___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Wednesday, December 24, 2014

Gejolak 2014 – 2020: Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian II)



Bagian II: ……..Kisahnya Belanjut Tragis
Pembaca EOWI memberikan komentar di artikel Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian I). Tiga komentar di bawah ini saling berkaitan. Dan ada baiknya kita memulai lanjutan kisah yang lalu dengan komentar mereka.
a)    Reader: ...….dari sudut pandang orang awam, saya bahagia harga minyak dan komoditi jatuh.
Harga barang moga2 akan lebih terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi orang2 di luar area komoditi meningkat.
Memang yg cari makan di bidang produksi komoditi akan terpukul, tetapi manfaat yg didapat populasi di arena produksi komoditi akan membesar.
b)    Dirman: ..…….mohon wejangan nya,.mengapa diprediksi DJIA akan jatuh hingga 4000, bukankah kondisi Amerika justru membaik?
c)    Andy R: Sayangnya yg demikian (harga menjadi terjangkau) gak akan terjadi Pak (di Indonesia)
Sengaja EOWI memberi Kisahnya Berlanjut Tragis sebagai sub-judul tulisan ini, seakan memberi sanggahan kepada komentar a) dan mejawab komentar b). Anda tidak perlu melihat jauh kedepan untuk mengerti, memahami dan mencerna makna dari Kisahnya Berlanjut Tragis. Apa yang saat ini sedang terjadi terhadap Rubel dan Russia, (lihat Troubled Ruble) adalah proses yang kami maksud sebagai Kisahnya Berlanjut Tragis. Russia yang GDPnya mengandalkan ekspor bahan komoditi, terjerembab bersama harga komoditi. Hal yang sama berlaku untuk minyak. Sistem (negara-negara, perusahaan, bisnis, komunitas) yang mengandalkan minyak sebagai sumber penghasilannya dan kehidupannya akan terjerembab bersama harga minyak. Dan ketika mereka terjerembab, akan membawa serta banyak orang.
Bagi pembaca yang mengatakan bahwa: saya bahagia harga minyak dan komoditi jatuh. Harga barang moga2 akan lebih terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi orang2 di luar area komoditi meningkat.
Semakin murah harga barang secara nominal tidak selalu berarti terjangkau. Pada saat anda tiba-tiba kehilangan pekerjaan dan penghasilan, barang yang murahpun bisa menjadi tidak terjangkau. Atau......., pada saat harga-harga murah diukur dengan US dollar, tetapi kurs dollar melambung sedangkan gaji masih dalam rupiah, maka pertanyaan terjangkau perlu dipertanyakan lagi.
Itulah makna Kisahnya Berlanjut Tragis.

Sisi Konsumsi & Permintaan
Pada bagian I, banyak dibahas sisi supply atau pasokan atau produksi minyak. Dari sisi permintaan atau demand, tidak banyak yang bisa dibahas. Hanya ada empat sector yang bisa dikatakan mengalami perubahan yang mendasar dari sudut permintaan. Pertama adalah melambatnya ekonomi Eropa. Kedua adalah potensi melambatnya ekonomi Cina. Yang ketiga adalah ketidak-mampuan generasi Millennial di US untuk mengisi penyurutan konsumsi generasi Baby Boomers. Dan yang terakhir adalah akibat dari ketiga faktor di atas, yaitu keluarnya para spekulan dari kubu bull dan pindah ke kubu bear di arena trading. Amplifikasi (penguatan) dari perubahan harga minyak akan cenderung ke arah bear. Artinya turunnya harga minyak akan menjadi drastis seperti naiknya dulu beberapa tahun lalu karena ulah spekulan.
Dari empat faktor di atas, hanya faktor konsumsi generasi Millennial yang belum pernah dibahas EOWI. Oleh sebab itu kita akan singgung di sini sebagai appetizer sebelum menginjak ke kisah tragisnya sebagai menu utama. Walaupun yang disoroti adalah konsumen di Amerika Serikat, tetapi sedikit banyak bisa mewakili dunia Barat.
Kita mengenal generasi Baby Boomers yang lahir antara tahun 1943 sampai awal  dekade 1960an dan yang sekarang sedang antri memasuki gerbang pensiun (umur 55 – 70). Selanjutnya adalah generasi X yang lahir antara tahun awal 1960an sampai awal 1980an (sekarang berumur 35 - 55 tahun) yang memasuki masa puncak konsumsi dalam hidup mereka dan generasi Millennial yang lahir di awal 1980an – awal 2000an (15 – 35 tahun) yang memasuki periode kehidupan yang mandiri, lepas dari orang tua. (Catatan: baik yang memasuki universitas atau langsung kerja biasanya akan keluar dari rumah orang tuanya dan berusaha mandiri).
Sikap hidup generasi Millennial berbeda dengan pendahulunya. Mereka lebih senang hidup bersama orang tuanya (walaupun sudah menginjak dewasa). Terlepas itu karena keterpaksaan atau memang keputusan tanpa paksaan. Mereka juga bukan penggemar mobil, hura-hura dan travelling seperti para Baby Boomers. Sebagai bagian dari Baby Boomers, pada jaman mudanya saya menyukai kendaraan seperti Pontiac Firebird atau Ford Mustang (versi Porchse untuk kelas kantong cekak). Pada umur 16 tahun saya sudah tidak lagi tinggal bersama orang tua. Generasi Millennial agak berbeda. Kondisi ekonomi dimasa mereka menginjak dewasa memungkinkan mereka menggadaikan hidup mereka. Yang telah keluar dari universitas, pada saat lulus, mereka sudah terbebani oleh hutang, student loan yang tidak sedikit. Saat ini di US ada  $1.1 trilliun student loan, atau rata-rata sekitar $27,300 per orangnya. Dengan resesi dan pertumbuhan ekonomi US yang subpar (di bawah rata-rata), mereka sulit untuk memperoleh pekerjaan yang memadai dan bisa hidup seperti generasi pendahulunya. Anda harus berpikir bahwa kebanyakan dari mereka ini bukanlah anak-anak yang memilih jurusan professional seperti engineering, kedokteran dan sejenisnya, tetapi jurusan-jurusan yang tidak jelas kegunaannya. Bayangkan bagaimana nasib sarjana sastra, sejarah, fisip dan sejenisnya yang sulit memperoleh kesempatan kerja. Dengan beban hutang $27,300 dan keterampilan yang tidak berguna maka mereka akan mengalami kesulitan untuk bisa hidup dengan gaya hidup seperti generasi pendahulunya. Berdasarkan survey, banyak dari mereka (sekitar 14% untuk yang berumur antara 24 – 35 tahun atau 31.5% untuk yang berumur antara 18 – 35 tahun) masih hidup bersama dengan orang tua mereka (lihat chart berikut).  Trend ini keluar dari level rata-ratanya 27% dan meningkat sejak tahun 2007. Pola konsumsi termasuk konsumsi BBM mereka yang tinggal bersama orang tua ini tentu berbeda (baca: lebih kecil) dibandingkan dengan pola konsumsi mereka yang mandiri.
Ini bukan gejala di Amerika Serikat saja, tetapi sudah menjalar ke negara barat lainnya. Di UK, ada sekitar 2 juta orang dewasa yang memilih tinggal bersama orang tuanya. Di Italy mencapai 79%. Secara rata-rata di Eropa angka ini mencapai 50%. Mereka dikenal dengan julukan Kids In Parents' Pockets Eroding Retirement Savings - KIPPERS', Boomerang kids, mammone, bamboccioni. Tidak mengherankan pola hidup seperti ini membuat pola konsumsi mereka berbeda dengan pola hidup generasi pendahulunya.


Dari beberapa riset dan survey menunjukkan bahwa tingkat konsumsi BBM di US ada kecenderungan menurun. Pada saat Baby Boomers pensiun, mengurangi aktivitas berpergiannya, generasi Millennial tidak bisa mengisi konsumsi BBM yang ditinggalkan oleh Baby Boomers. Itu yang menyebabkan konsumsi BBM di negara konsumen BBM terbesar di dunia yaitu US cenderung menurun.
US tidak sendiri dalam hal penurunan konsumsi minyak. Eropa yang sedang diterjang krisis berkepanjangan, juga memperlihatkan penurunan konsumsi minyak (lihat chart berikut ini).


Itu di Amerika Serikat dan di Eropa. Sekarang Cina, yang saat ini meminum sekitar 10 juta bbl minyak per hari adalah penenggak minyak ke dua setelah US. Sampai saat ini memang masih menunjukkan adanya peningkatan yang kecepatannya lebih tinggi dari 10 tahun lalu. Tetapi EOWI tidak percaya hal ini akan berlangsung terus. Konsumsi minyak Cina akan melambat seandainya bukan menurun. Pertumbuhan ekonomi Cina yang selalu di atas 8% per tahun tidak akan bisa dipertahankan terus. Pertumbuhan mukjizat yang tinggi ini tidaklah wajar. Di alam ini tidak ada mukjizat. Pertumbuhan yang menyimpang dari tren alaminya akan diseimbangkan agar supaya bisa kembali ke tren alamiahnya. Dalam beberapa dekade (1-2 dekade) ke depan pertumbuhan ekonomi Cina akan berkisar antara 2% - 3% saja. Itu sejalan dengan tren di Amerika Serikat dan Eropa untuk beberapa tahun mendatang. Jika ada usaha-usaha untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Cina 8% ke atas, maka Cina akan berhadapan dengan kontraksi ekonomi yang berat, menyusul pertumbuhan 8% ke atas tersebut.

Prahara Sektor Minyak Non-Konvensional
Harga minyak yang melambung (secular bull market) di tahun 2000 – 2008, walaupun sempat ada koreksi di tahun 2008 - 2009 dan agak stabil di level yang masih cukup tinggi $80 - $110 per bbl nya, membawa optimisme dan spekulasi di sektor ini. Explorasi menjadi giat dan eksperimen hal yang sebelumnya dianggap kurang menguntungkan juga merebak. Eksplorasi dan peremajaan lapangan-lapangan tua adalah hal yang klasik.
Ada dua inovasi yang bisa lepas landas di masa secular bull market minyak dekade 2000an ini. Kedua teknologi ini, walaupun dulunya sudah terindentifikasi, tetapi gagal lepas landas di masa  secular bull market minyak dekade 1970an. Teknologi ini adalah teknologi terapan bagi eksploitasi minyak oil/gas shale dan tar-sand. Banyak riset dan paper ilmiah bersubjek kedua topik ini di masa dekade 1970an, tetapi kedua sektor ini gagal lepas landas. Tetapi untuk secular bull market minyak dekade 2000an, keduanya berhasil lepas landas........., tetapi bukan tanpa ancaman untuk mati sebelum berkembang.
Secara singkat, arti eksploitasi oil/gas shale adalah usaha untuk mengambil minyak dari dalam batuan shale (lempung) yang permeability nya rendah. Sumber ladang minyak konvesional adalah batuan pasir, batuan kapur dan yang masih jarang “fracture basement”. Sumber reservoir minyak yang utama saat ini adalah yang dua pertama yang disebutkan, batuan pasir dan batuan kapur. Karena batuan ini adalah batuan yang bisa mengalirkan sejumlah volume yang ekonomis cairan/gas yang dikandungnya. Batuan shale yang ada rekahan-rekahannya juga bisa mengalirkan cairan/gas yang dikandungnya tetapi untuk mencapai volume yang ekonomis, diperlukan teknologi yang disebut hydraulic fracturing, disingkat fracking atau perekahan buatan. Tujuan adalah untuk memperluas area untuk mengalirkan fluida.
Cadangan oil/gas shale di dunia ini cukup besar, hanya saja untuk mengambilnya perlu biaya yang besar. Untuk mempertahankan tingkat produksi diperlukan pengeboran sumur-sumur baru secara terus-menerus karena umur sumur oil/gas shale pendek hanya berkisar sampai 2-5 tahun.
Harga break-even/balik pokok minyak yang diperoleh dari oil shale rata-rata $60 per bbl. Dengan harga minyak di bawah $60, mempertahankan tingkat produksi suatu lapangan oil shale adalah mustahil. Dampak langsung jatuhnya harga minyak di sektor oil-shale akan mengenai:
  1. Perusahaan yang berbasis oil shale
  2. Jasa penunjang pengeboran dari mulai penyediaan rig, jasa data acquisition, jasa fracking.
  3. Penyedia material sumur
  4. Penyedia jasa interpretasi geologi dan reservoir
  5. Kreditur yang berkecimpung di sekor ini
Sektor-sektor ini sudah mulai melakukan effisiensi (baca: memecat karyawannya).
Untuk tar-sand, kisahnya berbeda sedikit. Metode eksploitasi tar-sand berbeda dengan minyak secara umum. Pengambilan tar-sand tidak dilakukan dengan mengebor sumur untuk mengalirkan minyaknya, tetapi dengan jalan menambangnya. Batuan pasir yang mengandung minyak berat yang disebut tar-sand diambil dengan mengeruknya. Kalau batuan pasir yang mengandung minyak berat ini mau disebut bijih minyak boleh juga. Minyak dipisahkan dari pasir, dan kemudian baru diolah menjadi bensin, minyak diesel dan lain-lain.
Investasi tar-sand termasuk investasi untuk jangka panjang. Eskavator raksasa, truk-truk raksasa dan kilang pengolahan minyaknya, semua adalah tipe investasi jangka panjang. Dan saat ini harga balik-pokok tar-sand adalah di sekitar harga minyak $60 per bbl.
Dengan harga minyak di level di bawah $60 per bbl, jelas tar-sand tidak ekonomis. Jika harga minyak seperti ini berlanjut, pasti bukan berita baik bagi perusahaan-perusahaan minyak yang mengeksploitasi tar-sand. Apa lagi yang investasinya sudah banyak dan untuk jangka waktu yang panjang. Masih dipertanyakan, setelah investasi sedemikian besarnya, mau diapakan peralatan-peralatan besar itu jika kemudian harga minyak berada di bawah harga balik-pokoknya. Apakah mau dijadikan monumen kegagalan, teronggok dan berkarat. Atau operasi dilanjutkan dengan melakukan effisiensi-effisiensi untuk mengurangi kerugian. Entahlah. Tetapi yang namanya effisiensi artinya penciutan tenaga kerja.

Eksplorasi Tertutup dan Pengembangan Baru di Ujung Tanduk
Salah satu proyek yang akan ditinjau kembali (baca: dihentikan) oleh perusahaan minyak ketika harga minyak jatuh adalah aktifitas eksplorasi. Resiko gagal yang harus ditanggung menjadi jelas tidak sepadan dengan reward, potensi yang dikejar. Dampak langsungnya akan mengenai kontraktor pernyedia jasa seismik, drilling rig bersama service-servicenya yang digunakan untuk mengebor sumur, kemudian kontraktor-kontraktor penyedia jasa data acquisition dan testing. Pegawai-pegawai kontraktor inilah yang paling depan terkena PHK pada saat harga minyak jatuh sebelum pegawai-pegawai dari perusahaan minyaknya sendiri. Halliburton, Schlumberger, Weatherford adalah perusahaan besar penyedia jasa-jasa berbagai pengeboran seperti, directional drilling, hydraulic fracking, wireline, well testing, dsb, adalah perusahaan-perusahaan pertama yang akan melakukan pengurangan pegawai akibat surutnya pengeboran eksplorasi.
Di samping eksplorasi, pengembangan lapangan-lapangan baru untuk dibawa ke fase produksi juga akan mengalami evaluasi ulang. Walaupun ada temuan minyak/gas, tetapi jika harga minyak dibawah harga untuk bisa memperoleh keuntungan yang memadai, untuk apa dilanjutkan? Ada beberapa temuan baru di Indonesia yang sudah disetujui oleh pemerintah untuk dikembangkan. Sekarang rencana itu dibekukan untuk dikaji ulang. Kalau mau dikatakan sayang...., karena menemukannya saja sudah susah, lalu kemudian diabaikan karena masalah ekonomi, maka memang itulah hidup. Lebih baik rugi sedikit dari pada rugi lebih banyak lagi.

Akhir Dari Karir Generasi X dan Sebagian Generasi Millennial
Menjadi pengangguran adalah tantangan bagi setiap professional. Jika seseorang sudah 3 – 4 tahun keluar dari pasar tenaga kerja dan kehilangan networks, maka akan sulit sekali untuk kembali. Banyak yang tidak pernah kembali lagi ke lapangan pekerjaan yang sama. Bahkan banyak juga PHKwan (orang-orang yang diPHK) menjadi pengangguran selama sisa hidupnya karena berbagai sebab, termasuk ketidak-mampuan berpindah profesi.
Bagi Baby Boomers yang berumur antara 55 – 71 tahun, sebagian sebenarnya masih bisa berkarya selama 5 – 10 tahun lagi,  yaitu mereka yang saat ini berumur 55 – 60 tahun. Tetapi nampaknya secular bull market minyak tahun 2000an lalu adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk melakukan grand finale.  Dan bagi mereka yang berumur 60 – 70 tahun harus berbesar hati melihat legacy yang mereka tinggalkan. Mereka mengalami 2 secular bull market di sektor minyak dan komoditi, sehingga, untuk secular bull market tahun 2000an mereka bisa menavigasi perjalanan karier mereka lebih baik serta menghasilkan grand finale.
Tetapi kesempatan seperti yang dimiliki oleh Baby Boomers ini tidak berpihak kepada generasi X (lahir antara tahun 1960 – 1980).  Nasib memang tidak berpihak pada generasi X yang saat ini berumur antara 35 – 54 tahun. Mereka tidak pernah mengenyam gurihnya secular bull market minyak 1970an. Tentu saja mereka ini kurang berpengalaman dalam mengarungi secular bull market 2000an untuk bisa memanfaatkan kesempatan yang hanya ada sekali dalam hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya itu, sebagian dari mereka harus mengakhiri kariernya lebih awal.
Dalam beberapa tahun mendatang sebagian dari generasi X ini akan dihadapkan pada pilihan diPHK dan menerima uang pesangon atau tetap sebagai karyawan dengan banyak tunjangan yang dipotong. Atau hanya diberi satu pilihan oleh perusahaan tempat ia bekerja, yaitu: silahkan terima uang pesangon dan pergi sana!
Banyak Baby Boomers dan generasi X, yang selama secular bull market 2000an mencari rejekinya dengan cara yang lebih aggresif dan beresiko yaitu meninggalkan kenyamanan sebagai pegawai tetap untuk mengejar penghasilan yang lebih besar sebagai konsultan baik sebagai pegawai kontrak atau sebagai pegawai harian. Kuli harian professional di sektor minyak punya tarif bayaran antara $1000 – $2500 per hari, cukup menggiurkan. Tetapi saat ini posisi kuli harian seperti ini menjadi sangat beresiko. Demikian juga dengan kuli kontrak professional yang bergaji antara $7,000 - $20,000 per bulannya juga menjadi beresiko. Mereka-mereka inilah yang pertama akan diminta keluar alias diberhentikan dari pekerjaannya. Bukannya EOWI mau sok menggurui, tetapi sekedar pandangan. Jika anda masih ingin berkiprah di sektor minyak dan gas bumi, sebaiknya yang harus dicari saat ini adalah keamanan posisi. Untuk kembali menjadi kuli tetap (pegawai tetap) peluangnya agak kecil bagi mereka yang sudah berkiprah di wilayah kuli kontrak dan kuli harian. Oleh sebab itu pilihannya adalah mencari kontrak-kontrak yang agak panjang, misalnya 3 tahun dengan gaji dalam US dollar. Lupakan rupiah! Walaupun selama 3 tahun tidak ada kenaikan gaji, tidak akan ada masalah, karena US dollar akan menguat, seperti di tahun 1980an sampai tahun 1990an (secular bear market minyak dan komoditi), menyusul flat selama secular bull market minyak dan komoditi tahun 1972 – 1980. Kemudian berdoalah kepada Tuhan, semoga histeria jatuhnya harga minyak berakhir dalam waktu 3 tahun. Setidaknya pelaku bisnis bisa berpikir jernih dan melihat bahwa ada kapasitas produksi sebesar 4 juta bbl per hari yang umurnya pendek dan memerlukan pengeboran yang terus-menerus. Anjuran usaha yang terakhir ini karena memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Hati manusia yang bisa menggerakkan adalah Tuhan.
Kisah berlanjut pada segmen demografi yang lebih muda, yaitu generasi Millennial atau Echo Boomers. Generasi Millennial atau juga dikenal sebagai generasi Echo Boomers yang lahir tahun 1980 sampai 2000, saat ini baru memulai kariernya, lulus dari universitas atau masih di universitas. Bagi mereka yang memilih sektor perminyakan sebagai lahan berkariernya, akan dihadapkan pilihan apakah tetap menekuni sektor ini dengan sabar dan prihatin sambil menunggu secular bull market berikutnya atau beralih profesi yang juga belum tentu baik selama depresi global seperti saat ini. Mungkin pilihan pertama lebih baik, karena kami perkirakan bahwa siklus minyak akan mengalami pemendekan. Secular bear market kali ini kami perkirakan tidak sepanjang secular bear market sebelumnya (1980 – 2000), yang membentang selama 20 tahun. Temuan minyak dan provinsi baru yang berkembang selama bull market 2000 – 2008 adalah ladang-ladang yang berumur pendek. Sehingga tidak perlu waktu 20 tahun untuk menggemboskan cadangannya dan membuat kapasitas produksi minyak dunia tercekik kembali.
Sebelum mengakhiri cerita ini, kita akan kembali pada pertanyaan di awal cerita yang sebenarnya tidak perlu dijawab: Apakah para pengangguran senang melihat harga-harga barang murah?
Sekian dulu, sampai kisah berikutnya yang lebih mengasyikkan: Bagian III: ...Kisahnya Belanjut Semakin Tragis. Tentunya anda akan bertanya: semakin tragis yang bagaimana? Jawabnya mungkin akan anda jumpai di lanjutan cerita.
 


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Monday, December 22, 2014

(No.53) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

 BAB  VIII:     KRISIS KEUANGAN GLOBAL (2007 – 201?)


Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21. 

Dongeng ini didedikasikan bagi mereka:  

  • yang kritis, skeptis, berpikir bebas dan mencintai kebenaran
  • dan yang suka menikmati sarkasme dan humor sardonik
(Terbit, kalau hati saya sedang gembira)


...... Indeed, under a fiat (that is, paper) money system, a government (in practice, the central bank in cooperation with other agencies) should always be able to generate increased nominal spending and inflation, even when the short-term nominal interest rate is at zero.

.... But the U.S. government has a technology, called a printing press (or, today, its electronic equivalent), that allows it to produce as many U.S. dollars as it wishes at essentially no cost. By increasing the number of U.S. dollars in circulation, or even by credibly threatening to do so, the U.S. government can also reduce the value of a dollar in terms of goods and services, which is equivalent to raising the prices in dollars of those goods and services. We conclude that, under a paper-money system, a determined government can always generate higher spending and hence positive inflation.

....... So what then might the Fed do if its target interest rate, the overnight federal funds rate, fell to zero? One relatively straightforward extension of current procedures would be to try to stimulate spending by lowering rates further out along the Treasury term structure--that is, rates on government bonds of longer maturities.

....... The Fed can inject money into the economy in still other ways. For example, the Fed has the authority to buy foreign government debt, as well as domestic government debt. Potentially, this class of assets offers huge scope for Fed operations, as the quantity of foreign assets eligible for purchase by the Fed is several times the stock of U.S. government debt.

Ben Bernanke (ketua the Fed 2006 – 20??), dalam pidatonya berjudul: Deflation: Making Sure "It" Doesn't Happen Here, di hadapan the National Economists Club, Washington, D.C., 21 November 2002.
---***---


Dunia sedang mengalami krisis ekonomi yang panjang. Krisis ekonomi saat ini bukan resesi biasa yang hanya berlangsung 6 – 12 bulan. Analogi yang terbaik untuk krisis yang dimulai sejak tahun 2007 adalah masa depresi 1930an. Penyebabnya sama, yaitu hutang yang menggunung yang memotori boom di sektor ekonomi.

Drama ini dimulai dari Amerika Serikat yang mengalami krisis finansial di tahun 2007 – 2009 dari sektor kredit perumahan subprimenya. Kemudian krisis ini merambat ke sektor moneter. Kemudian merambat lagi keluar Amerika, ke Inggris, ke Islandia, ke Yunani, Eropa, Asia dan ke belahan dunia lainnya. Harga saham dunia anjlok, harga rumah di Amerika dan Inggris tertekan, harga barang komoditi dan emas juga anjlok. Ada yang mengatakannya krisis ekonomi, ada juga yang mengatakan krisis moneter. Yang benar adalah krisis kredit. Tepatnya adalah kebekuan dan kontraksi kredit. Proses kontraksi kredit masih berlangsung ketika kisah ini ditulis (tahun 2010), walaupun pemerintah Amerika Serikat dan memerintah negara-negara lainnya telah mengatakan bahwa krisis telah berakhir dan harga saham, emas dan komoditi sebagian telah agak pulih. Dan ini masih menjadi bom waktu atau gunung berapi vulkano yang sedang mengunggu saat meletusnya.

Walaupun secara sepintas ekonomi telah membaik, tetapi kredit masih mengalami kontraksi. Secara global, terutama di negara-negara maju, banyak bank enggan menyalurkan kredit karena neraca keuangannya sudah megap-megap hampir tenggelam, pelaku bisnis enggan meminta kredit karena merasa prospek ke depan tidak menjanjikan dan disamping itu juga banyak yang sedang terbelit hutang sehingga masih mengalami kesulitan untuk membayar bunganya karena margin keuntungannya semakin kecil akibat deflasi harga. Konsumen, terutama di negara-negara barat, juga sudah sulit bernafas karena terbenam hutang dan terancam kehilangan pekerjaan/penghasilan. Akibatnya, ekonomi sulit bergerak. Orang sibuk membayar hutang.

Bab ini akan diperuntukkan bagi pembahasan mengenai krisis kontraksi kredit yang kemungkinan masih akan berlangsung agak lama. Bagian pertama adalah Geger 2007 – 2009 dimaksudkan untuk membawa pembaca ke dalam suasana krisis 2007 – 2009 sehingga bisa menjiwai bagian-bagian berikutnya. Topik utamanya pada bagian berikutnya ialah, mekanisme dan sebab-sebab terjadinya krisis dan ukurannya, serta konsekwensinya. Berikutnya adalah kiat-kiat bagaimana menyelamatkan diri dari resiko kerugian yang bisa terjadi. Tentu saja kiat-kiat ini bukan saran untuk pemerintah. Sebab untuk pemerintah hanya ada satu kiat: jangan campuri urusan ekonomi, karena setiap campur-tangan akan memperparah penderitaan. Cukup rampingkan birokrasi, sisakan sektor yang manfaat langsung bagi masyarakat, serta kurangi belanja pemerintah.

Bagaimana peran emas sebagai uang sejati dalam krisis? Bagaimana pengaruh tindakan pemerintah, karena biasanya pemerintah akan gatal untuk campur tangan? Pada bab ini pertanyaan itu akan diusahakan untuk dijawab.

Dalam menjelaskan krisis ini, saya akan menggunakan siklus Kondratieff sebagai kendaraan untuk mendongeng. Kendatipun siklus ini tidak mempunyai landasan yang ilmiah, akan tetapi akan bisa membuat alur cerita menjadi enak dibaca.

Menurut sahibul kisah, krisis ini adalah bagian dari siklus jangka panjang, yang disebut dengan Kondratieff Winter.  Krisis serupa pernah terjadi secara global sekitar tahun 1930, atau 80 tahun lalu, dan dikenal dengan nama the Great Depression. Karena demikian lamanya, maka sudah banyak yang lupa. Tidak hanya itu, siklus ini panjangnya seumur dengan umur manusia. Hanya mereka yang berumur 100 tahun dan belum pikun saja yang bisa memahami dan menghayatinya karena sebelumnya telah mengalami dua depresi seperti ini. 

Dari ukuran penyebabnya, yaitu kredit bubble, depresi awal abad 21 ini wajar-wajar saja kalau disebut the Greater Depression, depresi yang lebih besar. Fenomena lainnya, pada krisis sebelumnya, yaitu the Great Depression, diakhiri dengan Perang Dunia II karena mood masyarakat global menjadi negatif ketika mengarungi depresi ini. Apakah krisis abad 21 kali ini akan mengikuti jejak yang sama dengan the Great Depression 1930 dengan skala yang berbeda? Entah lah.

Mungkin pembaca akan heran ketika membaca bab ini. Sebabnya karena pada bab-bab sebelumnya, dimana kecenderungan nuansa dongeng ini adalah memposisikan kami sebagai pendukung dan penggembira, pemandu sorak penggunaan uang sejati (emas). Tetapi pada bab ini, malah menyimpulkan bahwa tabungan dalam uang fiat justru bagus untuk melidungi kekayaan dari hantu deflasi. Sebaiknya pertanyaan itu anda simpan terlebih dahulu. Saya tidak akan merusak selera membaca anda dengan menjelaskan disini. Anda akan temukan jawabannya jika anda membaca terus di bab ini.

Menjelang bagian terakhir dari bab ini, pembaca akan dihibur dengan dongeng mengenai masa depan yang cerah penuh optimisme. Hidup tidak harus tertekan dan muram. Sedih-gembira; senang-susah; pesimis-optimis datang silih berganti. Dan dimasa optimis, pembaca akan disuguhi dongeng mengenai bagaimana memanfaatkan masa optimis.

Bab ini sifatnya dinamis, karena mengetengahkan hal yang sedang terjadi dan memperkirakan kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Oleh sebab itu, jika edisi berikutnya dari dongeng ini diterbitkan dikemudian hari, bab ini kemungkinan besar akan memperoleh banyak penyesuaian dengan data-data baru.

Sebelum menginjak pada inti dongeng di bab ini, saya ingin berbagi pengalaman. Hidup selalu penuh dengan resiko dan setiap ada krisis selalu ada peluang untuk mengambil keuntungan. Paling tidak, pada setiap krisis selalu ada jalan untuk menyelamatkan diri. Pada setiap periode di dalam suatu siklus, bentuk resiko selalu berbeda, dan kesempatan yang bisa dimainkan juga berbeda. Seperti halnya nabi Yusuf yang bermain di siklus komoditi makanan. Bedanya ialah bahwa beliau ini memperoleh bisikan dari yang di Atas. Sedangkan kita hanya belajar dari data dan sejarah.

Ketika tahun 2000 saya memutuskan untuk mencari kerja sebagai kuli kontrak di bidang perminyakan di luar negri dengan gaji US dollar dan meninggalkan profesi sebagai kuli (pegawai) permanen yang stabil, mapan dan nyaman tetapi bergaji kecil karena Indonesia masih belum pulih dari krisis yang dimulai tahun 1998. Gaji sebagai kuli kontrak 5 kali dari kuli permanen. Saya berniat berspekulasi lebih jauh lagi dengan mencari pekerjaan sebagai kuli harian yang gajinya jauh lebih besar, tetapi tidak berhasil. Sebagai kuli kontrak dan kuli harian kemapanan dan jaminan kelangsungan pekerjaan tidak sebaik posisi kuli permanen. Tetapi resiko ini saya ambil karena saya percaya bahwa dalam dekade 2000 akan terjadi boom di sektor minyak bumi dan komoditi tambang, termasuk emas. Tidak hanya itu, tabungan, saya transfer dari uang ke dalam bentuk emas. Sepuluh (10) tahun kemudian harga emas naik 4 kali lipat dalam US dollar atau 3,9 kali lipat dalam rupiah. Sedangkan gaji saya meningkat sampai 10 kali lipat. Jadi, jika semua kenekatan itu ada dasarnya maka bisa menguntungkan.

Saya selalu punya persoalan dengan para konsultan investasi yang mengatakan bahwa pada umur 50 ke atas, sebaiknya seseorang hanya berinvestasi ke sektor-sektor yang aman dan defensif, seperti deposito, bond dan emas. Karena dengan meluasnya praktek uang fiat dan fractional reserves banking, FRB, saya tidak yakin bahwa investasi yang aman dan defensif itu ada. Semuanya itu ada resikonya. Yang penting bagi seseorang ialah mengetahui seberapa besar resiko yang akan ditanggungnya. Oleh sebab itu, sebelum anda memutuskan untuk terjun ke bidang yang sifatnya spekulatif, sebaiknya anda merenung dulu. Apakah anda seperti nabi Yusuf, secara mental siap melihat gandum dan bahan pangannya busuk jika spekulasi anda meleset? Bond (surat hutang) ada resikonya, jika perusahaan yang menerbitkannya bangkrut, maka uang anda akan menguap. Deposito juga ada resikonya jika banknya bangkrut. Paling tidak, setiap 4 tahun nilai riil pokok simpanan anda termakan inflasi. Saham juga ada resikonya jika perusahaannya bangkrut atau anda membelinya di titik puncaknya. Sama juga dengan emas. Jika anda membeli emas di tahun 1980, maka anda harus menunggu selama 26 tahun agar supaya bisa balik pokok. Bahkan kalau membelinya pada tanggal 21 Januari 1980 di harga $860, anda harus menunggu 26 tahun. Waktu 26 tahun cukup lama, dan bisa jadi anda sudah mati sebelum harga emas itu balik-pokok (lihat Grafik VIII - 1).

Alternatif lain, anda bisa menyimpan uang kertas anda di bawah bantal. Dan resikonya, nilainya akan menjadi setengahnya setiap 4 tahun berlalu. Jika anda sekarang tahun 2010 memiliki Rp 1 milyar, yang nilainya seharga 1 rumah  di Jakarta dengan tanah 500 m persegi, nanti sekitar dekade 2065, uang itu hanya bisa untuk membayar gaji pembantu sebulan. Silahkan pilih. Hidup memang tidak enak, penuh resiko serta penuh cobaan.

Grafik VIII - 1      Mania, Boom & Bust  di sektor emas



Disclaimer:

Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya yaitu deflasi US dollar dan beberapa mata uang lainnya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Wednesday, December 17, 2014

Gejolak 2014 – 2020: Tergelincir Minyak Yang Licin (I)


 (Bagian I: Pada Mulanya…….)
Meramalkan bencana bukanlah hal yang kami sukai. Apalagi mengenai hal yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang kami geluti. Ada beberapa poin yang EOWI ramalkan akan terjadi dimasa Gejolak 2014-2020. Salah satunya adalah di sektor dimana saya berkecimpung yaitu eksplorasi dan produksi minyak. Di bawah ini adalah 7 poin yang kami ramalkan dan poin no 3 adalah tentang jatuhnya harga minyak ke level $30 per bbl atau lebih rendah.
  1. Harga saham akan turun, dan indeks DJIA yang sekarang pada level 17000an bisa jatuh ke level 4000 – 5000, bahkan mungkin diteruskan ke level 3000an.
  2. Harga emas akan jatuh ke level $ 600 - $ 700 per oz.
  3. Dengan agak ragu-ragu, EOWI memperkirakan harga minyak akan menyentuh level di sekitar $30 per bbl. Confidence level kami cukup rendah mengenai perkiraan ini. Harga minyak adalah yang paling sulit diperkirakan.
  4. Harga property juga akan jatuh dan pasar membeku, tidak banyak transaksi.
  5. Harga US dollar terhadap mata uang lainnya akan mengalami penguatan. Dalam Rupiah kemungkinan akan mencapai Rp 17000 sampai Rp 25000 per dollarnya.
  6. Harga bond/surat obligasi pemerintah jangka pendek yang (dianggap) berkwalitas,seperti yang dikeluarkan oleh US, Jerman dan Swiss akan diborong dan nilainya naik (yieldnya turun). Tetapi bond-bond yang dianggap kurang berkwalitas seperti SUN (Surat Utang Negara) Indonesia, akan turun dan yieldnya akan naik.
  7. Jika periode ini ada kaitannya dengan periode K-Winter, dunia kemungkinan akan mengalami perang besar yang disebut dengan trough-war, setidaknya ketegangan dan konflik-konflik saat ini akan mengalami eskalasi. Perang pada periode K-Winter sebelumnya adalah Perang Dunia II, dimana batas-batas Negara berubah. Indonesia dan Suriname memisahkan diri dari Kerajaan Belanda. India, Pakistan memisahkan diri dari Imperium Inggris. Bukan mustahil, ada negara-negara baru yang terbentuk nantinya.
Pada saat EOWI menurunkan artikel tersebut di bulan Juli 2014, harga minyak mentah (WTI) masih bertengger di level $103 per bbl. Dan pada saat kata-kata ini dituliskan, harga minyak sudah di level $60 per bbl. Seperti disebutkan dalam laman Gejolak 2014 - 2020, tingkat kepercayaan EOWI agak rendah dalam hal minyak, tetapi kenyataannya dalam 6 bulan harga minyak sudah jatuh sebesar 42%! Ini membuat kepercayaan kami meningkat mengenai akan jatuhnya harga minyak ke level $30 per bbl atau lebih rendah.
Banyak orang berpikir bahwa minyak mentah di dunia ini akan/sudah habis. Oleh sebab itu harga minyak melambung. Pola berpikir semacam ini berkali-kali dipatahkan oleh kenyataan. Thomas Robert Malthus 200 tahun lalu meramalkan bahwa populasi dunia suatu masa akan mengalami kekurangan pangan global. Dan opini ini dikuatkan lagi oleh Paul Ehrlich di tahun 1968 dengan bukunya The Population Bomb yang meramalkan akan adanya pandemi kelaparan global pada dekade 1980an. Kenyataannya, mulai tahun 1980, angka obesitas (kelebihan pangan) dunia meningkat. Dan kemudian diet menjadi popular culture, pola hidup yang popular. Berbagai diet bermunculan, dari mulai menghitung/membatasi asupan kalori, makan sayur buah saja, vegetarian sampai ke diet karbohidrat.
Orang-orang yang meramalkan habisnya minyak atau kekurangan pangan dunia adalah orang-orang yang menganggap bahwa Tuhan itu konyol, lupa mencukupkan rejekinya kepada manusia-manusia yang diciptakannya.  Kami di EOWI adalah orang-orang yang religius, percaya kepada Tuhan yang sensible. Oleh sebab itu jika ada ramalan gloom-doom yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Tuhan itu konyol, maka kami tidak percaya. Kami tidak percaya kepada global warming, pecahnya lapisan ozon, aliran lesbian dan homoseksual serta Islam Liberal. Kami percaya bahwa Tuhan menyediakan rejeki dan manusia harus punya usaha untuk mengambilnya. Bukan menunggu dijatuhkan dari langit.
Kenyataannya bahwa minyak bumi masih banyak. Hanya saja untuk mengambilnya semakin sulit, perlu usaha yang lebih banyak dengan cara yang lebih cerdik. Ini adalah adil. Ilmu yang dimiliki manusia (pemberian Tuhan) semakin banyak. Dan beberapa ilmu itu adalah untuk mencari minyak, memproduksi minyak bumi semakin effisien dan  menggunakan minyak secara lebih effisien.

Siklus 30 tahunan Minyak
Minyak seperti komoditi lainnya mempunyai siklus 30 tahunan. Siklus kali ini mempunyai puncak di tahun 2008. Puncak harga minyak sebelumnya adalah di tahun 1980. Tidak ada yang supernatural mengenai siklus ini. Misalnya, sebagai awal dari siklus kita mulai dari masa enak dan normal. Itu sebutan mudahnya bagi periode dimana harga minyak terjangkau. Dengan demikian ekonomi bisa tumbuh dengan baik. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pemakaian minyak meningkat. Sementara jumlah cadangan terbukti menyusut dan selanjutnya kapasitas produksi mulai tercekik. Harga merangkak naik, ditambah dengan ulah spekulan membuat kenaikan harga minyak lebih liar. Inilah periode secular bull market untuk minyak (dan juga komoditi). Secular bull market yang lalu berlangsung selama tahun 2000 – 2008. Dan sebelumnya adalah 1970 – 1981.
Saya tidak tahu banyak mengenai secular bull market sebelum tahun 1970, tetapi secular bull market minyak tahun 1970 – 1980 banyak yang bisa dicatat dan dipelajari sebagai hikmah. Mungkin karena waktunya bersamaan dengan merebaknya kepercayaan yang mengimplikasikan bahwa Tuhan itu tolol, yang menciptakan manusia tetapi lupa menyediakan kebutuhannya, semasa secular bull market minyak 1970 – 1980 tumbuh juga kepercayaan (lebih cocok disebut histeria) bahwa minyak akan segera habis. Oleh sebab itu muncul aliran-aliran pencinta lingkungan, anti pollusi, konservasi energi, energi alternatif, dan sejenisnya. Di bidang demografi, Paul Erhlich dengan bukunya The Population Bomb, membuat histeria population control, alias KB (keluarga berencana). Miungkin ini yang membuat harga minyak menjadi lebih liar, karena spekulator merasa punya ruang untuk semakin aggresif.
Dengan naiknya harga minyak, banyak investor melirik sektor yang nampaknya menjanjikan ini. Kredit mengucur, modal mengalir dan aktivitas eksplorasi meningkat.
Selanjutnya cadangan-cadangan baru ditemukan. Diantara penemuan-penemuan cadangan baru, ada penemuan yang bisa membuat perubahan yaitu penemuan cadangan baru di cekungan-cekungan di wilayah-wilayah frontier yang sering kali didukung oleh dengan teknologi baru. Untuk bull market 1970 – 1981, wilayah temuan baru adalah Laut Utara (North Sea) yang iklimnya kurang ramah. Teknologi lepas pantainya yang kompleks ikut berperan dalam pengembangan wilayah Laut Utara ini.
Sejalan dengan berkembangnya temuan lapangan-lapangan minyak dan gas di wilayah Laut Utara (North Sea) ini selama periode bull market 1970 - 1981, infrastrukturpun juga berkembang di wilayah itu. Hal ini membuat eksplorasi dan produksi minyak di wilayah ini semakin murah (karena ketersediaan infrastruktur).
Tidak hanya cekungan di wilayah Laut Utara, tetapi di beberapa negara misalnya Mexico, juga ditemukan ladang raksasa Cantarell (1976). Dan banyak lagi yang terlalu banyak untuk disebutkan. Tetapi, mereka itulah yang terbesar dan yang paling berpengaruh.
Selanjutnya kredit mengalir ke sektor minyak. Eksplorasi semakin ramai, permintaan tenaga kerja di sektor minyak naik. Universitas membuka jurusan yang berkaitan dengan minyak. Bahkan untuk masa 1970-1980, seorang lulusan SMA atau sarjana sastra bisa diterima untuk menjadi mud-logger, data acquisition engineer/operator. Tidak hanya itu, universitas yang belum punya jurusan yang berkaitan dengan minyak dan geologinya, mendirikan jurusan-jurusan tersebut. Misalnya di Indonesia adalah Universitas Trisakti -1980 dan Universitas Indonesia yang agak telat dengan Program Study Teknik Gas tahun 1981, untuk level dunia banyak kasus seperti ini. Kalau melihat kebelakang, tahun 1970 - 1980 adalah masa kegilaan.
Sebagai akibatnya kapasitas produksi meningkat dan kelangkaan pasokan menjadi sirna. Negara-negara OPEC (eksportir minyak terbesar di saat itu) tidak bisa mengendalikan harga minyak. Walaupun OPEC berusaha membatasi produksinya dengan quota untuk anggota-anggotanya, tetapi gagal. Anggota-anggota sering melanggar quota. Dan setiap kali OPEC menurunkan produksi minyaknya, akan dimentahkan oleh produsen non-OPEC dengan akan mengisi kekurangan yang ditinggalkan oleh anggota OPEC. Dan ini membuat OPEC merasa iri karena pangsa pasarnya terambil oleh Non-OPEC. Itu yang menjadi alasan bagi anggota-anggota OPEC untuk melanggar quotanya. Akibatnya harga minyak turun dan dimulailah masa bear market untuk minyak di tahun 1980 sampai tahun 2000. Selama 20 tahun minyak kurang menarik investor dan juga calon tenaga kerja. Bahkan peminat untuk mengambil pelajaran perminyakanpun susut. Beberapa universitas terpaksa melebur jurusan teknik minyak dengan jurusan lain, biasanya teknik kimia. Kasus yang saya ingat adalah University of Southern California (USC) karena salah satu kolega saya lulusan univesitas itu dan saat ini tidak punya almamater jurusan.
Titik nadir (bottom, paling dasar) dari secular bear market minyak (dan komoditi umumnya) adalah sekitar tahun 1999 atau 2000 dimana harga minyak jatuh ke level di bawah $10 per bbl. Waktunya bersamaan dengan beberapa krisis moneter, seperti krisis Asia, LTCM, dan lainnya serta histeria Y2K. Krisis menyebabkan aktivitas turun yang kemudian berdampak pada pemakainan bahan-bakar. Ketika krisis ini beranjak pulih, pasokan minyak mulai seret. Harga minyak mulai merangkak naik. Proyek-proyek baru untuk meningkatkan produksi menjadi lebih aktif. Misalnya di lapangan Cantarell yang ditemukan tahun 1976, injeksi nitrogen diterapkan dan produksinya mencapai puncaknya di tahun 2003 di level 2.1 juta bopd (barrel per hari). Pada masa awal bull market minyak 2000 – 2008, bisnis kebanyakan hanya mengandalkan lapangan-lapangan yang sudah ada. Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan produksi secara cepat. Saya sendiri tahun 2001-2002 sebagai (alternate) team leader production enhancement di Malaysia. Misinya adalah menerapkan teknologi-teknologi murah dan mudah yang sudah ada untuk menaikkan produksi minyak secara cepat.

Secular Bull Market 2000 – 2008 dan Produksi Minyak Amerika
Secular bull market minyak 2000 – 2008, melahirkan hal yang mirip, tetapi tidak sama dengan secular bull market minyak 1970 – 1980. Dengan level yang menunjang penerapan teknologi yang lebih kompleks. Minyak dikembangkan daerah-daerah baru. Shale oil yang terdapat di formasi Bekken membentang dari North Dakota, Montana Amerika Serikat ke Saskatchewan dan Manitoba Canada. Juga shale gas di US. Selain itu juga tar sand di Athabasca, Canada. Ladang-ladang minyak/gas ini bukanlah temuan baru Dulu-dulu sudah ada (ditemukan) tetapi tidak bisa dieksploitasi karena memerlukan teknologi yang pada waktu itu mahal. Dengan harga minyak yang cukup tinggi, maka eksploitasi deposit minyak/gas semacam ini bisa dieksploitasi.
Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan oil/gas shale, yaitu hydraulic fracturing (disingkat fracking)  bukan lah teknologi baru. Tetapi dengan harga minyak yang tinggi dan perbaikan dalam effisiensinya maka pada periode secular bull market 2000-2008 applikasinya bisa terealisir. Perlu dicatat bahwa untuk pengembangan oil/gas shale diperlukan pengeboran yang terus menerus, karena umur sumur produksi lapangan semacam ini pendek, hanya dalam bilangan tahun (bukan dekade). Jadi untuk mempertahankan tingkat produksi, sumur baru harus dibor untuk menggantikan sumur yang umurnya sudah beberapa tahun.
Diakhir secular bull market 2000 – 2008 dan awal secular bear market minyak, produksi minyak US mulai meningkat, kemudian menjadi parabolik dan hampir mencapai level 1980, rekor puncak produksi minyak US.  Di tahun 2007 produksi minyak US masih di level 5 juta bbl per hari. Dan 4 tahun kemudian menjadi 8.9 juta bbl per hari. Kenaikan produksi hampir 80% hanya dalam kurun waktu 4 tahun dan kebanyakan berasal dari unconventional oil, oil shale. Entah karena kenaikan produksi ini yang membuat harga minyak jatuh, atau karena kebetulan saja bahwa kenaikan produksi minyak US selalu berada di akhir secular bull market. Entah lah. EOWI memperkirakan banyak faktor yang menyebabkan turunnya harga minyak antara lain bearishnya para spekulan, menurunnya permintaan karena perlambatan ekonomi dan kapasitas pasokan minyak yang meningkat.

Chart 1 (klik Chart untuk memperbesar)

Ada beberapa catatan penting dalam kaitannya dengan penguatan US dollar, yang beberapa kali dibahas oleh EOWI, penambahan produksi sebesar hampir 4 juta bbl per hari, artinya pengurangan impor sebesar itu. Jadi dari sudut pandang US dollar,  bisa diterka. Tidak banyak US dollar yang keluar untuk membeli minyak. Peran US dollar dalam bisnis minyak berkurang. Andaikata Russia atau Iran atau negara manapun mau menjual minyaknya dalam mata uang lain, dampaknya tidak banyak terhadap US dollar.

Amerika Serikat Tidak Sendiri
Amerika Serikat tidak sendiri. Canada juga mengembangkan teknologi untuk mengeksploitasi tar sand (minyak berat yang ada di dalam pasir di permukaan tanah). Produksi minyak Canada naik dari 2.9 juta bbl per hari ditahun 2000 ke hampir 4 juta bbl per hari di tahun 2014.  Di wilayah Afrika Barat, muncul negara produsen minyak baru seperti Chad, Mauritania, Pantai Gading. Di samping negara-negara produsen minyak baru, ada juga penemuan-penemuan cadangan baru di wilayah negara-negara yang sebelumnya sudah merupakan produsen minyak seperti Nigeria, Cameroon, Equatorial Guinia, Angola dengan Deep Water nya. Kapasitas produksinya meningkat.
Tidak hanya di Afrika Barat, tetapi juga di Sudan di Afrika Timur juga menjelma menjadi negara penghasil minyak. Harga minyak yang tinggi membawa berkah bagi banyak negara. Tetapi membuka ancaman baru bagi negara-negara OPEC. Setidaknya bagi konsumen akan lebih baik. Dimasa mendatang tidak ada lagi pemasok yang dominan yang bisa menentukan harga pasar.

Terkecuali Indonesia
Pada saat banyak negara yang berhasil menaikkan cadangan dan produksi minyaknya karena harga minyak yang tinggi sehingga memungkinkan dilakukannya eksplorasi dan peremajaan lapangan tua, tetapi terlihat bahwa produksi dan cadangan minyak Indonesia terus menurun. Puncak produksi minyak Indonesia adalah 1.6 juta bbl per hari di tahun 1981, dan turun terus sampai 830 ribu bbl per hari di tahun 2014. Terima kasih ini berkat ketidak becusan BPMigas, SKKMigas, Migas, DPR dan UUD45 ayat 33. Seharusnya semua negara termasuk Indonesia bisa meningkatkan cadangan dan produksi minyaknya pada secular bull market minyak. Hanya negara yang salah urus saja yang tidak bisa. Indonesia tidak bisa mengambil peluang ini.
Alih-alih meningkatkan produksi minyak. Pemerintah malah menaikkan harga bensin premium dan solar. Pelaksana pemerintahan kelihatan bodohnya ketika menaikkan harga besin premium dari Rp 6500 ke Rp 8500 per liter (31%) tanggal 18 November 2014. Alasannya harga minyak akan naik dan beban subsidi sudah terlalu berat. Harga minyak adalah $ 75 per bbl pada saat dinaikkannya harga bensin premium, 25 hari kemudian pada saat saya menulis harga minyak mentah dunia turun dari $75  ke $57 per bbl (25%). Itu kalau dihitung dari saat kenaikan premium, tetapi kalau dihitung dari saat dilantiknya Jokowi, tanggal 20 oktober 2014, dimana tentunya dia sudah membuat hitung-hitungan kenaikan BBM, harga minyak mentah dunia ada di level $88 per bbl (36%). Jadi sekarang ini subsidi harga premium bisa jadi negatif. Artinya pemerintah sudah dapat untung dari BBM bersubsidi.
Mau lihat buktinya. Untuk tanggal 8 Desember 2014, harga bensin di US, negara yang liberal harga ditentukan pasar USA adalah $0.76 untuk type RON 92 seperti Pertamax atau Shell Super (sebelum pajak penjualan) dan di Indonesia adalah $0.82 per liter untuk permium yang RON nya 88! UUD 45 pasal 33 hanyalah kebohongan saja. Atau pemerintah yang bodoh dan tidak becus.
Ada yang mengatakan bahwa pemerintah nampak bodoh, tidak bisa mengamati harga minyak mentah karena terbukti bahwa tidak lama setelah pemerintah menaikkan harga BBM, harga minyak dunia turun drastis. EOWI tidak setuju dengan pendapat ini. Ada perbedaan arti yang besar sekali antara dua pernyataan di bawah ini:
  1. Dengan anjloknya harga minyak dunia membuat pemerintah nampak bodoh
  2. Dengan anjloknya harga minyak dunia membuat kebohohan pemerintah nampak
Kedua kalimat ini mirip tetapi artinya berbeda sekali. Kesimpulannya terserah pembaca. Tetapi coba ditambah dengan fakta bahwa selama satu (1) dekade harga minyak yang tinggi, dan tidak mampu meningkatkan cadangan dan produksi minyak mentah bahkan mempertahankan di level produksi yang sama, maka kesimpulan anda akan lengkap. Silahkan simpulkan sendiri.

Secular Bear Market Minyak 2008 – 2025(?)
Dalam beberapa tulisan sebelumnya, EOWI sudah memproklamirkan bahwa minyak telah memasuki periode secular bear market. Artinya dalam beberapa tahun ke depan, sampai bilangan dekade, harga minyak, insya Allah, tidak akan melampaui harga tertingginya $140 per bbl yang dicapainya pada tahun 2008 lalu. Tepatnya $145.31 per bbl, pada tanggl 3 Juli 2008. Sebab secular bear market ini adalah karena banyak cadangan yang telah ditemukan selama tahun 2000 - 2008. Memang cadangan baru ini tidak di Indonesia, sebabnya karena salah urus di Indonesia. Tetapi di belahan dunia sana banyak cadangan telah ditemukan dan kapasitas produksi meningkat.
Secara teknikal secular bear market sudah dimulai. Hal ini bisa dilihat pada chart di bawah ini. Puncak wave-5 terjadi pada tanggal 3 Juli 2008 ($145.31 per bbl). Koreksi wave A menjatuhkan harga minyak ke $30.28 per bbl hanya dalam waktu 6 bulan yaitu tanggal 23 Desember 2008. selanjutnya rebound wave B yang merupakan sekumpulan wave kecil a-b-c-d-e yang membentuk pola segitiga wedge. Wave B ini sekarang sudah selesai, tren secular bear market wave C akan berlanjut. Targetnya adalah di bawah wave A, yaitu di bawah $30.28 per bbl.


Chart 2 (klik Chart untuk memperbesar)


Dengan harga minyak yang sempat menyentuh level $53.80 pada tanggal 16 Desember 2014, rasanya ramalan di bawah $30 per bbl bukanlah hal yang mustahil. Entah kapan akan dicapainya, tetapi kami perkirakan antara tahun 2015 sampai 2020, sejalan dengan ramalan Gejolak 2014 – 2020.
Dengan harga minyak jatuh demikian drastisnya, akan banyak membawa akibat. Buntut harga minyak yang jatuh tidak hanya akan meruntuhkan perusahaan-perusahaan minyak yang lemah, juga menyeret investor pemberi kredit, PHK para pekerjanya, tetapi juga goncangan-goncangan sosial yang dilatarbelakangi oleh tekanan ekonomi dan ketidak-puasan masyarakat. Pergolakan  sosial ini di masa lalu mengakibatkan runtuhnya banyak pemerintahan. Bukan tidak mungkin hal yang sama/mirip akan terjadi di masa depan. Tema ini akan dibahas pada bagian berikutnya dari Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian II).
Sekian dulu. Nanti akan dilanjutkan kisah berikutnya........, sampai nanti, insya Allah


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.