___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, January 13, 2019

Dari Demokrasi ke Kakistokrasi (Bagian II)



IT'S DEFISIT....., STUPIIID!

Pengikut, Cebong dan Kampret (Tipuan dan Pengelabuhan)
Ada cebong ada kampret. Cebong gampang ditipu karena hidupnya terkungkung di kolam saja. Sedang kampret melihat sesuatu sering terbalik. EOWI termasuk yang mana? Mau tahu? EOWI termasuk Porchia. Porchia lahir dengan kecerdasan  yang cukup dan selalu menggunakan kecerdasannya. Pada umur 3 bulan Porchia sudah mampu mengenal apa arti “sit”, “bark”, “salim”, “out” dan “down”. Pada umur 3 bulan sudah lulus potty-pot training, pupup di luar rumah.

Antara team sukses cebong dan team sukses kampret ada perbedaan kualitas. Team sukses cebong lebih pintar dan tersamar dari pada kampret. Tapi keduanya sama-sama bohong.

Kalau kampret bohongnya sangat mudah dibuktikan bohong. Yang baru saja, ada kasus Ratna Sarungpaet, kasus 7 kontainer yang berisi kartu vote yang sudah dicoblos, ada Rp 100 ribu cuma dapat cabe. Tempe setipis kartu ATM....dan kebohongan sejenis itu.

Pengelabuhan Sukses
EOWI tidak akan membahas tentang kampret, karena memang mudah dibuktikan salah. Sedangkan untuk hoax kebohongan para cebong harus dikorek dan dijelaskan detail-detailnya. Ada cebong yang mengerti, ada juga yang tidak. Maklum, jika cinta sudah melekat, tahi ayam serasa coklat.

Minggu lalu beredar video mengenai perjanjian penggunaan mata uang lokal antara Malaysia, Thailand dan Indonesia. Katanya dengan perjanjian ini dibuat persepsi seakan Indonesia tidak akan mengalami kesulitan kekurangan dollar. Selamat tinggal dollar kata video cebong ini.

Seorang Cebong dengan bangganya menyebarkan pengelabuhan (mischief)

Persepsi adalah persepsi. Kenyataannya bisa sama dan bisa beda. Kalau perjanjian ini, dipersepsikan akan menyelesaikan defisit pembayaran Indonesia. Betulkah itu?

Misalnya, kalau Indonesia membeli barang Malaysia menggunakan rupiah. Kemudian Malaysia bisa menggunakan rupiah yang diperolehnya untuk membeli barang Indonesia. Jadi rupiah Indonesia kembali ke Indonesia. Dalam kasus seperti ini tidak ada persoalan yang timbul.

Tetapi, kalau Indonesia selalu membeli barang yang lebih banyak dari Malaysia, maka akan selalu ada rupiah yang mengendap di Malaysia. Dan lama-lama menupuk banyak dan menjadi masalah bagi Malaysia. Rupiah tinggal rupiah. Mau dibelikan barang Zimbabwe atau Haiti sekalipun, mereka tidak mau terima. Bagi mereka rupiah itu bak uang mainan monopoli.

Cebong tentu akan berargumen: “.....’Kan masih ada Thailand..”

Itu benar bisa menyelesaikan masalah jika:
  1. Indonesia tidak mengalami defisit dengan Thailand bahkan harus surplus
  2. Malaysia surplus dengan Thailand

Jika Indonesia juga defisit dengan Thailand, maka Thailand pun akan sudah kebanjiran rupiah dari Indonesia. Jadi sebenarnya Thailand pun mau melepas rupiahnya kepada yang mau terima sebagai pembayaran. Tidak udah berpikir Korea sebagai tempat penampungan rupiah, Zimbabwe atau Haiti sekalipun, tidak mau terima. Jadi....., cepat atau lambat Malaysia dan Thailand akan sadar bahwa perjanjian ini adalah omong kosong, jika Indonesia terus defisit.

Sekarang pembaca sudah paham ‘kan problemnya? Sekarang bagaimana keadaan neraca yang sebenarnya?

Issue Yang Sebenarnya
Chart di bawah menunjukkan bahwa Indonesia selalu defisit dalam perdagangan dengan Malaysia dan Thailand. Dengan Malaysia, defisit Indonesia dikarenakan impor migas dari Malaysia. Sedang dengan Thailand dikarenakan impor non-migas, dan itu bisa ditebak – bahan makanan.


Walaupun selalu defisit, ada trend bahwa setidaknya  tahun 2013 – 2015 trendnya mengecil defisitnya. Walaupun tahun 2016 sampai 2018 defisit ini melebar kembali. Kalau ada argumen bahwa dikemudian hari defisit ini akan menghilang dan neracanya bisa seimbang, maka mungkin ini adalah impian saja. Adanya perjanjian ini karena Indonesia punya persoalan pembayaran dengan mata uang dollar. Current account mengalami defisit sejak lama. Bagaimana ceritanya perdagangan dengan Malaysia dan Thailand bisa surplus dengan perjanjian penggunaan mata uang lokal? 

Perlu mukjizat!!!! Yang mukjizat yang hebat pula. Kalau hanya mukjizat kelas pawang hujan, sulit untuk terjadi pembalikan neraca perdagangan sehingga menjadi berimbang. 

Mungkin kyai Amin Ma’ruf mau mencoba mukjizanya?


Pembaca yang smart, ada perbedaan kelas yang jelas antara kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Kelas Penyiksaan Operasi Plastik Ratna Sarungpaet, kelas 7 kontainer berisi kartu suara yang sudah dicoblos, kelas berita Jokowi PKI adalah kelas penipuan. Tetapi kelas pertumbuhan GDP 5%, kelas inflasi 3%, kelas kesuksesan ambil alih PTFI, sukses perjanjian penggunaan mata uang lokal adalah kelas pengelabuhan. Tingkatannya tentu lebih tinggi dan elegan.

Seperti kata EOWI: “Ada penipu, ada penipu ulung, ada politikus dan ada Cut Zahara Fonna”, kelasnya Jokowi sudah berada di level politikus. Memang untuk mencapai kesama perlu waktu. Dulu, 5 tahun lalu level Jokowi juga masih sama seperti Prabowo sekarang. Kasus mobil ESEMKA – yang buatan Cina Geely  adalah contohnya. Terlalu kelihatan bohongnya.

Kalau dilihat dari kepiawaiannya, pemilihan umum 2019 akan dimenangkan oleh Jokowi dan kelompoknya. Tetapi NKRI bisa dipastikan akan memperoleh kakistokrat-kakistokrat juga. Tentunya pembaca akan tahu kemana arahnya negara ini.

Sampai disini dulu....jaga kesehatan anda dan tabungan anda baik-baik.


Jakarta 13 Januari 2019.
DS yang bukan Denny Siregar, melainkan Datuk Semar.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

10 comments:

kampretcebong said...

awalnya mau golput tp kampret suka main isu sara itu yg bikin rese
sama konco konco dibawahnya pada bodoh dan rasialis
jadi terpaksa pilih jokowi deh daripada kampret berkuasa bikin onar nanti

maleo said...

Setuju Mas IS.

Memang kelihatannya tahun 2019 akan dimenangkan Jokowi. Tetapi bukan berarti hidup kita akan menjadi lebih baik. Saya lebih baik jadi kompor saja supaya toko online dipajakin juga ppn 30% biar semua merasa sama-sama sengsara. Bukannya jokowi pro sosialis dilihat dari semua kebijakannta. Negara kaya rakyat miskin tidak tidak masalah, semua proyek2 disikat bumn. Jadi sudah seharusnya raksasa raksasa teknologi itu juga disedot darahnya sebanyak2nya biar sama2 sekarat sekalian.

maleo said...

Maaf bung is, Porchia itu babi kan ? Untuk kasus ini saya setuju ama kampret yang mayoritas mengharamkan babi. Kok teganya cebong makan makhluk yang pandai dan bisa dilatih, beneran kalau dilihat dari sisi ini mana yang lebih barbar, pemakan babi atau pemakan kera?

Anonymous said...

Sepertinya memang dah begitu yg semestinya sesuatu yg jelang sunset.. Mau ditunda2/diakal2 juga, sdh skenario Tuhan kok. Sayang aj cita2 pembukaan konstitusi ternyata cuma berhenti di negeri dongeng, bukan nkri..

maleo said...

Yang percaya LCS (Local Currency Settlement) ala jokowi bisa berhasil yah memang kelihatannya kaum millenial kurang belajar, masih makan gaji orang tua, kaum buta informasi dan tidak pernah tau bahwa SBY pernah mencanangkan LCS dimasa pemerintahannya dan tidak membawa dampak apa2.

Eka said...

mantab postingan pak eowi, sangat menyedihkan orang2 indonesia mudah ditipu dengan janji2 manis politikus yang gk masuk akal. saya melihat pak eowi ini sebagai salah satu orang indonesia yang tetap netral dengan akal sehat, tidak percaya buta pada politikus. cuman sayangnya sangat jarang sekali saya bisa menemukan orang yang seperti pak eowi. mungkin kalau pak eowi berkenan bapak bisa kolaborasi dengan saya membuat channel youtube gitu pak dengan saya.

Anonymous said...

sayangnya masih terbukti

jualan politikus masih banyak yang laku padahal kanan kiri astuti (aslinya tukang tipu)

sudah jelas jokowi dan prabowo tepu2 kok ya masih ada yang berharap, hahahaha

palokiev said...

@kampretcebong
kalo anda pikir suara anda ikut menentukan hasil pemilu, anda akan kecele
anda beralih dari golput jadi pendukung politikus. ketika anda mulai percaya politikus, disitu anda mulai kecele

kampretcebong said...

@palokiev
i never say i trust with politikus
sayangnya dari kedua calon yg untrusted ini yg satunya lebih parah menurut pandangan saya

Shanti Putri said...

Bener. Pilihannya cuma setan dan iblis. Mending milih setan deh daripada iblis yang menang