___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, October 25, 2015

Deflasi, Depressi dan Devaluasi



Dalam artikel sebelumnya, kami menyebutkan bahwa dollar indeks berada pada akhir dari counter trend wave-4, idiot wave. Dan akan melaju dengan wave-5. Kelihatannya wave-5 sudah dimulai. Resistan di level 97 pada saat tulisan ini dibuat, sedang dicoba untuk ditembus US dollar indeks.
Itu berita bagus untuk pemegang US dollar dan short rupiah. Artinya, sebentar lagi rupiah akan tertekan kembali. Dan targetnya.........., hmmmm.......nanti saja dulu.
Ada sebuah berita dari Cina, yang dilangsir Reuters minggu lalu tentang seorang CEO fund management Global Wealth Investment (Beijing) bernama Wang Jie yang ditusuk oleh seorang nasabahnya yang berumur sekitar 20an yang mengalami kerugian sebesar $50,000. Diberitakan bahwa Wang Jie mengalami koma akibat tusukan tersebut.
Masing-masing orang punya ketahanan jiwa yang tidak sama levelnya. Penusuk Wang Jie, jelas labil sekali, dan cepat marah. Oleh sebab itu, bagi pembaca EOWI, kami anjurkan untuk meminta nasehat dari asset manager yang terdaftar dan kompeten sebelum melakukan investasi. Kesiapan mental anda harus ada untuk menghadapi segala situasi pasar.
Itu menjadi alasan agar EOWI selalu pencantumkan disclaimer di bagian akhir dari tulisan, walaupun dibuat kecil supaya pembaca tidak bisa melihatnya. Kalau anda tidak membacanya, jangan salahkan EOWI. Setidaknya kesalahan tidak bisa ditimpakan ke EOWI.

Cardinal Sin Bank Sentral
Saya tidak tahu bagaimana menterjemahkan kata cardinal sin. Cardinal Sin, bukan pemimpin agama katholik yang bernama Sin, tetapi......., mungkin bahasa Indonesianya yang sepadan adalah dosa bueeesarrr. Bank-bank sentral dunia, terutama the Fed, telah melakukan dosa yang bueesarrr. Pasar uang dan pasar modal telah diubah oleh para banker di bank-bank sentral dunia, pada khususnya the Fed menjadi arena judi dan spekulasi. Dan ini akan terus berlanjut sampai bubble finansial meledak. Dan nampaknya proses ini sedang berjalan. Mungkin dan wawlaahualam.
Yang mereka lakukan mengutak-atik, ikut campur dalam riba. Dunia dibanjiri oleh kredit dan hutang, yang istilah kerennya likwiditas sejak tahun 1990. Kredit membanjiri berbagai sektor-sektor. Bubble tumbuh, dimulai dengan saham tech, Nasdaq, pasar hutang emerging market.  Kemudian bubble ini meletus, krismon Asia, Amerika Latin, Mexico, dan....Nasdaq. Itu disekitar tahun 1997 - 2002.
Untuk menangkalnya, sekali lagi the Fed kembali mengucurkan likwiditas. Dan bubble sektor properti tumbuh, komoditi juga membubble. Bahkan emas, wow, dispekulasikan.
Bubble properti di US dan sebagian dunia, pecah oleh kredit subprime 2007 - 2008. Kemudian....., likwiditas dikucurkan kembali. Dan......, cerita EOWI kali ini dimulai dari tonggak sejarah ini.
Pada bulan Februari lalu McKinsey Global Institute mengeluarkan hasil studinya tentang hutang global yang masih menggembung. Berdasarkan laporan tersebut posisi hutang dunia tahun 2015 ini adalah $200 trilliun. Padahal sebelum krisis subprime ada di $140 trilliun, di tahun 2008. Jadi ada kenaikan $60 trilliun.
Katanya the Fed dan bank sentral dunia membidik pertumbuhan ekonomi dengan ke-tidak-bijaksanaan QE, pengucuran kredit ini. Oleh sebab itu kita lihat hasilnya untuk menentukan apakah hal ini adalah kebijaksanaan atau ke-tidak-bijaksanaan. Pertumbuhan ekonomi dunia dalam kurun waktu 7 tahun, dari 2008 sampai 2015 adalah $15 trilliun saja, yaitu dari $55 trilliun menjadi $77 trilliun.  Jadi dengan kredit $60 trilliun hanya ¼ nya saja atau $15 trilliun, yang effektif menjadi aktivitas ekonomi selebihnya menjadi entah apa, bubble, malinvestment, spekulasi atau apaun yang wawlahualam.
Angka-angka statistik Cina membuat mata terbelalak lebih lebar lagi. Kita mulai saja tahun 2000, saat comodity bull market dimulai. Tingkat kredit yang ada hanya $ 2 trilliun dan 14 tahun kemudian menjadi $ 28 trilliun. Pada saat krisis subprime tingkat kredit di Cina sekitar $ 7 trilliun, dan 7 tahun kemudian menjadi $ 28, artinya ada kenaikkan $ 21 trilliun. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang katanya seperti mukjizat itu hanya dari $5 trilliun ke $ 10 trilliun. Kemana yang $ 16 trilliun lagi?

Arus Balik
15 tahun kredit boom membuat banyak malinvestment di sektor  pertambangan, minyak dan perkebunan, manufakturing, transportasi dan distribusi global. Secara lokasi, sasarannya adalah Cina dan emerging countries. Selama itu, uang mengalir ke Cina, ke Saudi, ke negara-negara peng hasil barang-barang dasar dan komoditi (Russia, Australia, Canada, Indonesia....dst), ke emerging countries dan membuat cadangan devisa negara-negara ini tumbuh bak bayi mukibat. Bayi mukibat yang tidak sehat.
Tetapi mungkin, insya Allah,  ekspansi kredit telah memasuki level maksimum dan ini dikenal sebagai fase crack-up. Deflasi global akan memberi tekanan kepada harga barang dan jasa yang utamanya dalam dollar.
Kapital dollar keluar dari negara ini dan membuat cadangan devisanya melorot, turun. Mari kita lihat Cina yang menjadi kancah spekulasi dan kancah permainan mukjizat pertumbuhan ekonomi. Puncak cadangan devisa dicapai pada tahun lalu, sekitar bulan May 2014 pada level $ 4 trilliun. Beberapa bulan sebelumnya, pada bulan Januari 2014, nilai tukar yuan terhadap US dollar mencapai RMB 6.05 per US dollar. Sejak May 2014, cadangan devisa Cina merangkak turun. Mungkin tidak bisa disebut merangkak, karena  besarnya $ 320 milyar. Atau hampir 3 kali cadangan devisa Indonesia. Kata yang lebih baik mungkin terjun, tergerus, atau sejenisnya. Bersamaan dengan itu nilai tukar yuan juga turun ke RMB 6.36 per US dollar. Walaupun hanya sekitar 5%, tetapi hal ini merupakan kejutan bagi banyak analis. Yuan melemah??

Cadangan Devisa Cina dan Nilai Tukar Yuan
Para penganut teori konspirasi seperti Jim Rickards mungkin berpikir bahwa Cina sedang melakukan serangan terhadap ekonomi US. Dan ini dilakukan bersama-sama dengan sekutu komunisnya yaitu Russia mereka membuang US dollar yang dipegangnya dalam cadangan devisanya. Cadangan devisa Russia juga turun.
Menurut pandangan kubu teori konspirasi, Russia dan Cina bersama-sama melepas surat-surat obligasi US dollarnya. Targetnya mungkin untuk menaikkan suku bunga di US dan menghancurkan US dollar, negara kapitalis musuh bebuyutan mereka. Kalau Cina melepas $ 360 milyar, sekitar 10% dari cadangan devisanya, Russia melepas 33% dari cadangan devisanya atau $160 milyar. Tetapi anehnya, bukan US dollar melemah akibat dilepasnya $ 520 milyar oleh ke dua musuh bebuyutannya dalam idiologi, melainkan US dollar malah menguat.

Cadangan Devisa Russia
Kalau teori konspirasi Jim Rickards benar, maka rubel, mata uang Russia akan menguat. Kalau Russia melepas cadangan dollarnya, menjual dollarnya maka nilai tukar rubel akan menguat. Ternyata dalam 2 tahun ini rubel malah melemah. Fenomena ini membuat teori konspirasi menjadi lemah.

Nilai Tukar Rubel Russia Terhadap US Dollar
Bagaimana dengan zone euro yang notabene adalah konconya Amerika Serikat. Mereka juga mengalami pengempisan cadangan devisa. Lihat  cadangan devisa zone Euro yang melorot. Tetapi......, sama dengan Cina dan Russia, nilai tukar euro terhadap US dollar juga turun. Catatan grafik di bawah menunjukkan nilai tukar US $ per € 1. Dollar menguat dari $ 1.38 per € 1 di awal tahun 2014 menjadi $ 1.1  per € 1 pada pertengahan 2015. Kenapa?

Cadangan Devisa Zone Euro dan nilai tukar US$-euro
Lalu...., bagaimana dengan Jepang yang juga konconya US. Mereka juga mengalami pengempisan cadangan devisa. Tidak banyak, hanya $50 milyar dalam setahun ini. Apakah mereka melakukan serangan keuangan terhadap US? Ide yang gila. Tetapi....yang terjadi pada Jepang sama seperti yang terjadi pada Cina. Nilai yen terdepresiasi terhadap US dollar.

Cadangan Devisa Jepang dan nilai tukar yen/US$
Okey....., bagaimana dengan Saudi Arabia yang selalu suka di bawah ketiak Amerika. Mereka melepas $ 30  milyar dari cadangan devisanya. Serangan ekonomi ke Amerika? Kalau anda masih mempercayai currency war dan teori konspirasi......, mungkin anda bisa percaya kalau tuhan melakukan poligami. Sungguh absurd.

Cadangan Devisa Saudi Arabia
Saya tidak yakin teori konspirasi Jim Rickards masuk akal, absurd. Oleh sebab itu EOWI mengajukan teori US dollar pulang kandang.
Menurut EOWI, the Fed mengucurkan kredit gila-gilaan, setelah bubble tech Nasdaq tahun 2000 dan kasus Enron meletus, kemudian dilanjutkan dengan kasus subprime. Dan diikuti oleh banyak negara. Akibatnya ekonomi dibeberapa negara mengalami boom, marak selama pengucuran likwiditas ini. Tetapi tipe kemarakan ekonomi seperti ini disebut crack-boom, dasarnya spekulasi. Uang/kredit mengalir ke Cina, negara-negara penghasil komoditi, dan emerging countries. Investasi marak. Pabrik dibangun. Infrastruktur dibangun. Properti di negara-negara ini juga marak. Kapasitas baik itu kapasitas produksi manufakturing, produksi bahan dasar (minyak, batubara, minyak sawit, gas, bahan tambang), kapasitas hunian, kapasitas properti komersial, kapasitas infrastruktur (terutama di Cina dan Jepang), dibangun melebihi kebutuhan riil.
Kalau pertumbuhan ekonomi negara-negara ini, terutama Cina dan emerging countries agak gila-gilaan, tidak perlu diherani. Karena banyak kredit masuk ke situ. Tetapi, seperti yang disebutkan sebelumnya, penggunaan kredit/hutang tidak effektif. Untuk $1 pertumbuhan ekonomi, diperlukan $4 hutang. Itu tidak effektif.
Hutang ada batasnya. Maksud saya, bubble hutang/kredit ada batasnya, suatu saat akan meletus. Saatnya adalah dimana bebannya menjadi terlalu berat untuk ditanggung dan tidak ada lagi objek yang bisa dispekulasikan, potensi untuk memperoleh keuntungan mengecil dan resiko membesar. Di saat itu, investor merealisasikan keuntungannya. Aksi ambil untung berlangsung beramai-ramai, serentak, sepertinya takut ketinggalan. 

Bubble hutang dunia yang $ 200 trilliun sudah terlalu besar untuk GDP dunia (lebih tepatnya Gross World Product) yang sebesar $ 78 trilliun. Hutang lebih dari 2.5 kali dari ekonomi. Itu beban yang berat. Dengan effektifitas penggunaan hutang untuk memacu pertumbuhan yang hanya 25%, kondisi seperti ini tidak bisa berlanjut. Potensi keuntungan sudah mentok. Resiko meningkat.
Para investor dan spekulan menariki modal milik mereka pulang. Dollar balik kampung. Selanjutnya kredit akan mengering. Saluran kredit mampet. Teori ini lebih masuk akal dari pada teori serangan ekonomi negara komunis ke Amerika Serikat.
Di samping dollar balik kampung, para eksportir lokal, tidak mau merepatriasikan hasil ekspornya ke negara masing-masing. Tidak ada gunanya karena toh..., bisnis sedang melambat. Lebih baik diparkir dalam dollar di luar negri. Ini memperparah keadaan.

Paket Ke-Tidak-Bijaksanaan IV RI yang Tumpul
Dalam rangka menangkal keluarnya modal dari Indonesia, dan untuk memperkuat ekonomi dalam negri, NKRI telah mengeluarkan beberapa paket ke-tidak-bijaksanaan. Entah sudah sampai jilid berapa sekarang. Mungkin jilid 4, entah lah. Salah satunya adalah pengampunan pajak.
Menurut pengusul RUU Pengampunan Nasional Hendrawan Supratikno diperkirakan NKRI bisa memperoleh pemasukan sebesar Rp 3000 trilliun sampai Rp 7000 trilliun jika undang-undang ini diberlakukan.
Bisakah?
Pertama, DPR bukan badan yang effisien. Untuk mengatakan Rp 3 – 7 quadrilliun, masih menggunakan trilliun yang harus ditambah 3 angka nol. Hendrawan dan anggota DPR tidak tahu caranya menyebut angka-angka itu secara effisien. Orang bisa menyebut 1 trilliun dengan 1 juta-juta atau seribu milyar. Tetapi itu tidak efeektif. Jadi dari orang yang tidak effektif apakah bisa diharapkan manuvernya akan effektif juga?
Kedua, orang yang punya uang trilliunan rupiah, apa itu koruptor, pelaku bisnis yang jujur, yang busuk atau apapun, dapat dipastikan sudah tidak perduli lagi dengan masalah kewarganegaraan. Mereka memarkir uangnya di luar negri karena lebih menguntungkan. Bahkan, kalau perlu ganti kewarganegaraan, ganti passport, mereka juga tidak perduli. Yang penting mana yang lebih menguntungkan. Kewarganegaraannya adalah duit.
Saya pikir, usaha DPR, pemerintah untuk menahan laju depresiasi rupiah akan percuma. Mereka belum berpikir lagi, mengenai para eksportir yang memarkir hasil ekspornya di luar negri. Mau diapakan mereka ini?
Good luck.

Dollar Rally Kembali
Minggu lalu, Elliot Wave International memberi kesempatan gratis untuk melongok analisa mereka. Karena gratis, maka EOWI juga ikut melihat analisa mereka.
Seperti yang EOWI katakan 2 minggu lalu bahwa koreksi wave-4 terhadap US dollar indeks pada fase terakhirnya. Ternyata, hal ini dibenarkan/didukung oleh Elliot Wave International.
Berikut ini adalah grafik-grafik yang saya ambil dari Elliot Wave International.

Elliot Wave Dollar Indeks (harian)
Pada penutupan hari Jumat 23 Oktober 2015, indeks dollar ada pada level  97.04. Level ini berdasarkan chart hariannya, lebih tinggi dari wave i. Maka nampaknya wave iii sudah berlangsung. Dan wave 5 diperkirakan juga sudah berlangsung. Untuk wave-5, akan lebih jelas dilihat pada chart mingguannya di bawah ini.

Elliot Wave Dollar Indeks (mingguan)
Walaupun komponen indeks dollar didominasi oleh euro, tetapi ternyata bahwa untuk mata uang lainnya, koreksi US dollar sudah berakhir dan rally berikutnya baru dimulai. Berikut ini beberapa chart mata uang berbasis komoditi, dollar Australia dan rubel Russia, yang saya ambil secara gratis dari Elliot Wave International. 

Elliot Wave Dollar Australia (harian)


Elliot Wave Dollar Australia (mingguan)
Dollar Australia baru mulai wave iii impulse. Sedang  rubel Russia mungkin baru saja menyelesaikan wave 4 yang merupakan counter trend wave.

Elliot Wave Rubel Russia (harian)
Bagaimana dengan rupiah?
Silahkan tebak sendiri.
Sekian dulu, jaga kesehatan anda baik-baik dan juga tabungan anda. Semoga anda termasuk orang-orang yang mampu melewati krisis ini dengan kepala tegak, menatap ke depan, berdiri gagah, penuh optimisme. Bukan mereka yang lesu dengan kepala terkulai........
Jakarta 25 Oktober 2015
 



Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Wednesday, October 14, 2015

Peningkatan Volatilitas Dollar


Tidak disangka-sangka, tiba-tiba rupiah menguat di saat kebanyakan pemain valas, baik yang menggunakan leverage ataupun tidak, lengah. Di saat resesi global, membayangi rupiah dan tidak ada perubahan fundamental ekonomi, neraca pembayaran berjalan masih negatif, cadangan devisa Indonesia turun dari US $114 milyar di awal tahun 2015 menjadi US$ 105 milyar di bulan September 2015, gelombang PHK menghantui banyak karyawan, penjualan kendaraan bermotor turun, penjualan properti juga turun, .......dan pertumbuhan GDP melambat. Kemudian, pada arena global Cina mengalami perlambatan ekonomi, Jepang sudah masuk resesi, Amerika Serikat juga mengalami perlambatan. Kemudian kenapa tiba-tiba tanpa ada angin atau hujan topan, rupiah, ringgit, ......menguat secara mengesankan? Sekitar 9% dalam seminggu untuk rupiah dan 8.5% untuk ringgit.


Manusia adalah makhluk yang dikendalikan oleh impulse dan emosi. Spekulator euphoria membuat mereka lupa diri dan crash membuat mereka jerih/ngeri, nyalinya menciut. Jumlah kunjungan di situs EOWI meningkat tajam dalam 2 minggu terakhir ini. Orang ingin tahu apa komentar pembaca lainnya.
Kalau penguatan rupiah dan ringgit minggu lalu sudah dianggap mengerikan, bagaimana dengan penguatan franc Swiss di awal tahun ini? Terhadap dollar menguat 20% dalam sehari dan interday sempat 30%. Keadaan seperti ini membuat nyali investor menciut. Yang punya sakit jantung bisa kolaps. Kapok tidak lagi bermain valas. Dalam kasus franc Swiss, FXCM Inc., broker forex di US terpaksa memperoleh nyawa sambungan darurat $300 juta dari Leucadia National Corp. 


Wall St Journal membahasnya di laman ini. 
Ternyata penguatan franc Swiss hanyalah gejolak sesaat. Pada bulan-bulan berikutnya nilai tukar US dollar terhadap franc Swiss kembali ke level CHF 0.95 per US dollar. Tidak ada perubahan yang fundamental.
Moral dari kisah ini adalah bahwa gejolak sesaat tanpa dilandasi oleh fundamental, akhirnya akan kembali ke trend fundamentalnya. Dalam kasus franc Swiss dan US dollar, dibutuhkan waktu sekitar 1 – 3 bulan. Walaupun demikian, maksudnya walaupun cuma berakhir dalam beberapa bulan, gejolak seperti ini bisa memakan korban. Keputusan manusia banyak dipengaruhi oleh emosinya, takut dan euphoria. Ini adalah alamiah, takut dan lari dari segala sesuatu yang dipersepsikan sebagai bahaya adalah instink yang dibawa dari nenek moyang manusia pada masa hunters and gatherers. Lari dulu, berpikir nanti. Itu adalah instink untuk bisa survive di masa lalu.  Tetapi untuk masa kini, instink ini tanpa kendali bisa malah merugikan.
Berbicara mengenai fundamental, kalau anda pendengar PASFM yang setia, setiap sore, setiap kali ada pelemahan rupiah dan penurunan indeks saham Jakarta, anda akan dicekoki omongan bahwa dana asing keluar karena takut the Fed akan menaikkan suku bunganya. Argumen ini, katanya, adalah alasan fundamental dana asing keluar dari Indonesia. Ketika tiba-tiba rupiah menguat dengan kencang….., para analis mengatakan bahwa kepercayaan kepada Yellen sudah pudar. Pemain pasar percaya bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
Persoalannya dengan pernyataan para analis tersebut adalah, sudah sekitar 2 tahunan the Fed mengoceh mau menaikkan suku bunganya, tetapi sampai sekarang tidak ada realisasinya. Dan persoalannya juga buat penyiar PASFM, seperti Nina Amelia dan Mary Agustin, tidak pernah mengkonfrontir analis yang tiap sore diinterviewnya: "Hey......, anda mengocehkan kalimat yang sama berbulan-bulan, tetapi the Fed tidak pernah atau belum bertindak apa-apa. Apa kamu masih percaya?". Tetapi kemudian tiba-tiba, minggu kemarin Yellen (ketua the Fed) diragukan ocehannya. Kredibilitasnya mendadak turun di wilayah Indonesia dan Malaysia saja. Di wilayah sekitarnya, seperti Thailand, Singapore dan Filipina tidak dan ditunjukkan dengan pergerakan mata uang mereka yang masih dalam batas-batas normal dengan sedikit imbas dari Indonesia dan Malayasia. Masih kah kita bisa mempercayai para analis? Dan mulai mempercayai the Fed. Nanti 6 - 12 bulan lagi, kalau rupiah melemah, dollar menguat, rally kencang, tetapi the Fed masih tidak bertindak, apa dan siapa yang harus dipercayai? Terserah deh. Dollar menguat tanpa sebab, mungkin itu argumen yang paling jenius.
EOWI sejak lama mengatakan bahwa the Fed tidak akan menaikkan suku bunganya untuk beberapa tahun kedepan. Bisa sampai 2 – 3 tahun. Andaikata mereka menaikkan suku bunganya, itupun akan sedikiiiiit saja, dan dalam bilangan 2 – 5 bulan akan diturunkan kembali. Cuma untuk menjaga citra. Sulit untuk memahami kenapa para investor tidak bisa membaca gerakan the Fed.
Gejolak valas akan menciutkan nyali dan yang akan terkorbankan adalah yang terpaksa melakukan cut loss. Tentunya ada yang diuntungkan, yaitu sebagian dari para pemain yang menciptakan volatilitas. Saya katakan para pemain yang menciptakannya seakan mengandung unsur konspirasi. Sebenarnya bukan 100% konspirasi, tetapi bagian dari skema strategi keluarnya dana asing dari emerging market. Memang saya mengantisipasi adanya gejolak di sektor valas, saham dan bond, tetapi terus terang saja, tidak se-volatile ini. Sebagai manusia, saya sempat juga nervous. Tetapi rasio kembali menguasai. Tenang. Setidaknya melongok kembali fundamental. Dasar investasi di EOWI adalah makro ekonomi. Karena diharapkan volatilitasnya tidak terlalu besar, Dan dalam jangka panjang, lebih bisa diprediksi.
Keluarnya uang panas dari emerging market tidak akan mudah. Nilai tukar mata uang lokal akan jatuh disamping juga sektor portofolionya (saham dan bond). Ini tidak dikehendaki oleh para spekulan pemilik uang panas karena akan membuat mereka rugi besar. Jadi mereka akan mengkocok sektor-sektor ini. Bila sudah oversold, pada saat pemain kecil dan orang awam sudah masuk karena berpikir rupiah akan terus jeblok dan menganggap hal ini adalah sesuatu yang pasti, mereka merasa nyaman dan ikut nyemplung dengan leverage. Tetapi kemudian tiba-tiba angin kencang berbalik arah. Ini membuat banyak pemain yang tidak menyangka menjadi panik dan melakukan cut loss. Saya menduga banyak pemain valas yang mendapat telpon margin call dari broker valasnya. Dan terpaksa harus menutup posisi short rupiahnya, atau short covering. Hal ini memperparah kondisi. Penguatan rupiah menjadi overshoot, lewat-batas.
Ini adalah suatu pelajaran. Oleh sebab yang sama juga EOWI tidak mau memberi saran strategi portofolio yang sifatnya personal. Karena setiap individu mempunyai ketahanan terhadap gejolak pasar yang berbeda-beda. Anda bisa melihat komentar-komentar pembaca EOWI. Dengan banyaknya pemain pasar yang melakukan shorting, membuat adanya koreksi yang seharusnya sedikit saja, menjadi parah karena short covering. Tetapi, terlepas dari itu semua, mungkin sudah saatnya mellihat kasus-kasus lain agar tidak terlalu terkejut kejadian seperti ini terulang.
Itu nanti akan dibahas dalam kisah lain. Sekarang topiknya masih pada pertanyaannya apakah US dollar secara fundamental harus menguat atau tidak? Itulah yang menentukan apakah harus long dollar atau stop.
Sampai titik ini, kita cuma membahas para pemain sektor portofolio saja. Tetapi dampaknya gejolak valas ini juga memukul sektor riil, bukan hanya memukul pada mereka yang berkecimpung di sektor investasi portofolio. Banyak pelaku bisnis yang memborong sebelum kenaikan nilai tukar rupiah, menumpuk stok barang karena takut rupiah akan semakin terpuruk, akan mendapati kekecewaan yang dalam. Mau tidak mau mereka harus menjual barangnya di harga yang lebih tinggi, atau menelan kerugian akibat gejolak valas. Kemudian buntut-buntutnya ke konsumen. Tetapi konsumen akan berpikir, dengan menguatnya rupiah maka harga barang impor nantinya akan murah. Jadi mereka akan tenang tenang saja, sampai waktunya tiba untuk dikecewakan.

Ekonomi Dunia Melambat
Dasar strategi long dollar dari EOWI adalah akan adanya perlambatan ekonomi global. Sektor yang paling terpukul adalah sektor-sektor yang sifatnya bubble baik yang sedang meletus (komoditi, saham Cina) atau akan meletus (saham global dan junk high yield bond). Uang panas yang merupakan ekor dari QE yang dilepaskan bank-bank sentral di dunia akan balik kandang. Bubble akan kempes. Spekulan dan investor akan lari ke US dollar sebagai safe haven. Itu lah premis dari investasi EOWI.
Bursa saham Indonesia dan bond yang di kategorikan sebagai junk, bunga 7% atau lebih akan jatuh, karena investor keluar dari asset ini. Kemudian kembali ke bentuk asalnya US dollar. Oleh sebab itu rupiah akan jatuh pada saat investor keluar dari asset-asset ini. Bagi EOWI, melawan arah fundamental ekonomi misalnya dengan kembali ke saham dan rupiah adalah sangat beresiko. Kecuali memang fundamentalnya sudah berbalik arah.
Apakah ekonomi dunia masih melambat? Atau sudah balik arah? Setidaknya apakah bottom sudah tercapai?
Berikut ini adalah chart dari website Contra Corner yang menunjukkan kontraksi di sales (penjualan) di semua sektor business di US. Konsumen terbesar dunia mengurangi konsumsinya, maka jangan heran kalau mesin-mesin produksi di Cina akan melambat. Dan kapal-kapal yang membawa bahan-bahan baku juga melambat kegiatannya.



Baltic Dry Index, di bawah ini menunjukkan bahwa aktivitas kapal perdagangan masih belum pulih dari puncaknya tahun 2009. Trendnya masih turun. Bahkan dibawah level tahun 2002, atau 13 tahun lalu. Jadi belum ada perubahan.


Perdagangan dunia melambat. Itu tanda bahwa konsumsi juga melambat, juga tanda ekonomi global melambat.

Resiko Investasi Meningkat
Beberapa waktu lalu IMF mengeluarkan pernyataan di dalam Global Financial Stability Report yang diterbitkan setiap semester bahwa selama 1 dekade ini, terjadi penyaluran pinjaman yang berlebihan ke perusahaan perusahaan di emerging market sebanyak US$ 3 trilliun. Dan ini merupakan peningkatan sebanyak 4 kali. Over-leveraging yang berbahaya ini saat ini mengancam ekonomi global yang memang sedang pada posisi lemah dengan gelombang gagal bayar. IMF juga mengingatkan bahwa jika terjadi salah langkah dalam program normalisasi suku bunga (dari level ZIRP = zero/negative interest rate policy) dan pasar modal, bisa-bisa akan melenyapkan 3% dari output ekonomi dunia selama 2 tahun kedepan.
Setelah 7 tahun, sejak krisis subprime kondisi masih rapuh dan rentan terhadap kebekuan kredit dikarenakan masih beratnya beban hutang di negara-negara maju dan makin mengeringnya ketersediaan dana di pasar uang. Resiko yang besar ini tidak nampak dan tertutup oleh tabir ketidak-bijaksanaan moneter yang sangat akomodatif dari bank-bank sentral. Cepat atau lambat tabir ini akan terkuak. Jika persoalan ini belum terselesaikan, borok-borok ini belum sembuh ketika kebijaksanaan moneter yang akomodatif ini dicabut, bisa terjadi pengempisan kredit (credit crunch). Selanjutnya credit crunch bisa memicu fire sale (jual cepat, karena butuh uang), redemsi dana dari pasar, dan volatilitas pasar yang meningkat dan semua hal yang tidak diinginkan para petinggi di bank-bank sentral.
Brazil, negara dengan ekonomi terbesar di Amerika Selatan, bondnya sudah dilemparkan ke kotak junk oleh S&P. Gagal bayar hutang korporasi akan meningkat, terutama di Cina, atau dipicu oleh Cina.
Pernyataan IMF ini cukup serius dan menunjukkan bahwa dunia investasi masih beresiko besar. Apapun yang akan dilakukan bank-bank sentral tidak akan bisa mengelak dari meletusnya bubble-bubble yang diciptakan oleh bank-bank sentral melalui ke(tidak)bijaksanaan moneter yang sangat akomodatif. Pendapat EOWI sejak awal tahun ini tidak berubah, saham global masih mahal dan sedang dalam proses menuju kolaps. Puncaknya sudah terlewati. Secara teknikal, tidak lama lagi, harga minyak akan jatuh lagi. Pola trading segitiganya sudah demikian sempitnya sehingga harga harus keluar dari pola segitiga ini, yang tidak lain turun. Dan penurunan harga minyak ini akan memicu gelombang gagal bayar di sektor 3F. 



Tiga Paket Ke(tidak)bijaksanaan Pemerintah
Kalau anda berharap bahwa rupiah akan menguat, saya anjurkan menilai sendiri kondisi ekonomi NKRI. Kalau anda terancam PHK, melihat penjualan motor masih menurun, banyak notaris yang mulai kesulitan membayar pegawainya……., itu tandanya ekonomi Indonesia masih belum membaik. Yang masih bekerja terancam PHK dan yang sudah di PHK belum dapat pekerjaan baru, adalah situasi yang tidak bisa disebut titik dasar. Bahkan pemerintah masih baru mulai membuat 3 kebijaksanaan ekonomi (lebih tepatnya, ketidak bijaksanaan) berturut-turut dalam jangka waktu yang sangat berdekatan dan belum lagi diimplementasikan.
Ke(tidak)bijaksanaan pemerintah yang sudah mencapai 3 jilid itu pada dasarnya terbagi dalam 3 kategori:
  1. Memberi kemudahan dalam berinvestasi dan spekulasi (realestate), dari mulai deregulasi, insentif pajak, kemudahkan dalam membangun fasilitas investasi dan lain sebagainya
  2. Menstimulasi konsumsi melalui penurunan harga listrik dan energy serta pengurangan pajak.
  3. Memberi insentif dan kemudahan untuk ekspor.
Ibaratnya, pemerintah bisa membawa air ke anjing, tetapi anjingnya belum tentu mau minum. Pemerintah boleh menawarkan kemudahan dan insentif berinvestasi, tetapi kalau investornya merasa resikonya masih terlalu tinggi, pemerintah tidak bisa memmaksa. Pemerintah boleh memaksa agar barang-barang yang peredarannya berada dalam kekuasaan pemerintah murah, tetapi jika konsumen (apalagi yang baru diPHK) bertekad untuk menabung sebagai sikap berjaga-jaga, maka pemerintah juga tidak bisa memaksa. Dan yang terakhir, ekspor......, kalau negara tujuan sedang mengalami perlambatan, apakah ekspor ke sana bisa dipertahankan (bukan ditingkatkan lho).
Jadi....., apa istimewanya paket ke(tidak)bijaksanaan pemerintah yang sudah mencapai jilid III dan akan diteruskan ke jilid IV, V, VI, .........sampai ke XXX. (Bukan film XXX lho).

Secara Teknikal US Dollar Masih pada Fasa Koreksi
Secara teknikal US dollar (indeks US dollar) masih dalam fasa terakhir dari wave koreksi, wave 4 idiot wave. Indeks dollar yang saat ini pada level 94.79, masih akan terkoreksi sekitar 1%, untuk menyelesaikan akhir dari wave e  yang merupakan ujung dari major wave 4, sebelum melanjutkan rally wave 5. Targetnya adalah sekitar level 105 (penguatan sekitar 12%) sampai dengan 121 (penguatan 29%). Penguatan 12% - 29% itu diukur dengan euro, franc Swiss dan major currencies. Tetapi utamanya euro. Dalam rupiah? Silahkan tebak sendiri.



Kesimpulan
Silahkan membuat kesimpulan sendiri........, hari ini saya sedang mau mengakhiri tulisan ini dengan seenaknya. Saya pikir kalimat terakhir di atas ini sudah cukup seenaknya. Dengan demikian selesailah tulisan ini.
Jaga kesehatan anda dan tabungan anda. Sesuaikan portofolio anda dengan kekuatan jantung dan nyali anda. Jangan sampai anda mati jantungan karena gejolak pasar. Bukan tidak mungkin gerakan pasar yang akan datang lebih liar dari apa yang terjadi minggu lalu. US dollar masih dalam fasa koreksi, walaupun sudah mendekati akhir.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Friday, October 9, 2015

Koreksi Terhadap US Dollar Bull

US dollar melorot menembus supportnya (lihat chart di bawah). Apakah ini merupakan koreksi besar bagi US dollar bull atau akhir dari US dollar bull. Saya masih belum tahu. Saya cenderung untuk mengatakan bahwa ini adalah koreksi besar US dollar bull (misalnya wave 4 dari Elliot wave). Bukan akhir dari US dollar bull.


 US dollar bull mungkin harus istirahat dulu....., sebelum nanti melanjutkan rallynya lagi......, barangkali.




Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Friday, October 2, 2015

(No.55) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

***  @@ ***

Pembaca yang budiman, PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA no 55 merupakan kelanjutan posting yang lalu. Geger 2007-2009  mengulas drama ke(tidak)bijakan ekonomi terjadi di Amerika Serikat, berikut kelanjutan dari saat krisis tersebut mengulas drama ekonomi yang terjadi di tanah air. Selamat menikmati keep calm and carry on reading...


***  @@ ***

(No.55) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

 

Geger 2007 - 2009

 Sifat pembohong bukan monopoli politikus Amerika Serikat saja, karena sebenarnya gen pembohong sudah ada pada homopoliticus dari mana pun asalnya. Kita lihat di Indonesia. Kata wakil presiden Yusuf Kalla pada tanggal 19 September 2008 dikutip oleh Kompas[1]:
Wapres mengatakan, imbas terhadap bangkrutnya perusahaan-perusahaan raksasa dunia seperti Lehman Brothers juga tidak merugikan Indonesia, kecuali perusahaan-perusahaan Indonesia yang mendapat pinjaman kredit sehingga keuntungan perusahaannya akan terganggu. "Jadi, tidak ada dana Indonesia yang hilang dari sana,"  lanjut Wapres Kalla.
Dan ini berita di Kompas seminggu kemudian, berupa keluhan nasabah Citibank yang membeli produk Lehman[2]:
Saya investasi di produk itu sebesar 50.000 dollar AS pada bulan Juli 2007 lalu,” kata Vincent Lingga, Selasa (23/9) di Jakarta. Dia memperkirakan jumlah nasabah yang membeli produk Lehman Brothers jumlahnya mencapai puluhan orang.
Vincent mempertanyakan lemahnya pengawasan dari Bank Indonesia (BI) serta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) terhadap surat berharga yang diterbitkan perusahaan sekuritas asing di Indonesia.

Setelah itu banyak berita mengenai orang-orang yang mengalami kerugian akibat runtuhnya Lehman. Belum tahu berapa yang kena kasus AIG. Kami tidak tahu apakah pak Kalla malu atau tidak.

Tidak hanya itu, tidak berapa lama setelah pernyataan wakil presiden itu, Bank Century, sebuah bank ukuran sedang, mengalami kolaps dan penyelamatan Rp 6,7 trilliunnya menimbulkan banyak kontroversi. Tidak disadari dan tidak diberitakan di media massa bahwa kasus bank Century hampir membuat LPS, Lembaga Penjamin Simpanan kolaps. Seandainya ada 2 bank sebesar Century yang kolaps dan harus diselamatkan, maka LPS akan ikut terseret. Seluruh modalnya yang pada waktu itu berjumlah 14 trillium akan amblas. Yang menarik dari modal LPS ialah dua tahun sebelumnya hanya bermodal Rp 7 trilliun, setengah dari ketika akan menyelamatkan bank Century tahun 2009. 

 Modal LPS yang tiba-tiba meningkat dua kali lipat pada saat akan menyelamatkan bank Century menimbulkan pertanyaan....., mungkin lebih tepatnya kekaguman bukan pertanyaan. Betapa hebatnya LPS membukukan keuntungan sehingga pertumbuhan modalnya bisa secepat itu, 100% dalam 2 tahun saja.

Geger 2007 – 2009 mengalami metamorfosa menjadi resesi ekonomi 2007-2009 terpanjang dan terburuk di Amerika Serikat yang pernah terjadi setelah Perang Dunia II. Dan ini mengimbas ke dunia. Negara Eslandia tersungkur, di Inggris krisis masih berlanjut, Yunani terjerembab. Krisis kredit juga menghantam Dubai, tepatnya hotel Al Burj, gedung tertinggi pada jamannya, yang kemudian terpaksa diselamatkan oleh Abu Dabi, karena tidak mampu membayar hutangnya. Apakah gonjang-ganjing ekonomi dunia akan usai?

Selama Geger 2007 – 2009, selain banyak perusahaan besar yang kolaps, harga saham di Amerika Serikat dan di bursa-bursa dunia jatuh pada periode 2007 – 2009, sebagian karena likwidasi paksa terutama bagi investor yang menggunakan leverage. Ketika pintu kredit ditutup, katrol leverage hilang dan terjadi likwidasi paksa. 

Indeks harga saham Dow Industrial yang merupakan gabungan 30 saham industri yang diperdagangkan di pasar saham New York, merosot dari 14.164 pada bulan Oktober 2007 ke 6.547 pada bulan Maret 2009 (-54%). Sedangkan indeks S&P500 yang mencerminkan secara lebih luas saham-saham yang diperdagangkan di pasar New York merosot dari 1.562 pada bulan Oktober 2007 ke 683 pada bulan Maret 2009 (-56%). 

Saham dunia juga turut merosot. Indeks Wilshire  Global, yang mecerminkan saham-saham yang diperdagangkan di dunia, merosot dari interday high 15.939 di awal Oktober 2007 ke interday low 6.772 di bulan Maret 2009. Secara grafik, kemerosotan harga-harga saham, komoditi sampai ke emas bisa dilihat di bagian selanjutnya.

Pemilik uang, investor dan spekulator melarikan uangnya ke instrumen investasi yang aman yaitu cash atau yang mirip dengan cash yaitu surat obligasi pemerintah (Amerika Serikat) jangka pendek. Suku bunga obligasi pemerintah US jangka pendek (2 tahun) juga melorot sampai hanya 0.65 %. Investor tidak keberatan dengan bunga yang sangat kecil asalkan aman. Harus diingat bahwa bunga itu masih harus dipotong dengan biaya broker.

Kredit mengalami kebekuan, tidak ada yang mau memberikan kredit. Dan kebekuan ini merupakan awal dari kontraksi kredit dan kontraksi pasokan uang M3.

Harga minyak, emas, perak dan komoditi juga anjlok salah satunya akibat dari likwidasi paksa karena hilangnya kredit. Tidak ada yang naik, kecuali dollar Amerika. Dengan kata lain, tidak ada tempat berlindung kecuali dollar Amerika dan instrumen yang setara yaitu bond pemerintah Amerika jangka pendek. Ini semua adalah gejala panik depressi deflasi.


Pada post selanjutnya akan dibahas perilaku komoditi, sosial demografi dan teori siklus, bagaimana kita bisa menggunakannya untuk memprediksi trend kedepan?........

 [1]    Wapres: Kasus Lehman Tidak Rugikan Indonesia, Kompas.Com, Jumat, 19 September 2008, http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/19/14412391/wapres.kasus.lehman.tidak.rugikan.indonesia

[2]   Investor Indonesia Dirugikan Lehman, Kompas.Com, Rabu, 24 September 2008, http://www.kompas.com/read/xml/2008/09/24/0745115/investor.indonesia.dirugikan.lehman