___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Saturday, November 1, 2014

Terlambat dan Menyengsarakan



Seorang teman, sebut saja bernama Imam Ahmad (yang berarti pemimpin yang terpuji),  yang berasal dari Solo dan mengaku teman sekelas istri Jokowi di SMP mengatakan bahwa ketika pemilihan umum dia memilih Prabowo bukan lantaran dia memendam dendam karena pacarnya di SMP direbut Jokowi tetapi karena Jokowi berperawakan kurus dan bertampang prihatin (orang sengsara). Pemimpin yang hidupnya prihatin (sengsara) akan membawa rakyatnya hidup prihatin pula, lanjutnya. Teman saya ini tidak suka hidup prihatin dan sengsara. Saya juga. Siapa sih yang suka, kecuali kalau terpaksa. Kami di EOWI sebisa mungkin memberikan kiat-kiat bagaimana tidak sengsara dengan jalan mempertahankan tabungan dari mengutilan pemerintah lewat yang disebut inflasi atau monopoli kekuasaan atas sistem moneter di negara kita. Itu salah satu wujud manifestasi falsafah hidup kami bahwa kami di EOWI sangat membenci kesengsaraan. Kesengsaraan adalah musuh EOWI. Pendapat kami di EOWI, tidak ada salahnya menjadi kaya raya, selama jalannya halal.

Ternyata yang diramalkan Imam Ahmad teman saya itu mengenai Jokowi akan menjadi sumber kesengsaraan adalah benar. Pertama Jokowi akan menghapuskan pemberian Bantuan Sosial tunai, semua itu akan lewat bank. Orang waras akan bertanya, apakah:

  1. lapisan sosial/ekonomi paling bawah ini punya rekening bank
  2. lapisan sosial/ekonomi paling bawah ini mengerti perbankan
  3. ada bank/ATM sampai ke pelosok-pelosok desa
Supir dan pembantu saya yang tidak miskin dan tidak berhak memperoleh bantuan sosial, tidak punya rekening bank. Apalagi pemulung atau petani penggarap atau buruh galian. Buat mereka, bank itu tidak ada gunanya. Uang cuma pas-pasan, tidak ada yang bisa ditabung, digajipun dalam bentuk tunai. Lalu...., mau pinjam bank juga tidak mungkin. Urusan dengan bank akan memperumit (baca: membuat susah/sengsara) hidup mereka.

Menurut berita yang dilansir Kompas, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menuturkan: "Akan mempercepat transfer, orang kecil akan melek perbankan, biasa menggunakan perbankan.”

Komentar EOWI: “Pak menteri......, orang miskin tidak punya banyak duit untuk ditabung dan juga tidak memenuhi persyaratan untuk meminjam uang dari bank serta transaksi sehari-hari selalu dalam bentuk tunai, jadi untuk apa tahu seluk-beluk bank? Bagi mereka, bank menjadi beban.”

Sekarang bagi orang-senang (bukan orang miskin sengsara), beban akan bertambah. Pegawai-pegawai negri yang tugasnya membagikan bantuan sosial tunai, tidak akan diPHK. Mereka akan jadi pengangguran terselubung yang tetap membebani anggaran pemerintah, dan selanjutnya beban ini akan ditanggung pembayar pajak. Lalu, akan diadakan pegawai untuk mengurusi bantuan sosial dengan transfer bank. Tentunya mereka ini punya spesifikasi yang tidak sama dengan pegawai yang hanya bisa membagikan cash. Ibaratnya, polisi gagal memberantas korupsi, maka dibentuklah team anti korupsi dan yang terakhir adalah KPK. Polisi tidak dibubarkan. Lalu, dulu ada BPPKA yang mengurusi perminyakan Indonesia, yang BUMN, kemudian dijadikan BPMigas yang organisasinya lebih besar lagi dan peraturannya semakin banyak dan yang terakhir SKKMigas, yang juga makin besar, yang tidak berarti produksi minyak Indonesia meningkat (bahkan turun). Alhasil, pajak tetap tinggi untuk pembiayaan overhead mereka. Bahkan pemerintah akan mengejar penghindar pajak dan mencari jalan untuk memperbanyak jumlah penghindar pajak (dengan mengada-ada).

Walaupun Jokowi sering blusukan, menteri Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (dulunya disebut Menko Kesra) Puan Maharani cucunya pencetus paham Marhaenisme,  Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil yang katanya anak tukang cukur dan ibunya yang guru ngaji, nampaknya mereka seperti orang kecil dan tidak mengerti orang kecil. Mereka bak penderita sindroma Marie Antonette ratu Prancis yang mengatakan: “Kalau rakyat tidak punya roti dan tidak bisa makan roti, suruh saja mereka makan cake.” Kami di EOWI tidak tahu, apakah mereka, politikus, ini pembohong atau penderita sindroma kewahaman Marie Antonette.

Kedua (dalam hal penyengsaraan rakyat), adalah wacana menaikkan harga BBM. Ketidak-bijaksanaan ini akan berdampak seperti judul tulisan ini Terlambat dan Menyengsarakan. Kita akan soroti dampak yang menyengsarakan dulu. Yang pasti ongkos transportasi akan naik. Dan ini akan merambat kemana-mana. Harga barang yang paling sedikit kena dampaknya adalah barang-barang kecil yang berharga tinggi konsumsi orang-orang berduit seperti emas, berlian, perhiasan, jam Rolex, jam Franck Muller, tas Louis Vitton, Hermes, karena transportasi bukan komponen yang perlu diperhitungkan dalam harga. Bayangkan jam Franck Muller yang harganya setara dengan mobil Honda Jazz atau Honda Freed, bahkan bisa lebih, dengan volume dan berat yang bisa digenggam tangan, apakah artinya biaya transportasi? Nah lain lagi dengan sayuran, beras, daging, ayam, cabe, ikan dan bulk material lainnya. Tidak hanya biaya transportasi naik tetapi biaya operasi dari beberapa sektor produksi pangan, seperti nelayan, akan naik juga. Nelayan sekarang tidak menggunakan perahu layar lagi!

Bagi orang kaya, kenaikan BBM tidak banyak dampaknya. Dengan mobil mereka yang bagus, tentunya bukan peneguk bensin premium bersubsidi, melainkan Pertamax atau V-Power. Tidak hanya itu, komponen BBM dalam konsumsi mereka tidak besar. Pengeluaran untuk dugem, dan kongkow-kongkow, makan di restoran berkelas, jauh lebih besar dari pada untuk beli bensin bersubsidi.

Kita bisa meneruskan lagi pembahasan mengenai dampak kenaikan BBM ini, misalnya pengaruh harga makanan rakyat kecil dan rakyat kaya. Komponen harga makanan pada makanan warung tegal, warung pinggir jalan atau mbok-mbok yang menggelar makanannya untuk pada supir, tukang ojek dan kuli galian cukup besar (mereka nyaris tidak membayar sewa gedung),  dibandingkan dengan komponen ongkos transportasi pada makanan di cafe-cafe, restoran di Pondok Indah Mall, Senayan City, Gandaria City atau Pacific Place. Harga makanan di tempat-tempat orang kaya nongkrong, lebih banyak komponen sewa gedung, fasilitasnya dan suasana/atmosfir yang santai dibandingkan dengan harga bahan mentah makanannya. Akhirnya, yang terkena lebih banyak dampak kesengsaraan akibat kenaikan harga BBM adalah rakyat yang sudah sengsara, bukan rakyat yang masih hidup senang.

Terlambat, .....ya, kenaikan BBM ini terlambat. Seperti biasanya pemerintah sering (kalau tidak mau disebut selalu) terlambat dalam mengambil keputusan. Mungkin tidak punya ekonom yang kompeten. Ini juga terjadi pada masa lalu. Pada jamannya Megawati, 3 bulan setelah harga BBM dinaikkan, harga minyak mentah dunia turun. Tetapi harga BBM Indonesia tidak diturunkan kembali. Mungkin hal seperti ini akan terjadi lagi.

Harga minyak saat ini sedang dalam periode bearish, cenderung untuk turun. Dalam 4 bulan terakhir ini harga minyak jatuh lebih dari 25%. Kemungkinan selama 10 – 15 tahun ke depan trendnya akan turun. Menaikkan harga BBM akan menjadi pertanyaan besar. Samakah penghapuskan subsidi BBM dengan menaikkan harga BBM? Ini harus dihitung kembali. Yang pasti menaikkan harga BBM adalah identik dengan menutup defisit pengeluaran-pendapatan pemerintah. Itu yang pasti.

Harga minyak yang turun terus sejak Juni 2014. Apakah kenaikan harga BBM identik dengan penghapusan subsidi BBM.

Menaikkan harga BBM bisa berarti pemerintah akan mengambil keuntungan lebih banyak dari harga yang lebih tinggi. Bisa juga pemerintah mengurangi jatah anggaran untuk rakyat (dimana rakyat lebih bebas membelanjakan uangnya sesuai dengan keinginan rakyat secara individual) dan dialihkan belanja yang sesuai dengan keinginan pemerintah. Sebagai rakyat, jika harga BBM murah (karena disubsidi) dan berdampak harga kebutuhan pokok yang murah (karena transportasi murah), maka dengan kelebihan gaji/pendapatan bulanannya rakyat bisa membelanjakan untuk sesuatu yang diinginkannya. Untuk beli rokok, beli sabun yang lebih wangi, mencicil motor misalnya. Dan untuk yang sudah punya motor, maka dia bisa jalan-jalan dengan motornya yang dibensini oleh BBM bersubsidi.

Katanya subsidi BBM akan dialihkan ke subsidi yang berkaitan dengan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Keluarga Sejahtera. Untuk Kartu Indonesia Pintar, misalnya, entah bagaimana implementasinya. Apakah akan diberikan kepada semua anak-anak yang tidak mampu sekolah supaya bisa sekolah sampai SMP atau SMA. Persoalan utamanya adalah bahwa manusia adalah makhluk hidup dan bukan mesin/robot. Cobalah tawari sekolah gratis kepada anak-anak yang berumur 6-12 tahun yang ngamen dan mengemis di pinggir jalan. Mereka lebih suka main di jalan dan mengemis. Katakanlah pemerintah berhasil memaksa atau membujuk anak untuk sekolah, pertanyaannya adalah berapa banyak yang serius mencari ilmu. Kenyataannya banyak dari anak sekolah takut Ujian Nasional menunjukkan mereka tidak punya kepercayaan pada diri mereka bahwa mereka berilmu dan bisa lulus ujian apapun. Mungkin yang dikerjakan setiap hari hanyalah duduk di kelas tanpa mengerti pelajaran yang diocehkan guru. Ini tidak termasuk mengerti kegunaan “ilmu” yang diajarkan.

Berbicara mengenai kegunaan “ilmu” yang diajarkan disekolah, menurut pendapat saya kebanyakan tidak relevan dengan kebutuhan kerja. Kakau mau jujur, lebih dari 90% dari materi yang diberikan di sekolah tidak ada gunanya di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak pernah saya gunakan dalam bekerja, karena tidak punya nilai-nilai praktis. Kalau seseorang membuang waktu, sekolah/berbuat yang tidak bermanfaat karena pilihannya sendiri, itu adalah kesalahannya sendiri. Tetapi jika dipaksa membuang-buang hidupnya oleh pemerintah, itu kejahatan.

Kita boleh curiga bahwa uang subsidi tidak akan pernah mengalir 100% ke program-program kesejahteraan. Mungkin hanya sementara, sampai semua lupa. Kita sudah banyak yang lupa bahwa dulu untuk memasak digunakan minyak tanah bersubsidi. Kemudian subsidi minyak tanah dicabut, dan rakyat disuruh pindah ke LPG. Sekarang orang sudah lupa kemana subsidi minyak tanah ini dialihkan. Apakah masih klop? Juga untuk diesel, dulu industri boleh menggunakan diesel bersubsidi, dan barang-barang Indonesia menjadi kompetitif. Sekarang entah kemana uang subsidi itu dialihkan. Mungkin untuk menambah bupati dan anggota DPRD (pemekaran).

Subsidi itu jelek, tetapi jika uang pajak tidak kembali ke pembayar pajak, itu lebih jelek lagi. Subsidi jelek karena uang yang diambil adalah uang rakyat (dari pajak) dan itu dibagi untuk biaya overhead dan operasi pegawai pemerintah dan untuk subsidinya sendiri. Dan yang memperoleh nama adalah pemerintah bukan pembayar pajak. Orang yang menerima subsidi akan berterima kasih pada orang yang salah, yaitu pemerintah bukan kepada pembayar pajak yang sejatinya sebagai penderma asal muasal uang subsidi. Dengan kata lain, subsidi adalah perbuatan pemerintah merampok si Jonny dan uangnya sebagian diberikan kepada di Fulan setelah dipotong ongkos operasi. Kalau porsi yang diberikan si Fulan dihapuskan, artinya norma perbuatan yang tersisa adalah perampokan saja.

Berbicara mengenai terlambat, baru-baru ini pemerintah mau mempermudah investasi di bidang pertambangan. Ini keputusan yang telat. Harga bahan komoditi tambang cenderung turun untuk masa yang panjang. Komoditi sedang dalam masa secular bear market. Lihat saja harga tembaga, berada dalam koridor menurunnya.

 Harga tembaga menurun sejak tahun 2011, dan kecenderungan ini secara siklus tidak akan berubah sampai 10-15 tahun kedepan. Ada yang mau invest disini?

Hal ini juga berlaku untuk bahan ekspor andalan Indonesia lainnya, yaitu nickel, timah dan lain-lainnya. Kalau saya jadi investor, maka saya akan menunggu 10 tahun lagi dan bye-bye investasi. Usaha pemerintah untuk membuka investasi di sektor pertambangan adalah terlambat. Tunggu 10 tahun lagi.

Harga nickel menurun sejak tahun 2011, dan kecenderungan ini secara siklus tidak akan berubah sampai 10-15 tahun kedepan. Ada yang mau invest disini?

Bursa saham Jepang Jumat 31 Oktober 2014 lalu mengalami lonjakan yang fenomenal 870 poin. Dan harga emas anjlok $25. Ada apakah? EOWI akan mencoba mengangkat topik ini pada minggu pertama November ini.

Dari pedalaman Irian Jaya, kami ucapkan: sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

14 comments:

Anonymous said...

Sama seperti profesi accounting/auditor di sebuah perusahaan swasta,posisi ini sbnrnya bisa dikatakan posisi liabilitas "jika" seseorang bisa saling mengerti dan percaya satu sama lain,masalahnya hal tsb tidak mungkin diwujudkan di dunia ini,so semua omongan spt ini tidak ada faedahnya kan

Masalah pendidikan sy setuju memang lbh banyak teori dan kebanyakan terimplementasi,tp apakah menjamin bahwa menghilangkan semua teori tersebut maka segi prakteknya akan meningkat, di dunia ini ada yg namanya buruk,tidak buruk,baik jika anda tidak bisa menjadi baik maka setidaknya jgn jd yg buruk

1 hal lg mengenai presiden ,coba sy tanya pak is,meskipun jokowi tidak baik apakah bapak legowo jika pemimpin spt prabowo atau soekarno yg memimpin?,hehehe

Meskipun sejarah akan berulang,sudah kewajiban bagi manusia untuk mengulanginya dgn pembetulan di masa depan

Imam Semar said...

Mas Anony,
kita tidak boleh menilai seseorang kecuali perbuatannya.

Justru banyak perbuatan para politikus dan "pemimpin" ini tidak terpuji atau dicurigai tidak terpuji.

Pada saat harga minyak turun kok subsidi dihilanglan? Apa tidak aneh?

Orang yang penghasilannya tidak bisa ditabung dan tidak bisa pinjam uang di bank, kok disuruh punya rekening bank?

Anonymous said...

Salam pak IS
saya setuju perbuatan para politikus dan "pemimpin" ini tidak terpuji atau dicurigai tidak terpuji. 'politikus' = 'tikus kantor' yang jika sakit akan masuk ke ruangan 'polytikus' bukan polybedah,polyjantung,dan poli-poli lain yang ada di RS.
Untuk ke(tidak)bijaksanaan Pemerintah menaikkan harga BBM saat tren harga minyak dunia turun, sepertinya pemerintah ingin mengalihkan sisa subsidi yang besar itu untuk bagi-bagi (dalam bentuk Proyek) kepada para anggota h(D)ewan yang rakus dan tidak pernah mementingkat rakyat.

Unknown said...

Udah waktunya koleksi usd blom niee???

Anonymous said...

Saya dari Semarang. Cuma ikut membaca saja.

Imam Semar said...

Jefri,

USD-IDR sedang masa koreksi. Goyangannya sekitar 11 - 12.5 ribu.

Andy R said...

Imam bukan main semangat dan kontribusinya :). Beruntung siapa saja yang membaca tulisan-tulisan anda.

Melihat lingkungan sekitar saya, sudah mulai ada yang sadar kalau "ada yang salah" dengan our system, cuma belum bisa pin-point ke arah mana. Sarjana-sarjana ekonomi hanya jadi conformer kebijakan pemerintah. Media gak tau lagi apa arti critical; merely tabloid. Government keeps getting bigger. People kehilangan values, etc.

Libertarians must unite. Pak Imam memberi inspirasi saya untuk mulai menulis dan bikin situs :). I'm gonna start with the basics. wish me luck.

Imam Semar said...

Andy R,

Selamat datang....., semoga generasi anda bisa menikmati perjuangan anda.

Saya sih mungkin sudah mati...., he he he he....

Anonymous said...

Selama manusia masih memiliki hawa nasfu maka mau libertarian kek,komunis kek,semuanya berujung pada 1 hal yang sama,yakni konfik,konflik menimbulkan egosentris dan perselisihan,hasilnya sama saja selama manusia blm bisa menjadi seperti sidharta atau jesus
Mau 100 tahun atau 1000 tahun sama saja hasilnya kalau yg diatas blm terpenuhi

Anonymous said...

Selain Blog EOWI, dulu ada blog Pustaka Pohon Bodhi yang sejenis dan mencerahkan. Sayang yang Pustaka Pohon Bodhi sudah lama tidak di update.

Semoga Blog EOWI jangan MATI seperti Pohon Bodhi. Tetaplah memberi pencerahan bagi kami2 Pak Imam :-)

http://pohonbodhi.blogspot.com/

Farid said...

Di share yaa nanti situsnya :D

Cepot said...

Terima kasih sudah share blog lain serupa. Memang jarang penulis seperti Imam Semar ini. Saya sudah coba cari-cari belum ketemu juga yang berbahasa Indonesia.

agusks said...

Agus KS said...

Mas Semar, kajian kajian perihal ekonomi anda menyangkut kondisi saat ini sungguh terasa amat rasional dan relevan, ibarat seorang tokoh semar dalam pewayangan , tulisan anda ibarat wejangan poro sesepuh kepada generasi penerus agar lebih waspada dan bijak dalam menghadapi kurawa kurawa ketidak adilan di muka bumi, khususnya negara nuswantoro yg kita cintai

Aris Setiawan said...

Wah,,,, secara makro memang tersirat di surah al kahfi yang menyatakan banyak sekali kebengkokan jika tidak dilakukan berdasar hukum islam