___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, May 8, 2011

(No.25) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21





(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)


Sebelum kita melanjutkan dongeng PPUPCZF (Penipu, Penipu Ulung, Politikus dan Cut Zahara Fonna) ada baiknya kita mengkaji dua komentar pembaca EOWI. Kemungkinan komentar ini datangnya dari orang yang sama.

Begini komentarnya:

Anonymous Bapaknya Kwik said...

Bukan sosialis saja, Kebebasan yang digaungkan EOWI juga banyak mafsadatnya, (mafsadat = kerusakan atau akibat buruk yg menimpa seseorang (kelompok) krn perbuatan atau tindakan pelanggaran hukum: perjudian dapat menimbulkan -- berupa kemiskinan, kemalasan, dan kejahatan lainnya) khususnya bagi negara miskin dan berkembang. Jika laissez faire diterapkan maka hukum pasar (red;rimba) akan berlaku juga, yang kuat menindas yang lemah. Dan orang seperti EOWI ini tetap berlagak individualis dengan mengatakan pada si miskin "salah kamu sendiri miskin, kenapa tidak usaha. Buanglah kemalasan dari dirimu dan gunakan seluruh hidupmu untuk bekerja tak ada yang akan menolong selain dirimu sendiri, itu kata tuhan!"


Disisi lain EOWI menutup mata dari cara sistem ini bekerja. Apa pengecer di kolong jembatan itu disuruh bertarung dg carrefour, alfa n giant?? Apa petani itu harus dipaksa menurunkan harga seperti produk2 cina. Saya yakin anda tak akan setuju dg proteksionisme, tapi apa David mau ttp dibiarkan bertarung dg Goliath sendirian??


Ini salah 1 faktor saja, belum yang lain. Jika anda mau cari yang lain, silakan liat di Emas Pura sana yang kebanyakan Rakyatnya masih tidak tau cara memakai baju. Egois!


Anonymous MuridKwik said...

O, jadi menurut pandangan anda orang2 Papua (+rakyat lainnya) harus berpangku tangan melihat gunung emas mereka "dicuri" para kapitalis dan birokrat penghisap darah??!!. Salah sendiri mereka miskin, salah sendiri mereka ttp bodoh, slh sendiri mereka ttp pakai koteka. mau miskin kek, mampus kek, EGP. Mau pinter, sekolah! mau kaya, kerja! dg menipu, korupsi, terserah.. yang penting jangan karena "ditolong" orang lain apalagi negara karena itu bertentangan dg filosofi kami. Inilah wajah2 kapitalis egois yang ditunjukkan IS. Klo pemimipin seperti Anda yg miskin tambah miskin (mungkin sgt diharap kematiannya) yg kaya tambah kaya, Sungguh individualis!

Hari ini kita agak religious sedikit dalam menanggapi komentar pembaca EOWI. Karena disamping data, EOWI menyukai juga nasehat dan petunjuk dari Tuhan, Allah yang (kata orang Indonesia) yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. EOWI lebih menyukai sebutan Tuhan yang Paling Pengasih dan Paling Penyayang. Kata “Maha” yang diberikan oleh orang-orang Indonesia membuat artinya menjadi rancu. Seperti pada kata Maha Esa, mungkin maksudnya adalah bukan 0.99999 atau 1.0001. Entah apa arti kata “Maha” disitu karena esa sendiri berarti 1.00 dengan jumlah significant figure lebih dari 50 (maksudnya 1.00000000....... sampai nolnya 49 dibelakang desimal).

Kembali kepada topik semula. Ada suatu kisah teladan yang dicontohkan Tuhan yang Paling Pengasih dan Paling Penyayang di dalam Quran, surah Maryam atau Maria.

[19:22] Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.


[19:23] Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan".


[19:24] Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.


[19:25] Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,


[19:26] maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini".

Dalam kisah ini Maryam atau Maria, sendirian, ditempat terpencil, sakit, lemah karena baru saja melahirkan bayi. Untuk membayangkan kondisi Maria ini, EOWI mempersilahkan pembaca untuk menjenguk rumah sakit bersalin dan melihat para ibu yang habis melahirkan. Maria mungkin lebih buruk kondisinya karena ia melahirkan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Dalam kondisi lemah dan lapar, yang Paling Pengasih dan Paling Penyayang mengirimkan malaikatnya hanya sekedar untuk menyuruh Maria menggoyang-goyang pohon kurma untuk merontokkan buahnya. Tanggung amat sih Tuhan Paling Pengasih dan Paling Penyayang ini? Bukannya menyuruh malaikat membantu memetikkan korma dan memberikan makanan, kok hanya menyuruh Maria mengambil buah kurma dari pohonnya. Bayangkan bagaimana kondisi yang masih lemah dan kesakitan disuruh melakukan kerja yang berat. Menggoyang pohon kurma bukanlah pekerjaan yang ringan.

Hikmah dari kisah ini mungkin Sang Paling Pengasih dan Paling Penyayang hendak menunjukkan makna Paling Pengasih dan Paling Penyayang (Maha Pengasih dan Maha Penyayang kata orang banyak). Kata Paling Pengasih dan Paling Penyayang berarti dalam memberi rizki tidak sampai pada menyodorkan makanan dihadapan. Orang masih dituntut untuk berusaha, walaupun dalam kondisi lemah dan kesakitan.

Kita boleh bertanya-tanya, apa jadinya kalau Maryam menolak perintah Tuhan itu dan enggan menggoyang-goyang pohon kurma yang tentu saja pekerjaan berat baginya yang masih lemah dan kesakitan. Tentu saja Maryam akan mati kelaparan, karena kelaparan dan perdarahan yang memburuk. Bisa disimpulkan bahwa menurut Tuhan yang Paling Pengasih dan Paling Penyayang, kerja dan berusaha adalah wajib bagi semua orang baik yang kuat atau yang lemah kalau mereka mau hidup.

Orang-orang sosialis seperti Kwik Kian Gie, mungkin menganggap Tuhan yang seperti ini masih kurang pengasih dan kurang penyayang. Oleh sebab ia tidak memilih Islam sebagai agamanya. Mungkin mereka menginginkan pemerintah lebih pengasih dan penyayang dibandingkan Tuhan. Tentu saja tidak bisa. Tuhan tidak akan suka diungguli dalam sifat pengasih dan penyayangnya oleh Pemerintah. Banyak usaha-usaha semacam ini gagal dalam mengentaskan kemiskinan. Eksperimen seperti ini pernah dicoba pada suku-suku Indian kulit merah Amerika dan suku Aborigin Australia. Dan hasilnya….., pembaca bisa melihat sendiri.

Pada komentar di atas ada pernyatan/pertanyaan yang menarik: Apa pengecer di kolong jembatan itu disuruh bertarung dg carrefour, alfa n giant?? Apa petani itu harus dipaksa menurunkan harga seperti produk2 cina. Saya yakin anda tak akan setuju dg proteksionisme, tapi apa David mau ttp dibiarkan bertarung dg Goliath sendirian??

Ini adalah penyederhanaan situasi. Seakan yang ada hanyalah pertarungan dan konflik. Pengecer tidak perlu bertarung dengan Carrefour atau Alfa Mart. Banyak opsi yang bisa dilakukan pengecer lemah. Mereka bisa lebih effektif dan effisien, bisa juga secara bersama-sama membentuk usaha yang lebih besar dan bisa menutup usahanya kemudian bekerja untuk Carrefour, Alfa Mart dan Giant. Kalau tidak bisa bersaing, kenapa harus bersaing? Ayah saya dulu selalu ingin menjadi pengusaha, dan berkali-kali dicobanya dan selalu gagal. Berkali-kali ia membenturkan kepalanya ke tembok. Itu adalah pilihan yang saya pikir konyol. Oleh sebab itu saya memilih bekerja pada pengusaha yang punya modal, sampai saya mampu bersaing. Hidup saya lebih enak dari pada ayah saya…, alhamdulillah. Tidak perlu ada pertarungan, karena pertarungan akan menguras modal dan kapital. Dan kalau anda lihat, banyak yang bekerja di Alfa Mart dan Carrefour adalah dari golongan para pengecer jalanan (mungkin anak atau saudara atau mereka sendiri).

Komentar lainnya: Kalau pemimipin seperti Anda (maka) yg miskin tambah miskin (mungkin sgt diharap kematiannya) yg kaya tambah kaya

Ungkapan ini patut diduga sebagai hasil dari membeo dari omongan politikus. Ungkapan ini juga memelintir logika oleh sebab itu mudah dipatahkan. Persoalan yang sesungguhnya adalah rajin-malas, effesien-boros. Jadi komentarnya seharusnya adalah: Kalau pemimipin seperti Anda (maka) yg malas dan boros tambah miskin (mungkin cepat mati) dan yg rajin dan effisien tambah kaya. - Maryam kalau malas mengambil kurma, mungkin dia akan mati bukan?

Kalimat seperti ini punya korelasi logika yang benar. Oleh sebab itu, di negara-negara dimana kebebasan berusaha diutamakan, anda tidak akan menjumpai yang kaya semakin kaya dan yang mskin semakin miskin. Negara seperti Hong Kong dan Singapura, yang beberapa dekade ini menempati urutan atas dalam hal kebebasan berusaha/ekonomi, sulit sekali menjumpai orang miskin yang sampai mati atau orang yang terlantar. Tuhan telah mencukupkan rizki bagi mereka.

Tanggapan EOWI di atas secara implisit punya asumsi bahwa niat para kaum sosialis ini baik. Tentu saja kebanyakan sifat yang dimuliki oleh politikus jauh dari baik. Kita bisa usulkan kepada Kwik dan rekan-rekannya untuk mendirikan sebuah perusahaan untuk mencari bahan tambang kemudian memproduksinya atau membuat perkebunan kepala sawit di Irian sana dan hasilnya dibagikan kepada rakyat Papua. Seperti Albert Schweitzer lah,…. Hanya lebih baik lagi. EOWI yakin mereka tidak mau,….. karena mereka ini patut diduga sebagai hipokrit.

EOWI sangat menganjurkan pembacanya agar menjadi orang yang effektif dan berdayaguna (bahasa Arabnya saleh). Karena orang-orang effektif dan berdayaguna (saleh) ini sangat disukai Tuhan. Banyak pembaca EOWI yang berpencar diseluruh dunia, dari mulai Timur-Tengah, Eropa sampai ke Finlandia, Australia, di lautan Atlantik yang menunjukkan banyak pembaca EOWI adalah orang-orang yang rajin dan effektif, berdayaguna (saleh) mencari rezkinya secara halal sampai ke ujung dunia.

Menjadi orang yang effektif dan berdayaguna (saleh) mempunyai tempat yang istimewa di mata Tuhannya kaum muslimin. Kaum muslimin, diperintahkan oleh Tuhannya seperti yang dicontohkan oleh nabinya, untuk medoakan orang-orang yang effektif dan berdayaguna (saleh) paling sedikit sehari 9 kali. Doanya dalam bahasa Arab dan kalau diartikan, bunyi doa itu adalah sebagai berikut: “Doa kedamaian, kesejahteraan dan rahmat serta berkah bagimu ya.. nabi. Dan doa kedamaian dan kesejahteraan bagimu ya… orang-orang yang effektif dan berdayaguna (saleh).”

Doa ini tidak memandang keimanan seseorang. Mungkin karena doa ini dan hukum Tuhan maka orang-orang effektif dan berdayaguna (saleh) selalu makmur, terlepas dari keimanan mereka. Tuhan mengabulkan doa jutaan kaum muslimin yang diucapkan 9 kali dalam seharinya. Bukankah lebih baik menjadi orang yang effektif dan berdaya guna?

Sekian dulu komentarnya. Dongeng PPUCZF kita lanjutkan lagi. Pada bagian ini kita akan mengkontraskan dua system, system sosialis dan system laissez faire yang dituduhkan sebagai hukum rimba. Dan tentu saja yang lebih sukses dalam mengentaskan kemiskinan adalah yang hukum rimba, bukan sosialisme. Ini berdasarkan data, bukan khayalan Kwik Kian Gie.


Dongeng Dua Korea

Jaman dahulu kala kira-kira abad ke 10 masehi, di sebuah semenanjung yang menempel Asia di timur Cina, ada sebuah kerajaan yang bernama Goryeo. Lidah orang sering keseleo akhirnya nama ini menjadi Korea. Orang-orang di kerajaan ini bermata sipit seperti orang Cina dan Jepang. Berkulit kuning. Dan mereka suka makan kimchi. Orang-orang disana mempunyai seni bela-diri yang bernama taekwondo yang berbeda dengan kungfu dari Cina atau karate dari Jepang. Yang menjadi ciri dari seni bela-diri taekwondo adalah penggunaan kaki yang sangat ekstensif. Semenanjung ini juga mengalami jaman kekejaman pendudukan Jepang tahun 1910.

Sejarah menjadi bercabang ketika perang dunia II berakhir dengan menyerahnya Jepang. Dalam kesepakatan sekutu, Uni Soviet akan melucuti tentara Jepang yang berada di utara garis 38 derajat lintang utara, dan Amerika Serikat akan melucuti tentara Jepang yang berada di selatannya. Kemudian wilayah semenanjung Korea di utara garis 38 derajat lintang utara ini di sebut Korea Utara dan di sebelah selatannya di sebut Korea Selatan. Walaupun keduanya terpisah oleh garis imaginer yang disebut 38 derajat lintang utara, masyarakat di kedua daerah ini tetap sama; matanya sipit, kulitnya kuning dan suka makan kimchi.

Dari interaksi dengan Uni Soviet, para politikus di Korea Utara melihat contoh-contoh dari Uni Soviet yang bisa adopsi untuk negrinya. Politikus Korea Utara dengan bantuan rekannya dari Uni Soviet menjanjikan bahwa pemerintah akan mengurus semua urusan mereka, rakyatnya dari mulai menyediakan lapangan pekerjaan, perawatan kesehatan, perlindungan, bahan pangan, pendek kata menyediakan kemakmuran bagi mereka. Mereka, katanya menyukai berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, tidak perlu negara lain seperti Sukarno di Indonesia. Nama negara itu resminya Republik Demokrasi Rakyat Korea. Untuk menunjang peran dan tujuan negara maka dibentuklah birokrasi yang makin lama makin besar, sangat besar. Pemimpinnya bernama Kim Il-sung. Semula jabatannya adalah perdana menteri yang dimulai dari awal pendirian Korea Utara, tahun 1948, kemudian menjadi presiden tahun 1972 sampai sekarang dan mungkin sampai negara ini bubar. Kim Il-sung meninggal tahun 1994. Jadi sekarang Korea Utara mempunyai presiden yang mati. Membingungkan bukan? Kok ada negara dengan jabatan presiden mati.

Setelah kematian Kim Il-sung, anaknya Kim Jong-il menjadi pemimpin di Korea Utara sebagai kepala komisi pertahanan Korea Utara, bukan sebagai presiden.

Di seberang garis demarkasi 38 derajat lintang utara, yang di sebut Korea Selatan rakyatnya lebih suka bebas dan tidak tergantung pada pemerintah. Mereka lebih suka berusaha sendiri, lapangan kerja tidak perlu disediakan pemerintah, kesejahteraan adalah usaha sendiri. Pendek kata, peran pemerintah tidak banyak. Besarnya birokrasi pemerintahnya jauh lebih kecil dari pada rekannya Korea Utara. Dalam hal kebebasan berusaha, Korea Selatan menempati peringkat 30 (tahun 2009), tepat di bawah Belgia yang masuk kategori negara bebas. Dalam hal kebebasan, Korea Selatan dari tahun-ke tahun menjadi semakin bebas. Sebagai perbandingan, Indonesia masuk pada peringkat 114 untuk tahun 2009.

Memperbandingkan dua Korea ini untuk menilai dampak campur tangan pemerintah di dalam tata kehidupan negara sangat relevan. Sebelum pemisahan keduanya di tahun 1948, kedua Korea ini mempunyai sejarah yang sama. Orang-orangnya sama, sukunya sama, mata mereka sama-sama sipit, bahasa mereka juga sama, kulitnya juga kuning, makanan mereka sama. Bahkan dulu, bau mereka mungkin juga sama. Nah setelah enam dekade, nampak perbedaan yang sangat menyolok.

Pertama GDP/PPP per kapita Korea Utara tidak beranjak dari posisi tahun 1948 sedangkan Korea Selatan sudah melesat hampir 25 kali lipat (lihat Grafik V- 11).

Grafik GDP di atas bisa bercerita banyak. Rakyat Korea Selatan, dengan kemakmuran yang meningkat 25 kali lipat diukur dengan GDP, secara fisik akan membuat kontras dibandingkan dengan tetangganya, rakyat Korea Utara, misalnya tinggi badan, harapan hidup (umur) rata-rata, kesehatan dan lain sebagainya. Tinggi rata-rata pemuda Korea Selatan tahun 2005 – 2010 menurut banyak statistik adalah 174 cm. Sedangkan rekannya di Korea Utara hanya 165 cm. Menurut catatan statistik tahun 2010[1], harapan hidup rakyat Korea Utara adalah 63.8 tahun dan ini adalah 1,5 dekade lebih pendek dari padan saudaranya di Korea Selatan yang harapan hidupnya (umur rata-ratanya) 78.7 tahun. (Orang malas dibenci Tuhan cepat mati?)

Grafik V- 11 GDP Korea Utara dan Korea Selatan

Kebebasan berkreasi dan berusaha membuat rakyat Korea Selatan mampu melahirkan produsen barang konsumsi berkwalitas seperti Hyundai dan KIA untuk mobil, dan di bidang produk elektronika dikenal Samsung dan LG. Pemerintah tidak akan mampu melahirkan barang-barang konsumsi yang bagus dengan harga bersaing. Barang konsumsi bukan satu-satunya produk Korea Selatan. Untuk industri dan mesin-mesin juga mereka ciptakan. Bagaimana dengan Korea Utara? Birokrat hanya mampu menciptakan kelaparan dan mesin perang yang tidak ada kaitannya dengan kemakmuran.

Kisah dua Korea ini bukan satu-satunya contoh yang bisa dijadikan pelajaran bahwa perencanaan terpusat dan campur tangan pemerintah yang terlalu banyak justru menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat. Di abad ini masih ada beberapa kisah yang bisa dijadikan pelajaran. Kisah dua Jerman, yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur.

Sampai tahun 1945 kedua Jerman ini masih bersatu. Mereka melewati perang dunia I dan II bersama. Bersama juga di bawah pimpinan Hitler. Mereka sama-sama berbadan tinggi besar dan suka minum bir dan menyukai wurst. Dan kalau memaki, kata yang sering digunakan juga sama yaitu “scheiße”. Kemudian mereka ini berpisah di tahun 1945 sampai tahun 1990. Jerman Barat rakyatnya bebas menentukan nasibnya sendiri dan Jerman Timur dengan pemerintahan/birokrasi sebagai pusat segala kegiatan untuk mencapai kemakmuran. Perkembangan selanjutnya tidak banyak berbeda dengan kisah dua Korea. Di Jerman Barat mobil-mobil berkwalitas dan berkelas diproduksi seperti Porche, Mercedes Benz, BMW, dan VW. Dan di Jerman Timur hanya ada Trabant yang sama sekali tidak terkenal, dengan mesin dua-langkah yang berasap (mencemari udara) dan selama 30 tahun hanya diproduksi 3 juta unit. Jerman Barat melahirkan nama-nama terkenal di bidang industri, seperti Siemens, BASF, Bayer, Hoechst, Allianz dan lain sebagainya. Industri Jerman Timur bagaimana? Nyaris tak terdengar. Tidak seperti Korea, rakyat Jerman Timur menyadari sistem dimana peran pemerintah dalam kehidupannya terlalu banyak tidak akan menciptakan kemakmuran. Pada tahun 1990 ada kesempatan untuk mendepak para politikusnya dan kemudian bergabung dengan Jerman Barat setelah 4,5 dekade berpisah.

Kalau mau menelusuri lebih lanjut, masih ada lagi kisah-kisah yang lain yang relevan untuk mempelajari hubungan antara peran pemerintah dan laju pertumbuhan kemakmuran masyarakat. Kisah 4 Cina misalnya. Ada Cina Komunis, Cina Taiwan, Hongkong dan Singapura. Kaitan antara peran pemerintah dan laju pertumbuhan kemakmuran negara-negara ini antara tahun 1945 – 1985 nampak bedanya.


[1] WORLD HEALTH RANKINGS (http://www.worldlifeexpectancy.com)


Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan

8 comments:

MuridKwik said...

Oke lah jika IS mengklaim bahwa kebebasan itu cara yang paling jitu untuk memakmurkan suatu komunitas, karena kebebasan akan melahirkan banyak lapangan kerja. Tapi ada yang luput dari pandangan IS, sistem ini akan menghasilkan egoisme, individualisme, mau menang sendiri, ketidakpedulian dan semua sifat yg setara dg kata2 tsb. Dan anda sdh tau sifat2 ini ciri siapa?!. Untung di dunia ini hanya ada 1 Amerika, jika 2, 3, pasti depopulasi akan sangat efektif untuk mengeliminasi budak2 yang "malas". Saya memang tak menyinggung apakah sistem ini berhasil membuat makmur atau tdk, saya hanya prihatin efek sampingnya saja. Dulu manusia saling toleran, paling tidak masih belum ada sistem yg membuat mereka menjadi selfish, dan materialistik. Anda lihat skrg, jalan pun harus bayar, apa2 bayar, bahkan untuk kencing! Mungkin cuma kentut dan tertawa saja yg tdk dipungut biaya, karena Good government is the least government, yg lebih ekstrim No Government! Pajak pemerintah?? tak tau lari kemana....

Anonymous said...

.. Mereka bisa lebih effektif dan effisien ..

ah ini adalah kata-kata dari Master Bankir yang dengan jitu menyamarkan masalah pokok : bunga yang tidak ikut tercipta ketika kredit (uang) diciptakan.

Untuk sosialis yang hasil bajakan dari JP Proudhon dan bakunin : sudahlah, sosialisme merupakan kapotalisme negara, enyahlah gak gunanya.

Anonymous said...

Pak IS, saya penggemar anda tapi kali ini your argument is flawed, terutama ketika hendak meng-counter MuridKwik.

Keliatannya anda menganut survival of the fittest, padahal yg tertinggal belum tentu malas, tetapi memang tidak dapat kesempatan saja.

Malah di sistem ekonomi bebas, di dalam korporasi2, banyak orang malas dengan koneksi mantap menduduki posisi tinggi berpenghasilan tinggi pula.

sigit said...

@MuridKwik : Mohon Belajar lagi pak. Istilah ilmiah Egoisme bukan berarti tidakpeduli. Individualisme tidak ada kaitannya dengan menang sendiri. Jangan dikurangi2 maknanya. Orang Egois atau invidualis tetap mau membantu orang lain dan SANGAT menghargai HAK2 DASAR orang lain. Egoisme dan Individualisme membentengi diri sendiri dari parasit. Lihat saja faktanya dan contoh2 dari paparan pak IS. Tapi si Parasit sudah pasti sama dengan egois+tidakpeduli+menang sendiri sampai inangnya mati.
Tentang pajak : tidak mungkin dihilangkan selama masih ada politikus bermental parasit. Jadi jelas bukan egoisme dan individualisme ataupun materialisme yang menyebabkan semua berbayar...

@anynomious: "malah di sistem ekonomi bebas, didalam korporasi banyak orang malas dengan koneksi mantap menduduki posisi tinggi berpenghasilan tinggi pula"
BIASA. INI DUNIA NYATA. KALAU DIA PARASIT, TINGGAL TUNGGU PERUSAHANNYA BANGKRUT. FAKTANYA PERUSAHAN BESAR LEBIH BANYAK BERASAL DARI NEGARA MAJU. LEBIH BAIK KITA TIRU MEMAJUKAN PEREKONOMIAN BIAR BISA MENCETAK PERUSAHAAN BESAR BANYAK

salam. Sigit

Anonymous said...

banyak orang malas dengan koneksi mantap menduduki posisi tinggi berpenghasilan tinggi pula.

ya jelas broo... direktur mah gak usah rajin2 amat, ngepel kantor setiap hari

smid said...

kalau mau berhasil berusaha dan berdoa.."jgn malas" bukan berarti hanya malas berusaha,tp juga jangan malas berdoa..kalau memang belum dapat apa yg diinginkan berusaha dan berdoa lebih keras..

@anony May 9, 2011 5:54 AM

kalau ada orang malas yg dapat rezeki lebih dan kerja di korporsai besar,karena koneksi,, ya sudah itu rejeki dia dari tuhan..apa iri?percalah kalau tuhan "maha" adil,rejeki yg didapat orang yg menurut anda rajin tp tidak "survive" ya itu lah yg dikasih tuhan..atau anda meragukan peran tuhan?


[4:132] Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.

1 Yohanes 5:14
Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya

Anonymous said...

di luar konteks bro.
kalo mau komentar lihat di atasnya gue ngomong apa dulu.

Keliatannya anda menganut survival of the fittest, padahal yg tertinggal belum tentu malas, tetapi memang tidak dapat kesempatan saja.

Malah di sistem ekonomi bebas, di dalam korporasi2, banyak orang malas dengan koneksi mantap menduduki posisi tinggi berpenghasilan tinggi pula.

Anonymous said...

Bukan begitu bro...

“Being defeated is often a temporary condition, giving up is what makes it permanent.”

Jika ada orang malas tapi sukses karena koneksi ya biarkan saja bro.., jika kita slalu menyalahkan orang lain, kapan kita maju...,

kita tauh "menyalahkan orang lain adalah cara terbaik menutupi kekurangan diri sendiri"... jika bangsa ini menyalahkan bangsa lain terus, tanpa berbuat apa2, kapan bisa maju bro... jika kau ingin maju jangan menyalahkan orang lain

jika kau jadi pengusaha atau apalah dan sering gagal, maka jangan salahkan siapapun, tetapi berusahalah "siapa yang bersungguh2 dia akan berhasil"