___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, December 28, 2008

REPUBLIK SINETRON INDONESIA

(KETIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT MENJADI GILA I)

Saya sedang memikirkan, asset apa yang akan cemerlang, bullish untuk 5 tahun ke depan. Pertanyaan lain ialah: apakah strategi investasi dalam 1-2 tahun kedepan masih strategi short ataukah harus berubah? Apakah emas masih akan berjaya? Apakah ekonomi mengalami deflasi atau inflasi, mengingat banyaknya uang dan monetesasi kredit. Bisakah uang yang tercipta ini masuk ke ekonomi dan membuat inflasi. Banyak sekali pertanyaan di kepala saya dan jawabnya harus menggunakan perhitungan dan analisa kualitatif.

Artikel minggu ini dan minggu depan merupakan artikel berseri dengan judul dasar: KETIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT MENJADI GILA. Saya tidak tahu apakah cocok atau tidak, tetapi saya maunya seperti itu. Agak sedikit memaksa. Sebelumnya saya minta maaf karena artikel kali ini harus bukan artikel santai. Anda akan mengalami kesulitan untuk merangkaikan antara satu cerita degan cerita lainnya. Tetapi itulah ciri dari Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI). Mari kita mulai saja.


REPUBLIK SINETRON INDONESIA
Di koran Media Indonesia, edisi hari Jumat 25 Desember 2008, kolom Editorial dibuka dengan kalimat: Suara rakyat adalah suara tuhan sudah lama dikalahkan suara pimpinan partai yang menentukan nomer urut calon legislatif. (catatan: di Media Indonesia tuhan ditulis dengan T huruf besar, saya ganti menjadi t kecil karena saya tidak ingin menghina Tuhan).

Tuhan saya berbeda dengan tuhannya Media Indonesia, yang bisa dikalahkan oleh pimpinan partai dan untuk pemilu tahun 2009 tuhannya Media Indonesia punya potensi berbuat salah. Yaitu memilih (mentakdirkan) orang yang tidak kompeten untuk menduduki jabatan kenegaraan.

Dalam artikel berjudul: RIAU, NAURU DAN TAHI BURUNG [link], kami mengatakan: Persoalan yang mendasar dari sistem demokrasi adalah bahwa kualitas pemerintahan yang dihasilkannya tidak lebih tinggi dari kualitas rakyatnya.

Karena UU Pemilu 2009, maka nomer urut sudah tidak berlaku, dan pemilu akan menjadi arena kontes popularitas. Siapa yang populer akan terpilih jadi anggota parlemen. Dan peluang terbesar akan jatuh ketangan para bintang film/sinetron, pembawa acara, penyanyi dan sebangsanya. Kami memperoleh data-data bintang hiburan yang menjadi calon legislatif. Akurasi data ini tidak dijamin EOWI karena sumbernya juga bukan sumber resmi dan EOWI tidak mengecek satu persatu tentang kebenarannya. Kami juga tidak tahu persis siapa mereka ini, karena kami bukan penggemar sinetron dan panggung hiburan. Yang kami kenal kebanyakan penyanyi jadul, seperti Nikki Astria dan Achmad Albar. Selebihnya tidak begitu kenal.

Partai PAN : Wulan Guritno, Marini Zumarnis, Eko Patrio, Ikang Fawzi, Derry Drajat, Adrian Maulana, Raslina Rasyidin , Tito Soemarsono, Maylaffayza, Mandra, Mara Karma, Cahyono, Henidar Amroe, Eka Sapta, Lucky Artadipraja, Intan Sevilla, Poppy Maretha, Krishna Mukti dan Irene Librawati.

Partai HANURA : David Chalik, Gusti Randa, Dimas Andrean, Azizah Rahma dan Anwar Fuady

Partai PDI-P : Rike Dyah Pitaloka, Dedy ‘Miing’ Gumelar, Edo Kondologit dan Sonny Tulung

Partai PPP : Icuk Sugiarto, Mat Solar, Denada, Marrisa Haque, Emilia Contessa, Evie Tamala, Lyra Virna, Ferry Irawan, Okky Asokawati, Ratih Sanggarwati.

Partai Golkar : Jeremy Thomas, Tantowi Yahya, Nurul Arifin

Partai Patriot : Camelia Malik

Partai PKB : Teuku Firmansyah, Didi Kempot

Partai Demokrat : Adji Massaid, H. Qomar, Angelina Sondakh, Venna Melinda, Tere, Inggrid Kansil

Partai Damai Sejahtera: Thessa Kaunang, Ricky Jo, Tamara Geraldine, Ronny Pangemanan.

Partai Demokrasi Pembaruan : Luna Maya

PBR : Peggy Melati Sukma, Paramitha Rusady

Yang menarik ialah banyaknya bintang panggung hiburan yang mendukung PAN. Mungkin PAN bisa diplesetkan menjadi Partainya Artis Nusantara.

Kalau kami lihat-lihat, kami di EOWI meragukan kemampuan Luna Maya, Wulan Guritno atau Evie Tamala untuk mengatur negara. Kami tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa, tetapi hanya meragukannya. Kami lebih suka Tamara Bleszynski, Ria Irawan, Inul atau Sophia Latjuba yang hot, yang ternyata tidak ada di list. Kalau ada, fansnya makin banyak. Maaf kalau EOWI (Imam Semar, IS) berpandangan sexist bias ke wanita, karena IS laki-laki. Kalau IS wanita mungkin akan nanar matanya melihat Ade Ray (barang kali).

Pembaca EOWI yang waras, anda pasti setuju bahwa panggung pentas dan sinetron tidak sama dengan DPR dan panggung politik. Seharusnya demikian, walaupun selama saya hidup dan semenjak mengerti membaca koran, pada kenyataannya antara panggung pentas, sandiwara dan sinetron tidak berbeda dengan panggung politik, pemainnya berpura-pura dan untuk itu mereka dibayar. Selama ini politikus menjadikan panggung politik menjadi panggung sandiwara, panggung penipuan. Tentu saja ada perbedaannya, yaitu pada panggung sinetron dan film biaya yang dikeluarkan penontonnya hanya sebatas harga karcis kalau nonton di bioskop, atau nol kalau nonton tv di rumah. Sedangkan panggung sandiwara politik biaya yang dikeluarkan penontonnya bisa jauh lebih mahal kalau para pemainnya berlaku gila. Mereka bisa membawa rakyatnya ke lembah inflasi seperti Mugabe, atau perang seperti Hitler. Kedua orang ini dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis.

Saat ini untuk Indonesia, yang kami kuatirkan keadaan menjadi lebih parah karena panggung politik dipenuhi dengan pemain sandiwara sungguhan (pemain sinetron dan film). Jangan tanyakan apakah mereka punya latar belakang ekonomi dan hukum, memikirkan hal tersebut saja mungkin tidak. Memberi kekuasaan kepada orang yang bukan ahlinya akan membawa kepada kesengsaraan.

Itulah yang membuat EOWI prihatin. Bukan itu saja, tetapi General Election 2009 nanti Indonesia betul-betul akan memilih retired generals untuk menjadi presidennya. Dengan visi-visi dan target-target yang sudah disiapkan oleh kabinet yang sekarang, Indonesia akan mengalami penderitaan dalam melewati depresi global 2009, karena parlemennya sudah menjadi parlemen sinetron.


PEMAHAMAN ATAS KRISIS 2009
Pandangan EOWI tentang krisis ekonomi saat ini adalah sebagai berikut: kredit lunak dan sembrono telah membuat konsumsi meningkat. Kapasitas produksi ditingkatkan untuk memasok permintaan (demand) konsumsi yang berlebihan dan tidak wajar levelnya serta disokong oleh hutang. Pada saat hutang itu sudah mencapai batas hidung (figuratif) maka hutang harus berhenti. Akibatnya konsumsi harus turun, bahkan harus di bawah level wajar, karena konsumen harus membayar hutang dan menabung. Oleh sebab itu terjadi kelebihan kapasitas produksi yang harus dipangkas. Banyak kapasitas industri dan mesin-mesin ekonomi harus terpangkas. Ini terjadi dimasa depresi. Depresi sehat.

Kami sempat menanyakan kepada orang yang mengalami dan hidup di masa depresi 1930 di Jawa. Gambaran ringkasnya ialah: harga-harga turun, barang banyak tetapi tidak ada yang beli. Harga sepeda mulanya sampai 40 gulden bisa turun sampai 8 gulden.

Pengertian seperti ini nampaknya tidak dimengerti pelaku ekonomi/bisnis di Indonesia. Jangan tanya lagi pada para bintang pentas calon legislatif. Kami tidak yakin mereka memahaminya. Kita lihat beberapa cuplikan berita dari koran.

Kompas [link]:
Pemerintah Harus Berdayakan Kapasitas Industri yang Menganggur
JAKARTA, JUMAT 26 Desember 2008 — Kalangan industri meminta pemerintah untuk mempercepat belanja modal dengan mempercepat proyek pengadaan pemerintah dan memanfaatkan kapasitas industri yang menganggur akibat dampak krisis finansial global.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Jumat, mengimbau pemerintah pusat maupun daerah mempercepat proyek-proyek pembangunan yang melibatkan industri dalam negeri.

Komentar EOWI: Kita lihat opini pelaku bisnis. Persoalannya adalah kelebihan kapasitas. Dan kelebihan kapasitas secara alami akan terpangkas dalam masa depresi. Mencoba mempertahankannya hanya akan memperlama kesengsaraan dan membuang-buang kapital. Kapital harus diarahkan ke sektor lain atau untuk membagun kapasitas baru, jika depresi memangkas terlalu banyak kapasitas. Kenyataanya, konsumen cenderung untuk mengurangi konsumsinya seperti berita di bawah.

Kompas [link]:
Sabtu, 27 Desember 2008 07:47 WIB
Menabung untuk Kondisi Darurat
Survei MasterCard menyatakan, konsumen di Asia Pasifik kini lebih menggiatkan dirinya menabung guna mengantisipasi dampak krisis finansial global.

Komentar EOWI: Jadi kalau Sofian Wanadi atau pemerintah mau mempertahankan kapasitas produksi, siapa yang mau beli produknya?

Ketidak-mengertian pemerintah atas krisis ekonomi yang terjadi bisa dilihat dari target yang dipatok untuk penerimaan pajak meningkat sebesar 21%, harga BBM ritel Indonesia yang masih tinggi dan himbauan untuk mempertahankan kelebihan kapasitas yang ada.

Kompas [link]:
Target Penerimaan Pajak Tumbuh 21 Persen
Rabu, 11 Juni 2008 22:07 WIB
JAKARTA, RABU - Penerimaan pajak pada tahun 2009 ditargetkan akan meningkat 21 persen di atas realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008. Itu dimungkinkan karena nominal produk domestik bruto atau PDB diperkirakan akan meningkat dari Rp 4.484,2 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 5.275,9 triliun di tahun 2009. Ini menjadi salah satu sumber penerimaan pajak penghasilan atau PPh, sehingga kondisi itu diperkirakan dapat mendorong penerimaan seluruh jenis pajak tahun depan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hal tersebut dalam Rapat Kerja dengan Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Rabu (11/6) petang.

Ortax [link]:
Dalam APBN 2009, penerimaan pajak ditargetkan mencapai Rp640,1 triliun atau 20,5% lebih besar daripada target penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp534,53 triliun. Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) Rp357,4 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) Rp249,5 triliun, PBB Rp28,9 triliun, dan pajak lainnya Rp4,3 triliun.

Komentar EOWI: Ilmu ekonomi manapun, tidak mengajarkan peningkatan penarikan pajak selama resesi dan depresi. Beban sudah berat, kemudian ditambah dengan hisapan pajak. Apakah itu PPh atau PPN atau bea masuk, sama saja, akan membuat harga tinggi dan pendapatan pekerja tersunat dan daya beli makin turun. Makin hancur dan sengsara saja.

Republika [link]:
Presiden Imbau Parpol Pesan Banyak Kaos dan Spanduk
Minggu, 21 Desember 2008 pukul 19:11:00
JAKARTA -- Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat (AS) turut dirasakan dampaknya oleh Indonesia karena menurunnya jumlah pesanan ekspor akibat volume perdagangan dunia yang menciut.Salah satu sektor industri yang lebih dulu terkena dampaknya adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang selama ini melayani pesanan ekspor ke AS dan Eropa. Bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hiruk- pikuk kampanye yang sudah dimulai oleh para partai politik (parpol) menjelang Pemilu 2009 merupakan berkah tersendiri untuk menghadapi dampak krisis keuangan global, terutama di sektor tekstil.

"Para ketua partai politik, lebih banyak lagi pesan kaos, lebih banyak lagi pesan spanduk," ujar Presiden di sela-sela pidatonya dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) V Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Balai Sidang Jakarta Jakarta , Minggu.

Komentar EOWI: Katakanlah dengan adanya pembelian kaos dan spanduk membantu industri tekstil dan produk tekstil untuk bertahan selama ada kampanye pemilu. Setelah itu bagaimana? Siapa yang mau beli? Bukankah konsumen di luar negri sedang berhemat untuk membayar hutang-hutangnya dan menabung untuk masa pensiunnya? Jadi mau tidak mau persoalan lama yaitu pemusnahan sebagian kapasitas kembali harus dihadapi. EOWI agak heran membaca anjuran presiden SBY. Dengan gelar doktor di bidang ekonomi, seakan tidak mengerti masalah ekonomi. Mungkin akreditasi IPB perlu dipertanyakan.


KREDIT MACET MENINGKAT
Pada masa resesi yang bersifat deflasi, kapasitas produksi akan terpangkas. Sebagian perusahaan yang lemah, kinerjanya buruk akan bangkrut. Kreditnya akan macet. Sedangkan perusahaan yang punya strategi yang baik, perusahaan yang kuat akan bertahan. Pada masa ini terjadi seleksi alam.

Di bawah ini adalah cuplikan beberapa berita koran tentang kredit macet. Di tahun 2009, kemungkinan besar berita senada akan makin sering termuat di koran-koran. Karenanya bank-bank akan mengalami kesulitan keuangan juga.

KOMPAS [link]:
Bank Agro Rencanakan "Right Issue" Rp 150 Miliar
Rabu, 24 Desember 2008 12:53 WIB
JAKARTA, RABU — Rasio ketersediaan modal capital adequacy ratio (CAR) PT Bank Agroniaga (Agro) turun menjadi 13,39 persen hingga September 2008 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15,44 persen.

[link]:
Senin, 22 Desember 2008 22:13 WIB
Besarnya Bunga Pinjaman, UKM Banyak Gulung Tikar
Sulitnya Usaha Kecil Menengah (UKM) mengembalikan pinjaman dari bank disebabkan besarnya bunga yang dibebankan.

[link]:
Waduh... Kredit Program Perbankan Banyak yang Macet
Rabu, 17 Desember 2008 11:05 WIB
JAKARTA, RABU — Berbagai kredit program yang mengalir melalui perbankan Indonesia banyak yang macet. Hingga akhir Oktober nilai bermacam skema pinjaman yang disalurkan melalui bank sebesar Rp 45,6 triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 9,1 triliun di antaranya berstatus macet.


PENUTUP
Pada tulisan berikutnya kita akan membahas mengenai paket-paket stimulus yang menurut pendapat EOWI adalah tidak berguna dan tidak effektif. Pemangkasan kapasitas produksi dan seleksi alam akan terjadi di dunia bisnis. EOWI akan berusaha menjawab apakah paket stimulus serta monetesasi hutang akan berdampak inflasi atau tidak. Apakah akan ada asset yang akan menjadi bubble. Kalau memang demikian, aset mana yang berikutnya akan membentuk bubble.

Jaga kesehatan, tabungan dan investasi anda baik-baik. Selamat tahun baru.

Jakarta 28 Desember 2008.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Sunday, December 21, 2008

PEMERINTAH INDONESIA PENGHISAP DARAH RAKYAT

Di Ekomoni Orang Waras dan Investasi (EOWI) kami punya dalil umum:

Democracy is a government by the people, of the people, to fool the people.

Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dari rakyat untuk membodohi, menipu rakyat.

Sejarah mengatakan demikian. Kali ini EOWI mau menunjukkan bahwa pemerintahan SBY telah melakukan penggorokan leher rakyatnya dan menyengsarakan rakyat.

Harga minyak bumi turun drastis dari $147 per bbl ke $33 per bbl (tanggal 18 Desember 2008). Dengan turunnya harga minyak bumi, maka harga barang-barang turunannya juga turun. Bensin dan LPG sudah turun harganya dengan drastis. Kita akan lihat pada ulasan berikut ini.

Harga bensin tanpa timbal di NYMEX saat ini sudah mencapai $ 0.969 per gallon, turun dari level tertingginya $3.60 per gallon di bulan Juni lalu (Chart-1). Penurunan 73%. Di Indonesia, bensin hanya turun 10% dari Rp 5500 per liter ke Rp 5000 per liter. Pertanyaannya, kenapa hanya 10% saja. Apakah pemerintah masih mensubsidi bensin? Kenapa tidak turun 70% atau 80%. Ini pertanyaan yang wajar dari orang waras.

Pembaca yang waras sekalian, dengan harga bensin Rp 5000 per liter, pemerintah saat ini untung hampir 80%. Jangan salahkan EOWI kalau menyebut politikus itu penipu. Dan kalau berdagang lebih buruk dari lintah darat. Kenapa lebih buruk? Pertama, pemerintah tidak membolehkan pedagang lain untuk ikut bermain, tidak mau disaingi. Pemerintah memonopoli perdagangan, dengan alasan untuk kesejahteraan rakyat. Ternyata kemudian keuntungan diambil dengan seenaknya. Kalau ada saingan harga pasti bersaing.

Harga bensin tanpa timbal (unleaded gasoline) di pasar New York Mercentile Exchange (NYMEX) saat ini (tanggal 19 Desember 2008) adalah $ 0.969 per gallon atau Rp 2800 per liter. Berarti pemerintah melalui Pertamina telah mengambil untung sebesar Rp 2200 per liter atau hampir 80%. Hanya ada satu kata untuk pedagang yang dengan kekuasaan menyingkirkan pedagang lain kemudian mengambil untung sedemikian besarnya, - penghisap darah. Apakah pembaca punya nama yang lebih tepat?


Chart 1

Bensin masih belum apa-apa dibandingkan dengan gas LPG. Harga di NYMEX adalah $ 0.653 per gallon atau Rp 2400 per kg. Pada saat yang sama, harga eceran di depot Pertamina (pompa bensin Pertamina) untuk tabung ukuran 12 kg adalah Rp 65000. Dengan pemerintah telah mengambil untung 126%!!!! Wow.... edan!!!

Katanya harga eceran kemasan yang lebih besar yang dipakai untuk restoran dan hotel lebih mahal lagi. Dari harga bulan Agustus 2008, perbedaan antara LPG 12 kg dengan LPG 50 ada perbedaan 26%. LPG kemasan 50 kg lebih mahal 26% dari pada kemasan 12 kg atau Rp 7225 per kg. Ini namanya penggorokan. Berarti ada perbedaan 200% antara harga ritel Indonesia dengan pasar NYMEX.

Harga eceran gas LPG yang katanya disubsidi saya perkirakan masih di Rp 4250 per kilo atau Rp 13000 per kemasan tabung 3 kg. Itu yang saya peroleh dari surat kabar, tidak melihat langsung di pasar. Kalau dugaan saya benar, maka rakyat miskin telah memsubsidi pemerintah!!! Besarnya hampir 50% dari LPG yang dibelinya. Wow!!!!


Chart 2


RENUNGAN
Sekali lagi EOWI benar. Sebabnya sederhana saja. EOWI melihat data dan menyimpulkannya. Kami tidak percaya pada gagasan-gagasan indah tanpa data. Kami berpendapat punya motto lain:

Tuhan memberikan mata untuk melihat dan memperhatikan kejadian-kejadian yang berlangsung serta tidak mengabaikannya. Mata jangan sampai digunakan untuk menangisi dan menyesali atas kejadian dimasa lalu karena kita tidak mau menggunakan mata (yang kita enggan melihatnya).

Dunia sedang menghadapi depresi ekonomi. Para politikus, pejabat negara rajin ngomong di media massa mengenai persiapan dan penaggulangan krisis ekonomi ini dan mendatang di tahun 2009. Kalau dilihat datanya, mereka ini munafik. Antara perbuatan dan perkataan tidak sama. Kalau mereka mau membantu ekonomi, membantu industri, membantu rakyat kecil, maka cukup untuk tidak membebani mereka dengan keuntungan yang berlipat ganda dari BBM. Pemerintah mengambil untung yang besar dari perbedaan penjualan ritel LPG ke perhotelan dan restoran dengan harga pasar NYMEX. Berarti pemeritah mempercepat kematian hindustri hotel dan restoran. Ini juga berarti mempercepat PHK karyawannya.

Harga diesel di NYMEX ekivalen dengan Rp 4300 per liter, harga jual Pertamina adalah Rp 8100 per liter. Ini yang membuat industri cepat bangkrut. Karyawan cepat diPHK.


Foto diambil dari Kompas. Ibu-ibu di Koja sedang masak dengan kayu karena LPG mahal.

Yang menyedihkan ialah kelangkaan LPG kemasan 3 kg karena LPG kemasan ini digunakan oleh pedagang-pedagang kecil seperti tukang bakso, mie ayam dan pedagang gorengan. Mereka kalang kabut mencari LPG ini. Keuntungan mereka juga berkurang. Hidup mereka makin sengsara.

Inikah kerja para politikus di DPR, kabinet dan birokrat kantor di departemen-departemen? Inikah kerja Pertamina? Kita tahu, Pertamina memang payah. Umurnya jauh lebih tua dari Petronas Carigali atau Petronas Dagangan (ritel). Yang pasti Carigali sudah mengoprasikan ladang minyak lepas pantai sejak lama, paling tidak 15 tahun lalu. Mereka yang membuatnya dan mengoperasikannya. Bagaimana dengan Pertamina? Takut atau tidak mampu. Demikian juga minyak lumas Syntium 5000, tak tertandingkan oleh minyak lumas Pertamina. Kenapa kita tidak membuka pasar BBM agar Pertamina bisa tersaingi. Bukankah lebih baik kalau mereka ada saingan. Disini mereka akan mati atau maju. Tetapi konsumen memperoleh keuntungan.

Catatan: Harga-harga BBM yang saya sitir adalah harga di NYMEX yang biasanya lebih murah dari harga ritel. Akan ada perbedaan untuk biaya distribusi dan keuntungan perusahaan. Tetapi kalau perbedaan itu sangat menyolok artinya perusahaan (Pertamina dalam hal ini, atau pemerintah) mau merobek kantong rakyat.

Tidak lama lagi Indonesia akan mengadakan pemilihan umum. Seperti yang anda lihat, tidak ada satu partaipun perduli dengan perbedaan yang menyolok antara harga BBM di pasar dan harga ritel Indonesia (bukan harga ritel di tempat lain lho). Apa itu PDIP yang katanya partainya wong cilik, atau PKB partainya bapak bangsa Gus Dur, atau PAN yang pendirinya (Amin Rais) adalah motor reformasi, atau partai Demokrat yang bossnya jadi presiden, atau Golkar yang bossnya jadi wakil presiden dan berkeinginan jadi presiden, atau PKS yang menggunakan kata sejahtera (siapa yang sejahtera nih, rakyat atau ente?). Atau partai-partai gurem lainnya. Tidak ada yang perduli. Tanpa mereka di DPR atau pemerintahan lebih baik. Paling tidak kita tidak harus bayar gaji mereka.

Saya pikir lebih baik tidak usah memilih mereka. Andaikata 80% penduduk yang punya hak pilih tidak ikut pemilu, alias memilih KURSI KOSONG, legitimasi partai politik di DPR dan MPR tidak kuat. Kita bisa mengejek mereka: “Lu kalah sama kursi kosong, kok berani-beraninya bilang wakil rakyat. Siapa yang pilih lu?”

PILIH KURSI KOSONG DALAM PEMILU.

Jelaskan cerita dan pesan ini kepada teman, sanak saudara, tetangga serta semua kenalan anda. Terangkan arti demokrasi. Sampai jumpa, kalau anda mau tabungan dan investasi anda selamat, pilih kursi kosong dan kampanyekan calon unggulan EOWI yaitu KURSI KOSONG. Gunakanlah mata anda untuk melihat kenyataan, bukan untuk menangis menyesali ketidak perdulian terhadap kenyataan.

Jakarta 21 Desember 2008.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

EKONOMI DAN MONETER 2008 – 2009

PENGANTAR
Tahun awal 2003, dalam pertemuan dan kopi-darat anggota-anggota KlubSaham.Com (KSC), saya menunjukkan sebuah grafik (Chart-1) yang menunjukkan besarnya hutang di US. intinya menunjukkan sebuah perbandingan antara akumulasi hutang di tahun 1929 dan tahun 2002. Pembengkakan kredit (Credit bubble) di tahun 1929 ditengarai sebagai penyebab terjadinya depresi 1930an. Dan hal yang sama bisa terjadi di dekade 2000an ini. Dan sifatnya adalah deflationary.


Chart 1

Krisis tidak meletus sampai 2007, sepanjang 2003 – 2007 kredit/hutang di US semakin membengkak dan mencapai kira-kira 380% dari GDP US. Bubble ekonomi adalah fenomena yang irrasional dan bisa tetap irrasional untuk jangka waktu yang lama. Ekonomi dunia sepanjang tahun 2003 – 2007 marak, dibiayai oleh pembengkakan kredit di US yang menjalar ke seluruh dunia. Harga bahan komoditi naik; kapasitas produksi di Cina, India dan emerging market naik. Bursa saham dan komoditi juga naik. Tahun 2003-2007 bak sprint ekonomi di kilometer terakhir sebelum kolaps kehabisan nafas. Baru tahun 2007 pembengkakan kredit ini pecah.

Dalam banyak segi, krisis kali ini punya kemiripan dengan krisis depresi 1930. Walaupun sampai saat ini banyak ekonom mengatakan bahwa krisis 2008 ini masih di bawah depresi 1930, kami di EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) mengatakan bahwa krisis 2008 ini ukurannya lebih besar dari krisis sebelumnya. Memang pemerannya berbeda. Pada krisis 1930, US berperan sebagai konsumen, produsen, sumber kredit, dan sumber bahan baku. Sekarang, peran-peran ini sebagian digantikan oleh Cina, India, emerging economies lainnya, Jepang sebagai produsen, US sebagai sumber kredit dan konsumen dan Australia, Canada sebagai sumber bahan baku. Dengan kata lain skala penjalarannya lebih luas.

Di akhir tahun 2008 ini EOWI akan mencoba membuat ringkasan mengenai krisis Ekonomi dan Moneter yang terjadi dan memberikan pandangan/opini tentang kelanjutan krisis ini.


KRISIS MONETER GLOBAL 2008
Badai krisis subprime mortgage yang melanda US tahun 2007 telah berubah menjadi badai krisis kredit di tahun 2008 karena bank dan institusi keuangan banyak yang menelan racun subprime dan menjadi saling curiga untuk memberikan kredit. Konsekwensinya adalah deleveraging di semua sektor investasi dan spekulasi. Harga saham dunia, harga bahan komoditas termasuk perak berguguran. Emas karena uang sejati tidak mengalami tekanan yang berat. Pergerakan harganya selama tahun 2008 masih dalam batas-batas perdagangan siklus tahunannya. EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) berharap kinerja emas akan sama dengan siklus tahunannya di 2009, yaitu rally antara November 2008 – Februari 2009. Sedangkan saham-saham emas akan bangkit dari keterpurukannya. Bagi EOWI keterpurukan harga saham emas di tahun 2008 merupakan rejeki nomplok, karena merupakan kesempatan untuk mendapatkan saham dan option murah.

Krisis kredit 2008 ini cukup kuat dan telah memakan korban raksasa-raksasa keuangan di dunia, mulai dari Northern Rock (Inggris), Bear Stearns (US), Countrywide (US), Merrill Lynch (US), IKB Bank (Jerman), Lehman Brothers (US), Fannie Mae, Freddie Mac (US), AIG (US) dan masih banyak lagi. Mereka ini dipaksa merger dengan perusahaan lain atau dibiarkan bankrut. Atau ditolong pemerintah dengan menasionalisasikan seperti Freddy & Fannie, AIG (US); Northern Rock dan Bradford & Bingley plc (Inggris). Daftar ini belum termasuk institusi keuangan yang sekedar mengalami kesulitan besar seperti bank UBS (Swiss) atau Citigroup (US), Royal Bank of Scotland (UK).

Krisis kredit membuat kredit menjadi mahal dan susah diperoleh. Bank-bank komersial tidak mau menyalurkan kredit lagi dan tidak memperpanjang kredit yang jatuh tempo. Tentu saja akan memaksa para investor untuk mengurangi leveragenya. Itu untuk yang bisa. Deleveraging terjadi. Bursa saham, surat hutang dan komoditi rontok karena di sektor ini banyak investor bermain dengan leverage yang tinggi. Ini terjadi di semua lini, dari mulai lini spekulasi saham, komoditi sampai dalam investasi langsung di sektor riil.

Nasib yang paling tragis dialami oleh negara yang hidupnya dari uang panas dan penuh dengan leverage, seperti Iceland yang berbasis jasa keuangan, mengalami keruntuhan finansial. Tiga bank besarnya (Kaupthing, Landsbanki, Glitnir) runtuh karena mengalami kesulitan memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya dan tidak bisa mejadwal-ulang hutang jangka pendeknya. Para nasabah terutama di Inggris menarik depositnya membuat bank-bank ini kolaps. Krisis di Iceland ini mengancam negaranya kearah kebangkrutan. Iceland yang GDP per kapitanya US$65,000 (no 4 di dunia) berada di tepi jurang kebangkrutan. Krisis Iceland ini akan membebani kira-kira $55,000 setiap anak dan orang dewasa di Iceland.

Dan di sektor riil, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan kredit untuk modal kerjanya (operating expenditure) dan/atau modal investasinya (capital expenditures) akan terancam bangkrut. Tanpa perpanjangan kredit, nyawa perusahaan yang sarat kredit ini akan putus. Tiga raksasa otomotif US sedang sekarat karena mengalami kesulitan kredit ini.

Tidak hanya 3-raksasa otomotif US yang terancam bangkrut karena krisis kredit, tetapi hampir semua perusahaan di dunia yang tergantung dari kredit, juga terancam bangkrut. Keengganan kreditur untuk memperpanjang kredit yang jatuh tempo, memaksa para debitur untuk mengumpulkan dana untuk pembayaran kreditnya yang jatuh tempo. Dana itu kebanyakan dalam US dollar. Permintaan US dollar naik membuat dollar menguat terhadap semua mata uang negara yang mengandalkan kredit untuk FDI (Foreign Direct Investment)nya. Indeks dollar pun naik (Chart-2). Repatriasi US$ akan berlanjut ke 2009 seiring dengan lesunya ekonomi yang memaksa perusahaan untuk menciutkan kapasitasnya bahkan tutup.


Chart 2 (klik Chart untuk memperbesar)

Akibat membayaran pelunasan kredit investasi dan kredit modal kerja ini, banyak negara-negara yang neraca pembayarannya (current accout) yang tadinya surplus, menjadi menciut bahkan untuk Indonesia menjadi negatif, - $89 juta [link].

Korea dan Russia yang mempunyai cadangan devisa besar, juga mengalami tekanan di mata uang mereka karena keluarnya dana asing. Russia yang mempunyai cadangan devisa no 3 didunia, mengalami penggerusan cadangan devisanya secara pasti. Sampai 31 Oktober 2008, selama 12 minggu seiring dengan kenaikan US dollar (lihat Chart-2) cadangan devisa Russia turun 19% menjadi $484.6 milyar. Bank Rossii, sentral bank Russia mengalami kesulitan mempertahankan nilai rubel. Antara bulan Juli 2008 dan Desember 2008, Rubel Russia jatuh 22% terhadap US dollar.

Hal yang sama terjadi juga dengan Korea dan banyak negara lain. Seperti Indonesia telah menghabiskan 20% (atau US$ 10 milyar) dari cadangan hanya dalam 2-3 bulan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah yang akhirnya jatuh dari Rp 9,200 pada bulan September 2008 ke Rp 12,000 di bulan November 2008, jatuh 30%. Won Korea jatuh 50%! Selama tiga bulan itu. Rupee India minus -20%. Selama kebekuan kredit dan repatriasi dollar belangsung dollar berpeluang menguat terus. Hanya Yen yang bisa bertahan, malah US dollar justru melemah terhadap yen.

Krisis kredit ini juga menguak skandal-skandal penipuan, apakah itu nama ABS (Asset Backed Scurities) yang sangat halus, atau Ponzi scheme yang kasar. Tahun 2008 ini diakhiri dengan skandal Bernard Madoff dengan Ponzi scheme (sistem piramid) yang menelan korban sebesar US$ 50 milyar, sebesar cadanngan devisa Indonesia. Catatan: Seharusnya sistem penipuan piramid ini di sebut Madoff scheme, karena Charles Ponzi hanya berhasil meraup $10 milyar, dan jauh di bawah Madoff yang meraup $ 50 milyar.

Krisis kredit ini akan menjelma secara penuh menjadi krisis ekonomi global di tahun 2009. Cina sudah menutup ratusan pabrik-pabriknya. Raksasa produsen mobil US, General Motor(GM), Ford dan Chrysler diambang kebangkrutan. Dan banyak lagi sedang antri, tetapi sebelum membahas mengenai krisis ekonomi global 2009, kita bahas dulu krisis moneter 2008.


KRISIS EKONOMI GLOBAL
Kegiatan di sektor manufakturing pada dasarnya sudah turun drastisi pada tahun 2008. Pengiriman bahan-bahan mentah bak berhenti. Index BDI – Baltic Dry Index yang menggambarkan biaya pengiriman bahan baku melalui laut turun dari level 12000 menjadi 650 saja. Penurunan harga pengapalan yang demikian drastis hanya mungkin karena tidak ada pengapalan, paling tidak, pengapalan bahan-baku turun drastis. Jadi jangan heran kalau harga bahan baku seperti minyak, batu-bara, logam dasar, minyak sawit, dan lain sebagainya juga mengalami penurunan yang drastis. Karena inilah sumber penurunan bisnis pengapalan.


Chart 3 (klik Chart untuk memperbesar)

Tabel berikut ini menunjukkan penurunan bahan-bahan komoditi dari titik puncaknya. Kejatuhan ini sudah diprojeksikan EOWI [link:]


(klik table untuk memperbesar)

Tahun 2008 adalah awal dari krisis ekonomi global. Ratusan pabrik di Cina yang membuat barang untuk konsumsi di US terpaksa tutup. Di Indonesia, katanya hal seperti ini belum terjadi, namun mengurangi kegiatan produksinya sudah terjadi. Puluhan ribu karyawan sudah dirumahkan. Dari sektor manufakturing, pertambangan dan perkebunan nantinya akan merambat ke sektor-sektor lain.

Berbeda dengan US, dimana krisis dimulai dari sektor finansial, krisis di negara-negara dengan ekonomi berbasis ekspor Cina, Malaysia, Indonesia, Korea atau Russia, pukulan pertama datangnya dari mesin produksi mereka yang kelebihan kapasitas. Kredit yang selama 5 tahun terakhir ini dikucurkan baik sebagai kredit modal kerja atau sebagai kredit investasi berpotensi gagal bayar. Karena kredit ini digunakan untuk melakukan ekspansi kapasitas dalam rangka mengimbangi permintaan yang semu (tidak langgeng). Cina misalnya, dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, menambah kapasitas terpasang pembangkit tenaga listriknya 100 ribu mega watt per tahun sehingga menjadi 500 ribu mega watt untuk menunjang ekspor barang-barang konsumsi (Bandingkan dengan kapasitas terpasang di Indonesia hanya 25 ribu mega watt). Tenaga listrik yang sedemikian besarnya digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin produksi ekspornya. Dengan ditutupnya banyak pabrik-pabrik, entah mau dikemanakan kelebihan kapasitas listrik Cina itu.

Di Russia, Venezuela, Iran yang ekonomi dan budget pemerintah mengandalkan komoditi minyak atau bahan komoditi tambang lainnya, akan mengalami kesulitan dalam anggaran belanja dan pendapatan mereka. Perekonomiannya yang didominasi aktifitas pemerintah, terpukul dengan jatuhnya harga minyak dari $147/bbl ke $36/bbl (atau bahan tambang lainnya) dan akan lebih terpukul di tahun 2009 nanti.

Di Indonesia, bulan November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring [link] Kemudian ternyata problemnya lebih parah dari sekedar kalah kliring. Tabungan nasabah kemudian dibekukan sampai akhirnya LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) mengambil alih bank ini dan mengucurkan dana sebesar Rp 2 triliun. Surat kabar tidak memberitakan apa sebabnya Bank Century menjadi tidak solvent. Kalah kliring adalah akibat dari penyakit yang diderita bank Century. Sebab-musabab sakitnya Bank Century ini tidak pernah diberitakan media massa.

November 2008 ini juga terkuak kredit macet PT Tripanca, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa perdagangan bahan komoditi hasil pertanian. Sebabnya jelas, yaitu jatuhnya harga komoditi. Kejatuhan harga kopi dan barang-barang komoditi hasil pertanian lainnya membuat perusahaan ini tertimpa kerugian dan kreditnya sebesar Rp 1.7 triliun macet [link] . Bank yang terkena Bank Mega, Deutsche Bank, Bank Ekspor Indonesia, BRI, dan Bank Mandiri.

Saat ini menurut data Bank Indonesia (BI) ada $138 milyar (atau Rp 1500 triliun) kredit di Indonesia dan sebagian berpotensi untuk gagal bayar karena berada dalam domain-domain yang mengalami tekanan deflasi, seperti pertanian, pertambangan, manufakturing dan properti. Dan dari jumlah itu, Rp 650 triliun adalah kredit modal kerja yang berjangka pendek. Dampak perlambatan ekonomi akan segera terdeteksi dalam 24 bulan ini melalui jumlah gagal bayar kredit modal kerja ini. Banyak perusahaan tidak siap. Penjualan turun, harga juga turun, akibatnya pemasukkan juga turun. Buruh masih menuntut kenaikan gaji, akhirnya PHK tidak bisa dihindari. Keuntungan menurun, modal termakan dan kredit menjadi macet. Itulah skenario yang mungkin terjadi dalam 24 bulan kedepan.


TINDAKAN PENYELAMATAN DAN STIMULUS EKONOMI
Seperti biasa, dalam situasi seperti ini bank-bank sentral bereaksi dengan mencetak banyak uang. Pada saat ini pemerintah US (bersama the Fed) telah menyediakan dana sebesar US$8.5 triliun (lihat table di bawah) dan Eropa kira-kira $5 triliun, Cina $ 560 milyar sebagai paket stimulus dan penyelamatan ekonomi. Suku bunga bank sentral menuju 0%. The Fed sudah menurunkan target the Fed rate menjadi 0 – 0.25%. Pada dasarnya sudah seperti suku bunga bank sentral Jepang, yaitu mendekati 0%.


(klik tabel untuk memperbesar)

Satu senjata the Fed sudah kehabisan peluru – yaitu suku bunga the Fed. The Fed tidak bisa menurunkannya lebih jauh lagi. Walaupun keduanya mempunyai nama depan sama, ternyata the Fed di bawah Benjamin Bernanke ketua the Fed 2008 lebih cerdik dari pada Benjamin Strong ketua – de facto – the Fed 1928 atau George Harrison (ketua the Fed 1928 -1940). Ben Bernanke tidak hanya bermain dengan suku bunga dan operasi pasar yang tradisionil, tetapi juga menciptakan banyak senjata-senjata baru. Yaitu monetesasi hutang. Ben Bernanke mungkin sudah menyadari bahwa untuk menangkal deflasi, dia harus mencetak banyak uang – kredit. Tetapi kalau tidak ada bank yang mau menyalurkan uang/kredit itu atau tidak ada yang mau pinjam, maka Ben akan tertimbun oleh uang hasil cetakannya sendiri. Nasionalisasi penuh lembaga-lembaga keuangan seperti Freddie dan Fannie, diharapkan pemerintah bisa mempermudah penyaluran kredit. Masalahnya sekarang adalah kelangkaan pengambil kredit. Dalam lingkungan deflationary, konsumen cenderung untuk menunda konsumsi. “Nanti harganya masih bisa jatuh” pikir mereka. Bahkan untuk kebutuhan primer pun makin banyak orang yang berhemat. Ada kasus yang menarik di insideedition.com tanggal 12/3/2008. Sepasang manusia, Kerri Leonard dan Christopher Greenslate, bereksperimen untuk hidup dengan $ 1 sehari [link]. Berhadapan dengan sikap seperti ini para bank sentral akan mengalami kesulitan untuk menstimulir konsumsi dan ekonomi.

Selanjutnya produsen tidak bisa berproduksi. Dan ekonomi masih akan mandeg. Dengan tingkat pengangguran 7.7% di Eropa dan di atas 6.7% di US (jangan sebut negara berkembang yang datanya sering meragukan) di bulan Desember 2008, apakah konsumsi bisa pulih, walaupun pemerintah yang bersangkutan mengirim check ke konsumen. Faktor prilaku konsumen tidak (belum) diperhitungkan oleh Ben Bernanke, Trichlet dan sentral banker lainnya. Mungkin mereka harus belajar kepada Gideon Gono, gubernur bank sentral Zimbabwe yang telah sukses membuat inflasi yang dahsyat di negaranya.

Obama presiden terpilih US merencanakan akan menghabiskan $700 milyar untuk projek-projek infrastruktur dalam rangka menstimulasi ekonomi. Diperkirakan akan dengan mudah mlewati angka $1 trilliun. Seperti “New Deal” di masa depresi 1930. Cina juga akan menyalurkan sebagian besar dana stimulus itu ke projek infrastruktur. Kalau FD Roosevelt tidak berhasil, juga Jepang pada tahun 90an, lalu apa yang membuat sekarang bisa berhasil? Ada perkataan Nouriel Roubini dari New York University

"A severe global recession will lead to deflationary pressures. Falling demand will lead to lower inflation as companies cut prices to reduce excess inventory. Slack in labour markets from rising unemployment will control labor costs and wage growth. Further slack in commodity markets as prices fall will lead to sharply lower inflation. Thus inflation in advanced economies will fall towards the 1 per cent level that leads to concerns about deflation.

"Deflation is dangerous as it leads to a liquidity trap, a deflation trap and a debt deflation trap: nominal policy rates cannot fall below zero and thus monetary policy becomes ineffective. We are already in this liquidity trap since the Fed funds target rate is still 1 per cent but the effective one is close to zero as the Federal Reserve has flooded the financial system with liquidity; and by early 2009 the target Fed funds rate will formally hit 0 per cent. Also, in deflation the fall in prices means the real cost of capital is high - despite policy rates close to zero - leading to further falls in consumption and investment. This fall in demand and prices leads to a vicious circle: incomes and jobs are cut, leading to further falls in demand and prices (a deflation trap); and the real value of nominal debts rises (a debt deflation trap) making debtors' problems more severe and leading to a rising risk of corporate and household defaults that will exacerbate credit losses of financial institutions."

- Professor Nouriel Roubini of New York University (6 Desember 2008)

Ternyata sang professor meleset sedikit. Ben Bernanke sudah menurunkan suku bunga the Fed mendekati 0% pada 17 Desember 2008, hanya 2 minggu setelah Roubini mengeluarkan pernyataan itu.


PASAR HUTANG DAN TREASURY BUBBLE
Mazhab ekonomi Keynesian dan demokrasi menciptakan kultur bubble. Bubble demi bubble datang dan pergi. Bubble kredit meletus ditahun 2007, muncul bubble baru di sektor treasury – hutang pemerintah. Demokrasi memicu agar pemerintah populer. Untuk bisa terpilih, maka harus populer. Dengan masa jabatan maksimum 10 tahun (2 kali pemilihan), pemerintah tidak perduli tentang konsekwensi jangka panjang di atas 10 tahun. Mazhab Keynesian memberikan jalan bagaimana mengobok-obok ekonomi sehingga suatu rejim bisa melakukan pengeluaran belanja yang diperlukan untuk tetap populer walaupun dengan defisit.

Di bulan Desember 2008 ini terjadi beberapa hal yang penting. Surat hutang negara US dengan maturity 1 bulan (1 mo US treasury) mempunyai yield yang nol dan menjadi negatif jika biaya administrasi dimasukkan. Sebanyak $30 milyar US treasury bill (1 mo) laku dengan yield nol dalam pelelangan tanggal 9 Desember 2008. Yield dari US treasury 10 dan 30 tahun juga turun. Investor lari ke tempat yang katanya aman. Investor bersedia rugi untuk memparkir uangnya di tempat yang katanya aman! Apa betul aman?

Kalau dilihat, penurunan yield 10 yr atau 30 yr US Treasury Bond sangat drastis akhir-akhir ini akibat investor secara irrasional lari ke tempat yang aman. Jatuhnya yield treasury membentuk air terjun atau parabolic drop (Chart-4) sampai menembus koridor trading bawahnya. Biasanya hal yang semacam ini menunjukkan akhir dari suatu secular market - fase irrasional. Saya tidak mengharapkan besok atau bulan depan market telah berbalik arah. Investor bisa irrasional lebih lama dari yang kita harapkan. Bond secular bull market yang sudah berumur 26 tahun (dimulai dari tahun 1982), pastinya sudah tua. Tetapi transisi pergantian ke secular bull market tidak akan terjadi dalam sekejap.


Chart 4 (klik Chart untuk memperbesar)

Banyak alasan fundamental kenapa bond sekular bull market harus berakhir. Seperti, sulit untuk mengatakan bahwa treasury bond 30 tahun disebut aman. Pemerintah US punya kewajiban-kewajiban dimasa datang (Chart-5) yang harus dipenuhi yang tidak ada dananya. Budget pemerintah diprojeksikan akan meningkat terus. Dan akan terjadi celah antara pendapatan dengan pengeluaran, alias defisit.


Chart 5 (klik Chart untuk memperbesar)


US Government Accountability Office -US memprojeksikan bahwa defisit pemerintah US akan mencapai 25% dari GDP pada tahun 2050 naik dari 5% pada tahun 2008 ini (Chart-6). Dan ini tidak akan bisa langgeng. (Bagi pembaca yang tertarik pada laporan ini bisa men-downloadnya disini:


Chart-6 (klik Chart untuk memperbesar)

Bagaimana cara pemerintah US membayar hutangnya? Apakah 30 yr US treasury bond bisa dikasih rating AAA? Pemerintah US tidak punya jalan lain kecuali mengemplang hutangnya.

Hal yang sama berlaku untuk 10 yr treasury. Defisit tahun 2018 mungkin sudah bisa mencapai 15% dari GDP. Hutang akan terus di-roll-over. Yang pasti EOWI tidak akan ikut terjun ke US Treasury, karena bullnya sudah tua sekali.

Walaupun yield dari US Treasury rendah, suku bunga the Fed rendah, tidak berarti semua suku bunga turun. Mortgage di US masih tinggi. Bunga kredit card juga tinggi. Di Indonesia, suku bunga deposito naik ke level yang lebih tinggi dari 10%. Lelang hutang pemerintah Indonesia (sukuk, ORI dan SUN) tidak dapat sambutan. Artinya, apa yang dilakukan the Fed dan bank sentral negara maju, tidak banyak mempengaruhi suku bunga lainnya. Harga bond yang disitir di Markit masih hancur-hancuran (Chart-7). Memang suku bunga LIBOR sudah agak turun. Untuk 1 yr LIBOR sudah di bawah 3% (Chart-8).


Chart 7 (klik Chart untuk memperbesar)



Chart 8 (klik Chart untuk memperbesar)


BURSA SAHAM DAN EMAS 2008 – 2009
Bursa saham dunia selama 2008 mengalami tekanan dan turun. Hampir sektor terkena tekanan jual. Fund manager terpaksa menjual portfolionya tanpa pandang bulu akibat tekanan deleveraging dan redemption. Bahkan saham perusahaan yang dipimpin oleh Warren Buffet, Berkshire Hathaway, juga turun sebanyak 50%. Tidak hanya Berkshire Hathaway saja, banyak saham yang secara fundamental bagus terkena tekanan jual. Inilah sifat dari deflasi dan credit crunch.

Di akhir 2008 nampak sudah sangat oversold dan punya potensi rebound. Tarik menarik antara fundamental ekonomi dan teknikal terjadi. Secara fundamental ekonomi masih akan menghadapi keadaan yang lebih buruk. Jangan harap dunia usaha juga bagus dan perusahaan jangan harap bisa perform dengan baik. Pada radar EOWI ada 50%-50% peluang bursa saham akan rebound. Dan setelah itu, bear market masih akan menguasai arena.

Sektor emas ditahun 2008 agak mendua. Saham emas mendapat tekanan hebat sehingga indeks HUI jatuh dari level 500 ke level 170an akibat deleveraging dan redemption. Sedangkan emasnya agak tertekan tetapi masih bergerak dalam batas-batas fluktuasi trading tahunannya. Di bulan Desember 2008 juga terjadi apa yang disebut backwardation, yaitu harga emas di spot market lebih mahal dari pada di pasar berjangka. Harga emas di pasar berjangka untuk delivery Desember 2008 lebih rendah 1.6% dari pada di spot market. Demikian juga dengan kontrak delivery February 2009, terjadi gap -0.35%. Kalau mau dipikir secara logis, kenapa orang mau membeli emas sekarang lebih mahal dari pada nanti. Membeli nanti, jika harganya lebih murah, akan lebih menguntungkan. Bukankah uangnya bisa dibungakan dulu? Kami berpendapat bahwa tekanan untuk memperoleh emas sekarang cukup besar sehingga investor mau membeli dengan premium. Dan ada kemungkinan bahwa investor ingin membeli fisik, bukan kertas tetapi diperkirakan penjual tidak bisa melakukan delivery fisik. Bukan tidak mungkin dimasa datang pemain pasar kertas emas akan meminta delivery fisik. Ini yang akan membuat pasar heboh.

Perbedaan antara harga di pasar fisik dan di pasar kertas nampak terlihat jelas di sektor perak. Di pasar kertas, harga perak hanya $10 - $11 per oz di akhir 2008 ini. Tetapi kalau dilihat di EBAY, harga perak yang ditawarkan sampai $15/oz. Cepat atau lambat perbedaan ini akan mengecil. Dan kalau trennya adalah meminta delivery fisik maka, pasar kertas akan mengikuti pasar fisik.

Saat ini investasi yang terbaik adalah di sektor emas. Dengan yield treasury yang demikian kecil, resiko pembayaran (defisit belanja pemerintah US) dimasa depan serta sudah tuanya treasury bull, membuat sektor treasury tidak menarik dibandingkan emas. Sektor treasury tinggal menunggu saatnya beruang keluar.

Krisis kali ini sifatnya deflasionary, artinya kolaps nya kredit. Konsekwensinya harga-harga turun, permintaan barang turun, ekspansi kreditpun mereda, bahkan bisa negatif. Dimasa mendatang surat kabar dan media massa akan banyak menggunakan kata-kata yang diawali dengan huruf “D”, depression, deflation, deleveraging, devaluation, default, entah “D” apa lagi. EOWI tetap berpendapat emas adalah investasi yang defensif selama krisis deflationary. Surat hutang pemerintah (US atau Indonesia atau Ekuador) punya resiko gagal bayar. Ekuador baru saja membuktikannya di akhir tahun ini. Banyak negara yang mengalami pemiskinan. Indonesia mengeluarkan sukuk (bond syariah) dengan agunan Gelora Bung Karno. Mungkin disuatu masa nanti agunannya adalah istana negara – istana Merdeka. Apa bukan sudah hampir bangkrut?

Deflasi, hutang yang menumpuk dimata para pemimpin dan politikus tidak bagus. Mereka beramai-ramai berdoa kepada Tuhan supaya diberi inflasi. Tuhan maha Pemurah, para pemimpin dan politikus akan diberi inflasi dan banyak pula. Kita juga diberiNya walaupun tidak minta. Harus maklum Tuhan maha Pemurah. Oleh sebab itu para calon pensiunan dan penabung berhati-hatilah.

Jaga investasi, tabungan dan kesehatan anda baik-baik. Semoga anda sukses mengarungi tahun 2009 yang penuh dengan badai ekonomi.

Jakarta 20 Desember 2008

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Monday, December 15, 2008

RIAU, NAURU DAN TAHI BURUNG

Untuk minggu ini artikel EOWI adalah daur ulang dari artikel di Klubsaham.com tertanggal 15 Oktober 2005. Banyak hal sebenarnya mengacu pada masa itu. Tetapi banyak juga masih relevan.

Semoga anda bisa menikmatinya.

Persoalan yang mendasar dari sistem demokrasi adalah bahwa kualitas pemerintahan yang dihasilkannya tidak lebih tinggi dari kualitas rakyatnya. Seringnya lebih buruk atau sama. Acara terpopuler di TV mencerminkan tingkat intelektual dari suatu masyarakat. Dengan acara TV seperti sinetron, klenik, reality show bisa dijadikan ukuran tingkat intelek dari masyarakat Indonesia. Apa yang bisa anda harapkan dari pilihan mereka? Itu keburukan demokrasi. Jangan heran kalau pembagian kepada rakyat miskin uang pengganti subsidi bahan bakar minyak berjalan kacau. Ini penunjukkan sistem pemerintahan yang buruk. BPS (Badan Pusat Statistik) yang mendata rakyat miskin ternyata...., katakan saja datanya ngawur. Jangan heran kalau data-data lainnya seperti pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, tingkat pengangguran juga ngawur. Juga DPR dan departemen keuangan yang tidak bisa menghitung subsidi atau memperkirakan harga minyak untuk asumsi APBN. Ketika pemerintah menaikkan harga bensin, ternyata 3 bulan kemudian harga minyak bumi turun. Dan ketika pemerintah menurunkan harga bensin, beberapa minggu kemudian harga minyak dunia naik.

Kemakmuran tidak tergantung pada pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif setiap penduduk yang tinggal di negara/daerah itu. Teman saya yang tinggal di Riau, bingung. Kabupaten Bengkalis merupakan kabupaten terkaya dengan APBD dulu tahun 2002 Rp 1 triliyun lebih naik dari sekitar Rp 30 milyar sebelum otonomi daerah. Sisa APBD mencapai Rp 800 milyar, katanya. Tetapi jalan-jalan tidak terpelihara. Kalau musim hujan kubangan dimana-mana. Dengan adanya desentralisasi daerah, teman saya itu berharap Riau bisa lebih maju dalam bidang pembangunan dan pemeliharaan infrastrukutur karena yang punya sumber keuangan yang lebih banyak dari minyak dibandingkan dengan masa lalu. Rupanya anggota-anggota DPRD nya sadar akan hal ini. Maka mereka membagi-bagikan duit supaya tidak ada sisa anggaran untuk membeli mobil jeep Nissan Terrano. Pandai sekali deh. Diri mereka dulu yang dipentingkan. Itulah kualitas aparat hasil demokrasi. Saya tidak tahu bagaimana pemerintah daerah Natuna menghabiskan dana dari minyaknya. Mungkin semua anggota DPRD nya dapat pembagian yacht. Natuna tidak ada jalan raya untuk dipelihara atau dibangun!!

Melihat daerah-daerah yang berbasis komoditi seperti Riau, Aceh, saya ingat negara republik yang terkecil di dunia Nauru. Letaknya di Pasifik. Penduduknya saat ini sekitar 13,000 jiwa saja saat ini dan 90% adalah pengangguran. Daratannya 90% telah menjadi waste-land. Sukar membayangkan negara yang 20 tahun lalu sangat indah dan kaya, terkaya di dunia. Dulu Nauru merupakan tumpukan barang mahal yang bau, Guano, tahi burung. Dulunya yang Nauru merupakan koloni besar burung laut. Mereka berak seenaknya di sana selama ratusan bahkan mungkin jutaan tahun. Karena jarang hujan maka tahi burung itu menumpuk saja disitu. Saya bilang mahal, karena banyak mengandung phosphat yang dipakai untuk pupuk.

Nauru letaknya di lautan Pasifik dengan luas hanya 21 km persegi. Australia memberi kemerdekaan kepada Nauru pada 31 Januari 1968. Nauru menarik dari segi sejarah ekonominya. Pada suatu masa yang belum lama, rakyat Nauru merupakan rakyat yang paling kaya di dunia. Pada tahun 1990, atau 18 tahun lalu GDP nya $ 10,000 per kapita. Sebelum itu lebih tinggi lagi. US pada saat itu belum mencapai tingkat itu. GDP yang tinggi ini berkat tambang phosphat yang awalnya dikelola oleh Australia, Inggris dan New Zealand. Saya curiga bahwa seperti juga pemerintah Riau, pemerintah Nauru hanya menjadi pak Ogah. Sejak tahun 1967 pertambangan-pertambangan phosphat sudah dikuasai oleh putra daerah. Penambangan phosphat di Nauru bagaikan bencana ekologi dan bencana moral untuk Nauru sendiri. Ekologi Nauru rusak berat, 90% dataran Nauru adalah waste-land. Moral pak Ogah, hidup seenaknya melanda mereka. Nauru menuntut Inggris, Australia dan New Zealand untuk membayar ganti rugi atas kerusakan ekologinya (seperti pak Ogah bukan? Minta easy money). Pada penyelesaian sengketa di luar pengadilan, akhirnya Australia tahun 1993 setuju untuk membayar Aus$ 2.5 juta pertahun selama 20 tahun, sedang Inggris dan New Zealand membayar sekali gus saja masing-masing $ 12 juta.


Nauru yang dulu sekali.

Desa di Nauru pada jaman dahulu kala.

Pohon yang ridang dan lagoon yang banyak ikannya.

Uang hasil dari phosphat diinvestasikan di trust fund selama pertambangan phosphat dikuasai pribumi. Maksud investasi ini sama dengan dana abadi versi yayasan Super Semar, Ditjen Haji atau sejenisnya. (Imam Semar nyeletuk dalam hati, mana ada dana yang abadi kecuali uangnya uang sejati). Dengan berkurangnya cadangan phosphat dan menurunnya harga phosphat maka GDP Nauru pun menyusut. Bersamaan dengan meletusnya bubble di bursa teknologi tahun 2000, trust-fundnya rusak. Trust-fund yang mengelola properti di Australia dimakan oleh GE Capital melalui perangkap predatory loannya. Hutang Nauru trust-fund sebesar $ 240 juta (kira-kira 2 sampai 2.5 kali GDP nya) kepada GE Capital membuat Nauru bangkrut pada saat jatuh tempo. Ditambah lagi pada tahun yang sama (2000), negara-negara G7 memaksa Nauru untuk membersihkan sistem perbankan dari praktek pencucian uang. Pendapatan Nauru semakin terpuruk. Lapangan terbangnya ditutup karena tidak mampu melakukan perawatan. Tahun 2000 GDP nya turun menjadi $ 59 juta atau $ 5,000 per kapita. Tahun 2001 untuk menaikkan perekonomiannya, Nauru menerima pengungsi manusia-manusia perahu (boat people) dengan imbalan $ 20 juta dan insentif-insentif keuangan lainnya dari PBB dan Australia. GDPnya bisa dipertahankan $ 5000 per kapita. Sebenarnya tanpa bisnis pengungsi GDPnya hanya sekitar $3,000 per kapita tahun 2001. Pada tahun 2003 hutang kepada GE Capital memaksa Nauru menjual aset-aset propertinya di Australia. Gedung pencakar langit Nauru House, Sydney's Mercure Hotel and Royal Randwick Shopping Center, hotel-hotel Downtowner and Savoy Park Plaza di Melbourne terpaksa pindah tangan. Sisa hutangnya masih $ 33 juta lebih. Perwakilan Nauru di Australia dengan 30 orang staffnya terpaksa diusir dari gedung yang disewanya karena menunggak sewa gedung. Kasihan, Nauru bangkrut. Entah apa jadinya pada 2 tahun mendatang. Tahun 2006, pertambangan phosphat Nauru akan tutup, habis. Tanahnya rusak karena penambangan. Rakyatnya terbiasa jadi tuan besar dan mental budayanya tidak mampu memberikan service. Misalnya untuk jasa penampungan pengungsi. Akomodasi di kamp pengungsi sangat buruk. Mungkin Nauru akan mengalami set back ke tahun 1800.

Bukan permukaan bulan tetapi Nauru.

Belum nampak semua kerusakannya.

Kemakmuran dari hasil tambang? Atau ecological nightmare?

Mungkin Nauru bukan yang pertama yang kita bisa disaksikan. Brunei misalnya, tahun 2011 gasnya habis. Rakyatnya terbiasa menjadi tuan besar yang dilayani para pendatang. Kalau investasi-investasi Brunei di luar negri hancur karena resesi, hyperinflasi atau deflasi atau lain-flasi, bisa jadi nasib Brunei menjadi Nauru.

Kesalahan utama Nauru ialah ialah mengkonversikan asset yang tahan banting seperti phosphat – tahi burung yang bau, ke asset yang rawan permainan spekulasi. Di samping itu juga trust fundnya terlalu aggressive melakukan leverage. Phosphat yang notabene adalah tahi burung adalah asset yang tahan banting. Andaikata 100 ton bom jatuh di atas tahi burung ini, harganya tidak akan berubah. Sedangkan hotel dan real estate rawan spekulasi dan hancur dengan depresiasi. Tanpa pengelolaan yang baik hotel, pusat perbelanjaan dan real estate berubah dari asset menjadi liability. Kalau saja orang-orang Nauru sadar bahwa mereka tidak becus mengurus asset seperti real-estate atau saham dan hanya menduduki saja tahi burungnya dan menjualnya sedikit-sedikit dan memandaikan dirinya, mungkin mereka lebih makmur sekarang.


Kuala Lumpur, 15 Oktober 2005.

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Saturday, December 6, 2008

MENERKA – KAPAN MELETUSNYA KRISIS MONETER INDONESIA 2009


RINGKASAN CERITA MINGGU LALU
Selama 6 tahun terakhir ini, dimulai dari tahun 2002, investasi di Indonesia marak ditandai dengan meningkatnya kredit (Chart-1). Kredit ini bergerak sejalan dengan pembentukan bubble konsumsi di US yang didanai oleh hutang dan ekstraksi hipotek – orang mengambil uang dengan merestrukturisasi kredit perumahannya dengan memperpanjang waktu pelunasannya. Konsumsi ini juga didanai oleh murahnya kredit yang diberikan oleh Alan Greenspan – bank sentral (the Fed). Ekonomi dunia tumbuh dengan pesat. Ekonomi dunia ini bertumpu pada konsumsi di US yang dasarnya hutang. Pada saat hari perhitungan tiba, banyak hutang yang tidak bisa dibayar dan timbullah krisis subprime yang akhirnya menjalar kemana-mana.

Pertumbuhan kredit di Indonesia ditengarai juga bertumpu pada konsumsi US yang berlandaskan hutang. Sektor pertanian (perkebunan), pertambangan, industri manufakturing (Chart-2) semuanya berorientasi eksport. Apakah itu ke Cina (batubara misalnya), tetapi ujung-ujungnya adalah eksport ke US. Batubara digunakan untuk pembangkit tenaga listrik yang menggerakkan mesin produksi Cina. Saat ini ratusan ribu pabrik di Cina tutup dan tidak perlu batubara, atau bahan baku lainnya seperti timah, tembaga, seng dan sederet lagi.


Chart 1 (klik chart untuk memperbesar)

Kredit konstruksi dan perumahan juga mengalami peningkatan di Indonesia selama 2002-2008. Ini adalah akibat dari maraknya ekonomi yang sifatnya sementara.


Chart 2 (klik chart untuk memperbesar)

Krisis menelorkan pengangguran, kesulitan memperoleh kredit, yang ujung-ujungnya konsumsi berkurang. Pada saat konsumsi di US berhenti, pabrik-pabrik di Cina, India juga berhenti. Dan pasokan bahan baku dari Indonesia, Australia, Nigeria, Sudan, Malaysia, Brazil, Russia juga berhenti. Mesin-mesin produksi juga berhenti. Pengangguran meningkat....., akhirnya krisis merambat ke sektor-sektor lain.

Di Indonesia saat ini ada $40 milyar sampai $ 100 milyar kredit yang terbentuk mulai tahun 2002 – 2008 yang punya potensi menjadi bom kredit. Itu cerita minggu lalu. Sekarang kita mau melihat seberapa panjang sumbu bom ini. Artinya kapan bom ini bisa meledak, kalau tidak ada yang mematikan nyala di sumbu ini.

SUMBU PENDEK DAN SUMBU PANJANG
Kredit tidak akan menjadi masalah kalau pelunasannya ringan. Misalnya kalau tidak mampu boleh molor, atau mencicilnya sedikit-sedikit semampunya. Kredit juga tidak menjadi masalah kalau tidak pernah jatuh tempo, alias tidak perlu bayar pelunasannya. Kredit menjadi masalah kalau jatuh tempo pada waktu yang salah. Jatuh tempo pada saat kreditur kesulitan uang misalnya. Itulah biang keroknya.

Kredit tidak perlu dicicil sampai grace period habis. Grace period ini ada yang 1 tahun sampai 5 tahun. Walaupun untuk masing-masing sektor dan jenis kredit berbeda, kita bisa mengambil rata-ratanya. Rata-rata grace period untuk modal kerja adalah 1 tahun atau kurang. Sedang untuk kredit investasi bisa mencapai 4 atau 5 tahun. Kredit-kredit peruntukan modal kerja (peruntukan operation expenditure – opex) punya potensi sebagai kredit macet dalam waktu dekat ini. Bom sumbu pendek. Sedangkan kredit yang digunakan untuk pengeluaran kapital (capital expenditure), untuk membeli barang-barang modal, tidak terlalu perlu dirisaukan untuk jangka pendek ini, karena grace periodnya cukup lama. Chart-3 adalah data tadi Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan jumlah kredit untuk modal kerja dan untuk total kredit. Di tahun 2001 kredit modal kerja adalah 2/3 dari total kredit. Besarnya hanya sekitar Rp 150 triliun. Dan 7 tahun kemudian berlipat menjadi Rp 650 triliun. Kenaikan rata-rata 20% per tahun. Ini jauh dibandingkan dengan pertumbuhan GDP Indonesia yang berkisar 5% – 7%. Jelas pertumbuhan kredit ini bukan untuk menunjang pertumbuhan GDP indonesia.


Chart 3 (klik chart untuk memperbesar)

Chart-4 menunjukkan pembagian kredit modal kerja berdasarkan sektor. Kredit modal kerja peruntukan sektor industri (apapun artinya ini) adalah yang paling besar. Saya tidak tahu apakah agro-industri, industri laut termasuk sektor industri. Terlepas dari apa makna industri, kita asumsikan saja sebahai sektor manufakturing. kalau dilihat, dalam beberapa minggu ini mulai banyak buruh-buruh pabrik yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Misalnya berita dari Suara Pembaruan onine berikut ini [link]:

.....Kemudian, dari Bekasi, Jawa Barat, dilaporkan sedikitnya 3.000 pekerja terkena PHK. Hingga kini, 81 perusahaan mengalami kesulitan pembiayaan. Menurut Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kota Bekasi, Agus Darma Suwandi, pekerja yang akan terkena PHK berasal dari industri elektronik, otomotif, plastik, dan tekstil.

Terkait kondisi itu, Ketua Apindo Bekasi, Purnomo Narmiadi, pengusaha yang terkena dampak krisis ekonomi global telah berusaha menyelamatkan usaha dan karyawan. Namun, mereka memiliki keterbatasan, sehingga PHK tidak terelakkan.

"Keputusan itu adalah risiko pasar yang tak bisa dihindari. Produksi tiap-tiap industri menurun hingga 30 persen. Padahal, pengusaha telah menekan biaya produksi, seperti beralih menggunakan bahan bakar batu bara dan mengurangi kerja lembur," paparnya.

Seorang karyawan industri garmen di Bekasi, Nurhayati, mengaku sedih setelah di-PHK. Dia termasuk karyawan gelombang pertama yang di-PHK. "Saya di-PHK 30 Oktober lalu bersama 60 teman lainnya. Anak saya dua, saya kerja sudah 8 tahun, sedih hati saya karena suami saya di Cikarang juga katanya akan terkena PHK. Saya hanya bisa pasrah dan berharap pemerintah turun tangan," ujarnya.

Dari Bandung dilaporkan, pengurus Apindo Jawa Barat, Dedy Wijaya menyatakan sekitar 15.000 pekerja dirumahkan akibat krisis ekonomi global. Pihaknya terus berupaya mencari solusi guna menghindari PHK. Misalnya, pengusaha tekstil dicarikan pasar baru di negara-negara Timur Tengah. "Kebanyakan perusahaan yang mem-PHK karyawan adalah perusahaan yang menggantungkan pemasukan dari ekspor. Selain itu, perusahaan-perusahaan itu mempekerjakan banyak orang," katanya.

Last modified: 17/11/08


Potensi kredit modal kerja gagal bayar sangat tinggi. Ini adalah salah satu kemungkinan skenarionya:

1. Order menurun sejak tahun 2007

2. Perusahaan mengurangi produksinya dan tetap mempertahankan karyawannya. Karena modal kerja menipis, perusahaan mengambil kredit modal kerja lagi. Oleh sebab itu nampak adanya kenaikan kredit modal kerja yang meningkat drastis di tahun 2007 – 2008.

3. Karena sudah tidak tahan lagi, maka PHK dimulai. Perusahaan harus bayar uang pesangon. Ini membuat kas perusahaan semakin tipis. Proses ini sedang berlangsung.

4. Berikutnya yang belum terjadi adalah banyak perusahaan yang kehabisan modal kerja dan tidak bisa mencicil kredit modal kerjanya. Gagal bayar.

5. Bank akan menstrukturisasi hutang yang tidak bisa dibayar ini, tetapi percuma karena perusahaan sudah berhenti operasi.

6. Non Performing Loan NPL, kredit macet) bertambah di bank.

7. Bank menjadi tidak solvent akhirnya harus diliquidasi seperti bank Century.

8. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ambil aksi menyuntikan dana, sampai akhirnya LPS juga kehabisan dana. Semua simpanan nasabah tidak bisa diambil.

9. Pemerintah turun tangan, mencetak duit untuk disuntikkan ke bank-bank sakit. Inflasi – nilai uang turun sebanyak kredit yang tersangkut. Kredit macet ini menjalar ke kredit investasi yang grace periodnya habis. Krisis semakin besar.


Chart 4 (klik chart untuk memperbesar)

Kalau skenarionya seperti ini, tahun depan (2009) akan mulai muncul lagi kasus bank Century. Indonesia nampaknya agak tertinggal dibandingkan US. Ini bisa diterangkan bahwa perusahaan-perusahaan masih memenuhi order yang masih outstanding, belum dikirimkan.




LPS – LELUCON PLACEBO SONTOLOYO
LPS seharusnya singkatan dari Lembaga Penjamin Simpanan, tetapi saya plesetkan menjadi LELUCON PLACEBO SONTOLOYO. Karena keberadaan LPS itu seperti dagelan. Placebo artinya obat bohongan. Kalau pembaca sakit dan dikasih placebo oleh dokter, artinya dokter meresepkan obat dengan isi gula atau tepung terigu. Isi kapsul yang diresepkan untuk anda sama sekali tidak mengandung obat. Itu namanya placebo. Kalau anda sakit TBC atau malaria, jangan harap placebo bisa menyembuhkan penyakit anda.

Pada cerita minggu lalu kita perkirakan krisis ini akan memakan korban antara $40 - $100 milyar (Rp 400 triliun – Rp 1,000 triliun). Itu untuk semua jenis kredit. Untuk kredit sumbu pendek yang lebih dari 50% chancenya akan terjadi di tahun 2009, besarnya sampai Rp 450 triliun (paling besar Rp 450 triliun). Dengan peluang 90%, krisis Rp 250 triliun akan terjadi tahun 2009 ini. Dari mana angka Rp 250 triliun ini? Kalau dilihat kenaikan kredit modal kerja justru naik di awal US mengalami krisis tahun 2007. Kenapa?. Jawaban yang punya peluang benar adalah: banyak perusahaan mengalami kesulitan modal kerja dan perlu suntikan dana modal kerja. Wow!

Modal LPS hanya Rp 7 triliun dan uang giral (demand deposit) adalah Rp 270 triliun. Sekarang, katakanlah Rp 250 triliun kredit modal kerja itu macet. Apakah LPS bisa menangani? LPS saya sebut placebo karena LPS bukan obat untuk menjamin deposit nasabah di bank. Krisis keuangan bisa terjadi secara serentak – en masse. Dalam kondisi seperti ini, modal LPS yang Rp 7 triliun itu akan terlibas, habis. Untuk bank Century saja, LPS sudah menghabiskan Rp 1.5 – 2 trilun. Itupun banyak nasabah yang belum bisa mencairkan uangnya.

Jadi LPS adalah lelucon – dagelan, placebo (obat bohong-bohongan) yang sontoloyo. Sontoloyo karena ini menyangkut tabungan banyak orang. Orang akan memaki-maki pada saat tabungannya tidak bisa dicairkan. Dan ketika dicairkan nilainya sudah turun.

Persoalan utama dari LPS ini ialah menerapkan model asuransi umum (jiwa, kecelakaan dan kesehatan) pada penjaminan simpanan di masa krisis keuangan. Orang mati tidak serepak, sehingga klaim asuransi kematian/jiwa tidak serempak. Kecelakaan mobil di jalan tidak serempak 100 juta mobil sekali gus, melainkan hanya beberapa kecelakaan sehari. Tetapi kalau untuk asuransi simpanan di bank, kasusnya akan lain. Kalau tidak ada krisis ekonomi, LPS enak sekali, menerima premi tetapi 100% aman dari klaim. Tunggu sampai ada krisis ekonomi, datangnya klaim dan kewajibannya bak air bah. Kalau asuransi biasa (kecelakaan, jiwa, kesehatan), dengan modal Rp 7 triliun bisa dipakai menjamin Rp 270 triliun. Kalau untuk menjamin simpanan nasabah di bank, juga bisa.....asal tidak ada krisis kredit.


RENUNGAN
Ada beberapa pertanyaan dari pembaca EOWI. Ada baiknya kita bahas.

Kevin:
Mengutip dari EOWI: "krisis lebih tinggi dari $ 40 milyar punya peluang 90%."
Dibagian akhir tertulis : "Krisis yang akan datang masih berupa peluang belum terjadi dan masih ada peluang untuk tidak pernah terjadi."

Berarti peluang tidak terjadi adalah 10%, lalu tindakan apa kira2 yg dilakukan sehingga peluang tidak terjadi krisis bisa terjadi.

Orang islam banyak yang mengakhiri ceritanya dengan kata allahualam, hanya Allah yang tahu. Ini tidak berarti penulisnya tidak tahu apa-apa. Terjemahan yang lebih baik adalah “hanya Allah yang tahu selengkapnya”. EOWI tidak mengatakan allahualam tetapi “peluangnya sekian persen”. Disini mengandung arti bahwa EOWI tidak selengkapnya tahu. Kalau EOWI tidak tahu selengkapnya maka obat untuk menangkal krisis ini juga tidak tahu. Yang kami tahu ialah cara menghindari dampak krisis ini. Itupun bisa salah. EOWI tidak tahu dengan pasti 100%, bahwa akan ada bank yang kolaps sampai kejadian ini betul-betul terjadi. Juga mengenai skenario inflasi yang tinggi. EOWI pikir lebih baik sedia payung sebelum hujan. Kalau hujannya tidak jadi turun....., ya nggak apa-apa. Tidak rugi. Dalam hal krisis kredit mendatang, EOWI pikir cash (atau emas) di bawah kasur atau di dalam deposit box lebih aman dari pada di dalam rekening bank. Bunga 13%, tidak terlalu menggiurkan dibanding dengan resikonya.
Ada artikel di American Chronicle [link] anjurannya lebih dramatis lagi:

I´m warning anyone with more than $100,000 in savings to withdraw it immediately. Don´t Walk—RUN To the Nearest Branch of your bank And MOVE YOUR MONEY NOW!
.....I wrote some giant U.S. banks and insurance companies will be at risk for failure ‑ and even just ONE major collapse is likely to trigger a devastating chain reaction ... and send shockwaves throughout the entire world economy.



Silahkan baca selengkapnya. Cukup menarik.

Ada pembaca lain yang menanyakan mengenai stimulus ekonomi. Mungkin ini solusi untuk menangkal krisis ekonomi. Di US stimulus ekonomi bisa berupa uang gratis dari pemerintah (rabat pajak). Bisa juga disalurkan uang menyelamatan perusahaan dari kebangkrutan, jadi pegawainya tidak diPHK dan terima gaji tanpa kerja (dirumahkan). Kedit mudah, murah dan sembrono untuk orang yang tidak layak diberi kredit. Pokoknya orang dikasih jalan untuk konsumsi, walaupun akhirnya menjerumuskan masyarakat secara bersama kedalam neraka. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Bahkan untuk udara saja anda harus berusaha (bernafas) dan mengeluarkan energi. Uang gratis, kredit sembrono hanya menunda malapetaka yang lebih besar. Itu yang terjadi saat ini.

Di masa krisis seperti ini, lebih baik diam – makan, minum secukupnya. Kalau masih punya penghasilan/gaji ditabung untuk mengantisipasi krisis yang berkepanjangan. Kalau mau usaha harus dipikirkan matang-matang, siapa yang mau beli.

Ada pembaca yang mau membuka show room motor ada juga yang mau jualan makanan franchise. Pertanyaan saya, untuk jajanan apakah orang yang telah diPHK mau beli? Untuk motor, apakah ada bank yang mau kasih kredit motor? Sederhana saja. Untuk yang masih punya usaha dan masih berjalan, sudah saatnya untuk memikirkan bagaimana melanggengkan usaha ini dimasa krisis dan juga memikirkan exit strategy kalau keadaan memaksa. Jangan sampai modal habis dan tidak bisa bangkit ketika ekonomi membaik. Dalam setiap krisis selalu ada peluang besar. Tetapi peluang itu bukan usaha jajanan atau jualan barang-barang sekunder atau barang-barang modal. EOWI cenderung untuk melakukan capital preservation, sehingga pada saat ekonomi membaik, kita bisa bangkit.

Sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik.

Jakarta 6 Desember 2008.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.