Seorang teman, sebut saja bernama Imam Ahmad (yang
berarti pemimpin yang terpuji), yang
berasal dari Solo dan mengaku teman sekelas istri Jokowi di SMP mengatakan
bahwa ketika pemilihan umum dia memilih Prabowo bukan lantaran dia memendam
dendam karena pacarnya di SMP direbut Jokowi tetapi karena Jokowi berperawakan kurus
dan bertampang prihatin (orang
sengsara). Pemimpin yang hidupnya prihatin (sengsara) akan membawa rakyatnya
hidup prihatin pula, lanjutnya. Teman saya ini tidak suka hidup prihatin dan
sengsara. Saya juga. Siapa sih yang suka, kecuali kalau terpaksa. Kami di EOWI
sebisa mungkin memberikan kiat-kiat bagaimana tidak sengsara dengan jalan mempertahankan
tabungan dari mengutilan pemerintah lewat yang disebut inflasi atau monopoli
kekuasaan atas sistem moneter di negara kita. Itu salah satu wujud manifestasi
falsafah hidup kami bahwa kami di EOWI sangat membenci kesengsaraan.
Kesengsaraan adalah musuh EOWI. Pendapat kami di EOWI, tidak ada salahnya
menjadi kaya raya, selama jalannya halal.
Ternyata yang diramalkan Imam Ahmad teman saya itu
mengenai Jokowi akan menjadi sumber kesengsaraan adalah benar. Pertama Jokowi
akan menghapuskan pemberian Bantuan Sosial tunai, semua itu akan lewat bank. Orang
waras akan bertanya, apakah:
- lapisan sosial/ekonomi paling bawah ini punya rekening bank
- lapisan sosial/ekonomi paling bawah ini mengerti perbankan
- ada bank/ATM sampai ke pelosok-pelosok desa
Supir dan pembantu saya yang tidak miskin dan tidak
berhak memperoleh bantuan sosial, tidak punya rekening bank. Apalagi pemulung
atau petani penggarap atau buruh galian. Buat mereka, bank itu tidak ada
gunanya. Uang cuma pas-pasan, tidak ada yang bisa ditabung, digajipun dalam
bentuk tunai. Lalu...., mau pinjam bank juga tidak mungkin. Urusan dengan bank
akan memperumit (baca: membuat susah/sengsara) hidup mereka.
Menurut berita yang dilansir Kompas, Menteri
Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil menuturkan: "Akan mempercepat
transfer, orang kecil akan melek
perbankan, biasa menggunakan perbankan.”
Komentar EOWI: “Pak menteri......, orang miskin
tidak punya banyak duit untuk ditabung dan juga tidak memenuhi persyaratan
untuk meminjam uang dari bank serta transaksi sehari-hari selalu dalam bentuk
tunai, jadi untuk apa tahu seluk-beluk bank? Bagi mereka, bank menjadi beban.”
Sekarang bagi orang-senang
(bukan orang miskin sengsara), beban akan bertambah. Pegawai-pegawai negri yang
tugasnya membagikan bantuan sosial tunai, tidak akan diPHK. Mereka akan jadi
pengangguran terselubung yang tetap membebani anggaran pemerintah, dan
selanjutnya beban ini akan ditanggung pembayar pajak. Lalu, akan diadakan pegawai untuk mengurusi bantuan
sosial dengan transfer bank. Tentunya mereka ini punya spesifikasi yang tidak
sama dengan pegawai yang hanya bisa membagikan cash. Ibaratnya, polisi gagal memberantas korupsi, maka dibentuklah
team anti korupsi dan yang terakhir adalah KPK. Polisi tidak dibubarkan.
Lalu, dulu ada BPPKA yang mengurusi perminyakan Indonesia, yang BUMN, kemudian dijadikan BPMigas yang organisasinya lebih besar lagi dan peraturannya semakin banyak dan yang terakhir SKKMigas, yang juga makin besar, yang tidak berarti produksi minyak Indonesia meningkat (bahkan turun). Alhasil, pajak tetap tinggi untuk pembiayaan overhead mereka. Bahkan pemerintah akan mengejar penghindar pajak dan mencari jalan untuk memperbanyak jumlah penghindar pajak (dengan mengada-ada).
Walaupun Jokowi sering blusukan, menteri Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (dulunya
disebut Menko Kesra) Puan Maharani cucunya pencetus paham Marhaenisme, Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil
yang katanya anak tukang cukur dan ibunya yang guru ngaji, nampaknya mereka seperti
orang kecil dan tidak mengerti orang kecil. Mereka bak penderita sindroma Marie
Antonette ratu Prancis yang mengatakan: “Kalau rakyat tidak punya roti dan
tidak bisa makan roti, suruh saja mereka makan cake.” Kami di EOWI tidak tahu, apakah mereka, politikus, ini
pembohong atau penderita sindroma kewahaman Marie Antonette.
Kedua (dalam hal penyengsaraan rakyat), adalah
wacana menaikkan harga BBM. Ketidak-bijaksanaan ini akan berdampak seperti
judul tulisan ini Terlambat dan
Menyengsarakan. Kita akan soroti dampak yang menyengsarakan dulu. Yang
pasti ongkos transportasi akan naik. Dan ini akan merambat kemana-mana. Harga
barang yang paling sedikit kena dampaknya adalah barang-barang kecil yang
berharga tinggi konsumsi orang-orang berduit seperti emas, berlian, perhiasan,
jam Rolex, jam Franck Muller, tas Louis Vitton, Hermes, karena transportasi
bukan komponen yang perlu diperhitungkan dalam harga. Bayangkan jam Franck
Muller yang harganya setara dengan mobil Honda Jazz atau Honda Freed, bahkan
bisa lebih, dengan volume dan berat yang bisa digenggam tangan, apakah artinya
biaya transportasi? Nah lain lagi dengan sayuran, beras, daging, ayam, cabe,
ikan dan bulk material lainnya. Tidak hanya biaya transportasi naik tetapi biaya operasi dari beberapa
sektor produksi pangan, seperti nelayan, akan naik juga. Nelayan sekarang tidak
menggunakan perahu layar lagi!
Bagi orang kaya, kenaikan BBM tidak banyak
dampaknya. Dengan mobil mereka yang bagus, tentunya bukan peneguk bensin
premium bersubsidi, melainkan Pertamax atau V-Power. Tidak hanya itu, komponen BBM dalam konsumsi mereka tidak
besar. Pengeluaran untuk dugem, dan
kongkow-kongkow, makan di restoran berkelas, jauh lebih besar dari pada untuk
beli bensin bersubsidi.
Kita bisa meneruskan lagi pembahasan mengenai
dampak kenaikan BBM ini, misalnya pengaruh harga makanan rakyat kecil dan
rakyat kaya. Komponen harga makanan pada makanan warung tegal, warung pinggir
jalan atau mbok-mbok yang menggelar makanannya untuk pada supir, tukang ojek
dan kuli galian cukup besar (mereka nyaris tidak membayar sewa gedung), dibandingkan dengan komponen ongkos transportasi pada makanan di cafe-cafe, restoran di Pondok Indah
Mall, Senayan City, Gandaria City atau Pacific Place. Harga makanan di
tempat-tempat orang kaya nongkrong,
lebih banyak komponen sewa gedung, fasilitasnya dan suasana/atmosfir yang
santai dibandingkan dengan harga bahan mentah makanannya. Akhirnya, yang
terkena lebih banyak dampak kesengsaraan akibat kenaikan harga BBM adalah
rakyat yang sudah sengsara, bukan rakyat yang masih hidup senang.
Terlambat, .....ya, kenaikan BBM ini terlambat. Seperti
biasanya pemerintah sering (kalau tidak mau disebut selalu) terlambat dalam
mengambil keputusan. Mungkin tidak punya ekonom yang kompeten. Ini juga terjadi
pada masa lalu. Pada jamannya Megawati, 3 bulan setelah harga BBM dinaikkan,
harga minyak mentah dunia turun. Tetapi harga BBM Indonesia tidak diturunkan
kembali. Mungkin hal seperti ini akan terjadi lagi.
Harga minyak saat ini sedang dalam periode
bearish, cenderung untuk turun. Dalam 4 bulan terakhir ini harga minyak jatuh lebih
dari 25%. Kemungkinan selama 10 – 15 tahun ke depan trendnya akan turun.
Menaikkan harga BBM akan menjadi pertanyaan besar. Samakah penghapuskan subsidi
BBM dengan menaikkan harga BBM? Ini harus dihitung kembali. Yang pasti
menaikkan harga BBM adalah identik dengan menutup defisit
pengeluaran-pendapatan pemerintah. Itu yang pasti.
Harga minyak yang turun terus sejak Juni
2014. Apakah kenaikan harga BBM identik dengan penghapusan subsidi BBM.
Menaikkan harga BBM bisa berarti pemerintah akan
mengambil keuntungan lebih banyak dari harga yang lebih tinggi. Bisa juga
pemerintah mengurangi jatah anggaran untuk rakyat (dimana rakyat lebih bebas
membelanjakan uangnya sesuai dengan keinginan rakyat secara individual) dan
dialihkan belanja yang sesuai dengan keinginan pemerintah. Sebagai rakyat, jika
harga BBM murah (karena disubsidi) dan berdampak harga kebutuhan pokok yang
murah (karena transportasi murah), maka dengan kelebihan gaji/pendapatan
bulanannya rakyat bisa membelanjakan untuk sesuatu yang diinginkannya. Untuk
beli rokok, beli sabun yang lebih wangi, mencicil motor misalnya. Dan untuk yang
sudah punya motor, maka dia bisa jalan-jalan dengan motornya yang dibensini oleh BBM bersubsidi.
Katanya subsidi BBM akan dialihkan ke subsidi yang
berkaitan dengan Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu
Keluarga Sejahtera. Untuk Kartu Indonesia Pintar, misalnya, entah bagaimana
implementasinya. Apakah akan diberikan kepada semua anak-anak yang tidak mampu
sekolah supaya bisa sekolah sampai SMP atau SMA. Persoalan utamanya adalah
bahwa manusia adalah makhluk hidup dan bukan mesin/robot. Cobalah tawari sekolah
gratis kepada anak-anak yang berumur 6-12 tahun yang ngamen dan mengemis di pinggir jalan. Mereka lebih suka main di
jalan dan mengemis. Katakanlah pemerintah berhasil memaksa atau membujuk anak
untuk sekolah, pertanyaannya adalah berapa banyak yang serius mencari ilmu.
Kenyataannya banyak dari anak sekolah takut Ujian Nasional menunjukkan mereka
tidak punya kepercayaan pada diri mereka bahwa mereka berilmu dan bisa lulus
ujian apapun. Mungkin yang dikerjakan setiap hari hanyalah duduk di kelas tanpa
mengerti pelajaran yang diocehkan guru. Ini tidak termasuk mengerti kegunaan
“ilmu” yang diajarkan.
Berbicara mengenai kegunaan “ilmu” yang diajarkan
disekolah, menurut pendapat saya kebanyakan tidak relevan dengan kebutuhan
kerja. Kakau mau jujur, lebih dari 90% dari materi yang diberikan di sekolah
tidak ada gunanya di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak pernah saya gunakan
dalam bekerja, karena tidak punya nilai-nilai praktis. Kalau seseorang membuang
waktu, sekolah/berbuat yang tidak bermanfaat karena pilihannya sendiri, itu
adalah kesalahannya sendiri. Tetapi jika dipaksa membuang-buang hidupnya oleh
pemerintah, itu kejahatan.
Kita boleh curiga bahwa uang subsidi tidak akan
pernah mengalir 100% ke program-program kesejahteraan. Mungkin hanya sementara,
sampai semua lupa. Kita sudah banyak yang lupa bahwa dulu untuk memasak
digunakan minyak tanah bersubsidi. Kemudian subsidi minyak tanah dicabut, dan
rakyat disuruh pindah ke LPG. Sekarang orang sudah lupa kemana subsidi minyak
tanah ini dialihkan. Apakah masih klop?
Juga untuk diesel, dulu industri boleh menggunakan diesel bersubsidi, dan
barang-barang Indonesia menjadi kompetitif. Sekarang entah kemana uang subsidi
itu dialihkan. Mungkin untuk menambah bupati dan anggota DPRD (pemekaran).
Subsidi itu jelek, tetapi jika uang pajak tidak
kembali ke pembayar pajak, itu lebih jelek lagi. Subsidi jelek karena uang yang diambil adalah uang rakyat (dari pajak) dan itu dibagi untuk biaya overhead dan operasi pegawai pemerintah dan untuk subsidinya sendiri. Dan yang memperoleh nama adalah pemerintah bukan pembayar pajak. Orang yang menerima subsidi akan berterima kasih pada orang yang salah, yaitu pemerintah bukan kepada pembayar pajak yang sejatinya sebagai penderma asal muasal uang subsidi. Dengan kata lain, subsidi adalah perbuatan pemerintah merampok si Jonny dan uangnya sebagian diberikan kepada di Fulan setelah dipotong ongkos operasi. Kalau porsi yang diberikan si Fulan dihapuskan, artinya norma perbuatan yang tersisa adalah perampokan saja.
Berbicara mengenai terlambat, baru-baru ini
pemerintah mau mempermudah investasi di bidang pertambangan. Ini keputusan yang
telat. Harga bahan komoditi tambang cenderung turun untuk masa yang panjang.
Komoditi sedang dalam masa secular bear
market. Lihat saja harga tembaga, berada dalam koridor menurunnya.
Harga tembaga menurun sejak tahun 2011,
dan kecenderungan ini secara siklus tidak akan berubah sampai 10-15 tahun
kedepan. Ada yang mau invest disini?
Hal ini juga berlaku untuk bahan ekspor andalan
Indonesia lainnya, yaitu nickel, timah dan lain-lainnya. Kalau saya jadi
investor, maka saya akan menunggu 10 tahun lagi dan bye-bye investasi. Usaha
pemerintah untuk membuka investasi di sektor pertambangan adalah terlambat.
Tunggu 10 tahun lagi.
Harga nickel menurun sejak tahun 2011, dan
kecenderungan ini secara siklus tidak akan berubah sampai 10-15 tahun kedepan.
Ada yang mau invest disini?
Bursa saham Jepang Jumat 31 Oktober 2014 lalu
mengalami lonjakan yang fenomenal 870 poin. Dan harga emas anjlok $25. Ada
apakah? EOWI akan mencoba mengangkat topik ini pada minggu pertama November
ini.
Dari pedalaman Irian Jaya, kami ucapkan: sekian
dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
14 comments:
Sama seperti profesi accounting/auditor di sebuah perusahaan swasta,posisi ini sbnrnya bisa dikatakan posisi liabilitas "jika" seseorang bisa saling mengerti dan percaya satu sama lain,masalahnya hal tsb tidak mungkin diwujudkan di dunia ini,so semua omongan spt ini tidak ada faedahnya kan
Masalah pendidikan sy setuju memang lbh banyak teori dan kebanyakan terimplementasi,tp apakah menjamin bahwa menghilangkan semua teori tersebut maka segi prakteknya akan meningkat, di dunia ini ada yg namanya buruk,tidak buruk,baik jika anda tidak bisa menjadi baik maka setidaknya jgn jd yg buruk
1 hal lg mengenai presiden ,coba sy tanya pak is,meskipun jokowi tidak baik apakah bapak legowo jika pemimpin spt prabowo atau soekarno yg memimpin?,hehehe
Meskipun sejarah akan berulang,sudah kewajiban bagi manusia untuk mengulanginya dgn pembetulan di masa depan
Mas Anony,
kita tidak boleh menilai seseorang kecuali perbuatannya.
Justru banyak perbuatan para politikus dan "pemimpin" ini tidak terpuji atau dicurigai tidak terpuji.
Pada saat harga minyak turun kok subsidi dihilanglan? Apa tidak aneh?
Orang yang penghasilannya tidak bisa ditabung dan tidak bisa pinjam uang di bank, kok disuruh punya rekening bank?
Salam pak IS
saya setuju perbuatan para politikus dan "pemimpin" ini tidak terpuji atau dicurigai tidak terpuji. 'politikus' = 'tikus kantor' yang jika sakit akan masuk ke ruangan 'polytikus' bukan polybedah,polyjantung,dan poli-poli lain yang ada di RS.
Untuk ke(tidak)bijaksanaan Pemerintah menaikkan harga BBM saat tren harga minyak dunia turun, sepertinya pemerintah ingin mengalihkan sisa subsidi yang besar itu untuk bagi-bagi (dalam bentuk Proyek) kepada para anggota h(D)ewan yang rakus dan tidak pernah mementingkat rakyat.
Udah waktunya koleksi usd blom niee???
Saya dari Semarang. Cuma ikut membaca saja.
Jefri,
USD-IDR sedang masa koreksi. Goyangannya sekitar 11 - 12.5 ribu.
Imam bukan main semangat dan kontribusinya :). Beruntung siapa saja yang membaca tulisan-tulisan anda.
Melihat lingkungan sekitar saya, sudah mulai ada yang sadar kalau "ada yang salah" dengan our system, cuma belum bisa pin-point ke arah mana. Sarjana-sarjana ekonomi hanya jadi conformer kebijakan pemerintah. Media gak tau lagi apa arti critical; merely tabloid. Government keeps getting bigger. People kehilangan values, etc.
Libertarians must unite. Pak Imam memberi inspirasi saya untuk mulai menulis dan bikin situs :). I'm gonna start with the basics. wish me luck.
Andy R,
Selamat datang....., semoga generasi anda bisa menikmati perjuangan anda.
Saya sih mungkin sudah mati...., he he he he....
Selama manusia masih memiliki hawa nasfu maka mau libertarian kek,komunis kek,semuanya berujung pada 1 hal yang sama,yakni konfik,konflik menimbulkan egosentris dan perselisihan,hasilnya sama saja selama manusia blm bisa menjadi seperti sidharta atau jesus
Mau 100 tahun atau 1000 tahun sama saja hasilnya kalau yg diatas blm terpenuhi
Selain Blog EOWI, dulu ada blog Pustaka Pohon Bodhi yang sejenis dan mencerahkan. Sayang yang Pustaka Pohon Bodhi sudah lama tidak di update.
Semoga Blog EOWI jangan MATI seperti Pohon Bodhi. Tetaplah memberi pencerahan bagi kami2 Pak Imam :-)
http://pohonbodhi.blogspot.com/
Di share yaa nanti situsnya :D
Terima kasih sudah share blog lain serupa. Memang jarang penulis seperti Imam Semar ini. Saya sudah coba cari-cari belum ketemu juga yang berbahasa Indonesia.
Agus KS said...
Mas Semar, kajian kajian perihal ekonomi anda menyangkut kondisi saat ini sungguh terasa amat rasional dan relevan, ibarat seorang tokoh semar dalam pewayangan , tulisan anda ibarat wejangan poro sesepuh kepada generasi penerus agar lebih waspada dan bijak dalam menghadapi kurawa kurawa ketidak adilan di muka bumi, khususnya negara nuswantoro yg kita cintai
Wah,,,, secara makro memang tersirat di surah al kahfi yang menyatakan banyak sekali kebengkokan jika tidak dilakukan berdasar hukum islam
Post a Comment