The Dollar Strikes Back adalah lanjutan
kisah sebelumnya Return of the Dollar. Keduanya adalah judul film sekuel The
Star Wars . EOWI meniru-niru judul tersebut bukan karena ada kemiripan antara
US dollar dan kisah film the Star Wars itu, tetapi karena sekedar enak
didengar. Currency Wars dengan Star Wars
dan Return of the Dollar dengan Return of the Jedi, atau Empire Strikes Back
dengan US Dollar Strikes Back mereka seirama.
Beberapa minggu lalu saya melihat-lihat indeks US dolar
(seterusnya disebut indeks dollar). Secara mengejutkan ternyata US dollar tidak
selalu menurun terhadap sekeranjang
mata uang negara lainnya seperti yang sering dipersepsikan media selama ini.
Pada periode tertentu yang ukurannya dalam bilangan dekade, US dollar mengalami
peaking atau berada pada titik puncak, seakan
membentuk pengulangan atau siklus. Pada saat ini US dollar
berada dalam fase bullish dan trennya
menanjak. Dan tren ini akan berlangsung terus, menurut EOWI sampai kira-kira
tahun 2019. Awalnya penguatan terhadap beberapa mata uang sudah terjadi sekitar
4 – 5 tahun lalu, tetapi tren ini belum nampak jelas. Dan akhir-akhir ini tren
ini sudah menjadi jelas karena semakin banyak mata uang yang tertekan oleh US
dollar. Tidak hanya mata uang, tetapi asset-asset lain seperti komoditi dan
properti di berbagai negara mengalami tekanan. Hanya saham saja yang masih
belum memperoleh pukulan dari US dollar. Pilihan katanya adalah belum, bukan tidak. Saham tidak akan imun terhadap gempuran US dollar.
Apa yang dipersepsikan oleh media dan banyak
analis bahwa the Fed akan melakukan usaha-usaha untuk menjatuhkan nilai dollar
dengan membanjiri pasar dengan likwiditas, mencetak dollar sebanyak-banyaknya,
untuk mendongkrak harga-harga asset (properti, saham, bond swasta), mengobarkan
api inflasi, memberikan illusi seakan pemilik asset kaya dan mendongkrak ekonomi,
tetapi usaha-usaha ini sebagian gagal. US dollar tidak mengalami depresiasi,
ekonomi US tidak bersinar dan beberapa asset tidak terdongkrak nilainya,
kecuali saham dan kebangkrutan massal perusahaan dan bank yang sampai saat ini
masih bisa ditahan. Dengan kata lain the Fed gagal (gagal sebagian bukan gagal tidak
total). Sampai saat ini memang belum gagal total, pada saatnya EOWI meramalkan
sektor saham akan terpukul dan kebangkrutan-kebangkrutanpun tidak bisa dicegah.
Chart-1 di bawah ini menunjukkan bahwa indeks
dollar telah keluar dari pola trading wedge nya dan siap meluncur ke 120 ( dari
level 79 di awal tahun 2014 ini.
Chart 1 (klik chart untuk memperbesar)
Euro-Dollar
Bear
Pasangan Euro-Dollar atau nilai tukar Euro
terhadap US dollar mengalami masa bearish
sejak krisis subprime tahun 2008. Ini
bisa dilihat pada chart berikut.
Chart 2 (klik chart untuk memperbesar)
Ekonomi Eropa mengalami
keterpurukan yang lebih parah dari US. Eropa juga punya masalah bubble di sektor properti di samping
itu, tiang penyangga utamanya yaitu Jerman punya masalah demografi yang lebih
parah dari US. Belum lagi sistem sosialis di negara-negara Eropa seperti
Prancis, Belanda, Itali, Spanyol, dll, membuat negara-negara itu sulit
membenahi defisit fiskalnya. Secara reatif, bank sentral Eropa mencetak uang
lebih banyak dari the Fed.
Tidak banyak yang bisa
dikomentari, karena Euro akan mengetest kembali resistan di level 1.24 untuk ke tiga kalinya sebelum melanjutkan
masa bearishnya. Jika ini
berhasil, maka target berikutnya adalah 1.00, nilai tukar US dollar terhadap
Euro adalah 1.
Gempuran US dollar terhadap zone Euro masih akan
berlanjut. Kedahsyatannya mungkin bisa berakibat pecahnya koalisi Euro, dalam
arti beberapa negara mungkin terpaksa harus keluar dari persekutuan Euro. Di
wilayah dengan cakupan yang lebih luas, yaitu masyarakat ekonomi Eropa, Inggris
(rakyatnya) nampaknya mempertimbangkan untuk keluar dari European Union (Masyarakat Ekonomi Eropa). Sebabnya adalah,
kepentingan-kepentingan masing-masing negara saling bertabrakan.
Yen, Era
Baru – Yaitu Bear Market
Pasangan US$ - yen mengalami masa bearish
sejak jaman kuda gigit besi. Artinya nilai tukar US dollar selama beberapa
dekade terdepresiasi terus terhadap yen. Jepang memang kalah Perang Dunia II,
tetapi seusai perang, secara ekonomi Jepang mengalahkan US, setidaknya yen
selalu menguat terhadap US dollar sejak jaman kuda gigit besi. Wah itu agak
dilebih-lebihkan. Lebih tepatnya sejak the Fed mendatanya tahun 1970 (Chart-3
dan Chart-4). Jadi setidaknya selama 42 tahun yen secara umum mengalami
appresiasi terhadap US dollar. Ini adalah jangka waktu yang lamaaaaa sekali. Yen baru keluar dari tren yang sudah berjalan beberapa dekade
pada tahun 2014 ini. Nilai tukar dollar menjadi di atas ¥ 110.
Chart 3 (klik chart untuk memperbesar)
Namun demikian, sejak tahun 1998
(krisis Asia) appresiasi ini mengalami perlambatan (Chart-3). Dan tahun 2014 ini pasangan US$-yen keluar
dari masa bearishnya (Chart-3, Chart-4
dan Chart-5). Nampaknya tahun 2014 adalah awal dari era baru bagi US$ terhadap yen.
Lebih
tepatnya era baru bagi keterpurukan yen. Tuhan mengabulkan permintaan para
banker di BoJ. Mungkin pengabulan ini bersifat rapel. Maksudnya doa selama 25
tahun itu dikabulkan sekali gus dan yen jatuh terpuruk, nyungsep.
Chart 4 (klik chart untuk memperbesar)
Chart 5 (klik chart untuk memperbesar)
Jepang yang bangkit dari kehancuran Perang Dunia II dan
menjelma menjadi negara maju, produsen barang-barang konsumen dan barang-barang
modal yang effisien dan ekspornya bersaing. Barang-barang buatan Jepang merajai
dunia. Oleh sebab itu neraca perdagangannya mengalami surplus selama beberapa
dekade. Selama dekade 70an, neraca perdagangan masih selang-seling surplus dan
defisit. Setelah tahun 1980 sampai tahun 2012 neraca perdagangan Jepang selalu
mengalami surplus (Chart-6). Tidak
terlalu mengherankan jika neraca transaksi berjalannya selalu mengalami surplus
pada periode tersebut (Chart-7). Demikian juga yen selalu mengalami penguatan
dimasa itu. Harga US$ tahun
1970 adalah ¥ 360 dan 42 tahun kemudian, tahun 2012 nilai tukar ini menjadi ¥ 79
per US dollar. Yen ter-appresiasi menjadi 4.6 kali lipat. Appresiasi yen ini
berarti produk-produk Jepang jika harga
nominalnya dalam yen tidak diturunkan maka akan menjadi 4.6 kali lebih mahal
dan tidak kompetitif. Kalau sekarang kita mengatakan bahwa barang-barang Jepang
tidak bisa dikatakan mahal, maka barang-barang produksi Jepang 4 dekade lalu
seharusnya bisa disebut sangat murah. Kenyataannya memang begitu. Barang-barang
Jepang di tahun 70an dikenal sebagai murah dan kwalitasnya dipandang rendah. Saat ini tentang kwalitas,
barang-barang Jepang tidak bisa disebut buruk. Bahkan dengan buatan
Amerika dan Eropa Barat, barang buatan Jepang termasuk bagus.
Chart 6 (klik chart untuk memperbesar)
Chart 7 (klik chart untuk memperbesar)
Generasi yang tumbuh semasa dan paska Perang Dunia II
(ekivalen dengan Baby Boomer di US),
sejak tahun 1990 – 2000 memasuki masa tua, pensiun dan tidak seproduktif
seperti di masa mudanya. Sedangkan generasi penggantinya tidak cukup banyak
untuk mengisi tempat yang ditinggalkan bapaknya. Jepang menjadi masyarakat yang
menua. Jepang tidak bisa lagi
memproduksi barang dengan harga yang kompetitif dalam jumlah yang lebih banyak
dari pada yang dikonsumsinya sejak tahun 2012 (Chart 5). Hal ini akan berlanjut
terus, kecuali masyarakat Jepang merubah
pola hidup meraka.
Defisit neraca transaksi berjalan
dan defisit perdagangan sejak 2013 berarti sejak tahun ini Jepang membutuhkan
lebih banyak dollar untuk membeli serta membayar barang, jasa, kewajibannya
dari pada dollar yang diterima oleh Jepang. Yen mengalir keluar Jepang. Hal itu
salah satunya menyebabkan yen melemah.
Tidak hanya itu, belum lama ini
Bank Sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), bertekad untuk membeli saham dan
obligasi pemerintah sampai mencapai $ 730 milyar setiap tahun untuk bond dan
$30 milyar untuk saham (lihat: Jepang: (Belum atau Sudah?) pada Puncak Kegilaan). Ini adalah upaya untuk mendepresiasi yen supaya produk Jepang
bisa bersaing lagi. Entah karena usaha BoJ berhasil, atau karena memang secara
alami yen harus melemah atau kedua-duanya adalah tidak penting. Yang penting
bahwa realitanya yen melemah.
Rakyat Jepang selama ini masih puas menyimpan uangnya di
tabungan yen nya, kendatipun dengan bunga yang kecil. Ini dimaklumi karena
selama ini nilai yen terus menguat. Walaupun bunganya kecil, tetapi gerusan
inflasi hampir tidak ada. Bagaimana jika kemudian mereka (rakyat Jepang)
melihat nilai yen perlahan-lahan tergerus dan BoJ bersama pemerintah berusaha
mati-matian untuk mengobarkan inflasi? Tidak hanya itu, mereka melihat bahwa
pemerintah mereka tidak punya pilihan lain kecuali menggerus nilai yen untuk menghancurkan
hutang mereka (pemerintah), karena pemerintah ini tahu bahwa mereka tidak akan
sanggup menarik pajak yang besar untuk membayar hutangnya. Apakan kepercayaan
rakyat Jepang terhadap yen tidak runtuh? Hiper-inflasi bukan sekedar masalah
cetak-mencetak uang saja, tetapi lebih banyak masalah hilangnya percayaan
terhadap suatu mata uang. Walaupun bank sentral mencetak dan menerbitkan uang
yang banyak, tetapi jika masih banyak yang percaya dan mau memegang mata uang
tersebut, hiper-inflasi tidak terjadi. Tetapi, jika kepercayaan itu hilang,
orang menganggap mata uang tersebut tidak ada nilainya, maka hal ini akan
membuat semua orang melepaskan uangnya (mata uang tersebut yang dimilikinya).
Akibatnya anggapan bahwa mata uang tersebut tidak ada nilainya menjadi
kenyataan. Pertanyaan berikutnya adalah: Bagaimana jadinya jika semakin banyak
rakyat Jepang melihat BoJ dan pemerintahnya berusaha mati-matian untuk
menghancurkan yen dan tidak ada solusi lain bagi pemerintah Jepang dalam
menyelesaikan hutangnya kecuali dengan menghancurkan yen? Apakah kepercayaan
mereka terhadap yen akan hilang? Akankah terjadi krisis kepercayaan terhadap yen?
Pertanyaan di atas akan bertambah sejalan dengan masuknya
Jepang dalam resesi yang diumumkan tanggal 19 November 2014 ini. Akankah
hilangnya/berkurangnya kepercayaan terhadap yen ini sudah mulai terjadi atau
terjadi dalam di dalam 2 tahun mendatang?
Ekonom di BoJ boleh berpikir bahwa dengan dihancurkannya yen,
yang notabene adalah menghancurkan hutang termasuk hutang perusahaan, maka
banyak perusahaan yang terlibat hutang akan memperoleh keuntungan dan
terselamatkan, tetapi kenyataannya lain. Menurut study oleh Tokyo Soho Research
jumlah kepailitan di Jepang sejak tahun 2013 akibat depresiasi yen ternyata
jauh melebihi kepailitan perusahaan akibat penguatan yen (Chart-8).
Chart 8 (klik chart untuk memperbesar)
Mungkin saja kebangkrutan tahun
2009 – 2011 yang disinyalir sebagai akibat dari penguatan yen, adalah karena
faktor lain. Karena saat itu adalah masa perlambatan ekonomi global paska
krisis subprime. Pada masa ada faktor
lain yaitu perlambatan ekonomi global tahun.
Dan kalau mau berargunan
sekarangpun bisa dikatakan juga masa menjelang krisis ekonomi global. Itulah
ekonomi. Mau ngomong apa saja bisa.
Tetapi untuk kisah ini akan lebih seru kalau dikatakan bahwa kedua kasus
kebangkrutan ini (periode 2009 – 2011 dan periode 2013 – 2014) adalah akibat
dari perubahan nilai tukar yen. Ketika yen menguat, harga jual barang Jepang
yang diproduksi di pasar ekpor menjadi tinggi dan menjadi tidak kompetitive.
Sedangkan ketika yen melemah, dan harga jual barang-barang Jepang di pasar
ekspor turun, tetapi untuk komponen bahan bakunya dan komponen energi (dari
impor) tidak turun.
Tidak hanya itu, depresiasi yen berakibat juga bertambahnya
beban rumah tangga. Bahan bakar kendaraan dan listrik yang semuanya diimpor,
akan naik (dalam yen). Sedangkan pendapatan rumah tangga/gaji relatif tetap.
Memang turunnya harga minyak meringankan sebagian dari beban dari depresiasi
yen. Yen yang turun dari level ¥79 per dollar ke ¥120 adalah depresiasi sebesar
53%. Sedangkan minyak turun 34% dari $ 100 per bbl ke $ 66 per bbl. Tanpa
pertumbuhan ekonomi yang dilanjutkan dengan kenaikan gaji/upah, maka depresiasi
yen akan menjadi beban secara ekonomi bagi rumah tangga. Konsumsi akan turun dan resesi berkepanjangan menjadi resiko yang besar. Dengan kata lain: the dollar strikes yen back…… and knocks
down the Japan
economy.
US Dollar vs Emas
Tanggal 30 November 2014 lalu, rakyat Swiss keluar rumah
untuk memberikan suaranya dalam suatu referendum mengenai keharusan Swiss
National Bank (SNB) untuk menambah cadangan emasnya dari 8% ke 20% yang harus
dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun. Ini merupakan
langkah awal dari proses untuk kembali ke standard emas di Swiss. Pada minggu-minggu
sebelumnya, gold bulls dan gold bugs, secara antusias memprolamirkan
akan adanya rally besar. Kami di EOWI tenang-tenang saja. Bahkan EOWI tidak
menurunkan artikel apa-apa tentang kemungkinan adanya rally besar dan panjang
di sektor emas.
EOWI bukannya tidak mendukung atau tidak setuju dengan sistem
moneter berbasis emas sistem berbasis asset riil, tetapi kita harus realistik. Pasar sedang mengalami pengempesan bubble emas. Bubble emas
sedang kempes, sehingga bisa diramalkan bahwa antusiasme untuk kembali ke
sistem keuangan berbasis emas bisa dipastikan sudah merosot. Ibaratnya seperti
sedang kekenyangan makan gulai gajeboh yang lemak semua, kemudian ditawari kue
tart yang juga lemak gurih. Rasanya akan neg
dan bisa muntah. Jadi jangan heran kalau pro-emas dikalahkan secara telak 77% –
23% untuk kemenangan anti sistem emas. Mungkin rakyat Swiss memang sudah bosan
dengan sistem keuangan berbasis asset riil dan lebih senang pemerintahnya
mempermainkan mata uang mereka. Entahlah. Yang pasti SNB tidak perlu menambah
300 ton emas ke dalam pundi-pundinya setiap tahun selama 5 tahun, tidak lagi
menjual cadangan emasnya dan menyimpan semua cadangan emasnya di Swiss (bukan
di negara lain).
Tidak ada rally emas sebelum referendum dilaksanakan sebagai kebiasaan
pasar buy on rumor sell on news. Bahkan
ketika hasil referendum keluar yang seharusnya membuat emas terpuruk, juga
tidak terjadi. Pasar emas berjalan seakan referendum di Swiss tidak pernah ada.
Di medan pertempuran antara logam
mulia (emas) dengan US dollar, beberapa waktu lalu, keduanya masih berimbang
mempertahankan garis pertahanan antara $1200 - $1400 per oz selama hampir 1.5
tahun. Tetapi
nampaknya beberapa minggu lalu US dollar bisa memberikan serangan yang telak
dan memukul mundur emas dari garis pertahannya $1200. Dan ajang pertempuran selanjutnya
akan berada di sektor $ 1000 - $ 1200 per oz. Beberapa kali emas berusaha
merebut kembali garis pertahanan $1200 per oz, tetapi berhasil dipukul mundur kembali
oleh US dollar.
US Dollar vs Minyak
Mentah
Harga minyak mentah (kita sebut saja minyak), terhadap rupiah
atau ringgit atau euro tidak berubah banyak, relatif stabil. Tetapi ketika
dollar memukul mata uang-mata uang ini maka harga minyak terhadap dollar
mengalami kejatuhan. Bahkan untuk beberapa kasus, di saat harga minyak jatuh
terhadap dollar, harga minyak ini naik terhadap beberapa mata uang, seperti
terhadap rubel.
Dari tahun 2012, harga minyak tidak beranjak banyak dari
kisaran $80 - $115 per bbl untuk minyak mentah WTI (West Texas Intermidiate). Orang bilang sekitar $90 - $100 per bbl.
Tetapi dengan kembalinya (penguatan) dollar, permainan akan berubah (Chart-10).
Chart 10 (klik chart untuk memperbesar)
Harga minyak telah menembus pola wedge segitiganya. Dan harga
terendah akhir yang pernah dicapainya adalah $64 per bbl. Secara teknikal
kemungkinan minyak akan jatuh di bawah $32, yaitu harga pada masa krisis subprime.
Rubel in Trouble
Russia menandatangani
perjanjian dengan Cina untuk pembelian gas 30 milyar meter kubik pertahunnya, sebesar
$400 milyar selama 30 tahun. Harga minyak ditetapkan dalam yuan. Berita ini
terpampang di beberapa media massa
beberapa waktu lalu. Kemudian analis-analis hardcore
anti dollar, mengatakan bahwa masa dominasi dollar telah pudar. Cina akan menjadi pesaing utama US sebagai pemegang
kendali ekonomi dunia dan yuan akan menggantikan US dollar sebagai mata uang
dunia. Petro-Yuan. Itu menjadi
tema-tema tulisan para analis. Link ini sebagai contohnya: The Rise of the ‘Petro-yuan’ and the Slow Erosion of Dollar Hegemony.
Bukannya EOWI pro dollar, tetapi kami berpendapat bahwa Cina tidak akan bisa
menjadi pengganti US
dalam 100 tahun ke depan. Kasus ini mirip dengan kasus euphoria ketika Jepang
sedang menanjak di tahun 1980-1990. Semua orang memuji Jepang, meramalkan bahwa
Jepang akan menyusul dan menggantikan US dalam peranannya di ekonomi
dunia. Kenyataannya tidak demikian. Hal ini sama dengan kasus Cina, sebabnya pun sama, yaitu masalah demografi. Kita akan
dibahas di lain kesempatan.
Fakta menunjukkan bahwa Eropa
mengkonsumsi 541 milyar meter kubik per tahunnya (2013). Dan 30% nya (161.5 milyar meter kubik) dipasok oleh Gazprom
Russia. Separo atau 80 milyar meter kubik dari pasokan Russia ini melewati
Ukraina yang saat ini mengalami ketegangan dengan Russia. Angka pasokan ke Cina
hanyalah sekitar 30% dari pasokan yang melewati Ukraina yang mengalami perang. Secara
keseluruhan ekspor Russia turun baik volume dan nilainya (karena turunnya harga
gas/minyak), budget pemerintah meningkat (karena perang yang tidak langsung)
dan situasi menjadi tidak kondusif terhadap bisnis. Ini kombinasi yang bisa
menjatuhkan nilai mata uang Russia. Pada saat pemerintah sudah membatasi
transaksi forex, mengancam spekulator, membatasi keluarnya dollar (dari negara
itu), capital flight, maka semakin
semakin takut pelaku bisnis untuk menempatkan kapitalnya di negara tersebut. Itu yang terjadi. Rubel in trouble. Dalam 2 tahun ini kurs
rubel terhadap dollar jatuh hampir 100%, dari Rub 29 per US dollar di awal
tahun 2013 menjadi Rub 53 – Rub 55 di akhir tahun 2014.
Chart 11 (klik chart untuk memperbesar)
US Dollar vs Rupiah
Selama 1 tahun ini kurs US dollar terhadap rupiah dalam fase konsolidasi,
kemungkinan di wave-4 menurut hitungan Elliot wave (Chart-12). Koreksi ABCDE
sudah dipecahkan (Chart-13). Nampaknya rally dollar akan berlanjut. Target
berikutnya setidaknya akan ke Rp 14,000 – Rp 15,000 per dollarnya. Bisa juga ke
level Rp 16,000 atau Rp 17,500. Mana yang akan dicapainya? Entahlah. Nampaknya
level Rp 14,000 – Rp 15,000 adalah level yang kuat, yaitu level tertinggi pada
saat krismon 1998 lalu.
Chart 12 (klik chart untuk memperbesar)
Chart 13 (klik chart untuk memperbesar)
Untuk rupiah dan
harga minyak saat ini kita batasi saja pembahasannya. Lain kali akan dibahas secara lebih detail dalam seri Gejolak 2014 – 2020.
Sekian dulu, jaga
kesehatan, tabungan dan investasi anda
baik-baik.
Jakarta 7
Desember 2014.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
8 comments:
Pak Imam, komentar bapak dengan artikel berikut gimana :
http://fortruss.blogspot.it/2014/11/grandmaster-putins-golden-trap.html
"Thus, the Western world, built on the hegemony of the petrodollar, is in a catastrophic situation. In which it cannot survive without oil and gas supplies from Russia. And Russia is now ready to sell its oil and gas to the West only in exchange for physical gold! The twist of Putin's game is that the mechanism for the sale of Russian energy to the West only for gold now works regardless of whether the West agrees to pay for Russian oil and gas with its artificially cheap gold, or not. "
Terima Kasih.
Om IS, bagaimana prospek mengoleksi Yen taun 2015-2019 nanti?
Mas Aziz,
Yen mengalami mas bullish selama 42 tahun. Setelah itu biasanya (ini biasanya lho) akan mengalami masa bearish yang cukup panjang juga.
Secara fundamental, Jepang punya persoalan yang sangat mendasar:
a. Masyarakat/demografi yang menua. Orang tua sulit berkompetisi dan orang tua konsumsinya menurun.
b. Pemerintah Jepang punya hutang segunung (pernyataan hiperbolik).
Kedua faktor ini akan mengikis kepercayaan terhadap yen.
Hati-hati
Mas Anony December 8, 2014 at 10:02 AM,
Tantangan utama dari Russia sebagai penjual minyak adalah......., bukan Russia saja yang menjual minyak/gas. Ada OPEC yang pakai dollar, ada US yang sekarang surplus minyak, ada Canada......,
Apakah Putin bisa memaksakan kehendaknya? Itu pertanyaan $30 yang akan kita bahas di minggu-minggu depan.
US$ pagi ini terbang tinggi. Hati hati.....sdh lepas dari wedge pattern nya
Saya Pribadi awalnya pesimis dgn rupiah,tp belakangan cukup optimis dengan sepak terjang jokowi yang sepertinya mampu meredam defisit dan terakhir beritanya sekarang sedang menutup beberapa lembaga pemerintah yg tidak perlu,artinya pemerintah jokowi cukup jeli atau setidaknya tidak sebodoh pemerintahan SBY
sy tidak berpikir bahwa rupiah akan menguat,tapi setidaknya mungkin rupiah bisa keluar dari fragile five
ini infonya
http://nasional.kontan.co.id/news/jokowi-membubarkan-40-lembaga-non-struktural
gimana mnrt pendapat om is?
Hi Mas IS,
Iya nih udah di angka 12,625/ 1 USD :o
saya dapet kurs di sekitar 12,300/ 1 USD untuk Conver semua tabungan saya. hehehe.. telat nih
menurut mas IS ada batasan kurs gak untuk beli dolar. misal, jika kurs masih di bawah 14.000 di beli aja dari gaji kita / or jika udah di atas 14,000 di tahan dulu?
saya gak punya kemampuan berhutang ke bank soal nya
Regards
Ezaa
Pagi ini USD-Rp masuk ke level Rp 12,900.
Semakin menarik kinerja Jokowi.
Post a Comment