesian moneterisme.

Di tahun 1705 itu juga John Law mengusulkan idenya ini kepada parlemen Scotland, tetapi ditolak. Dia berusaha mendekati banyak kepala negara dan membujuk mereka agar mau mencoba mereformasi sistem keuangannya dengan sistem gagasannya. Dimasa itu Prancis sedang mengalami kebangkrutan akibat pengeluaran Louis XIV yang besar untuk militer, aktivitas luar negri dan dalam negrinya. Louis XIV terlibat dalam 3 perang besar. Pertama, perang Belanda-Prancis (1672–1678) yaitu antara persekutuan yang dimotori oleh Belanda melawan persekutuan yang dimotori oleh Prancis. Kedua, perang 9 tahun (1688–1697) dengan aliansi yang dipimpin Anglo-Dutch Stadtholder- raja William III, kaisar Leopold I dari Roma, dan raja Charles II dari Spanyol. Dan yang ketiga adalah perang suksesi Spanyol-Prancis, dimana Philip V dari Spanyol mempunyai posisi yang unik. Dia disamping sebagai pewaris tahta Spanyol, dia juga pewaris tahta Prancis karena hubungan keluarga antara raja Spanyol sebelumnya dan raja Prancis. Kemungkinan penggabungan negara Spanyol dan Prancis menjadi negara super besar menakutkan negara-negara Eropa lainnya.

Louis XIV juga hidup dengan mewah di istananya di Versaille. Prancis berada di puncak kejayaannya, kebesarannya dan kemewahannya, tetapi punya ironi, yaitu hutangnya bertumpuk, dan boleh dikata Prancis bangkrut secara keuangan. Ini disebabkan karena perang dan kemewahan keluarga istana dan tidak adanya sistem yang melakukan pengelolaan keuangan negara. Lain halnya dengan Belanda dan Inggris yang mempunyai bank sentral yang bisa memberi pinjaman dalam jumlah besar kepada kerajaan untuk menunjang aktivitasnya dikala defisit, Prancis tidak memiliki bank sentral serta sistem finansial yang baik. Prancis memiliki hutang sebesar 3 milyar livre tournois (nama mata uang Prancis waktu itu) dan mengalami kesulitan untuk membayar bunganya. Dalam catatan sejarah dan novel Alexandre Dumas, disebutkan ada mata uang emas, louis d'or (6,75 gr emas) yang sampai tahun 1690 dinilai setara dengan 10 livre[1]. Dengan demikian 3 milyar livre setara dengan 2025 ton emas.

Kondisi keuangan seperti inilah yang cocok untuk menerapkan sistem finansial kreatif yang diciptakan oleh John Law yang digolongkan sebagai reformis dalam soal keuangan. Ini adalah sebagai alternatif dari menaikkan pajak. Untuk meningkatkan pendapatan pajak dengan cara menaikkannya akan sangat tidak populer. Oleh sebab itu solusinya adalah sebuah sistem finansial yang kreatif yang bisa mencetak uang yang terbuat dari bahan yang mudah diproduksi, yaitu kertas. Menurut Law:

Perdagangan dalam negri sangat bergantung pada uang. Lagi pula jumlah uang yang lebih banyak akan dapat mempekerjakan orang dan membuka lapangan kerja yang lebih banyak dibandingkan jumlah uang yang sedikit. Lebih banyak uang akan memperkaya negara.[2]

John Law berhasil meyakinkan Phillipe – Duc d’Orleans untuk membentuk bank sentral. Phillipe -Duc d’Orleans adalah wali dari raja Louis XV yang masih kanak-kanak. Jadi secara de facto Duc d’Orleans merupakan penguasa Prancis. Model sentral bank yang diusulkan John Law berbeda dengan bank sentral di Inggris. Bank sentral usulan John Law adalah bank yang menggunakan uang kertas sebagai alat pembayaran yang syah. Ketertarikan Duc d’Orleans usulan John Law juga didasari atas niatnya untuk menurunkan hutang pemerintah dan membangun koloninya di benua Amerika yang sekarang dikenal dengan nama Louisiana, daerah aliran sungai Mississippi. Dengan uang dari kertas, segala pembiayaan menjadi mudah. Tinggal cetak saja.

John Law diberi lisensi untuk mendirikan Banque Generale pada bulan Mei 1716. Bank ini diberi kekuasaan untuk mencetak, mengedarkan dan mengatur peredaran uang kertas livre. Uang ini dijamin bisa ditukar dengan emas dan perak sesuai dengan nilai nominalnya. Modal pertamanya adalah 6 juta livre[3]. Dari jumlah itu hanya 1,5 juta livre dalam bentuk uang sejati (uang perak), dan 4,5 juta livre dalam bentuk surat hutang pemerintah yang nilai pasarnya hanya 25%. Jadi nilai pasar dari modal Banque Generale yang sebenarnya hanya 2,6 juta livre[4].

Disamping Banque Generale, tahun 1717, sebuah perusahaan John Law bernama Mississippi Company juga diberi diberi konsesi selama 25 tahun untuk melakukan eksploitasi koloni Prancis disepanjang sungai Mississippi di Amerika Utara yang luas itu. Perusahaan ini kemudian diganti namanya menjadi Compagnie de la Louisiane ou d'Occident.

Hubungan antara kerajaan dan Banque Generale menjadi sangat dekat ketika Duc d’Orleans pada bulan April 1717 memutuskan semua dana pemerintah disimpan di Banque Generale dan semua pembayaran pajak harus dengan uang kertas livre. Pada saat itu jumlah uang kertas yang beredar sudah mencapai 60 juta livre, atau 10 kali lebih banyak dari modal awal nominal atau 23 kali nilai pasar awal. Kemudian tahun 1718, kerajaan memberikan jaminan atas uang kertas livre dan nama Banque Generale diganti menjadi Banque Royale – yang artinya kurang lebih bank kerajaan. Dan Law diangkat sebagai pengendali sistem keuangan negara.


Uang kertas pecahan 1000 livre semasa John Law


Tidak hanya itu, Perusahaan John Law, Compagnie atau Mississippi Company, mengambil alih semua hutang negara dan sebagai imbalannya dia diberi kekuasaan atas penarikan pajak, dan mencetakan uang dan koin selama 9 tahun. Akibatnya saham perusahaannya naik dengan cepat. Harga sahamnya awalnya hanya 500 livre (tahun 1717) dan menjadi 10.000 livre pada tahun 1719. Dan kemudian melonjak menjadi 18.000 livre pada tahun 1720 setelah membagikan dividen sebesar 40%.

Antara tahun 1717 sampai tahun 1720 adalah masa mania bagi saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident yang harganya naik 36 kali lipat. Padahal usaha riil dari perusahaan tidak ada. Aktivitas Compagnie de la Louisiane ou d'Occident masih dalam batas konsep dan rencana kerja saja. Apa yang bisa diharapkan dari 3 tahun pembangunan suatu daerah di tempat yang jauh seperti daerah Mississippi pada waktu itu. Tetapi yang namanya herd mentality, sekali bergerak, semua mengikutinya. Hal ini ditunjang juga dengan bertambahnya jumlah uang (kertas) yang beredar. Kerajaan bisa menghamburkan uang (kertas) dengan seenaknya, rakyatnya percaya bahwa uang kertas itu sama kwalitasnya dengan uang sejati (koin perak atau emas) dan ada penyalurannya yaitu saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident.

Persoalan muncul ketika dua orang pangeran memutuskan untuk melakukan aksi ambil untung. Sahamnya dijual dan uang kertasnya dibawa ke Banque Royale untuk ditukarkan dengan uang sejati (emas dan perak). Dan didasari oleh herd mentality, beberapa orang mengikuti jejak kedua pangeran ini, kemudian jumlahnya semakin banyak. Harga saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident jatuh dan tidak hanya itu, Banque Royale tidak mempunyai uang sejati (emas dan perak) yang cukup untuk nasabahnya yang mau menukarkan livre kertas dengan livre sejati. Memang uang kertas yang dicetak jumlahnya banyak dan tidak pernah dikaitkan dengan cadangan emas dan perak yang ada. Untuk mencegah derasnya penukaran uang livre kertas dengan uang livre sejati (emas dan perak) serta mempertahankan peredaran uang livre kertas, sebagai pengendali keuangan negara John Law bermain keras dan mengundangkan bahwa kepemilikan koin livre lebih dari 500 livre adalah tidak legal. Disamping itu dia juga mendevaluasi nilai mata uang kertas livre untuk membuat ekspor lebih kompetitif dan meningkat.

Dalam kekacauan ini akhirnya John Law dipecat. Ia melarikan diri dari Prancis ke Belanda. Dia hidup berpindah-pindah dan akhirnya mati pada tahun 1729 di Venesia, sembilan tahun setelah keluar dari Prancis.

John Law bisa disebut sebagai bapak ilmu keuangan dan dianggap sebagai pioneer dalam penggunaan uang kertas di dunia sekarang ini. Anggapan ini sebenarnya salah, karena jauh sebelumnya Cina telah menggunakan uang kertas sebagai pengganti uang sejati (emas dan perak) sejak abad ke 6. Uang kertas di Cina itu disebut feiqian (baca: fesien, artinya uang terbang, karena bisa diterbangkan angin. Konon, kata feiqian ini menjadi dasar kata efficient di dalam bahasa Inggris.

Prancis banyak belajar dari praktek-praktek yang dilakukan John Law. Enam dekade setelah enyahnya John Law, parlemen Prancis kembali mencetak uang kertas yang disebut assignants dengan didukung (dijamin) oleh harta yang disita dari gereja selama revolusi Prancis yang terkenal .

Revolusi Prancis membuat negara bangkrut dan membutuhkan uang. Mencetak uang seperti yang pernah dicontohkan John Law, dianggap bisa menyelamatkan negara. Awalnya hanya 400 juta livre di permulaan tahun 1789. Enam bulan kemudian ditambah 800 juta livre, sembilan bulan kemudian ditambah lagi 600 juta livre dan akhirnya pada tahun 1791 keseluruhannya menjadi 2,4 milyar livre.[5] Itu namanya hiperinflasi.

Harga-harga membumbung tinggi. Kenaikan gaji tidak bisa mengejar kenaikan harga barang. Rakyat yang kehilangan daya belinya merampok toko-toko. Kemudian pemerintah bereaksi. Diberlakukanlah operasi pasar dan pengotrolan harga. Hukuman mati bagi yang membedakan antara livre kertas dan livre sejati (koin perak) dalam penetapan harga barang.

Pencetakan livre kertas (assignants) terus berjalan. Tahun 1794 beredar 7 milyar livre politikus (kertas). Dipertengahan tahun 1795 mencapai 14 milyar livre. Akhirnya ketika mencapai 40 milyar livre, pencetakannya dihentikan.

Uang kertas baru kemudian diperkenalkan dengan nama mandat. Inipun hanya berumur dua tahun karena pada tahun 1797, mandat kehilangan 97% nilainya. Uang-uang kertas itu nilainya sama dengan kertas WC penyeka tinja. Akhirnya sistem mata uang sejati (emas dan perak) kembali diberlakukan.



(Bersambung...........)




[1] Currency in Dumas’ Novels, Wikipedia online Encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Currency_in_Dumas'_Musketeer_novels

[2] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm

[3] John Law and Mississippi Scheme, http://www.mapforum.com/05/law.htm

[4] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm

[5] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm


Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.


Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Sunday, March 27, 2011

Anjing Naik Pesawat?

Anjing saya baru saja mati, namanya Anubis. Saya agak sedih karena biasanya kalau saya sedang duduk sambil nonton TV, dia diam-diam masuk dan duduk di dekat kaki saya. Anubis adalah satu-satunya dari 4 anjing saya yang saya bolehkan masuk rumah, karena dia dari jenis dachshund yang sangat pandai menangkap tikus.

Dari 4 ekor anjing yang saya sekarang miliki, hanya Anubis si dachshund ini dan Poky si golden retriever saja yang secara emosionil saya ada keterikatan. Saya sedang mencari penggantinya, seekor Doberman dan seekor dachshund betina. Saya rencanakan untuk melepas Maltese saya, yang secara emosi saya tidak punya keterikatan.

Ketika sedang browsing internet untuk mencari advertensi anjing dijual, saya secara tidak sengaja terbentur pada search “Anjing Naik Pesawat”. Ternyata diarahkan ke Inilah.Com.

Beginilah bertitanya:

INILAH.COM, Jakarta – Seorang penumpang curhat mengenai tingkah Roy Suryo di dalam pesawat maskapai lokal, Sabtu (26/3). Roy duduk di bangku yang bukan miliknya dan enggan menyingkir. Duh!


“Saya baru saja mengalami kejadian paling berkesan selama naik pesawat terbang. Melibatkan Roy Suryo, amuk massa dan pilot gagah berani,” demikian curhat penumpang bernama Ernest Prakasa, melalui akun Twitter-nya.


Ernest dan seorang kawan naik pesawat Lion Air pukul 06.15 menuju Yogyakarta. Saat boarding ke dalam pesawat, di tempat duduk sesuai tiket yang ia miliki, ada Roy Suryo dan istrinya. Ternyata saat diperiksa, tiket Roy untuk penerbangan pujul 07.45, bukan 06.15 yang dimiliki Ernest dan kawannya.


“Tapi dia keukeuh tidak mau turun, pakai bawa-bawa nama direktur Lion Air,” lanjut Ernest.


Bingung tak tahu harus bertindak apa, awak kabin Lion Air pun juga berbisik-bisik di pintu pesawat. Pilot pesawat yang bernama Kapten Vino, sudah memerintahkan menutup pintu pesawat, via pengeras suara.


Namun, pramugari tentu tak bisa melakukannya, karena Ernest dan kawannya masih berdiri. Tak ada bangku lain, karena seluruhnya penuh terisi.Dua kali permintaan menutup pintu diabaikan,Kapten Vino akhirnya keluar dari kokpit dan berteriak ke pramugari.


“Jam berapa ini? Kita sudah terlambat!” keluh si kapten. Saat itu, pesawat sudah terlambat 15 menit dari jadwal. Setelah menjelaskan kepada kapten, pramugari berbicara melalui HT dan kapten masuk lagi ke kokpit.


Berpikir ‘waras ngalah’, Ernest dan kawannya sempat memutuskan untuk keluar dari pesawat agar tak mengganggu perjalanan penumpang lain. Namun seluruh penumpang pesawat malah heboh, karena mereka tak mau Ernest 'kalah' dengan pejabat.


“Roy Suryo turun!” seorang penumpang berteriak. Ernest yang bingung pun tak jadi turun. Tak lama, Kapten Vino keluar dari kokpit, membawa tas dan membanting pintu. Adegan selanjutnya membuat Ernest kaget.


Si kapten berjalan ke pintu, menjatuhkan tasnya dan berteriak, “Pejabat emang anjing!” Sudah tentu Roy Suryo pasti mendengar hal itu. Ernest hanya bisa melongo melihatnya. Si pramugari berusaha menjelaskan kepada Ernest tentang sikap kapten yang menolak menjalankan pesawat, jika Ernest urung berangkat.


Ketika beberapa petugas bandara datang, pramugari menjelaskan bahwa para penumpang lain ingin Ernest dan kawannya ikut dalam penerbangan ini.


Mendengar hal ini, para petugas pun berinisiatif mengajak bicara anggota DPR Komisi I itu, yang tak lama kemudian berdiri dan menghadap ke seisi pesawat sambil berkata,“Saya mohon maaf sudah mengganggu penerbangan anda,” kata Roy.


Usai kejadian itu, Ernest dan kawannya disalami para penumpang, karena dianggap bisa ‘mengusir’ Roy. Namun Ernest lebih kagum pada sosok Kapten Vino yang sukses mempermalukan seorang pejabat.


“Moral of the story: Ternyata meski perusahaan punya servis kacrut, belum tentu pegawainya kacrut semua. Thanks Kapten Vino, you’re COOL. The End,” demikian Ernest menutup rangkaian curhatnya. [ast]


Dalam berita selanjutnya anjing…., eh maksud saya anggota DPR yang bernama Roy Suryo itu masih tidak memahami kesalahannya. Ini berita susulannya:

INILAH.COM, Jakarta – Roy Suryo dituduh ‘merebut’ tempat duduk penumpang lain di pesawat maskapai lokal hingga melibatkan massa dan pilot. Berikut cerita insiden itu dari sisi Roy Suryo.


Menurut Anggota Komisi I DPR Roy Suryo, kesalahan ada di pihak Lion Air. “Tweeps Yth, saya justru tadi BERANI MINTA MAAF depan Seluruh Penumpang Lion & TURUN, krn rupanya sudah DIMAJUKAN tetapi miss & Double-seat,” tulisnya di Twitter.


Selain itu, pria yang akrab disapa Roy ini juga mengaku dirinyalah yang mengalah karena ternyata ada kesalahan internal di maskapai Lion Air, ungkapnya. “Tweeps Yth, karena ada issue dari soal Lion Air, maka saya perlu klarifikasi: Yg BENAR saya justru MENGALAH atas Double seat. Tks,” tulisnya.


Perihal Kapten Vino sebagai pilot pesawat yang akan ditumpangi Roy mendadak meradang, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait membantah mengatakan, “Tidak ada komunikasi antara Roy Suryo dengan kapten pesawat”.


Roy juga mengaku pihak Lion Air telah meminta maaf mengenai masalah tiket tersebut.


Kejadian itu berawal ketika Roy menduduki tempat duduk milik penumpang lain. Penumpang itu berhak atas tempat duduknya karena di tiketnya juga tercantum nomor tempat duduk itu. Namun, Roy enggan pergi karena juga merasa berhak. Padahal, Roy tidak memiliki tiket untuk penerbangan pada jam tersebut. Ia memiliki tiket untuk penerbangan berikutnya.


Roy merasa berhak karena sudah diizinkan oleh pihak Lion Air, bahkan oleh direktur Lion Air. Penumpang yang bernama Ernest itu kemudian mengalah dan berniat meninggalkan pesawat. Namun, penumpang lain memintanya tidak mengalah dan kemudian ramai-ramai mengusir Roy (pen: anjing barangkali, sampai diusir dari pesawat). Mereka meminta Roy turun.


Keributan itu juga memancing kemarahan pilot. Ia kemudian mengancam tidak akan menerbangkan pesawat itu jika penumpang yang berhak atas tempat duduknya tidak mendapatkan haknya. Roy kemudian luluh dan meninggalkan pesawat. [tjs]

Saya mempunyai 4 ekor anjing. Masing-masing anjing tahu aturan yang diterapkan kepada mereka. Hanya Anubis si dachsund coklat ini saja yang boleh masuk ke rumah. Itupun dilarang masuk ke kamar apalagi musholla. Bolehnya hanya terbatas pada ruang keluarga, ruang makan, gudang dan dapur, tempat-tempat yang paling sering dirambah tikus. Yang menarik adalah anjing-anjing saya yang lain yaitu si Poky, Zeus dan Sinchan, tidak pernah melewati batas pintu. Walaupun saya membawa makanan untuk diberikan kepada mereka, atau mereka akan saya ajak jalan-jalan sore/pagi, mereka dengan manisnya menunggu di depan pintu, baik itu pintu belakang, pintu dapur atau pintu depan ataupun pintu samping. Tidak ada satupun yang mau masuk kecuali Anubis. Dengan kata lain, anjing-anjing ini tahu aturan, hak dan tugasnya.

Terkadang, keponakan-keponakan saya datang. Mereka bermain dengan anjing-anjing ini. Tidak jarang anjing-anjing ini dibawa masuk rumah. Kalau saya atau istri saya tahu, kami hanya bilang: “Poky, Zeus, Sinchan keluar.” Kalau mereka sedang digendong atau dielus-elus keponakan-keponakan saya, mereka (anjing-anjing ini) langsung keluar. Mereka tahu aturan.

Pembelaan Roy Suryo tentang kasus ini menunjukkan bahwa dia tidak tahu peraturan. Tiket yang dimilikinya adalah untuk penerbangan selanjutnya, bukan penerbangan saat itu. Itu tertulis jelas. Apakah dia tahu aturan itu? Kemudian Roy Suryo masih berdalih bahwa ia sudah dijinkan oleh direktur Lion Air. Apakah ada yang percaya? Ini penerbangan jam 6.15 pagi! Tentunya dengan check-in, boarding dan segala macam administrasi konfirmasi itu diperlukan setidaknya jam 5.30 atau lebih pagi lagi. Apakah direktur Lion Air sudah bangun atau mandi, atau siap di kantor?


Kemudian Roy Suryo juga mengatakan "mengalah". Kalau dia mengalah maka tidak akan pernah terjadi keributan dan penumpang yang kursinya dikangkangi Roy, yaitu Ernest tidak perlu bersiap-siap turun. Juga tidak perlu ada penumpang yang berteriak menuntut Roy untuk turun. Jadi Roy berbohong lagi.

Saya pikir, pilot Lion Air, Kapten Vino, telah menghina anjing-anjing saya Anubis, Poky, Zeus dan Sinchan dengan menyamakan mereka dengan Roy Suryo. Anubis, Poky, Zeus dan Sinchan tahu aturan dan tidak pernah bohong. Mereka lebih baik dari Roy Suryo.


Setiap 5 tahun bangsa Indonesia memilih orang-orang yang prilakunya lebih rendah dari anjing saya. Dan tidak pernah berhenti memilih orang seperti ini. Tidak ada salahnya sekali-kali memilih anjing-anjing saya untuk menjadi anggota DPR. Paling tidak mereka tidak bisa bohong dan tahu aturan.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

(No.14) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA



Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)



Untuk mengakhiri cerita QSAR ini ada cuplikan berita dari Detik.Com. Judulnya: “Kembalikan Dana PPP Rp 5 M, Tosari Siap Jual Celana Kolor”

Reporter : Wildan Hakim

Detikcom, Sabtu, 07/08/2002 - Jakarta, Untuk pertama kalinya setelah bangkrutnya PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) meledak, Tosari Wijaya tampil di muka umum. Dia menyatakan siap mengembalikan dana partai Rp 5 miliar yang nyemplung di QSAR. "Kalau perlu jual celana kolor," sesumbarnya agak emosional.

Hal itu diungkapan salah satu ketua DPP PPP ini pada wartawan sebelum pembukaan "Konsultasi Nasional RUU Bidang Politik PPP" di Ruang Rose I-II, Hotel Acacia, Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9/2002) pukul 16.20 WIB. Tosari banyak menjawab dengan nada tinggi dan terus berusaha menghindar. Ini merupakan wawancara pertama wartawan dengan wakil ketua DPR ini.

Berikut wawancara singkat wartawan dengan Tosari Wijaya:

Bagaimana investasi dana PPP ke PT QSAR?”

Duduk persoalannya adalah seperti yang saudara baca di koran. Kalau sudah (diberitakan) apalagi? Sampeyan baca koran nggak? Ikut (nonton) TV nggak? Dana partai sudah selamat. Jadi, tujuan investasi itu memang cari untung.”

Kenapa dana partai yang dipakai?

Lho, memang untuk partai. Soal QSAR yang sekarang bangkrut, itu urusan saya dengan partai. Bukan urusan Saudara. Saya sudah klarifikasi dengan ketua umum. Dan ketua umum membenarkan.

Bagaimana dengan Tim Penyelemat Dana bentukan Kolima?

“Saya nggak dengar adanya Kolima. Saya memang harus mengembalikan dana itu. Dan tidak perlu kesepakatan. Sebab hal itu merupakan tanggung jawab saya.”

Jadi Bapak sanggup mengembalikan dana itu?

Sanggup! Kenapa tidak! Pemimpin mesti sanggup dong. Kalau perlu jual celana kolor, itu merupakan urusan saya. Siapa mau beli?

Bagaimana kelajutan cerita dana Partai Persatuan Pembangunan, beritanya tidak keluar ke publik. Angka Rp 5 milyar itu banyak sekali, dalam arti orang yang memilikinya pasti harus kaya. Karena Rp 5 milyar pada masa itu adalah setara dengan 50 kg emas. Sangat menarik jika kekayaan Tosari Wijaya diaudit, untuk melihat bagaimana ia dibangkrutkan oleh QSAR dan bagaimana kiatnya (Tosari Wijaya) membangun kembali kekayaannya.

Terlibatnya petinggi dan politikus terkemuka negri ini dalam kasus QSAR punya hikmah yang tidak pernah bisa dijadikan pelajaran. Dalam sistem demokrasi, rakyat memilih para wakilnya untuk mewujudkan kemakmuran. Rakyat berpikir bahwa para politikus, petinggi negara ini punya kelebihan otak dan akal serta pengetahuan untuk memakmurkan mereka. Kalau yang dipilih sama setara dengan yang memilih, untuk apa negara ini diselenggarakan? Sayangnya, sejarah berkali-kali membuktikan bahwa para petinggi negara, politikus tidak lebih cerdik dalam hal mencari kemakmuran. Mereka masih tidak bisa membedakan antara bisnis riil dan penipuan. Dan......., ironisnya setiap 5 tahun rakyat beramai-ramai memilih anggota DPR termasuk ketuanya yang nota bene pernah tertipu oleh penipu seperti Ramli Araby. Memang manusia tidak bisa belajar.


Pump & Dump - Menunggang Gelombang Mania

Ada suatu lelucon mengenai musim dingin dan orang Indian. Ceritanya sebagai berikut. Pada suatu hari di awal musim gugur, seorang kepala suku Indian dari sebuah perkampungan (reservasi) Indian dengan sembunyi-sembunyi menelpon badan meteorologi untuk menanyakan prakiraan cuaca di musim dingin mendatang. Sebagai kepala suku, ia ingin agar rakyatnya bisa bersiap sedia menghadapi musim dingin mendatang. Sebagai orang yang sudah agak modern, dia tidak lagi mengandalkan teknik-teknik klenik, walaupun upacaranya masih dilakukannya.

Oleh badan meteorologi, ia diberitahu bahwa musim dingin yang mendatang akan seperti biasanya, normal. Sebagai kepala suku yang bijak dia mengatakan kepada rakyatnya bahwa musim dingin yang akan datang akan sedikit lebih berat dibandingkan biasanya. Oleh sebab itu dia menganjurkan rakyatnya untuk mengumpulkan kayu bakar yang agak lebih banyak, karena musim dingin yang akan dihadapi mereka akan berat.

Sebulan menjelang musim dingin, ia menghubungi kembali badan meteorologi untuk menanyakan apakah ada perubahan dalam prakiraan cuaca musim dingin mendatang. Ternyata memang benar, bahwa musim dingin yang akan datang kemungkinan lebih menggigit dibanding biasanya. Maka dengan segera dia memerintahkan rakyatnya untuk mengumpulkan kayu yang lebih banyak lagi, karena musim dingin yang akan dihadapi mereka akan sangat berat.

Beberapa hari kemudian, dia menelpon lagi ke badan meteorologi untuk memastikan prakiraan musim dingin yang diperolehnya beberapa hari lalu. Ia memperoleh jawaban yang cukup mengejutkan, bahwa musim dingin mendatang akan sangat parah. Dengan data itu ia memerintahkan kepada anak-anak, orang tua, wanita, semua anggota sukunya untuk mengumpulkan kayu bakar.

Besok lusanya dia kembali menelpon badan meteorologi untuk menanyakan hal yang sama. Dia memperoleh jawaban yang sangat mengejutkan:

“Musim dingin yang akan datang pasti sangat buruk. Mungkin terburuk yang pernah ada. Lihat saja, orang-orang Indian mengumpulkan kayu bakar seperti kesetanan!!!”

Ternyata badan meteorologi selama ini menggunakan aktifitas orang Indian mengumpulkan kayu untuk meramalkan parah-tidaknya musim dingin.

Hikmah dari cerita ialah bahwa kita sering tidak menyadari informasi yang kita peroleh sebenarnya berasal dari diri kita sendiri dan tanpa disadari telah menjadi umpan balik. Umpan balik ini bisa memperkuat asumsi.

Isilah pump & dump dikenal di bursa saham. Biasanya dilakukan oleh seseorang yang memiliki suatu saham dalam jumlah yang besar dan ingin menjualnya di harga tinggi. Langkah awal yang dilakukannya ialah menyebarkan gossip dan berita positif. Akibat gossip itu animo membeli saham tersebut meningkat dan harganya mulai menanjak. Respons yang demikian membuat orang tadinya ragu mulai berpikir bahwa gossip itu ada kemungkinan benar, lalu dia ikut membeli. Demikian seterusnya sampai harganya membumbung. Sementara itu si penyebar gossip melakukan aksi jual. Harga bisa terus naik karena spekulan ikut serta sampai akhirnya kehabisan pembeli. Volume perdagangan saham itu turun kembali dan harga saham itu juga mulai turun. Aksi jual spekulan membuat saham anjlok dan akhirnya hingar-bingar di saham itu mati dan harga saham kembali ke tempat semula. Yang beli di harga tinggi terpaksa harus gigit jari.

Pola-pola pengelabuhan seperti ini akan kita bahas pada bagian berikut ini.



Bisnis Bunga Anthorium, Peternakan Cacing dan Ikan Lohan

Seorang teman sekantor sering mengeritik saya, berkenaan dengan aktifitas investasi saya di sektor saham, emas, perak dan pasar uang. Katanya sektor yang saya geluti bukan sektor riil yang menciptakan lapangan pekerjaan. Dia memberi contoh mengenai sektor riil yang sedang dia geluti, yaitu menanam pohon anthorium (kejadiannya di tahun 2006 – 2008). Dia membeli bibitnya, untuk dibesarkan. Rencananya kalau sudah besar akan bisa dijual dengan harga yang lebih mahal. Barangnya riil dan bisa disentuh, yaitu pohon itu sendiri. Jenis yang disukainya adalah gelombang cinta. Dia juga memberi lowongan kerja bagi tukang kebun yang merawat pohonnya.

Pada saat itu valuasi (penilaian harga) pohon ini berdasarkan jumlah daunnya. Harga tertinggi yang pernah dicapai adalah Rp 500.000 per daun. Artinya jika sebuah pohon mempunyai 10 helai daun, maka harganya Rp 5 juta (10 x Rp 500.000). Ini adalah harga di puncak mania dimana orang mengalami waham-massal-sementara dan menyangka valuasi harga anthorium akan terus naik sampai tak terhingga. Harga per pohon anthorium gelombang cinta dikabarkan bisa mencapai Rp 30 juta. Catatan: gaji seorang pembantu di Jakarta, waktu itu sekitar Rp 300.000 per bulan. Dengan kata lain harga pohon gelombang cinta itu bisa mencapai 100 kali gaji bulanan seorang pembantu. Diukur dengan makanan, harga sepiring nasi campur dengan lauk ayam (ikan), sayur dan minum teh manis adalah Rp 10.000. Ini artinya pohon hias anthorium gelombang cinta itu nilainya sama dengan 3.000 porsi makan siang. Wow!!! Itu namanya mania.

Saya pernah menanyakan, kemana nantinya akan dijual kalau pohon-pohon itu sudah besar? Dia mengatakan bahwa akan banyak yang menampung, sambil menunjukkan majalah hobby Trubus. Disitu memang ada artikel mengenai anthorium dengan kasus-kasus suksesnya. Tetapi saya tidak bisa melihat besarnya potensi pasar dari anthorium. Skeptis. Seperti pada kasus Ponzi dimana jumlah IRC yang beredar tidak bisa menunjang bisnis IRC Ponzi, demikian juga jumlah penggemar anthorium tidak akan pernah bisa menyamai jumlah antorium yang akan beredar.

Teman saya mengeluarkan banyak modal untuk membeli anthorium anakan dan merawatnya. Sampai akhirnya pohon-pohon itu besar serta siap untuk dijual. Dan pembelinya.....? Tidak ada. Tidak ada yang mau membelinya.

Kasus anthorium bukan satu-satunya kasus yang pernah muncul. Di awal dekade 2000an, sekitar tahun 1999 – 2000, yang sedang naik daun adalah bisnis cacing. Dan tahun 2005 – 2006 adalah virgin coconut oil. Kemudian disusul dengan bisnis ikan lohan dan lobster air tawar.

Cerita lain adalah mengenai bisnis peternakan cacing terjadi di awal dekade 2000an. Di sekitar tahun 1999 – 2001, pada periode depressi akibat krisis moneter 1997, Indonesia (baca: Jawa) disibukkan dengan bisnis cacing. Awalnya, katanya, untuk makanan ikan hias seperti ikan arwana. Kemudian gossipnya berkembang, menjadi peruntukan jamu. Bahkan cerita itu kemudian berkembang menjadi peruntukan burger – cacing burger!!! Siapa yang mau makan cicing burger selama burger sapi masih ada?

Pada periode manianya, sering dijumpai iklan mengenai cacing di majalah Trubus; dari mulai penjual bibit, kursus pemeliharaan cacing, artikel-artikel mengenai cacing dan lain-lainnya. Untuk saya hingar-bingar cacing ini nampak absurd.

Kasus cacing ini banyak memakan korban, salah satunya adalah tetangga saya dan saudara sepupu saya. Mereka membeli bibit cacingnya, membuat tempat pemeliharaannya dan merawatnya. Ketika sampai pada ukuran panen........., tidak tahu kemana menjualnya, karena memang tidak ada yang mau beli. Kerugian menimpa. Saudara sepupu saya menghabiskan sekitar Rp 15 juta. Dalam ukuran uang sejati, yaitu emas, kira-kira 150 gram. Dalam ukuran harga kambing, kira-kira setara dengan 45 ekor kambing. Atau dalam ukuran porsi makan siang – nasi dengan lauk ayam dan sayur serta minum teh manis, kira-kira 2200 porsi. Kerugian yang cukup lumayan.

Kasus seperti ini tidak pernah masuk ke meja hijau. Karena secara hukum tidak memenuhi unsur pidana dan tidak pernah masuk ke penyidikan polisi. Kalau saja senandainya pernah masuk ke penyidikan polisi, modus operandi dan kejadian yang sebenarnya bisa terungkap. Oleh sebab itu kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pengetahuan kita hanya terbatas pada hipotesa. Inilah usaha yang paling jauh untuk mengerti kasus bisnis anthorium, cacing, jangkrik, virgin coconut oil, ikan lohan dan sejenisnya, hanyalah melalui hipotesa. Beginilah hipotesanya:

Kemungkinan kejadiannya dimulai dari seseorang yang memiliki stok barang, apakah itu anthorium, ikan lohan, cacing atau apa saja. Ia memulai langkah pertama untuk mempopulerkan barang dagangannya dengan ikut pameran. Mungkin beberapa kali, sampai memperoleh perhatian dari pengamat hobby di suatu majalah. Bahkan kalau perlu membuat iklan di majalah hobby seperti Trubus, atau membuat tulisan yang menarik berserta foto-fotonya sehingga memperoleh perhatian baik dari pembacanya dan juga redaksinya.

Ketika sudah memperoleh perhatian, pembeli mulai muncul. Pembeli ini bukan dari kalangan konsumen, tetapi dari kalangan orang yang punya tabungan dan ingin menerjuni bisnis ini. Iklan menjual bibit cacing, menjual anthorium, menjual bibit ini dan itu, pelatihan pemeliharaan cacing, ikan lohan, lobster air tawar, dan lain sejenisnya bermunculan. Dari kacamata pengamat (dan penulis kolom majalah), hal ini dianggap sebagai banyaknya permintaan atas barang tersebut (cacing, anthorium, ikan lohan, lobster air tawar, dsb). Maka tulisannya di kolom majalah semakin panas. Dan ini diresponse oleh pebisnis dengan iklan, pengadaan pameran, dan promosi lagi agar bisa menangkap sebagian pangsa pasar. Ini umpan balik yang makin menguatkan bak cerita mengenai Indian, badan meteorologi dan musim dingin di atas. Kebenaran akan terkuak ketika cacing sudah besar, anthorium sudah memenuhi halaman, akuarium dan kolam penuh dengan ikan lohan dan lobster air tawar. Pembeli tidak kunjung datang. Semua mau menjual, termasuk, agen penjual bibitnya. Mania selesai dan semua rugi kecuali yang pertama terjun ke bisnis ini, yaitu para penjual bibit, penyelenggara pameran, penyelenggara kursus ketrampilannya dan ......majalah hobby tersebut.

Informasi dari seorang kolega di kantor yang terjerumus ke bisnis lobster air tawar, mengatakan bahwa tahun 2010 biaya untuk kursus pemeliharaan lobster air tawar biayanya sekitar Rp 500.000 dan untuk membeli indukannya Rp 500.000 per set, 5 ekor betina dan 3 ekor jantan. Harga ini sudah naik dari Rp 350.000 di tahun 2004. Di tempat yang sama, bisa dibeli perangkat kursus seperti video, DVD dan juga pakan untuk lobster. Orang yang mengadakan kursus ini masih sama. Dialah yang diuntungkan dalam hiruk-pikuk bisnis lobster air tawar ini.

Apa ini bisa dijerat delik penipuan? Saya meragukan. Ini hanyalah perdagangan biasa. Calon investor (baca: calon korban) membeli bibit anthorium atau indukan cacing, atau indukan lobster air tawar, atau sejenisnya. Tentu saja penjualnya dengan suka hati menjualnya. Memberi kursus (yang tentunya bayar). Tetapi kemudian, apakah orang-orang yang telah menghabiskan uangnya merasa tertipu? Sangat mungkin. Paling tidak merasa diakali. Karena setelah dikembang biakkan dan hasilnya mau dijual kembali ternyata permintaan tidak ada. Pasarnya sangat terbatas. Anehnya, ada orang yang kena perangkap seperti ini berkali-kali. Seingat saya, tetangga saya itu kena kasus palem raja lalu kemudian kasus cacing. Kenapa bisa demikian? Tidak lain karena mereka tidak skeptis dan tidak kritis.


(Bersambung...........)



Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Thursday, March 24, 2011

(No.13) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)




Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) – Ramli Araby

Sampai kisah ini ditulis, kasus PT Qurnia Subur Alam Raya (QSAR) mungkin adalah kasus penipuan yang terbesar sepanjang sejarah di Indonesia. Peristiwa ini terjadi di tahun 1998 – 2003 yang diakhiri dengan dimasukkannya sang pelaku ke penjara. Kasus ini melibatkan kira-kira 6800 orang korban dan uang mendekati Rp 500 milyar yang pada waktu itu nilainya ekivalen dengan 5 ton emas. Jadi cukup besar. Dan jumlah ini hampir separo dari kasus penipuan yang terkenal di Amerika Serikat yaitu kasus Charles Ponzi yang melibatkan uang senilai hampir 11 ton emas. Oleh sebab itu kasus QSAR - Ramli Araby ini layak untuk dicatat.

Seperti kebanyakan penipu, nama Ramli Araby sebagai otak pelakunya, sudah dilupakan orang sebelum masa hukuman Ramli Araby selesai. Jangan terlalu heran. Karena memang demikianlah kenyataannya. Penipu mudah dilupakan, tetapi perampok, gengster, pembunuh kelas kakap, lebih sering diingat.

Kasus QSAR ini juga melibatkan petinggi-petinggi negara dimasa itu seperti wakil Presiden Hamzah Haz, wakil ketua DPR Tosari Wijaya dari Partai Persatuan Pembangunan, ketua MPR Amin Rais, dari Partai Amanat Nasional dan sederet lagi baik sebagai korban atau sebagai alat yang digunakan untuk menarik korban.

Jenis penipuan pada kasus ini adalah varian dari penipuan sistem piramida Ponzi, dengan kedok kerja sama dan bagi hasil (keuntungan) di bidang agrobisnis. Dari tema bisnisnya, yaitu kerja-sama dan bagi hasil, patut diduga Ramli Araby mengincar umat Islam yang fanatik. Proposalnya mempunyai daya tarik yang tersendiri bagi umat Islam. Karena bisnis yang ditawarkan QSAR adalah digunakannya sistem bagi hasil, bukan sistem riba. Nantinya yang menjadi korbannya kebanyakan orang Islam. Tentu saja semua paket-paket bisnis itu hanya kedok saja.

Seperti semua sistem piramida Ponzi, akhirnya sistem ini meledak. Hal ini terjadi pada bulan Maret 2002, setelah 4 tahun beroperasi. Walaupun tahun 2001 kemacetan pembayaran sudah terjadi. Karena licinnya, pelakunya, Ramli Araby tidak pernah divonis dengan delik penipuan melainkan dengan delik pelanggaran aturan perbankan yaitu “menghimpun dana masyarakat tanpa persetujuan Bank Indonesia” (pelanggaran UU No. 10 tahun 1992) pada 31 Juli 2003. Delik perbankan ini adalah pasal karet. Karena kalau dipikir-pikir, arisan juga bisa dikenakan pasal ini.

Sosok Ramli Araby, seperti Charles Ponzi adalah sosok yang mampu menyakinkan orang. Ibarat seorang salesman, dia mampu menjual tahi ayam seharga coklat. Menurut cerita, Ramli Araby lahir di Sukabumi. Menurut cerita lagi, bahwa ketika ia berumur belasan tahun, yaitu di tahun 1970an ia pindah ke Aceh bersama ayahnya dan tahun 1997 kembali ke Sukabumi bersama istrinya yang orang Aceh. Cerita ini bukan hendak memojokkan Aceh, seakan-akan Ramli Araby belajar tipu-menipunya di Aceh, tetapi begitulah ceritanya. Demikian juga dalam kasus yang lain yang akan diceritakan nanti, melibatkan Cut Zahara Fonna yang orang Aceh, bukan bermaksud memojokkan orang Aceh, tetapi begitulah ceritanya. Penipu orang Jawa juga ada, seperti Raja Idrus, Ratu Markonah dan Joko Suprapto. Walaupun demikian perlu diingat bahwa tidak semua orang Jawa atau Aceh adalah penipu dan ilmu tipu menipu berasal dari Jawa atau Aceh.

Kisahnya dimulai sejak tahun 1998, dimana Ramli Araby mendirikan PT Qurnia Subur Alam Raya (PT QSAR atau QSAR) yang bergerak dalam bidang agrobisnis. Kantornya berlokasi di Jl. Raya Situ Gunung Km. 3.5 No. 277 A, Cisaat, Sukabumi Jawa Barat. Pada saat yang sama terjadi krisis moneter di Indonesia dan Asia yang menjatuhkan Suharto dari kursi kepresidenannya yang telah didudukinya selama sekitar 35 tahun. Bisnis Ramli Arby tumbuh dengan cepat. Hal ini dimungkinkan karena selama krisis banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan banyak karyawan yang diPHK memperoleh uang pesangon. Apalagi perusahaan-perusahaan minyak di Indonesia seperti ARCO Indonesia (Atlantic Richfield Company), uang pesangon PHKnya sangat tinggi, para pengangguran baru ini ingin punya penghasilan. Sebagai gambaran bagaimana parahnya situasi ekonomi pada saat itu ialah menjamurnya “warung-warung tenda” yang didirikan orang-orang yang kena PHK. Membuka usaha “warung tenda” dimasa ekonomi sulit seperti itu juga tidak mudah. Banyak yang tidak berumur panjang. Kesempatan untuk memperoleh penghasilan adalah daya tarik yang kuat bagi yang punya uang. Hal inilah yang mungkin dilihat Ramli Araby sebagai kesempatan.

Proposal yang ditawarkan QSAR bermacam-macam. Salah satu diantaranya adalah sistem bagi hasil untuk sebuah proyek usaha baru budidaya pertanian. Investor diwajibkan menyetorkan sejumlah uang, kemudian paling lambat 7 hari setelah modal disetor, pekerjaan dimulai. QSAR harus mengembalikan modal kepada investor ketika proyek sudah selesai yang ditandai dengan selesainya masa. Untuk cabai merah “Hot and Beauty” misalnya perhitungan penyiapan lahan akan memakan waktu 25 hari dan 4-5 bulan untuk menanam sampai panen dan pohonnya tidak produktif lagi. Sedangkan pembagian keuntungan dimulai sejak panen pertama dimulai, yaitu sekitar 4 bulan setelah modal disetor.

Dari seorang ahli geofisika Madura, peserta penanam modal di QSAR bernama Abdurahman, diceritakan bahwa dia tertarik dengan model kerja sama yang ditawarkan oleh Ramli Araby, karena sesuai dengan kaidah Islam. Abdurahman yang baru saja diPHK dari sebuah perusahaan minyak, mempunyai banyak uang, yang tidak kurang dari Rp 500 juta (ekivalen dengan 5 kg emas). Ia mengambil paket budidaya brokoli. Dalam paket ini investor berkewajiban menyetor Rp 25 juta (senilai kira-kira 250 gram emas). Keuntungannya akan dibagikan setelah panen. Investor akan memperoleh 40% dan QSAR memperoleh 60% dari keuntungan.

Dengan masa tanam yang pendek, yaitu sekitar 60 hari, maka hasil akhir dari investasi Abdurahman bisa diketahui dengan cepat. Oleh QSAR, paket Abdurahman dinyatakan gagal dimakan ulat. Anehnya Abdurahman memperoleh kembali uangnya secara utuh, yaitu Rp 25 juta. Bagi banyak orang, kejadian seperti ini akan menjadi daya tarik yang lebih kuat untuk menanamkan uangnya lebih banyak. Lain halnya dengan teman Madura kita Abdurahman ini. Dia pikir, jika uangnya kembali, maka uang yang diterimanya itu berasal dari uang orang lain, apakah itu dari QSAR sendiri atau dari investor lain. Dan ini menurutnya, bukanlah cara-cara Islam. Sepatutnya modal Abdurahman sudah habis. Dan ia akan merelakan uangnya habis. Sebagai seorang penganut Islam sejati, Abdurahman tidak melanjutkan hubungan bisnisnya dengan QSAR dengan alasan bisnis QSAR tidak Islami. Keputusan inilah yang menyelamatkan uang PHKnya dari mangsa QSAR.

Tidak banyak orang yang berpikir seperti Abdurahman. Banyak rekan-rekan koleganya dari ARCO (yang diPHK ARCO) bernasib tidak sebaik Abdurahman. Pengembalian modal akibat gagal panen dianggap oleh orang banyak sebagai bentuk kejujuran dan niat baik QSAR sehingga mereka membenamkam uangnya lebih banyak lagi. Padahal sebenarnya hal ini adalah pancingan agar investor menanamkan uangnya lebih banyak lagi. Seperti kata seorang pengarang novel bernama Ken Kesey:

"The secret of being a top-notch con-man is being able to know what the mark wants, and how to make him think he's getting it."

“Rahasia untuk menjadi penipu yang hebat adalah mengetahui apa yang diinginkan calon korbannya dan meyakinkan padanya bahwa ia akan memperoleh yang diidamkannya.”

Ramly Araby mengetahui apa yang diinginkan pengangguran yang punya uang, yaitu penghasilan besar yang mudah, aman, tidak beresiko, maka Ramli memancing calon korbannya dengan umpan-umpan yang seolah-olah merupakan investasi yang tidak ada resiko dan tidak akan pernah rugi. Pemilik modal yang terpancing akhirnya sangat menyesal atas keputusannya ini. Tentu saja cara ini tidak mempan terhadap orang seperti geofisikawan Abdurahman yang tertarik pada bisnis Islami ketimbang sekedar mudah, aman dan tidak beresiko.

Bentuk kerja sama lain yang ditawarkan QSAR adalah membiayai usaha yang sudah berjalan. Pola ini memberi kesempatan bagi investor yang tidak mau menunggu pembagian keuntungannya selama 3 - 4 bulan. Seperti yang dikisahkan oleh seorang drilling engineer yang bekerja di sebuah perusahaan jasa pengeboran minyak bernama Mohammad Saar, ia menanamkan modalnya sebesar Rp 10 juta pada awal tahun 2002 untuk paket “membiayai usaha yang sudah berjalan”. Menurut perjanjian ia akan memperoleh 2% perbulannya. Jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan bunga deposito bank yang besarnya berkisar disekitar 10% per tahun. Sayangnya bunga itu tidak pernah diterimanya. Yang diterimanya hanyalah janji-janji saja.

Walaupun QSAR menawarkan berbagai paket-paket bisnis, untuk mengetahui secara rinci bentuk paket-paket bisnis agak sulit karena kurangnya dokumentasi. Ketika kisah ini ditulis, kasus QSAR sudah terkubur selama 9 tahun. Walaupun banyak orang saya kenal adalah korbannya dan juga ikut menyeret keluarganya seperti ayahnya, saudaranya atau mertuanya untuk menjadi korban QSAR, tetapi pada umumnya mereka ini mencoba melupakan kemalangan yang menimpa mereka. Banyak diantara mereka saya minta untuk menceritakan kasusnya secara rinci. Namun umumnya mereka mengatakan, sudah lupa cerita detailnya. Terlalu pahit untuk diceritakan karena merupakan aib.

Besarnya potensi tingkat keuntungan dari paket-paket bisnis yang ditawarkan kepada investor dari berita dan cerita yang terkumpul bermacam-macam, yaitu dari 25% sampai 85% per tahunnya. Kisaran angka yang tinggi seperti 50% - 85% dari media massa, sepertinya agak dibesar-besarkan dan kemungkinan tidak benar. Seandainya ada kemungkinan jumlahnya tidak banyak. Karena dengan keuntungan/bunga setinggi ini, QSAR akan berumur pendek saja. Sistem Ponzinya akan meledak dengan cepat. Dari beberapa korban yang penulis temui, mereka mengatakan tingkat keuntungan yang lebih masuk akal, yaitu 25% saja per tahunnya, atau sekitar 2% per bulan. Untuk tingkat bunga seperti ini memungkinkan sistem penipuan Ponzi bisa bertahan agak lama. Seperti kasus Madoff di Amerika Serikat dan terbongkar di tahun 2008, hanya memberikan keuntungan sekitar 10% saja. Penipuan ala penipuan Ponzi yang dilakukan oleh Madoff ini bisa ditutupi dan tidak terbongkar lebih dari 10 tahun.

Kalau dilihat potensi tingkat keuntungan yang ditawarkan mencapai 20% - 30% per tahunnya, sedangkan bunga deposito hanya sekitar 10% di masa itu, maka QSAR menjanjikan lebih dari 2 kali bunga deposito. Iming-imingan seperti ini jelas bisa membuat simpanan deposito mengalir ke QSAR.

Untuk bisa menyakinkan investornya punya prospektus dengan segala perincian analisa cash-flow. Untuk mempercantik analisa cash-flow, digunakan asumsi harga jual produk yang digembungkan, dengan embel-embel produk kelas ekspor. Untuk produk yang harganya terkadang melambung di saat-saat hari natal, lebaran atau di musim hujan seperti cabai, mengambil asumsi harga yang agak tinggi tidak akan terlalu kentara sehingga dicurigai. Dengan analisa cash-flow yang cantik investor akan tergiur.

Bagi orang yang berkecimpung secara langsung di bidang pertanian, misalnya saja di bidang tanaman cabai Hot and Beauty, pasti mengetahui bahwa keuntungan rata-ratanya sekitar 10% – 20% per tahunnya. Demikian juga untuk tanaman lain seperti jagung manis atau sayur mayur, tingkat keuntungan per tahunnya tidak lebih dari 20%. Tawaran keuntungan 20% - 30% per tahun patut dicurigai. Oleh sebab itu yang terjebak biasanya adalah orang-orang yang awam terhadap agrobisnis.

Ada satu lagi yang masih kurang dalam cerita ini. Seawam-awamnya investor, ada juga yang berhati-hati. Investor semacam ini tidak segan-segan meninjau ke lokasi untuk melihat apakah bisnis QSAR ini benar-benar ada atau sekedar di atas kertas saja. Hal semacam ini nampaknya sudah diantisipasi oleh QSAR, sehingga mereka juga mempunyai ladang di Sukabumi untuk dipamerkan jika ada yang memintanya. Bahkan ladang ini juga berfungsi sebagai pemanis dan pancingan.

QSAR juga membuka kantor di Jakarta. Dalam Direktori Bisnis Indonesia tercatat data perusahaan QSAR:

Qurnia Subur Alam Raya PT

Jln. MH Thamrin 5 Menara BDN, Jakarta , DKI Jakarta, 10340, Indonesia

Phone: 021-39833691, 021-3983369

Fax: 021-39833705

QSAR juga mempunyai situs internet di www.alamraya.net yang dulu bisa diakses secara online. Pada jaman itu, adanya website membuat QSAR nampak seperti busnis yang profesional, bonafide dan terkelola secara modern dan baik. Ini membuat daya tariknya semakin besar.

Ramli Araby juga menggaet politikus petinggi negara untuk menarik investor. Tosari Wijaya, di masa itu adalah wakil ketua DPR dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), didudukkan sebagai komisaris QSAR[1] . Ternyata sejak 1998, Tosari sudah menjadi konsultan QSAR. Istri Tosari, Hajjah Mahsusoh Ujiati, tak kalah rapatnya dengan Qurnia, ia menjadi Presiden Direktur PT Bromo Agropuro Alam Raya-perusahaan agrobisnis yang berbasis di Probolinggo, Jawa Timur[2]. Namun, katanya, PT Bromo Agropuro Alam Raya tidak ada kaitannya dengan QSAR.

Tidak hanya Tosari Wijaya yang dilibatkan oleh Ramli Araby ke dalam QSAR tetapi juga wakil presiden Hamzah Haz dan ketua MPR Amin Rais juga sempat dekat dengan Ramli Araby. Foto mereka dijadikan pemanis untuk menarik dan menyakinkan investor-investor baru. Bisnis QSAR ini juga pernah ditayangkan di TV sekitar tahun 2000 sehingga semakin membuatnya terkenal.

Bisnis QSAR bukan tanpa lubang yang menganga. Dana yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp 480 milyar. Jika uang ini ditanamkan ke agribisnis, akan memerlukan tanah yang sangat luas dan QSAR harus berekspansi keluar dari Sukabumi. Untuk 1 hektar diperlukan dana Rp 20 juta – 23 juta pada masa itu (tahun 2000). Angka dari cabai Hot and Beauty ini bisa mewakili tanaman lainnya. Dengan kata lain tanah garapan QSAR akan mencapai 22.000 ha. Sebagai perbandingan adalah luas sawah di seluruh kabupaten Sukabumi adalah 63.000 ha. Artinya:

· Ramli Arabi akan nampak seperti raja kecil di Sukabumi dan kebun sayurnya akan nampak sejauh mata memandang.

· Pemambahan 22.000 ha atau 30% lahan pertanian Sukabumi akan membuat goncangan pertanahan. Harga tanah pertanian di Sukabumi akan melonjak tajam.

· Penambahan kebun sayur sedemikian besarnya akan membuat goncangan permintaan-penawaran di sektor sayur mayur. Harga sayur akan anjok.

Lubang kelemahan yang menganga ini tidak pernah terlihat karena angka Rp 480 milyar dana yang berhasil dikumpulkan tidak pernah diumumkan. Sehingga tidak ada yang bisa memahami seberapa besar bisnis Ramli Araby yang sebenarnya.

Semua permainan sistem piramida Ponzi akan berakhir dengan kesedihan untuk investor yang datang belakangan. Ini berlaku juga bagi QSAR. Borok QSAR mulai terbuka tahun 2001, dan meledaknya tahun 2002 sampai polisi turun tangan mencokok Ramli Araby tanggal 29 Agustus 2002. Investor QSAR yang tergabung dalam Forum Komunikasi Investor (FKI), berusaha mengambil alih asset-asset QSAR, tetapi kemudian polisi melakukan penyitaan aset-aset QSAR ini.

Perjuangan Ramli Araby tidak berhenti di sel tahanan polisi. Ketika di tahanan polisi, Ramli Araby, masih berusaha untuk bangkit. Tanggal 8 Januari 2003, Ramli menggelar jumpa pers di rumah tahanan Sukabumi dan mengajak investornya untuk memulai kembali kerja sama mereka. Katanya: "Sekarang kami memang tidak memiliki uang tunai. Namun mitra kami dari luar negeri siap mengucurkan dana Rp 6 trilliun."[3] Katanya dia mempunyai investor baru dari Brunei, Malaysia dan Cina. Janji-janji Ramli Araby tentang dana Rp 6 trilliun itu dibumbui bahwa akan digunakan untuk membeli 400-450 kapal penangkap ikan dan usaha buah mengkudu (mengkudu sedang populer waktu itu di majalah Trubus). Bumbu lain adalah akan disalurkan untuk ternak cacing untuk memproduksi asam amino. Tentu saja ceritannya itu hanyalah omong kosong. Yang tidak dipikirkannya dalam berbohong ini adalah pemasaran produk-produk yang dihasilkan. Bisnis Rp 6 trilliun (ekivalen dengan 60 ton emas) tidak mudah.

Kasus QSAR cukup memalukan banyak politikus karena mereka dilibatkan. Kabarnya uang Partai Persatuan Pembangunan sebesar Rp 6,50 milyar tersangkut di QSAR. Tetapi kemudian diakui oleh Tosari Wijaya (wakil ketua DPR) sebagai uang pribadinya. Amien Rais (ketua MPR) dan Hamzah Haz, (wakil presiden) ikut berkomentar yang nadanya membela Ramli dalam arti untuk memberi kesempatan lagi bagi Ramli Araby atau tidak membawa Ramli ke pengadilan.

Tanggal 31 Juli 2003 Ramli Araby dijatuhi hukuman delapan (8) tahun penjara dan denda Rp 10 miliar, subsidair enam bulan untuk tuduhan “menghimpun dana masyarakat tanpa persetujuan Bank Indonesia” (pelanggaran UU No. 10 tahun 1992). Ini adalah pasal pelanggaran undang-undang perbankan, bukan pasal penipuan. Dan “menghimpun dana masyarakat tanpa persetujuan Bank Indonesia” adalah pasal karet. Arisanpun bisa dikategorikan pelanggaran pasal ini. Delik penipuan tidak akan mempan. Patut diduga bahwa UU No. 10 tahun 1992 yang karet ini dibuat untuk memuaskan korban penipuan jika mereka marah dan mau menyeret dan menghukum pelaku “penipuan”. Yang namanya delik karet, bisa dilebarkan dan bisa memendek lagi, tergantung selera. Ibaratnya, orang melakukan arisanpun bisa dikenakan 15 tahun penjara ketika hakim dan jaksa punya dendam terhadap pelaku arisan.

Apa yang bisa disimpulkan dari kisah QSAR Ramli Arabi ini?

· Pertama, Ramli Arabi bisa sukses karena banyaknya dana masyarakat yang menganggur seperti uang dari pesangon PHK. Dan pemiliknya ingin mempunyai penghasilan secara mudah. Dengan demikian mudah tergiur oleh proposal-proposal investasi.

· Kedua, pola bisnis yang ditawarkan menarik sekelompok masyarakat tertentu (Islam) karena diberi make-up Islami dan berdasarkan syariah.

· Pancingan spesial diberikan kepada calon investor besar, yaitu jika investasinya gagal, maka modalnya akan kembali sepenuhnya.

· Menggunakan petinggi-petinggi negara untuk menarik korbannya. Di masyarakat yang patenalistik, cara ini sangat ampuh. Petinggi negara adalah panutan dan jaminan sukses.

· Proposal investasinya nampak sederhana dan nampak mudah dicerna dan tingkat pengembalian modal dan keuntungannya tinggi.

· Proposal QSAR bervariasi, dinamis dan disesuaikan dengan situasi. Dari kerja sama bagi hasil, sampai pola dengan bunga tetap. Dari cabai Hot and Beauty, brokoli, ikan nila, armada penangkapan ikan, ternak cacing dan ekstraksi asam amino, sampai perkebunan buah pace.

· Dan terakhir bahwa kasus ini berakhir dengan dihukumnya Ramli Arabi bukan untuk kasus penipuan melainkan untuk pelanggaran pasal karet “menghimpun dana masyarakat tanpa persetujuan Bank Indonesia” – dimana secara teknis arisanpun bisa dikenai pasal ini. Mungkin tanpa adanya pasal karet ini Ramli bisa lolos. Usaha penipuan seperti yang dilakukan Ramli Arabi sebenarnya cukup menguntungkan. Walaupun hanya dia saja yang tahu, berapa besar uang yang diperoleh Ramli secara bersih. Tetapi yang jelas sejumlah Rp 480 milyar (ekivalen dengan 5 ton emas) yang diraupnya secara gross hanya perlu dibayar dengan 10 tahun penjara dan Rp 10 milyar denda. Kalau dia bisa membayar denda Rp 10 milyar dan menggelar konferensi pers di penjara, yang tentunya perlu biaya besar untuk pelicin, bisa disimpulkan bahwa dari Rp 480 milyar masih bersisa banyak. Sebenarnya Ramli Arabi tidak perlu mendekam di penjara jika ia jauh-jauh hari sudah mempersiapkan pelariannya. Ada beberapa negara yang menganggap sistem piramida seperti yang ia lakukan bukan tindak kriminal, sehingga Ramli tidak akan diekstradisikan (sendainya negara tersebut punya perjanjian ekstradisi dengan Indonesia). Rupanya Ramli Araby tidak punya pemikiran yang demikian panjang.

(Bersambung...........)




[1] Berkas Kasus Ramli Araby Sudah Diserahkan ke Kejaksaan, Gatra.com, 21 September 2002. http://www.gatra.com/2002-09-21/artikel.php?id=20760

[2] Tosari Widjaja: "Saya yang Investasi, Saya yang Tanggung Jawab", Tempo Interaktif, 16 Sept. 2002. http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/09/16/WAW/mbm.20020916.WAW80692.id.html

[3] QSAR Ajak Investor Kembali Bekerjasama, Gatra online, 8 Januari 2003; http://www.gatra.com/2003-01-08/artikel.php?id=23964



Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.