___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, December 21, 2008

EKONOMI DAN MONETER 2008 – 2009

PENGANTAR
Tahun awal 2003, dalam pertemuan dan kopi-darat anggota-anggota KlubSaham.Com (KSC), saya menunjukkan sebuah grafik (Chart-1) yang menunjukkan besarnya hutang di US. intinya menunjukkan sebuah perbandingan antara akumulasi hutang di tahun 1929 dan tahun 2002. Pembengkakan kredit (Credit bubble) di tahun 1929 ditengarai sebagai penyebab terjadinya depresi 1930an. Dan hal yang sama bisa terjadi di dekade 2000an ini. Dan sifatnya adalah deflationary.


Chart 1

Krisis tidak meletus sampai 2007, sepanjang 2003 – 2007 kredit/hutang di US semakin membengkak dan mencapai kira-kira 380% dari GDP US. Bubble ekonomi adalah fenomena yang irrasional dan bisa tetap irrasional untuk jangka waktu yang lama. Ekonomi dunia sepanjang tahun 2003 – 2007 marak, dibiayai oleh pembengkakan kredit di US yang menjalar ke seluruh dunia. Harga bahan komoditi naik; kapasitas produksi di Cina, India dan emerging market naik. Bursa saham dan komoditi juga naik. Tahun 2003-2007 bak sprint ekonomi di kilometer terakhir sebelum kolaps kehabisan nafas. Baru tahun 2007 pembengkakan kredit ini pecah.

Dalam banyak segi, krisis kali ini punya kemiripan dengan krisis depresi 1930. Walaupun sampai saat ini banyak ekonom mengatakan bahwa krisis 2008 ini masih di bawah depresi 1930, kami di EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) mengatakan bahwa krisis 2008 ini ukurannya lebih besar dari krisis sebelumnya. Memang pemerannya berbeda. Pada krisis 1930, US berperan sebagai konsumen, produsen, sumber kredit, dan sumber bahan baku. Sekarang, peran-peran ini sebagian digantikan oleh Cina, India, emerging economies lainnya, Jepang sebagai produsen, US sebagai sumber kredit dan konsumen dan Australia, Canada sebagai sumber bahan baku. Dengan kata lain skala penjalarannya lebih luas.

Di akhir tahun 2008 ini EOWI akan mencoba membuat ringkasan mengenai krisis Ekonomi dan Moneter yang terjadi dan memberikan pandangan/opini tentang kelanjutan krisis ini.


KRISIS MONETER GLOBAL 2008
Badai krisis subprime mortgage yang melanda US tahun 2007 telah berubah menjadi badai krisis kredit di tahun 2008 karena bank dan institusi keuangan banyak yang menelan racun subprime dan menjadi saling curiga untuk memberikan kredit. Konsekwensinya adalah deleveraging di semua sektor investasi dan spekulasi. Harga saham dunia, harga bahan komoditas termasuk perak berguguran. Emas karena uang sejati tidak mengalami tekanan yang berat. Pergerakan harganya selama tahun 2008 masih dalam batas-batas perdagangan siklus tahunannya. EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) berharap kinerja emas akan sama dengan siklus tahunannya di 2009, yaitu rally antara November 2008 – Februari 2009. Sedangkan saham-saham emas akan bangkit dari keterpurukannya. Bagi EOWI keterpurukan harga saham emas di tahun 2008 merupakan rejeki nomplok, karena merupakan kesempatan untuk mendapatkan saham dan option murah.

Krisis kredit 2008 ini cukup kuat dan telah memakan korban raksasa-raksasa keuangan di dunia, mulai dari Northern Rock (Inggris), Bear Stearns (US), Countrywide (US), Merrill Lynch (US), IKB Bank (Jerman), Lehman Brothers (US), Fannie Mae, Freddie Mac (US), AIG (US) dan masih banyak lagi. Mereka ini dipaksa merger dengan perusahaan lain atau dibiarkan bankrut. Atau ditolong pemerintah dengan menasionalisasikan seperti Freddy & Fannie, AIG (US); Northern Rock dan Bradford & Bingley plc (Inggris). Daftar ini belum termasuk institusi keuangan yang sekedar mengalami kesulitan besar seperti bank UBS (Swiss) atau Citigroup (US), Royal Bank of Scotland (UK).

Krisis kredit membuat kredit menjadi mahal dan susah diperoleh. Bank-bank komersial tidak mau menyalurkan kredit lagi dan tidak memperpanjang kredit yang jatuh tempo. Tentu saja akan memaksa para investor untuk mengurangi leveragenya. Itu untuk yang bisa. Deleveraging terjadi. Bursa saham, surat hutang dan komoditi rontok karena di sektor ini banyak investor bermain dengan leverage yang tinggi. Ini terjadi di semua lini, dari mulai lini spekulasi saham, komoditi sampai dalam investasi langsung di sektor riil.

Nasib yang paling tragis dialami oleh negara yang hidupnya dari uang panas dan penuh dengan leverage, seperti Iceland yang berbasis jasa keuangan, mengalami keruntuhan finansial. Tiga bank besarnya (Kaupthing, Landsbanki, Glitnir) runtuh karena mengalami kesulitan memenuhi kewajiban (hutang) jangka pendeknya dan tidak bisa mejadwal-ulang hutang jangka pendeknya. Para nasabah terutama di Inggris menarik depositnya membuat bank-bank ini kolaps. Krisis di Iceland ini mengancam negaranya kearah kebangkrutan. Iceland yang GDP per kapitanya US$65,000 (no 4 di dunia) berada di tepi jurang kebangkrutan. Krisis Iceland ini akan membebani kira-kira $55,000 setiap anak dan orang dewasa di Iceland.

Dan di sektor riil, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan kredit untuk modal kerjanya (operating expenditure) dan/atau modal investasinya (capital expenditures) akan terancam bangkrut. Tanpa perpanjangan kredit, nyawa perusahaan yang sarat kredit ini akan putus. Tiga raksasa otomotif US sedang sekarat karena mengalami kesulitan kredit ini.

Tidak hanya 3-raksasa otomotif US yang terancam bangkrut karena krisis kredit, tetapi hampir semua perusahaan di dunia yang tergantung dari kredit, juga terancam bangkrut. Keengganan kreditur untuk memperpanjang kredit yang jatuh tempo, memaksa para debitur untuk mengumpulkan dana untuk pembayaran kreditnya yang jatuh tempo. Dana itu kebanyakan dalam US dollar. Permintaan US dollar naik membuat dollar menguat terhadap semua mata uang negara yang mengandalkan kredit untuk FDI (Foreign Direct Investment)nya. Indeks dollar pun naik (Chart-2). Repatriasi US$ akan berlanjut ke 2009 seiring dengan lesunya ekonomi yang memaksa perusahaan untuk menciutkan kapasitasnya bahkan tutup.


Chart 2 (klik Chart untuk memperbesar)

Akibat membayaran pelunasan kredit investasi dan kredit modal kerja ini, banyak negara-negara yang neraca pembayarannya (current accout) yang tadinya surplus, menjadi menciut bahkan untuk Indonesia menjadi negatif, - $89 juta [link].

Korea dan Russia yang mempunyai cadangan devisa besar, juga mengalami tekanan di mata uang mereka karena keluarnya dana asing. Russia yang mempunyai cadangan devisa no 3 didunia, mengalami penggerusan cadangan devisanya secara pasti. Sampai 31 Oktober 2008, selama 12 minggu seiring dengan kenaikan US dollar (lihat Chart-2) cadangan devisa Russia turun 19% menjadi $484.6 milyar. Bank Rossii, sentral bank Russia mengalami kesulitan mempertahankan nilai rubel. Antara bulan Juli 2008 dan Desember 2008, Rubel Russia jatuh 22% terhadap US dollar.

Hal yang sama terjadi juga dengan Korea dan banyak negara lain. Seperti Indonesia telah menghabiskan 20% (atau US$ 10 milyar) dari cadangan hanya dalam 2-3 bulan untuk mempertahankan nilai tukar rupiah yang akhirnya jatuh dari Rp 9,200 pada bulan September 2008 ke Rp 12,000 di bulan November 2008, jatuh 30%. Won Korea jatuh 50%! Selama tiga bulan itu. Rupee India minus -20%. Selama kebekuan kredit dan repatriasi dollar belangsung dollar berpeluang menguat terus. Hanya Yen yang bisa bertahan, malah US dollar justru melemah terhadap yen.

Krisis kredit ini juga menguak skandal-skandal penipuan, apakah itu nama ABS (Asset Backed Scurities) yang sangat halus, atau Ponzi scheme yang kasar. Tahun 2008 ini diakhiri dengan skandal Bernard Madoff dengan Ponzi scheme (sistem piramid) yang menelan korban sebesar US$ 50 milyar, sebesar cadanngan devisa Indonesia. Catatan: Seharusnya sistem penipuan piramid ini di sebut Madoff scheme, karena Charles Ponzi hanya berhasil meraup $10 milyar, dan jauh di bawah Madoff yang meraup $ 50 milyar.

Krisis kredit ini akan menjelma secara penuh menjadi krisis ekonomi global di tahun 2009. Cina sudah menutup ratusan pabrik-pabriknya. Raksasa produsen mobil US, General Motor(GM), Ford dan Chrysler diambang kebangkrutan. Dan banyak lagi sedang antri, tetapi sebelum membahas mengenai krisis ekonomi global 2009, kita bahas dulu krisis moneter 2008.


KRISIS EKONOMI GLOBAL
Kegiatan di sektor manufakturing pada dasarnya sudah turun drastisi pada tahun 2008. Pengiriman bahan-bahan mentah bak berhenti. Index BDI – Baltic Dry Index yang menggambarkan biaya pengiriman bahan baku melalui laut turun dari level 12000 menjadi 650 saja. Penurunan harga pengapalan yang demikian drastis hanya mungkin karena tidak ada pengapalan, paling tidak, pengapalan bahan-baku turun drastis. Jadi jangan heran kalau harga bahan baku seperti minyak, batu-bara, logam dasar, minyak sawit, dan lain sebagainya juga mengalami penurunan yang drastis. Karena inilah sumber penurunan bisnis pengapalan.


Chart 3 (klik Chart untuk memperbesar)

Tabel berikut ini menunjukkan penurunan bahan-bahan komoditi dari titik puncaknya. Kejatuhan ini sudah diprojeksikan EOWI [link:]


(klik table untuk memperbesar)

Tahun 2008 adalah awal dari krisis ekonomi global. Ratusan pabrik di Cina yang membuat barang untuk konsumsi di US terpaksa tutup. Di Indonesia, katanya hal seperti ini belum terjadi, namun mengurangi kegiatan produksinya sudah terjadi. Puluhan ribu karyawan sudah dirumahkan. Dari sektor manufakturing, pertambangan dan perkebunan nantinya akan merambat ke sektor-sektor lain.

Berbeda dengan US, dimana krisis dimulai dari sektor finansial, krisis di negara-negara dengan ekonomi berbasis ekspor Cina, Malaysia, Indonesia, Korea atau Russia, pukulan pertama datangnya dari mesin produksi mereka yang kelebihan kapasitas. Kredit yang selama 5 tahun terakhir ini dikucurkan baik sebagai kredit modal kerja atau sebagai kredit investasi berpotensi gagal bayar. Karena kredit ini digunakan untuk melakukan ekspansi kapasitas dalam rangka mengimbangi permintaan yang semu (tidak langgeng). Cina misalnya, dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, menambah kapasitas terpasang pembangkit tenaga listriknya 100 ribu mega watt per tahun sehingga menjadi 500 ribu mega watt untuk menunjang ekspor barang-barang konsumsi (Bandingkan dengan kapasitas terpasang di Indonesia hanya 25 ribu mega watt). Tenaga listrik yang sedemikian besarnya digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin produksi ekspornya. Dengan ditutupnya banyak pabrik-pabrik, entah mau dikemanakan kelebihan kapasitas listrik Cina itu.

Di Russia, Venezuela, Iran yang ekonomi dan budget pemerintah mengandalkan komoditi minyak atau bahan komoditi tambang lainnya, akan mengalami kesulitan dalam anggaran belanja dan pendapatan mereka. Perekonomiannya yang didominasi aktifitas pemerintah, terpukul dengan jatuhnya harga minyak dari $147/bbl ke $36/bbl (atau bahan tambang lainnya) dan akan lebih terpukul di tahun 2009 nanti.

Di Indonesia, bulan November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring [link] Kemudian ternyata problemnya lebih parah dari sekedar kalah kliring. Tabungan nasabah kemudian dibekukan sampai akhirnya LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) mengambil alih bank ini dan mengucurkan dana sebesar Rp 2 triliun. Surat kabar tidak memberitakan apa sebabnya Bank Century menjadi tidak solvent. Kalah kliring adalah akibat dari penyakit yang diderita bank Century. Sebab-musabab sakitnya Bank Century ini tidak pernah diberitakan media massa.

November 2008 ini juga terkuak kredit macet PT Tripanca, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa perdagangan bahan komoditi hasil pertanian. Sebabnya jelas, yaitu jatuhnya harga komoditi. Kejatuhan harga kopi dan barang-barang komoditi hasil pertanian lainnya membuat perusahaan ini tertimpa kerugian dan kreditnya sebesar Rp 1.7 triliun macet [link] . Bank yang terkena Bank Mega, Deutsche Bank, Bank Ekspor Indonesia, BRI, dan Bank Mandiri.

Saat ini menurut data Bank Indonesia (BI) ada $138 milyar (atau Rp 1500 triliun) kredit di Indonesia dan sebagian berpotensi untuk gagal bayar karena berada dalam domain-domain yang mengalami tekanan deflasi, seperti pertanian, pertambangan, manufakturing dan properti. Dan dari jumlah itu, Rp 650 triliun adalah kredit modal kerja yang berjangka pendek. Dampak perlambatan ekonomi akan segera terdeteksi dalam 24 bulan ini melalui jumlah gagal bayar kredit modal kerja ini. Banyak perusahaan tidak siap. Penjualan turun, harga juga turun, akibatnya pemasukkan juga turun. Buruh masih menuntut kenaikan gaji, akhirnya PHK tidak bisa dihindari. Keuntungan menurun, modal termakan dan kredit menjadi macet. Itulah skenario yang mungkin terjadi dalam 24 bulan kedepan.


TINDAKAN PENYELAMATAN DAN STIMULUS EKONOMI
Seperti biasa, dalam situasi seperti ini bank-bank sentral bereaksi dengan mencetak banyak uang. Pada saat ini pemerintah US (bersama the Fed) telah menyediakan dana sebesar US$8.5 triliun (lihat table di bawah) dan Eropa kira-kira $5 triliun, Cina $ 560 milyar sebagai paket stimulus dan penyelamatan ekonomi. Suku bunga bank sentral menuju 0%. The Fed sudah menurunkan target the Fed rate menjadi 0 – 0.25%. Pada dasarnya sudah seperti suku bunga bank sentral Jepang, yaitu mendekati 0%.


(klik tabel untuk memperbesar)

Satu senjata the Fed sudah kehabisan peluru – yaitu suku bunga the Fed. The Fed tidak bisa menurunkannya lebih jauh lagi. Walaupun keduanya mempunyai nama depan sama, ternyata the Fed di bawah Benjamin Bernanke ketua the Fed 2008 lebih cerdik dari pada Benjamin Strong ketua – de facto – the Fed 1928 atau George Harrison (ketua the Fed 1928 -1940). Ben Bernanke tidak hanya bermain dengan suku bunga dan operasi pasar yang tradisionil, tetapi juga menciptakan banyak senjata-senjata baru. Yaitu monetesasi hutang. Ben Bernanke mungkin sudah menyadari bahwa untuk menangkal deflasi, dia harus mencetak banyak uang – kredit. Tetapi kalau tidak ada bank yang mau menyalurkan uang/kredit itu atau tidak ada yang mau pinjam, maka Ben akan tertimbun oleh uang hasil cetakannya sendiri. Nasionalisasi penuh lembaga-lembaga keuangan seperti Freddie dan Fannie, diharapkan pemerintah bisa mempermudah penyaluran kredit. Masalahnya sekarang adalah kelangkaan pengambil kredit. Dalam lingkungan deflationary, konsumen cenderung untuk menunda konsumsi. “Nanti harganya masih bisa jatuh” pikir mereka. Bahkan untuk kebutuhan primer pun makin banyak orang yang berhemat. Ada kasus yang menarik di insideedition.com tanggal 12/3/2008. Sepasang manusia, Kerri Leonard dan Christopher Greenslate, bereksperimen untuk hidup dengan $ 1 sehari [link]. Berhadapan dengan sikap seperti ini para bank sentral akan mengalami kesulitan untuk menstimulir konsumsi dan ekonomi.

Selanjutnya produsen tidak bisa berproduksi. Dan ekonomi masih akan mandeg. Dengan tingkat pengangguran 7.7% di Eropa dan di atas 6.7% di US (jangan sebut negara berkembang yang datanya sering meragukan) di bulan Desember 2008, apakah konsumsi bisa pulih, walaupun pemerintah yang bersangkutan mengirim check ke konsumen. Faktor prilaku konsumen tidak (belum) diperhitungkan oleh Ben Bernanke, Trichlet dan sentral banker lainnya. Mungkin mereka harus belajar kepada Gideon Gono, gubernur bank sentral Zimbabwe yang telah sukses membuat inflasi yang dahsyat di negaranya.

Obama presiden terpilih US merencanakan akan menghabiskan $700 milyar untuk projek-projek infrastruktur dalam rangka menstimulasi ekonomi. Diperkirakan akan dengan mudah mlewati angka $1 trilliun. Seperti “New Deal” di masa depresi 1930. Cina juga akan menyalurkan sebagian besar dana stimulus itu ke projek infrastruktur. Kalau FD Roosevelt tidak berhasil, juga Jepang pada tahun 90an, lalu apa yang membuat sekarang bisa berhasil? Ada perkataan Nouriel Roubini dari New York University

"A severe global recession will lead to deflationary pressures. Falling demand will lead to lower inflation as companies cut prices to reduce excess inventory. Slack in labour markets from rising unemployment will control labor costs and wage growth. Further slack in commodity markets as prices fall will lead to sharply lower inflation. Thus inflation in advanced economies will fall towards the 1 per cent level that leads to concerns about deflation.

"Deflation is dangerous as it leads to a liquidity trap, a deflation trap and a debt deflation trap: nominal policy rates cannot fall below zero and thus monetary policy becomes ineffective. We are already in this liquidity trap since the Fed funds target rate is still 1 per cent but the effective one is close to zero as the Federal Reserve has flooded the financial system with liquidity; and by early 2009 the target Fed funds rate will formally hit 0 per cent. Also, in deflation the fall in prices means the real cost of capital is high - despite policy rates close to zero - leading to further falls in consumption and investment. This fall in demand and prices leads to a vicious circle: incomes and jobs are cut, leading to further falls in demand and prices (a deflation trap); and the real value of nominal debts rises (a debt deflation trap) making debtors' problems more severe and leading to a rising risk of corporate and household defaults that will exacerbate credit losses of financial institutions."

- Professor Nouriel Roubini of New York University (6 Desember 2008)

Ternyata sang professor meleset sedikit. Ben Bernanke sudah menurunkan suku bunga the Fed mendekati 0% pada 17 Desember 2008, hanya 2 minggu setelah Roubini mengeluarkan pernyataan itu.


PASAR HUTANG DAN TREASURY BUBBLE
Mazhab ekonomi Keynesian dan demokrasi menciptakan kultur bubble. Bubble demi bubble datang dan pergi. Bubble kredit meletus ditahun 2007, muncul bubble baru di sektor treasury – hutang pemerintah. Demokrasi memicu agar pemerintah populer. Untuk bisa terpilih, maka harus populer. Dengan masa jabatan maksimum 10 tahun (2 kali pemilihan), pemerintah tidak perduli tentang konsekwensi jangka panjang di atas 10 tahun. Mazhab Keynesian memberikan jalan bagaimana mengobok-obok ekonomi sehingga suatu rejim bisa melakukan pengeluaran belanja yang diperlukan untuk tetap populer walaupun dengan defisit.

Di bulan Desember 2008 ini terjadi beberapa hal yang penting. Surat hutang negara US dengan maturity 1 bulan (1 mo US treasury) mempunyai yield yang nol dan menjadi negatif jika biaya administrasi dimasukkan. Sebanyak $30 milyar US treasury bill (1 mo) laku dengan yield nol dalam pelelangan tanggal 9 Desember 2008. Yield dari US treasury 10 dan 30 tahun juga turun. Investor lari ke tempat yang katanya aman. Investor bersedia rugi untuk memparkir uangnya di tempat yang katanya aman! Apa betul aman?

Kalau dilihat, penurunan yield 10 yr atau 30 yr US Treasury Bond sangat drastis akhir-akhir ini akibat investor secara irrasional lari ke tempat yang aman. Jatuhnya yield treasury membentuk air terjun atau parabolic drop (Chart-4) sampai menembus koridor trading bawahnya. Biasanya hal yang semacam ini menunjukkan akhir dari suatu secular market - fase irrasional. Saya tidak mengharapkan besok atau bulan depan market telah berbalik arah. Investor bisa irrasional lebih lama dari yang kita harapkan. Bond secular bull market yang sudah berumur 26 tahun (dimulai dari tahun 1982), pastinya sudah tua. Tetapi transisi pergantian ke secular bull market tidak akan terjadi dalam sekejap.


Chart 4 (klik Chart untuk memperbesar)

Banyak alasan fundamental kenapa bond sekular bull market harus berakhir. Seperti, sulit untuk mengatakan bahwa treasury bond 30 tahun disebut aman. Pemerintah US punya kewajiban-kewajiban dimasa datang (Chart-5) yang harus dipenuhi yang tidak ada dananya. Budget pemerintah diprojeksikan akan meningkat terus. Dan akan terjadi celah antara pendapatan dengan pengeluaran, alias defisit.


Chart 5 (klik Chart untuk memperbesar)


US Government Accountability Office -US memprojeksikan bahwa defisit pemerintah US akan mencapai 25% dari GDP pada tahun 2050 naik dari 5% pada tahun 2008 ini (Chart-6). Dan ini tidak akan bisa langgeng. (Bagi pembaca yang tertarik pada laporan ini bisa men-downloadnya disini:


Chart-6 (klik Chart untuk memperbesar)

Bagaimana cara pemerintah US membayar hutangnya? Apakah 30 yr US treasury bond bisa dikasih rating AAA? Pemerintah US tidak punya jalan lain kecuali mengemplang hutangnya.

Hal yang sama berlaku untuk 10 yr treasury. Defisit tahun 2018 mungkin sudah bisa mencapai 15% dari GDP. Hutang akan terus di-roll-over. Yang pasti EOWI tidak akan ikut terjun ke US Treasury, karena bullnya sudah tua sekali.

Walaupun yield dari US Treasury rendah, suku bunga the Fed rendah, tidak berarti semua suku bunga turun. Mortgage di US masih tinggi. Bunga kredit card juga tinggi. Di Indonesia, suku bunga deposito naik ke level yang lebih tinggi dari 10%. Lelang hutang pemerintah Indonesia (sukuk, ORI dan SUN) tidak dapat sambutan. Artinya, apa yang dilakukan the Fed dan bank sentral negara maju, tidak banyak mempengaruhi suku bunga lainnya. Harga bond yang disitir di Markit masih hancur-hancuran (Chart-7). Memang suku bunga LIBOR sudah agak turun. Untuk 1 yr LIBOR sudah di bawah 3% (Chart-8).


Chart 7 (klik Chart untuk memperbesar)



Chart 8 (klik Chart untuk memperbesar)


BURSA SAHAM DAN EMAS 2008 – 2009
Bursa saham dunia selama 2008 mengalami tekanan dan turun. Hampir sektor terkena tekanan jual. Fund manager terpaksa menjual portfolionya tanpa pandang bulu akibat tekanan deleveraging dan redemption. Bahkan saham perusahaan yang dipimpin oleh Warren Buffet, Berkshire Hathaway, juga turun sebanyak 50%. Tidak hanya Berkshire Hathaway saja, banyak saham yang secara fundamental bagus terkena tekanan jual. Inilah sifat dari deflasi dan credit crunch.

Di akhir 2008 nampak sudah sangat oversold dan punya potensi rebound. Tarik menarik antara fundamental ekonomi dan teknikal terjadi. Secara fundamental ekonomi masih akan menghadapi keadaan yang lebih buruk. Jangan harap dunia usaha juga bagus dan perusahaan jangan harap bisa perform dengan baik. Pada radar EOWI ada 50%-50% peluang bursa saham akan rebound. Dan setelah itu, bear market masih akan menguasai arena.

Sektor emas ditahun 2008 agak mendua. Saham emas mendapat tekanan hebat sehingga indeks HUI jatuh dari level 500 ke level 170an akibat deleveraging dan redemption. Sedangkan emasnya agak tertekan tetapi masih bergerak dalam batas-batas fluktuasi trading tahunannya. Di bulan Desember 2008 juga terjadi apa yang disebut backwardation, yaitu harga emas di spot market lebih mahal dari pada di pasar berjangka. Harga emas di pasar berjangka untuk delivery Desember 2008 lebih rendah 1.6% dari pada di spot market. Demikian juga dengan kontrak delivery February 2009, terjadi gap -0.35%. Kalau mau dipikir secara logis, kenapa orang mau membeli emas sekarang lebih mahal dari pada nanti. Membeli nanti, jika harganya lebih murah, akan lebih menguntungkan. Bukankah uangnya bisa dibungakan dulu? Kami berpendapat bahwa tekanan untuk memperoleh emas sekarang cukup besar sehingga investor mau membeli dengan premium. Dan ada kemungkinan bahwa investor ingin membeli fisik, bukan kertas tetapi diperkirakan penjual tidak bisa melakukan delivery fisik. Bukan tidak mungkin dimasa datang pemain pasar kertas emas akan meminta delivery fisik. Ini yang akan membuat pasar heboh.

Perbedaan antara harga di pasar fisik dan di pasar kertas nampak terlihat jelas di sektor perak. Di pasar kertas, harga perak hanya $10 - $11 per oz di akhir 2008 ini. Tetapi kalau dilihat di EBAY, harga perak yang ditawarkan sampai $15/oz. Cepat atau lambat perbedaan ini akan mengecil. Dan kalau trennya adalah meminta delivery fisik maka, pasar kertas akan mengikuti pasar fisik.

Saat ini investasi yang terbaik adalah di sektor emas. Dengan yield treasury yang demikian kecil, resiko pembayaran (defisit belanja pemerintah US) dimasa depan serta sudah tuanya treasury bull, membuat sektor treasury tidak menarik dibandingkan emas. Sektor treasury tinggal menunggu saatnya beruang keluar.

Krisis kali ini sifatnya deflasionary, artinya kolaps nya kredit. Konsekwensinya harga-harga turun, permintaan barang turun, ekspansi kreditpun mereda, bahkan bisa negatif. Dimasa mendatang surat kabar dan media massa akan banyak menggunakan kata-kata yang diawali dengan huruf “D”, depression, deflation, deleveraging, devaluation, default, entah “D” apa lagi. EOWI tetap berpendapat emas adalah investasi yang defensif selama krisis deflationary. Surat hutang pemerintah (US atau Indonesia atau Ekuador) punya resiko gagal bayar. Ekuador baru saja membuktikannya di akhir tahun ini. Banyak negara yang mengalami pemiskinan. Indonesia mengeluarkan sukuk (bond syariah) dengan agunan Gelora Bung Karno. Mungkin disuatu masa nanti agunannya adalah istana negara – istana Merdeka. Apa bukan sudah hampir bangkrut?

Deflasi, hutang yang menumpuk dimata para pemimpin dan politikus tidak bagus. Mereka beramai-ramai berdoa kepada Tuhan supaya diberi inflasi. Tuhan maha Pemurah, para pemimpin dan politikus akan diberi inflasi dan banyak pula. Kita juga diberiNya walaupun tidak minta. Harus maklum Tuhan maha Pemurah. Oleh sebab itu para calon pensiunan dan penabung berhati-hatilah.

Jaga investasi, tabungan dan kesehatan anda baik-baik. Semoga anda sukses mengarungi tahun 2009 yang penuh dengan badai ekonomi.

Jakarta 20 Desember 2008

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

5 comments:

hmin918 said...

sepertinya saya tidak seorang diri melihat adanya bubble di US T-bond.

Selama US bisa membuat gold fluktuasi mungkin bubble T-bond bisa ditahan. Begitu gold stabil.. the USD T-bond bubble will burst

michael said...

Pak IS,

Sebelumnya saya pernah membaca artikel bapak untuk full amunisi di emas dan Minyak.

Apakah sekarang saatnya masuk ke minyak untuk long/call? Lebih baik masuk ke saham minyak atau ETF seperti USO?

Thanks pak dan semoga sehat selalu

Imam Semar said...

@Michael
Pada waktu itu memang sudah sangat oversold (long term dan short term)dan punya potensi teknikal rebound di sektor emas dan komoditi. Emas sudah rally lebih dari $100, saham emas dan minyak/komoditi juga sudah rally, sehingga sudah mengalami short term overbought. Saya pribadi sudah mengurangi eksposure 50%. Jadi kalau rally masih berlanjut saya masih bisa ikut, tetapi kalau koreksi saya bisa ambil lagi di bawah nantinya.

Saya akan mulai collect perlahan-lahan minggu ini dan minggu depan.

Ada satu hal harus diingat untuk minyak dan bahan komoditi, bahwa secara fundamental tidak bullish, hanya teknikal rebound yang dicari. Karena itu saya lebih menyukai sahamnya, karena saham minyak lebih terbantai dan lebih indiskriminatf terbantainya, sehingga memungkinkan memperoleh saham yang fundamentalnya bagus. Dalam hal ini saya suka NOV. Saham ini telah memberikan coan 100% di $20 call Jan 2009, yang sudah saya lepas dan mau saya gantikan dengan $25 call May 2009, nanti...., baru mencoba mengincar pada waktu yang tepat.

Karena sifat rally sektor komoditi adalah teknikal, bukan fundamental, jangan lupa menggunakan trailing stop untuk mencegah kerugian yang besar, dan take profit untuk mencegah kerugian jika angin berubah.

Imam Semar said...

@Michael,
Minyak kelihatannya akan men-test level $33 - $34. Entry point yang bagus.

Anyway, kalau mau masuk, lakukan riset dulu, saham mana yang fundamentalnya bagus. Saham yang demikian punya potensi rebon yang kuat.

Sekedar tips. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa bond sudah sangat oversold.

Saya masuk di TLT Jan 2009 put $120. Ini sifatnya sangat short term. Ada gap di 120 - 117 dan naiknya TLT (20 yr bond) sangat parabolik.

http://finance.yahoo.com/echarts?s=TLT#chart1:symbol=tlt;range=1y;indicator=volume;charttype=line;crosshair=on;ohlcvalues=0;logscale=on;source=undefined

Untuk permainan ini, diperlukan kecepatan main yang tinggi.

michael said...

Dear Pak IS,

Saya kebetulan untuk main cepat saat ini sepertinya belum siap, untuk main jangka menengah dan panjang, boleh minta sarannya pak?

Jadi dapat saya simpulkan kalau OIL secara fundamental bearish?
Berarti kecil kemungkinan OIL untuk tahun depan bisa kembali minimal ke level USD 60/barrel?