Sejarah, dongeng satir, humor sardonik
dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik,
serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal
abad 21
(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)
Gonoisme
Kalau anda cari di buku-buku
sekolah atau buku-buku yang bersifat akademis, istilah Gonoisme tidak akan anda
temui karena istilah ini hanya karangan saya. Supaya tidak membingungkan,
istilah ini perlu diperkenalkan dahulu.
Gonoisme adalah suatu aliran yang
berpandangan bahwa kemakmuran bisa dicapai bila suatu masyarakat mempunyai
banyak uang. Pemikiran yang wajar dan bisa oleh diterima akal pendek bukan oleh
pemikiran yang jernih dan runut. Gideon Gono, demikian nama gubernur bank
sentral Zimbabwe (2003 - 2013), bukanlah orang yang pertama yang mencetuskan
pandangan ini, melainkan orang yang paling aktif dan berhasil menerapkan
ideologi ini di dalam suatu negara yang bernama Zimbabwe dari tahun 2003 sampai
buku ini ditulis. Karena prestasinya, Gideon Gono memperoleh hadiah Ig
Nobel tahun 2009 untuk bidang matematika[1].
Kontribusi Gono terhadap ilmu matemetika ialah melatih rakyat Zimbabwe untuk
menghitung dan mengenali angka melalui uang yang diedarkan dari pecahan 1 sen
sampai pecahan 100 trilliun dollar. Panitia pemberi hadiah Ig Nobel,
berpendapat bahwa populasi rakyat yang bisa menghitung aritmatika dan menyebut
secara terbilang dari 0,01 sampai 100.000.000.000.000.000.000.000 yang
terbanyak ada di Zimbabwe. Pembaca jangan meremehkan hal ini. Silahkan coba
menyebut secara terbilang angka berikut ini: "13.942.342.935.958.982.946.516.983,83" - pasti sulit sekali. Jangan dikira
bilangan sebesar ini tidak punya nilai praktis di dalam kehidupan sehari-hari
rakyat Zimbabwe. Kalau pemerintah Zimbabwe tidak pernah menghapus angka-angka
nol di mata uangnya, maka bilangan dollar Zimbabwe yang anda sebutkan di atas,
di awal 2009 hanya cukup untuk membeli dua lusin telur yang merupakan barang
kebutuhan sehari-hari, bukan untuk membeli istana atau mobil Ferrari. Rakyat
Zimbabwe pasti pandai menghitung karena pelatihan dari Gideon Gono.
Jangan kacaukan antara hadiah
Nobel dengan hadiah Ig Nobel. Hadiah Ig Nobel adalah hadiah diberikan kepada
orang yang luar biasa karena
penemuan, riset dan ide-idenya yang luar
biasa (di luar dari biasa).
Bersama Gideon Gono, hadiah Ig Nobel di bidang Kesehatan Masyarakat
diberikan kepada Elena N. Bodnar, Raphael C. Lee, dan Sandra Marijan dari
Chicago, Amerika Serikat untuk penemuan mereka yang inovatif, yaitu BH yang
bisa difungsikan menjadi dua buah masker gas yang bisa digunakan sendiri dan
diberikan kepada orang lain kalau ada serangan gas beracun.
Di bidang biology, tahun 2009
itu, hadiah Ig Nobel jatuh kepada
Fumiaki Taguchi, Song Guofu dan Zhang Guanglei dari fakultas kedokteran Universitas
Kitasato, Sagamihara, Jepang; untuk risetnya yang membuktikan bahwa volume
sampah dapur bisa teruai sampai 90% dengan menggunakan bakteri yang diekstraksi
dari tinja panda.
Di tahun 2007, hadiah Ig Nobel untuk perdamaian diberikan kepada Laboratorium
Angkatan Udara Amerika Serikat Wright di Dayton, Ohio, untuk proposalnya
melakukan riset pembuatan bom-homoseks. Bom ini adalah bom kimia bila
dijatuhkan di daerah lawan bisa membuat tentara lawan secara homoseksual saling
tertarik sehingga lebih cenderung untuk saling bercumbu dari pada perang dan
saling membunuh. Panitia Ig Nobel
lupa, kalau ternyata bom itu bisa membuat tentara lawan menjadi sangat birahi
terhadap sesama jenisnya dan memutuskan menyerang lawannya sebagai jalan
mencari tawanan perang untuk diperkosa, maka perang bisa berkobar dengan latar
belakang mencari sasaran untuk diperkosa. Ini bisa lebih berbahaya. Nampaknya
panitia Ig Nobel masih kurang jeli
dalam memberikan hadiah.
Untuk bidang psikologi hadiah Ig Nobel
ini (tahun 1994) juga pernah diberikan kepada perdana menteri Singapura,
Lee Kuan Yew untuk percobaannya selama 30 tahun tentang “Dampak psikologi 3
juta penduduk Singapura ketika hukuman denda dtimpakan jika mereka meludah,
mengunyah permen karet atau memberi makan burung”.
Lee Kuan Yew adalah orang yang
berhasil merubah pola hidup warga Singapura. Di awal tahun 1970, pola hidup
warga Singapura sangat jorok. Meludah dimana-mana (termasuk lantai), ketika
buang air besar di toilet umum tidak disiram, kencing di elevator, buang sampah
di sembarang tempat, makan permen karet kemudian bekasnya ditempelkan di
kursi-kursi bus umum dan kebiasaan buruk lainnya. Perdana menteri Lee Kuan Yew
menerapkan denda bagi pelaku kebiasaan buruk ini. Di tempat-tempat umum
dipasangi kamera dan dipantau. Detektor tinja dipasang di WC umum, detektor
urine dipasang di elevator. Ketika saya tinggal di Singapura tahun 1987 – 1989,
saya pernah membaca berita tentang seorang yang tertangkap untuk ke 3 kali
kencing di elevator dan dihukum denda. Sikap seperti ini adalah sikap mental
yang sakit. Denda Sing$ 2000 yang cukup berat untuk pelanggaran yang ketiga,
mungkin bisa membuatnya jera. Cerita ini bukan lelucon, tetapi kenyataan.
Sampai-sampai Singapura dijuluki fine
city yang punya dua arti, yaitu bisa berarti kota yang berbudaya, bisa juga
kota denda karena banyaknya jenis denda. Ini adalah suatu julukan sarkas saja.
Sekedar untuk pengetahuan saja,
setelah Lee Kuan Yew, tahun 1995 hadiah Ig Nobel Psikologi jatuh kepada Shigeru
Watanabe, Junko Sakamoto, dan Masumi Wakita, dari Universitas Keio, atas
keberhasilan mereka melatih burung merpati untuk membedakan lukisan-lukian
Picasso dari lukisan-lukisan Monet.
Bagi pembaca yang ingin melihat
semua pemenang hadiah Ig Nobel dari tahun 1991 berserta pencapaian
mereka yang luar biasa, bisa mengunjungi situs Wikipedia[2].
Gono adalah gubernur bank sentral
yang berhasil menjadikan semua rakyat Zimbabwe trilliuner dan berhasil membuat
rekor mengedarkan uang dari pecahan sen sampai 100 trilliun dollar. Rekor ini
mengalahkan Rudolf E. A. Havenstein presiden dari Reichsbank dari tahun 1908
sampai tahun 1923. Yang bisa mengalahkan Gono adalah Elnok, Fotanacsos,
Vezerigozgato dari Hungaria tahun 1945 sampai 1946. Elnok, Fotanacsos,
Vezerigozgato bukan nama orang, tetapi nama jabatan dalam bahasa
Hungaria, yang artinya kepala, CEO (Chief
Executive Officer) badan financial dan advisor senior bank sentral
Hungaria. Pecahan mata uang yang pernah dicetak oleh mereka adalah pecahan 100.000.000.000.000.000.000 pengő, tetapi pecahan ini tidak pernah diterbitkan.
Hanya Gideon Gono yang berhasil menerbitkan pecahan Z$ 100.000.000.000.000 dengan semua angka nol yang diperlukan. Karena untuk pengő, disebabkan oleh angka nol nya sudah terlalu banyak
maka angka nol itu diganti dengan huruf. Misalnya B- pengő, maksudnya billion-
pengő (milyar- pengő atau 1.000.000.000).
Kembali pada Zimbabwe dan Gideon Gono. Sebelum menjadi Zimbabwe yang
sekarang Zimbabwe dikenal sebagai Rhodesia Selatan sebuah negara yang subur dan
menerapkan politik apartheid. Perdana menteri kulit putih terakhir adalah Ian
Smith yang turun tahun 1979. Pada jaman-jaman itu, Rhodesia adalah lumbung
pangan Afrika bagian selatan yang makmur. Tanah pertaniannya dikelola oleh
petani-petani kulit putih non pribumi, atau dengan bahasa sinisnya disebut
tuan-tuan tanah. Orang kulit hitam banyak yang menjadi buruh tani. Sejalan
dengan pergantian nama Rhodesia menjadi Zimbabwe tahun 1979, peran orang kulit
putih di semua bidang berkurang. Mugabe naik memimpin Zimbabwe sebagai perdana
menteri tahun 1980.
Kecemburuan sosial antara kaum
putih dan hitam yang mungkin sudah ada sebelumnya, mungkin juga diciptakan.
Sejak dimulainya pergolakan melawan apartheid, kecemburuan sosial ini menjadi
terbuka bagi penjarahan kekayaan kaum kulit putih. Isu tanah dimunculkan
kembali setelah kemenangan kaum pribumi. Zanu, partai yang berkuasa menyebutkan
bahwa 70% dari tanah yang diusahakan secara komersial dikuasai oleh kaum putih
yang jumlahnya hanya 1% dari populasi.
Tahun 2000 merupakan tonggak
sejarah penting bagi Zimbabwe. Penjarahan legal dilakukan melalui amendmen
konstitusi Zimbabwe ke 16, tahun 2000 di pasal 16A. Menurut
amendmen konstitusi ini, bahwa pada jaman kolonial Inggris, banyak tanah
diambil dari rakyat Zimbabwe dengan mengabaikan keadilan sehingga menimbulkan
pergolakan dan berakhir dengan kemerdekaan Zimbabwe. Dan sudah saatnya tanah
itu dikembalikan kepada kaum pribumi yang sesungguhnya berhak. Itu dalih yang
dipakai untuk melegalkan penjarahan tanah-tanah milik warga non-pribumi.
Tentu saja argumen itu hanyalah
omong kosong pandangan ideologi sosialisme. Tanah dan bumi ini diciptakan oleh
Tuhan untuk umat manusia, bukan untuk umat yang kebetulan leluhurnya lahir
disitu. Tuhan yang adil tentunya juga tidak suka sosialisme, suatu ideologi
yang menghalalkan perampokan terhadap sekelompok masyarakat dan memberikannya
kepada kelompok yang lain.
Robert Mugabe mulai menerapkan
sosialisme dengan menjarahi tanah-tanah pertanian yang subur milik orang putih
yang produktif untuk dibagikan kepada orang hitam yang tidak mampu mengolah
tanah alias tidak cakap. Hipotesa bahwa Tuhan tidak menyukai sosialisme
terbukti. Produksi pangan jatuh. Zimbabwe yang dulunya terkenal sebagai
eksportir bahan pangan untuk negara-negara sekitarnya mengalami krisis pangan
sampai sekarang. Singkatnya, bagi Zimbabwe sosialisme adalah jalan dari
eksportir pangan ke krisis pangan dan kelaparan dalam masa kurang dari 5 tahun.
Tuhan nampaknya memihak kepada petani kulit putih yang dizalimi yang
diperkirakan jumlahnya sekitar lebih dari 4000 orang[3]
yang tanahnya dibagi-bagikan kepada kaum kulit hitam. Dia menimpakan azab
kepada rakyat Zimbabwe pribumi. Pengangguran meningkat sampai 80%. Investasi
dan kapital lari dari Zimbabwe. Pemasukan pajak turun. Untuk membiayai
pemerintahannya dan untuk membiayai proyek-proyek pengentasan kemiskinan, atas
saran Gideon Gono, Mugabe mencetak uang seakan tidak ada hari esok. Gono
berpikir kalau dengan mencetak uang maka semua rakyat Zimbabwe akan menjadi
trilliuner, kaya dan makmur. Itu cara berpikir yang terpelintir. Rakyat
Zimbabwe memang menjadi trilliuner, tetapi tidak makmur. Tuhan menghukum kaum
sosialis dengan krisis pangan di Zimbabwe termasuk yang paling parah dalam
peradaban manusia. Life expectancy, harapan hidup, rakyat Zimbabwe turun
dari 60 tahun menjadi 37 tahun saja. Angka yang paling rendah di dunia.
Ironisnya hal ini terjadi di negara yang dulunya eksportir pangan.
Untuk memudahkan usahanya Gideon
Gono mencetak uang pecahan dalam bilangan juta dollar. Ternyata hal ini tidak
cukup, maka keluarlah uang pecahan dalam milyar dollar, kemudian trilliun
dollar. Karena sudah terlalu banyak angka nolnya dan tidak cukup tempat untuk
menuliskannya, serta menyulitkan banyak orang awam ketika harus menuliskan
secara terbilang dibuku cek atau dalam administrasi maka Gono memutuskan untuk
memotong jumlah nol. Pertama 3 nol hilang tahun 2006. Artinya Z$ 1000 menjadi
Z$ 1 uang baru. Kemudian 10 nol lagi hilang tahun 2008 dan di bulan Februari
2009, 12 nol lagi dihilangkan.
Denominasi terakhir uang kertas yang terbesar dan pernah dicetak Zimbabwe
adalah pecahan Z$100.000.000.000.000 (100 trilliun dollar Zimbabwe – uang
2008). Kalau saja Zimbabwe tidak melakukan pemotongan jumlah angka nol maka
pecahan Z$ 100 trilliun itu harus ditulis
$1000.000.000.000.000.000.000.000.000. Zimbabwe tidak punya ahli bahasa yang
bisa menyebut secara terbilang. Lagi pula lembaran cek Zimbabwe harus besar
sekali kalau harus menuliskan secara terbilang. Kalau mau membuktikannya,
silahkan tulis secara terbilang angka berikut ini:
13.942.342.935.958.982.946.516.983,83.
Saya juga akan coba menyebutnya: “Tigabelas
heptillion sembilanratus empatpuluh hexilliun tigaratus empat puluh dua
quintilliun sembilan ratus tigapuluh lima quadrilliun sembilanratus limapuluh
delapan trilliun sembilanratus delapanpuluh dua milyar sembilan empatpuluh enam
juta limaratus enambelas ribu sembilanratus delapanpuluh tiga dan delapanpuluh
tiga sen.” Wow....., panjang sekali dan ada kemungkinan salah.
Z$ 100 triliun hanya senilai 2 lusin telor ayam
Hiperinflasi di Zimbabwe adalah
yang ke dua terparah dalam sejarah. Sangking parahnya inflasi, sampai-sampai
pemerintah tidak mengumumkan lagi tingkat inflasi. Nilai dollar Zimbabwe turun.
Kurs dollar Zimbabwe terhadap US dollar bisa dilihat pada Grafik VI - 6. Harga-harga naik tidak
karuan. Inflasi tertinggi adalah di minggu terakhir bulan Oktober 2008, yaitu
101% per hari dimana harga-harga naik dua kali lipat dalam 24 jam. Nilai uang
amblas 50% setiap 24 jam. Dalam tahun 2008, angka inflasi rata-rata mencapai 5
1019 % per tahunnya.
Perhatikan bahwa yang tertera pada
Grafik VI - 6, adalah kurs dollar
Amerika Serikat dengan Z$ tahun 2006 bukan dollar Zimbabwe tahun 1980. Kalau
dollar Zimbabwe tahun 1980 yang digunakan, maka panjangnya angka yang harus
dituliskan akan memenuhi lembaran halaman ini; seperti contoh di bawah ini
tentang pengo Hungaria.
Grafik VI - 6 Kurs dollar Zimbabwe (2006) terhadap dollar Amerika Serikat
Hiper-inflasi di Zimbabwe adalah
yang kedua tertinggi yang pernah terjadi. Hiper-inflasi Hungaria tahun 1946
adalah pemenangnya. Antara bulan Juni 1945 sampai Juli 1946, inflasi
rata-ratanya adalah 1.37 1030 % per tahun. Inflasi rata-rata bulan
Juni-Juli 1946 adalah 60% per harinya. Grafik VI - 7 menunjukkan kurs Pengo
Hungaria terhadap dollar Amerika Serikat. Lihat betapa panjangnya angka Pengo
yang diperlukan melukiskan $1.
Juara ketiga dalam hal hiper-inflasi dipegang oleh Bosnia
Herzegovina tahun 1992-1993 ketika perang saudara di bekas Yugoslavia. Dan yang
ke empat adalah Republik Weimar Jerman (1918 – 1921) ketika Jerman harus
membayar kerugian perang dunia ke I kepada pemenang perang, Prancis dan
Inggris.
Zimbabwe dan Hungaria punya persamaan, keduanya adalah negara yang berubah
menjadi negara sosialis. Sosialisme rentan terhadap hiper-inflasi. Sama seperti
Indonesia ketika menerapkan sosialisme Indonesia sebagai bagian dari
Manipol Usdek dan program nasionalisasi perusahaan asing. Menyingkirkan
orang-orang yang produktif dan menggantikannya dengan orang kurang produktif
sekalipun pribumi, membuat mesin-mesin produksi macet. Untuk menggerakkan dan
membiayai jalannya negara, terpaksa dilakukan dengan jalan mencetak duit, yang
banyak.
Grafik VI - 7 Hiper-inflasi di Hungaria 1945 - 1946
Kasus Jerman paska Perang Dunia I kasusnya berbeda dengan kasus Zimbabwe
dan Hungaria. Pemerintah Jerman punya kewajiban untuk membayar pampasan perang
dengan segera dalam emas atau poundsterling atau dollar Amerika Serikat. Jumlah
itu tidak dipunyai pemerintah. Surplus perdagangan luar negrinya pun tidak
mencukupi. Tentu saja pemerintah Jerman tidak bisa melakukannya dengan menarik
pajak yang tinggi. Jalan satu-satunya adalah dengan pajak terselubung yang
tinggi. Mencetak Reichsbank Mark untuk membeli emas dan mata uang yang bisa
diterima, adalah pilihan yang diambil. Nilai Reichsbank Mark dengan cepat
ambles. Namanya bukan inflasi lagi, melainkan hiper-inflasi Weimar 1921-1923.
Di dalam buku-buku pelajaran, hiper-inflasi Weimar lebih dikenal dari pada
hiper-inflasi lainnya. Mungkin karena Jerman adalah bangsa yang dikenal sebagai
bangsa yang punya disiplin kuat, rajin dan inovatif. Arsitek hiper-inflasi di
Jerman adalah Rudolf E. A. Havenstein (1857 – 1923) memegang rekor
hiper-inflasi dunia hingga usai Perang
Dunia II.
Ide Gideon Gono sudah di bukan
hal baru lagi di Indonesia sejak jaman Sukarno. Jusuf Muda Dalam, gubernur Bank
Indonesia (1963 – 1966) di masa Kabinet 100 Menteri yang resminya bernama
Kabinet Dwikora, sudah menerapkan ide-ide Gideon Gono, jauh sebelum nama Gono
terkenal. Jusuf Muda Dalam yang sering disebut inisialnya JMD diplesetkan oleh
mahasiswa anggota KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) sebagai singkatan
dari Jusuf Maling Duit. Tentu saja mahasiswa KAMI ini tidak akan bisa lulus
pelajaran Ekonomi kalau diuji secara benar. JMD bukan mencuri duit, tetapi
mencetak duit......, banyak sekali pula. Kemudian masih diteruskan oleh Radius
Prawiro untuk beberapa lama. Detailnya mengenai Indonesia akan dibahas di bab
Sejarah Kemakmuran Bangsa Indonesia.
Banyak ekonom mendefinisikan
hiper-inflasi adalah inflasi yang tidak terkontrol. Definisi inilah yang
politikus kehendaki untuk dipercayai masyarakat. Sebagai cek realitas, kalau
memang hiper-inflasi tidak bisa dikendalikan, kenapa kok ada yang akhirnya bisa
berhenti? Yang tidak bisa dikendalikan adalah nafsu politikus birokrat untuk
mempertahankan keberadaannya. Pemicu hiper-inflasi, kalau dilihat dari
kasus-kasus dalam sejarah adalah adanya kewajiban pemerintah yang besarnya tidak
bisa ditanggulangi dengan pajak yang “wajar”. Yang dikategorikan sebagai
kewajiban, bisa banyak sekali, dari mulai pembiayaan perang, pembiayaan
birokrasi raksasa seukuran dinosaurus, pemasukan pajak yang menciut akibat
resesi, beban hutang pemerintah yang terlalu besar, program-program sosial
pemerintah, penyelamatan kapitalis kroni-kroni politikus, dan masih banyak
lagi.
Essensinya, hiper-inflasi adalah
wahana pemajakan dengan target yang spekturumnya luas. Sekali kayuh pemerintah
bisa memperoleh keuntungan yang banyak. Pertama, pemerintah memperoleh uang
yang dicetak, dengan kata lain, pajak tabungan karena nilai riil tabungan yang
cepat merosot. Kedua, pemasukkan pajak penghasilan juga akan meningkat. Karena
kenaikkan gaji buruh untuk mengimbangi laju inflasi, membuat secara gaji buruh
nominal melewati batas kena pajak. Jadi
semakin banyak buruh yang terkena pajak karena kaya secara “nominal” (tetapi
kere secara “riil”). Hal ini dimungkinkan karena revisi peraturan pajak akan
lebih lambat dari pada laju hiper-inflasi.
Hiper-inflasi adalah perampokan
besar-besaran secara legal yang dilakukan oleh kaum ksatria birokrat dan
dibebankan kepada kaum waisya – pekerja dan pelaku bisnis. Dalam bilangan hari,
atau minggu atau bulan, majoritas kaum waisya bisa jatuh miskin. Bagi kaum
waisya, kaum pekerja, pelaku bisnis, agar bisa selamat dari penjarahan ini,
yang harus diperhatikan adalah kondisi-kondisi apa saja yang membuat pemerintah
merasa inflasi biasa dan pajak tidak lagi bisa memuaskan. Di masa hiper-inflasi,
asset- asset riil merupakan tempat pelarian yang aman. Hanya yang perlu
diperhatikan bahwa kaum ksatria-birokrat bisa secara legal menyita asset-asset
riil anda jika perbuatan anda terlalu menyolok menimbun bahan-bahan pokok. Kaum
ksatria-birokrat akan memperoleh dukungan dari kaum sudra, kaum papa, untuk
menyita semua timbunan bahan-bahan pokok tempat anda melarikan asset-asset
anda. Anda akan dituding sebagai penimbun dan spekulan yang konotasinya buruk.
Padahal, penimbun diperlukan di dalam ekonomi sebagai penyangga dimasa
paceklik. Nabi Yusuf juga melakukan penimbunan bahan makanan yang kemudian
dijualnya selama musim paceklik. Seorang nabi mengajarkan untuk melakukan
penimbunan. Tentunya perbuatan menimbun bahan makanan adalah perbuatan yang patut
diteladani. Tetapi jangan lupa, banyak kaum ksatria bukanlah orang yang selalu
taat beragama. Hikmah teladan nabi Yusuf selalu (bisa) diplesetkan.
[1] Ig
Nobel awards: The gas-mask bra and the power of panda poo; Ian Sample, The
Guardian, 2 Oktober 2009; http://www.guardian.co.uk/science/2009/oct/02/ig-noble-awards-britons-top
[2]
List of Ig Nobel Prize winners, Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_Ig_Nobel_Prize_winners
[3] Zimbabwe's new
farmers defend their gains, BBC News, 13 April 2010,
http://news.bbc.co.uk/2/hi/8617684.stm
Disclaimer:
Dongeng
ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada
cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam
periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi
adalah yang sebaliknya yaitu deflasi US dollar dan beberapa mata uang lainnya.
Ekonomi
(dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara
eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai
anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab
atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi
dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan
informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda
mentraktir EOWI makan-makan.
No comments:
Post a Comment