___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Tuesday, January 1, 2019

Tahun 2019 Yang Beresiko

EOWI tidak mengatakan bahwa krisis akan terjadi di tahun 2019. Kemungkinan itu ada dan besar. Dengan perjalanan waktu, puncak krisis yang EOWI gambarkan di Gejolak 2014 -2020 semakin menjadi jelas. Menurut perkiraan EOWI, harga minyak akan kembali ke level $25 per bbl, harga emas ke $ 700 per oz, sahah akan terkoreksi antara 60% - 90%. Dan dollar US akan ke kisaran Rp 17,000 – Rp 25,000. Itu perkiraan EOWI. Mungkin bukan di tahun 2019. Lebih mungkin di tahun 2020.

EOWI belum berani mengatakan bahwa krisis akan terjadi dalam 3 – 4 bulan mendatang. Indikasi-indikasi akan datangnya krisis sudah banyak, tetapi belum lengkap. Bisa saja, di wilayah di luar US, seperti Eropa dan emerging market akan mendahului US. Untuk US sendiri mungkin 8 – 18 bulan mendatang kesimpulan itu baru agak solid.


Bursa Saham
Bursa Eropa sepertinya investor mempraktekkan slogan sell in May and go away di bulan May tahun 2018. Indeks-Indeks saham Eropa mencapai puncaknya di bulan May. Dan sejak May 2018 itu bursa-bursa saham di Eropa sudah mengalami kejatuhan sampai 17% sebelum adanya rally setelah natal. Ini masih belum bisa disebut bear market. Apalagi dengan adanya robot trading, yang mengakibatkan adanya volatilitas yang besar.



Bursa US agak berbeda. Puncaknya dicapai pada bulan Oktober. Sebelum rebound setelah natal, indeks small caps Russell 2000 terkoreksi sampai 22%. Bahkan Dow Transportation sampai 24%.


Mungkin pasar modal, terutama bursa US, akan mengalami rally yang hiperbolik sebelum crash. Rally semacam ini disebut sucker rally. Ini akan terjadi di tahun 2019, mungkin sampai pertengahan atau kwartal – 3.


Pasar Bond US: Inversion US Treasury Bond
Salah satu leading indicator untuk resesi di US adalah inversion dari US Treasury bond. Maksudnya, suku bunga US treasury bond jangka panjang lebih rendah dari yang jangka pendek. Investor mau dibayar lebih murah untuk pegang surat obligasi jangkan panjang dari pada jangka pendek. Ini menandakan dalam waktu dekat ini, investor bond mengantisipasi adanya resesi.

Enam US treasury yield sudah inverted. Tiga pertama adalah 5-year treasury, yaitu 5-year US treasury yield terhadap 3-year US treasury dan 5-year US treasury yield terhadap 2-year US treasury, serta 5-year treasury yield terhadap 1 year treasury.


Berikutnya antara 3-year treasury yaitu 3-year treasury dengan 2-year treasury dan 3-year treasury dengan 1 year.

Kemudian antara 2-year treasury dengan 1-year treasury.


Sedangkan yield 10-year US treasury terhadap 2-year sempat disekitar 0.1%, walau pun kemudian berbalik arah. Mungkin dalam 2 - 6 bulan kedepan inversion 10-year US treasury dengan 2-year insya Allah terjadi. Insya Allah disini maksudnya berdasarkan trend terakhir dari kurva inversion di bawah. Kalau trendnya berubah, maka perkiraan itupun berubah.


Inversion 10-year US treasury dengan 2-year, biasanya dijadikan patokan untuk meramalkan krisis, apakah itu resesi di US atau krisis moneter di US. Dan biasanya krisis itu sekitar 8 – 18 bulan setelah inversion. Dengan demikian, kira-kira krisis itu seandainya terjadi, maka waktu dimulainya sekitar akhir 2019 sampai pertengahan 2020. Jadi masih ada waktu untuk bersiap-siap.

Tetapi ada kemungkinan inversion itu tidak terjadi pada yield bond jangka panjang, jika investor bond berpikir bahwa dimasa datang akan terjadi inflasi. Ada antisipasi terhadap adanya inflasi. Trend suku bunga long term US bond sudah keluar dari trend menurunnya. Demikian pula suku bunga kredit perumahan, juga keluar dari trend jangka panjangnya.







The Fed, Trump dan Liquiditas
Akhir-akhir ini Trump mengeluhkan prilaku Jerome Powell, ketua the Fed. Keluhannya bahwa the Fed kurang akomodatif dengan liquiditas. Dengan kata lain Trump tidak menginginkan the Fed melakukan pengetatan liquiditas. Ada desas-desus bahwa Trump mau memecat Jay Powell tetapi setelah melihat perundang-undangan ternyata Jay Powell tidak bisa dipecat oleh presiden US manapun. Jadi Trump harus menelan kekesalannya.

The Fed nampaknya tidak terintimidasi oleh ciutan Twitter Trump. Tekadnya akan menaikkan suku bunga dan mengurangi US treasury bond di dalam balance sheetnya masih kuat sebagaimana diungkapkan Powell dalam beberapa the Fed meeting. Dengan kata lain pengetatan moneter US akan terus dilakukan di tahun 2019.

Mungkin the Fed sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi resesi atau sedang bersih-bersih moneter yang dibikin berantakan oleh pendahulunya yaitu Alan Greenspan, Ben Bernanke, Janet Yellen. Ketiga pendahulunya itu telah membuat balance sheet the Fed meledak dan suku bunga rock bottom, sementara pertumbuhan ekonomi US tertekan di level rendah terlebih selama 10 tahun ini. Yang ada hanyalah bubble dimana-mana yang saat ini siap pecah.

Sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah terjadi, sehingga peluangnya untuk muncul meningkat. Dan kalau terjadi resesi di US, the Fed harus punya amunisi yang cukup, yaitu suku bunga untuk diturunkan dan balance sheet untuk digembungkan.

The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya dan mengempiskan balance sheetnya dengan mengurangi $50 milyar per bulannya treasury bond dari balance sheetnya. Untuk suku bunga acuan the Fed, saat ini hanya 2.5%. Apakah saat ini the Fed merasa nyaman dengan level suku bunga ini untuk menghadapi resesi?


Is This Time the Same?
Dari data yang ada pada EOWI, hanya pada resesi tahun 1957 the Fed menurunkan suku bunganya sebesar kurang lebih 3%. Itupun menyisakan 0.5% untuk jaga-jaga jika penurunan 3% tidak cukup.

Persoalannya the Fed sampai saat ini hanya suku bunga punya 2.5%. Jadi untuk menyamai tahun 1957 masih kurang 1% lagi. Kedua, apakah kali ini situasinya mirip dengan tahun 1957? Kondratieff spring vs. Kondratieff winter.

Dulu, ekonomi US masih dalam periode Kondratieff spring, hutang masih rendah, demografi masih bagus, bull market di bursa saham masih berumur 7 tahun bukan 10 tahun seperti keadaan sekarang dan sistem keuangan masih menggunakan standard emas.

Jadi tidak sulit untuk menjawab pertanyaan di atas. Kemungkinan the Fed belum selesai menaikkan suku bunganya dan mengempiskan balance sheetnya. The Fed mungkin akan berhenti dengan quantitative tightening ketika resesi terpicu.


Poin-Poin Untuk Direnungkan
Tahun 2019 dan 2020 akan mejadi tahun penentuan bagi reputasi EOWI. Apakah krisis ekonomi global akan terjadi dalam periode yang diramalkan EOWI atau meleset. Kalau meleset, akan seberapa jauh?

Secara global, mood masyarakat menampakan ciri periode Kondratieff winter, polarisasi yang menajam, baik itu di US, Eropa, Indonesia, bahkan Malaysia yang dimata orang Indonesia, berwatak agak lembek, bulan November 2018 lalu ada bentrok kerusuhan yang dipicu oleh masalah ras. Harusnya rakyat Malaysia puas dengan digulingkannya Najib Razak yang kemudian digantikan oleh pemimpin Malaysia legendaris, Mahatir Muhammad. Kemudian muncul demonstrasi ala 212. Apa lagi yang mereka inginkan?

Bubble crypto-currency sudah pecah. Tetapi dipihak lain, beberapa bubble masih belum pecah, seperti property bubble di beberapa negara, credit bubble dan bubble di bursa saham.

Untuk Indonesia, property bubble sudah pecah. Dalam US dollar harga properti di Indonesia sudah turun. Kalau mau jual, harus dengan harga discount, banyak pula, kalau mau laku. Untuk bursa saham dan obligasi, masih belum pecah.

Sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik. Sampai jumpa lain kali di lain cerita.

Jakarta 1 Januari 2019

 Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

18 comments:

Ezaa said...

Ini Dia Artikel Yg ditungguin.muncul juga.

SGD Gimana prospect nya om? Mata uang Ini Udah mengungguli AUD and NZD. Udah setara 1:1 sama CAD

kripik singkong said...

Tidak akan ada krisis, selama masih ada kreditur & debitur, the live must goes on, seperti artikel pak is yang sudah lama sekali, selama masih ada yang mau percaya kepada janji membayar maka tidak akan ada masalah. Apalagi dengan teknologi blockchain yang akan mengubah bursa saham menjadi kasino online legal yang lebih murah & terjangkau. Tidak perlu ada krisis, para penjudi yang akan menanggungnya & membereskannya

Anonymous said...

Tabungan Ku, semuanya sudah USD di Bank Standard Chartered jakarta, bunganya lumayan 3,15% per tahun. Cuma Aku agak takut kalau krisis terjadi, dengan kolapsnya Deutch Bank dengan derivatives systemic ke mana2, apa aman taruh di Bank SC Indonesia? Atau lebih baik dipindah ke Safest Bank in Asua ke DBS?

maleo said...

Bagaimana menjaga tabungan kalau semuanya bearish ? Disimpan full dalam dolar fisik ? Atau tabungan dollar dalam 1-2 tahun ini ?

Anonymous said...

Menurut om Semar, bagaimana dengan dampak demonstran Yellow Vest di eropa sana, apa ini termasuk salah satu tanda-tandanya atau bagaimana? trims

Anonymous said...

Menurut om Semar, saya lihat di youtube, bagaimana dengan dampak demonstran/gerakan Yellow Vest di perancis sana, sepertinya (mungkin, saya belum pasti) sudah mulai pelan-pelan menyebar di negara eropa lainnya, termasuk di inggris dan kanada (koreksi kalau saya salah), apa ini termasuk salah satu tanda-tandanya atau bagaimana? trims

jonas said...

USD udah mau di bawah 14rb lagi pak, gimana? bursa saham juga naik lagi ini, arus uang asing masuk ke sini lagi

Anonymous said...

Biasa baru narik utang lagi 28,25 trilyun, investir asing beli tuker dolae ke rupiah buat beli SUN

Pesol Haryanto said...

Gimana nih buat anak muda yang mau mulai investasi gitu, ada tips nya?

Pesol Haryanto said...

Gimana nih buat anak muda yang mau mulai investasi gitu, ada tips nya?

Unknown said...

Rupoah akan tetap cenderung melemah di tahun 2019... rupiah msh labil Sehari rupiah menguat ratusan point...besoknya turun ratusan point juga
Kalau saya lihat desember hingga awal januari ini rupiah realtif menguat hal itu karena dlm tiga bulan terakhir pemetintah membuka SUM dakam dollar padahal ini beresiko besar... Tapi untuk menjelang pilprws apapun dilakukan
Para pembuat kebijalam sekaran munvkin 10 tahun akan datang akan mati... tapi Ini akan dibayar oleh merela yg saat ini saja belum hidup....

Anonymous said...

MCqueen Yaqueen kalo semar mesti ganti wujud...:D jangan bilang orang waras....tp orang edan...:D

D_J said...

Klo pny uang nganggur dikit..lbh baik disimpan di instrumen keuangn spt dolar,cryptocurrency dll atau buka usaha ril aja spt warung kelontong n berkebun?

Anonymous said...

Pegang cash USD aja, abis pemilu pasti ngga bakala ketahan, semua harga2 naik, bakal banyak demo, hidup makin susah, liat aja di Perancis yellow vest.....

azis S said...

Bagaimana dengan emas om?? 70% simpanan saya berupa emas

palokiev said...

krisis udah trrjadi sebenernya. cuma tidak separah yang diprediksi eowi... bisa jadi 2020 malah jadi tahunkebangkitan.....

Shanti Putri said...

Saya sih simpan di Paypal aja. simple

Shanti Putri said...

Rebound sejenak sebelum pemilu. Kalau dolar kenapa-napa sebelum pemilu, pemerintah bisa kena demo dan gagal nyapres lagi