(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)
BAB V: POLITIK, PEMERINTAHAN DAN KEMAKMURAN
“Democracy is a government of the people, by the people, for the people”
“Demokrasi adalah pemerintahan rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat”
(Abraham Lincoln, presiden Amerika Serikat)
kenyataannya
“Democracy is a government by the people, of the people, to fool the people”
“Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk mengakali rakyat”
“Power tends to corrupt. Absolut power is corrupt absolutly”
“Kekuasaan cenderung untuk korup, kekuasaan absolut pastilah korup”
(Lord Acton, sejarawan)
korelasi yang logis
“Power tends to corrupt. Hence, democracy where, more people with power leads to more corruption.”
“Kekuasaan cenderung untuk korup, maka dalam sistem demokrasi dimana makin banyak orang yang punya kekuasaan akan makin banyak korupsi”
(Penulis)
“Socialism is a fraud, a comedy, a phantom, a blackmail.”
“Sosialisme adalah penipuan, dagelan, hantu dan pemerasan”
(Benito Mussolini, pemimpin fasis Italia)
---ooOoo---
Negara, sistem politik dan peraturan dipersepsikan sebagai sarana untuk mencapai kemakmuran. Sudah terpatri di benak masyarakat bahwa keberadaan penguasa yang menjalankan sistem politik adalah tidak bisa ditolak lagi dan merupakan suatu hal yang essensial. Kalau ada orang yang mempertanyakan pentingnya keberadaan penguasa dan pemerintah maka dia akan dicap sebagai murtad, makar dan heresy. Bahkan kata anarki yang artinya tanpa penguasa mempunyai konotasi yang negatif karena diidentikan dengan chaos dan kekacauan. Padahal, daerah tanpa penguasa/pemerintahan belum tentu kacau.
Pertanyaan mengenai perlunya institusi penguasa sebenarnya sahih. Keberadaan institusi penguasa perlu direnungkan kembali. Dan untuk merenungkan hal ini, sebuah pertanyaan yang pendek, lugas dan gamblang bisa dilontarkan: “perlukah anda membayar sekelompok orang untuk menyuruh-nyuruh, melarang-larang, menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh, ngebossi (Inggris: bossing around) anda?”
Ada segolongan orang yang menamakan kelompok anarkis dan menghendaki anarki, karena anarki lebih menjanjikan kemakmuran. Oleh sebab itu sangatlah mustahil jika seorang anarkis yang menginginkan kemakmuran akan melakukan tindakan yang menimbulkan kekacauan. Karena kekacauan akan melahirkan kesengsaraan, bukan kemakmuran. Menurut kelompok anarkis bahwa dengan konsep anarki, adalah identik dengan tidak ada orang yang sok kuasa, ngebossi orang lain di dalam hubungan sesama manusia. Dalam perkembangannya, muncul aliran-aliran anarkis yang identik dengan anarki-komunisme, yang menghalalkan perampokan dan penjarahan terhadap kaum kaya, yang kemudian pengertian anarki ini menjelma menjadi chaos alias kekacauan. Karena semua itu, selanjutnya kelompok anarkis yang cinta damai lebih suka disebut sebagai kelompok libertarian, kelompok yang tidak menyukai adanya segolongan orang yang main paksa, mengatur-atur, sok kuasa, ngebossi di dalam masyarakat dengan janji akan membuat masyarakat lebih harmonis dan lebih makmur.
Ada lelucon mengenai perbedaan antara anarkis dan libertarian, yang diungkapkan dalam jawaban atas pertanyaan: “apa perbedaan antara libertarian dan anarkis?”
Jawaban tradisonil: Libertarian menginginkan pemerintahan yang terbatas sedang anarkis tidak mau ada pemerintah sama sekali.
Jawaban yang humanis: Libertarian cinta damai, anarkis suka kekacauan.
Jawaban yang lugas-humoris: kaum libertarian biasanya orang kaya yang menghargai hak kepemilikan orang lain dan hak dirinya sendiri; penganut pasar bebas dan kapitalisme; sedangkan kaum anarkis adalah orang miskin, yang ingin kaya dan tidak ingin adanya otoritas yang menghalanginya untuk merampok hak milik orang lain.
Kembali kepada topik semula, yaitu tentang keberadaan penguasa dan pemerintah. Kalau tujuannya mengharapkan mereka (politikus, birokrat dan penguasa) untuk berbuat sesuatu agar masyarakat menjadi makmur, maka harus ditanyakan: “Apakah anda mau bekerja setengah mati dan hasilnya diberikan semua untuk masyarakat? Berapa banyak orang yang seperti ini?”. Mungkin dalam beberapa hal pandangan paham anarkisme atau libertarian perlu dipertimbangkan. Pada dasarnya manusia bekerja untuk dirinya sendiri dan tidak usah saling mengganggu atau membebani. Bahkan bagi banyak orang yang taat beragama, perbuatan baik yang dilakukannya punya tujuan untuk memperoleh surga di hari akhir nanti. Pandangan ini pada dasarnya juga mementingkan diri sendiri.
Bahan diskusi dalam bab ini akan difokuskan pada masalah sistem politik pemerintahan, otoritas kekuasaan, polikus dalam kaitannya dengan kemakmuran dengan mengetengahkan data-data yang dipublikasikan oleh banyak badan-badan, baik yang non-pemerintah maupun badan pemerintah. Kalau anda terkejut karena menemukan kesimpulan yang berbeda dengan pandangan umum, tidaklah perlu heran. Joseph Goebbels, menteri propaganda Jerman Nazi, mempunyai dalil: buatlah kebohongan yang besar dan dengungkanlah terus menerus, maka lama-lama orang akan mempercayai hal itu sebagai kebenaran. Data yang sahihpun bisa diabaikan.
Dalam bab ini dan berikutnya kita akan menggunakan banyak angka-angka statistik yang kadang berasal dari sumber resmi. Mengenai data-data yang berasal dari sumber resmi, pembaca perlu diingatkan kembali kepada ungkapan perdana menteri Inggris Benjamin Disraeli yang dipopulerkan oleh Mark Twain:
“Lies, damn lies and statistics”, atau “Ada kebohongan, kebohongan besar dan statistik”
Artinya statistik adalah tipe kebohongan yang derajad kecanggihannya lebih besar dari kebohongan besar.
Walaupun angka-angka statistik mengandung banyak pengelabuhan, angka-angka statistik masih bisa digunakan dalam method komparatif atau kajian banding. Angka-angka absolut dari statistik yang dikeluarkan badan-badan resmi, tidak bisa dipercaya. Seperti angka GDP, gross domestic product, atau PPP, purchasing power parity (kemampuan daya beli), inflasi biasanya sangat hedonistik atau bias untuk memuji diri sendiri. Dengan kata lain, angka inflasi riil biasanya lebih tinggi dari pada yang dilaporkan biro statistik. Dan angka GDP/PPP yang dilaporkan akan lebih tinggi dari pada yang sesungguhnya. Ilmu statistik adalah ilmu yang mempelajari rekayasa untuk pelaporan yang hedonistik. Jadi selama data-data yang dilaporkan masih dalam kerangka statistik, maka data itu sahih untuk studi perbandingan. Jika hendak digunakan angka nominal absolutnya, maka perlu dikaji lebih dalam bagaimana angka itu diturunkan untuk mengerti makna yang sebenarnya.
Alternatif untuk tolok ukur kemakmuran adalah emas. Emas lebih bisa mencerminkan tingkat kemakmuran dibandingkan dengan GDP-nominal, GDP/PPP, indeks harga konsumen (Inggris: CPI, consumer price index). Sejarah membuktikan bahwa nilai tukar emas terhadap barang komoditi hanya berfluktuasi mengikuti hukum pasar, yaitu hukum permintaan dan pasokan (demand and supply). Harga seekor kambing, dari jaman Romawi, jaman nabi Muhammad sampai sekarang sekitar 3,89 gram emas murni atau 1 dinar mata uang yang beredar jaman nabi Muhammad. Emas adalah tolok ukur kemakmuran yang adil dan objektif. Oleh sebab itu, bilamana memungkinkan, tolok ukur ini (emas atau perak) akan digunakan juga sebagai pembanding tolok ukur resmi, yaitu GDP-nominal dan GDP/PPP.
Negara, Kebebasan dan Kemakmuran
Pernahkah anda merenungkan, apa sebenarnya tujuan negara? Untuk apa negara dibentuk?
Salah satu dari bapak pendiri negara Amerika Serikat mempunyai opini yang sangat menarik mengenai negara dan pemerintahan.
"Society in every state is a blessing but....., Government, even in its best state, is but a necessary evil; in its worst state, an intolerable one." (Thomas Paine, salah satu dari 9 founding father Amerika Serikat)
“............., Pemerintah, sekalipun yang terbaik, tidak lain adalah pembawa kesengsaraan tetapi dibutuhkan; dan pemerintah yang buruk adalah pembawa kesengsaraan yang tidak bisa ditolerir.”
Thomas Paine kemungkinan melihat sejarah dan kemudian menarik kesimpulannya dari sana. Poin pertama dari opininya yaitu bahwa negara dan pemerintahan hanyalah pembawa kesengsaraan, boleh dikatakan secara umum benar. Secara statistik itulah kenyataannya. Akan tetapi poin kedua yaitu a necessary evil, bahwa pembawa kesengsaraan itu merupakan suatu kebutuhan. Pandangan itu tidak benar. Manusia selalu mempunyai pilihan. Pilihannya bukan hanya pembawa kesengsaraan yang bisa ditolerir dan pembawa kesengsaraan yang tidak bisa ditolerir tetapi juga “tanpa pembawa kesengsaraan”.
Kenapa kita harus memilih sumber kesengsaraan? Kenapa pembawa kesengsaraan bisa menjadi kebutuhan? Apakah anda membutuhkan pembawa kesengsaraan? Apakah anda suka kesengsaraan?
Walaupun demikian, saya yakin anda, pembaca, tidak pernah bisa membayangkan suatu daerah tanpa pemerintahan. Ini karena politikus telah mencekoki masyarakat dengan dogma-dogma mengenai negara dan pemerintahan sebagai suatu entiti yang harus ada. Politikus akan selalu mencari dalih untuk pembenaran keberadaannya. James Madison, salah satu founding father Amerika Serikat menyatakan:
"It has been said that all Government is an evil. It would be more proper to say that the necessity of any Government is a misfortune. This necessity however exists; and the problem to be solved is, not what form of Government is perfect, but which of the forms is least imperfect." - James Madison (founding father Amerika Serikat)
“Telah dikatakan bahwa semua pemerintahan adalah pembawa kesengsaraan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan yang tak terelakkan akan pemerintah sebagai nasib suratan sial. Yang menjadi tantangan bukan mencari pemerintahan yang sempurna, melainkan mencari pemerintahan yang paling tidak menyengsarakan.”
Lagi-lagi masyarakat dihadapkan kepada pilihan buruk, agak buruk, lebih buruk, sangat buruk dan paling buruk. Seakan tidak ada pilihan tanpa kata buruk. Kalau dilihat lagi, posisi rakyat ditempatkan sebagai penerima, bukan sebagai arsitek perancang struktur negara. Arsiteknya adalah para politikus. Dan mereka merancang untuk kenyamanan mereka, bukan untuk kenyamanan bersama.
Negara, kebanyakan tidak pernah dibentuk dari awal yang nol, melainkan berdiri di atas reruntuhan yang lain. Republik Indonesia berdiri di atas Hindia Belanda; India berdiri di atas Imperium Inggris Raya. Singosari berdiri di atas Kediri. Majapahit berdiri di atas reruntuhan Kediri, berkembang di atas reruntuhan Pajajaran, Melayu, dan lainnya. Kekhalifahan Bani Umayyah di atas kerajaan Persia dan Romawi. Dan Dinasti Abbasiah di atas reruntuhan Dinasti Umayyah. Demikian adanya.
Pada jaman dulu, pada setiap jaman, urusan sangat sederhana. Ada kepala negara alias raja, yang berkuasa dan ada perangkat kerajaan menariki pajak atas nama raja. Tentu ada saja orang yang berusaha menghindari pajak. Siapa sih yang suka dipajaki? Tetapi negara, raja dan perangkatnya tidak akan tinggal diam. Siapa yang membangkang akan dihukum. Raja tidak perlu menjanjikan apa-apa untuk pajak yang dibayarkan kepadanya. Persoalan bagi raja akan timbul jika sudah terlalu banyak orang sebal dan benci dan kekuatan mereka lebih besar dari tentara kerajaan yang tugasnya menekan semua gejolak masyarakat. Keadaan bertambah buruk kalau kemudian mulai banyak tentara kerajaan yang membelot karena tidak puas gajinya kurang. Masyarakat memberontak, sebagian tentara juga bergabung untuk menggulingkan raja. Sistem lama punya penyelesaian yang sederhana, yaitu: penggal kepala seperti yang terjadi pada raja Inggris Charles I; raja dan ratu Prancis Louis XVI, dan Maria Antoinette; atau ditembak seperti Czar Russia terakhir. Dalam situasi seperti ini, biasanya ada politikus ikut bermain, seakan berpihak kepada rakyat, sehingga mereka dikemudian hari berkuasa. Dengan kata lain, kekuasaan berpindah dari politikus ke politikus lain. Jadi praktis tidak ada perubahan.
Pada peradaban modern, kasusnya lebih kompleks. Pada awalnya, para politikus memperoleh dukungan dari rakyat, merasa memerlukan membuat janji; janji yang sesuai dengan masa itu. Untuk negara baru, janji-janji itu tertuang pada konstitusi yang dibuat oleh para founding fathers, para pendiri negara tersebut, yang biasanya digambarkan oleh sejarah sebagai orang yang harus dihormati dan orang yang sangat mengenal kemauan negara itu. Jangan heran kalau pada suatu perdebatan politik, rujukan pada founding fathers, sangat disukai dan bisa menjadi argumen yang ampuh. Walaupun gagasan para founding fathers itu ada yang konyol.
Ken Kesey pengarang buku One Flew Over the Cuckoo's Nest mempunyai resep bagi penipu:
"The secret of being a top-notch con-man is being able to know what the mark wants, and how to make him think he's getting it."
“Rahasia untuk bisa menjadi penipu ulung adalah mengetahui apa yang diinginkan calon korbannya dan mengetahui bagaimana caranya meyakinkan calon korbannya bahwa mereka akan memperoleh yang diinginkannya.”
Resep itu banyak dipakai oleh para politikus.
Rakyat Uni Soviet, oleh founding fathers nya diiming-imingi janji yang indah didengar tetapi absurd kalau dipikirkan secara mendalam, yaitu persamaan derajad ekonomi. Tetapi bagi kebanyakan orang, ide ini mudah diterima dan memperoleh dukungan. Orang awam mudah terpengaruh dan mudah menerima konsep yang sederhana, seperti halnya dengan konstitusi Federasi Russia Soviet tahun 1918.
Artikel 3. Dengan tujuan utama penghapusan semua eksploitasi manusia atas manusia, penghapusan secara menyeluruh dan selama-lamanya semua kasta sosial/ekonomi dan pengkelompokan dalam masyarakat, penekanan-penekanan terhadap pekerja yang tidak berprikemanusiaan oleh majikan, menciptakan masyarakan sosialis dan memenangkan sosialisme di semua negara, dengan ini perwakilan Kongres-Russia III yang terdiri dari Pekerja, Tentara dan Petani menyatakan:
- Dalam rangka menuju sosialisme pertanahan, kepemilikan tanah pribadi dihapuskan dan semua tanah dinyatakan milik semua orang dan diserahkan kepada kelas pekerja tanpa ada ganti rugi, dengan prinsip persamaan dalam penggunaan tanah.
- Demi kepentingan nasional, semua hutan, kekayaan mineral dan air serta ternak-ternak dan segala perangkat perternakan, tanah pertanian dan semua pengusahaan pertanian adalah milik negara.
- Sebagai langkah pertama menuju pemindahan kepemilikan sepenuhnya pabrik-pabrik, usaha-usaha industri, toko, tambang, jalan kereta api, dan semua sistem produksi and transportasi lainnya kepada pekerja dan petani Republik Soviet dan dalam rangka menegakkan supermasi pekerja atas majikan, maka Kongres meratifikasi undang-undang penguasaan industri oleh pekerja.
- Dalam kaitannya dengan masalah perbankan dan finansial internasional, Kongres Soviet III akan membahas undang-undang mengenai pemutihan (penghapusan) semua pinjaman-pinjaman yang dibuat oleh pemerintahan rejim Czar, oleh tuan-tuan tanah, kaum borjuis sebagai langkah pertama dan pemerintah Soviet akan secara konsisten berjuang sampai tercapainya kemenangan kaum pekerja internasional yang abadi oleh atas penindasan kaum kapitalis.
- Pengambil-alihan kepemilikan semua bank menjadi milik Pemerintahan kaum Pekerja dan Petani sebagai salah satu persyaratan untuk memastikan pembebasan masyarakat dari keterikatan modal/kapital.
- Untuk menghilangkan kelompok parasit di dalam masyarakat maka diberlakukan kebijakan wajib-kerja bagi setiap orang.
- Untuk memastikan bahwa golongan pekerja memiliki kekuasaan dan untuk melenyapkan semua kemungkinan kembalinya kekuasaan kaum majikan, maka diundangkan bahwa semua pekerja akan dipersenjatai dan dibentuk Tentara Merah, serta pelucutan kaum majikan/pemilik kapital. (Konstitusi tahun 1918 negara Federasi Soviet Russia, embrio Uni Soviet yang sekarang sudah bubar)
Indah bukan? Penghapusan eksploitasi manusia atas manusia. Semua dikuasai oleh pekerja, petani dan tentara, yang merupakan pemerintah. Semua akan diurus oleh pemerintah. Dan pemerintah dikuasai oleh pekerja, petani dan tentara. Tidak ada lagi parasit, majikan dan pemilik modal. Ekonomi rakyat.
Kalau dibandingkan dengan UUD 45nya Indonesia, banyak persamaannya mengenai campur-tangan pemerintah dalam kemakmuran bangsa. Negara sebagai pelindung warga negaranya dan negara sebagai pengelola kekayaan bumi dan semua sektor penting demi kemakmuran bersama.
Pembukaan UUD 45:
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,.........
Pasal 33 UUD 45:
- Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
- Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
- Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kedua konstitusi di atas berbeda sekali jika dibandingkan dengan konstitusi Amerika Serikat. Konstitusi Uni Soviet tahun 1918 menempatkan perekonomian di bagian depan – pasal III. Sedang konstitusi Indonesia menempatkannya pada pasal 33, sudah agak di belakang. Dan pada konstitusi Amerika Serikat tidak ada pasal yang secara khusus mengatur masalah ekonomi.
Kemerdekaan Amerika Serikat bermula dari pelepasan diri 13 koloni Imperium Inggris Raya di benua Amerika menjadi Serikat Negara-Negara di Amerika atau yang dikenal sebagai Amerika Serikat atau United States. Hal yang memicunya adalah penolakan otoritas parlemen Inggris Raya sebagai badan yang mengatur perpajakan atas daerah-daerah koloni, karena tidak adanya perwakilan dari daerah koloni. Ungkapan “No Taxation Without Representation!” menjadi sangat populer. Latar belakang kemerdekaan di Amerika Serikat, Soviet dan Indonesia berbeda. Subjek yang mengatur masalah ekonomi di konstitusi Amerika Serikat hanya tercantum dalam Pembukaannya, itupun sifatnya umum mengenai kesejahteraan umum.
We the people of the United States, in order to form a more perfect union, establish justice, insure domestic tranquility, provide for the common defence, promote the general welfare, and secure the blessings of liberty to ourselves and our posterity, do ordain and establish this constitution for the United States of America. (Pembukaan Konstitusi Amerika Serikat)
Kami, bangsa Amerika Serikat, demi membentuk sebuah persatuan yang lebih sempurna, menegakkan keadilan, memastikan ketentraman dalam negri, menyediakan sarana pertahanan bersama, memajukan kemakmuran umum, dan menjamin diperolehnya berkah kemerdekaan bagi kami dan anak-cucu kami, maka dengan ini dibentuklah undang-undang dasar bagi negara Amerika Serikat.
Konstitusi Amerika lebih banyak mengatur masalah keperwakilan dan tata-caranya. Ada satu ayat mengenai ekonomi, yaitu pada pasal 8 yang mengatur wewenang Kongress atas perdagangan luar negri dan perdagangan dengan suku Indian. Jadi tidak banyak. Pemikiran-pemikiran tentang campur-tangan pemerintah yang minimum semacam ini, nampak pada ucapan-ucapan presiden-presiden Amerika Serikat di masa lalu, misalnya Thomas Jefferson:
“I predict future happiness for Americans if they can prevent the government from wasting the labors of the people under the pretense of taking care of them.”
Yang terjemahan bebasnya:
“Saya meramalkan bahwa kebahagiaan rakyat Amerika bisa tercapai jika mekreka bisa mencagah pemerintah menghambur-hamburkan hasil jerih payah rakyat dengan dalih untuk memelihara mereka.”
Dari tiga (3) tipe negara di atas, coba terka tipe negara mana yang bisa lebih makmur dan apa sebabnya? Apakah karena demokrasinya, atau karena regulasinya atau karena sumber daya alamnya?
(Bersambung)
Disclaimer: