___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, July 20, 2014

(No.43) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA



Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)



Periode Raja-Raja Nusantara dan Kompeni Belanda

Ada satu keputusan yang sulit dalam menyusun bab ini, yaitu menentukan titik untuk memulai cerita. Apakah akan dimulai dari kerajaan Mataram Hindu, Singosari, Kediri, Majapahit, Demak, atau kerajaan Mataram Islam. Setelah dipertimbangkan materi ceritanya, kita bisa lupakan saja hal itu, karena sebenarnya jaman kerajaan atau jaman republik polanya sama.

Sejarah terkadang ditulis berdasarkan penginggalan-peninggalan dan catatan masa lampau. Dan ini digunakan sebagai kerangka untuk penulisan sejarah. Selebihnya adalah bumbu dan mitos dari sang penulis apakah itu perorangan atau sebuah panitia. Mungkin yang lebih ilmiah adalah mengunakan prilaku masyarakat sekarang yang diekstrapolasi ke masa lalu. Dalam masa 500 tahun atau 2000 tahun, evolusi tidak akan banyak beranjak. Tatanan masyarakat 2000 atau 500 tahun lalu bisa diasumsikan sama.

Tatanan masyarakat di pasar, misalnya, ada pedagang, kuli yang mencari nafkah disana. Mereka ini kelas waisya. Di samping itu ada (sekelompok) jagoan tukang palak, kaum ksatria, yang memintai uang dari kaum waisya secara paksa dengan intimidasi. Dan kondisi seperti itu masih kita lihat sampai sekarang.

Dalam skala yang lebih besar adalah negara. Ada raja yang punya tentara yang kuat, dan ada penguasa-penguasa daerah yang tunduk kepadanya dan harus membayar upeti setiap tahunnya. Yang disebut penguasa daerah bisa bupati bisa juga raja-raja taklukan. Upeti yang dipersembahkan kepada raja berasal dari pajak yang ditarik dari rakyat – kelas waisya. Tidak ada pemilihan umum untuk memilih raja. Siapa saja yang bisa membentuk pasukan yang kuat dan bisa menguasai dan “memiliki” suatu daerah, maka ia bisa menjadi raja. Sangat sederhana.

Adakalanya penguasa tidak murni kelas ksatria, terkadang merupakan perpaduan antara kelas ksatria dan waisya. Pemerintah tidak hanya sebagai penguasa daerah, tetapi juga memiliki dan pengelola suatu tanah/daerah atau asset usaha yang memonopoli lewat kekuasaannya. Usahanya bisa merupakan perdagangan, industri, pertanian atau penyewaan tanah.

Ken Arok adalah pencuri, perampok, tukang palak yang berhasil masuk ke dalam lingkungan istana Tumapel. Masuknya Ken Arok, yang menurut sejarah resmi adalah seorang penjahat kecil, ke dalam kalangan istana Tumapel adalah sangat menarik. Predikat penjahat kecil kemungkinan salah. Yang lebih mungkin adalah bahwa Ken Arok adalah tukang palak yang disegani, yang dipakai oleh bupati Tunggul Ametung untuk menarik pajak. Analogi serupa masih dapat anda lihat di pasar-pasar atau jalan raya, dimana aparat keamanan resmi (polisi misalnya) bermain mata dengan pemalak, dan memperoleh setoran dari para pemalak. Ksatria resmi tidak ingin mengotori tangannya sehingga harus menggunakan ksatria tidak resmi.

Ketika Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, juga membuktikan dia bukan penjahat kelas teri. Membunuh raja atau bupati bukan gaya seorang penjahat kelas teri, apalagi kemudian Ken Arok mengawini janda Tunggul Ametung, yaitu Ken Dedes. Itu bukan prilaku penjahat biasa, melainkan politikus. Penjahat hanya memperkosa, bukan mengawini janda korbannya. Bahwa Ken Dedes mau dipersunting oleh Ken Arok, juga mengindikasikan bahwa Ken Arok bukan kelas begal dan perampok pasar, tetapi punya kelas yang elit. Kalau Ken Arok adalah begal pasar, sulit dipercaya bahwa Ken Dedes yang ningrat mau diperunting. Kecuali Ken Dedes adalah pelacur kelas bawah. Dari patungnya yang ada di musium Jakarta, sulit untuk bisa menyimpulkan bahwa Ken Dedes adalah pelacur kelas pasar.

Setelah berkuasa di Tumapel, kemudian Ken Arok meluaskan kekuasaannya dengan mengalahkan Kediri, dan kerajaannya dinamai Singosari. Hidup Ken Arok berakhir tragis dibunuh oleh anak tirinya, Anusopati yang merupakan anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung.

Anak Ken Dedes, keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung saling membunuh dan silih berganti berkuasa di Singosari, sampai akhirnya Kertanegara berkuasa.

Sebelum pemerintahan raja Kertanegara, fokusnya kekuasaannya masih di pulau Jawa. Ketika Kertanegara berkuasa, rupanya sebagai negara pedalaman yang pajaknya hanya bersumber dari pertanian, kurang memuaskan. Pajak dari pulau Jawa dirasa masih kurang, maka ekspansi teritorial ditingkatkan keluar Jawa, yaitu Sumatera dan Bali. Kemungkinan untuk mengejar pajak dari perdagangan di samping juga dari pertanian. Singosari menjadi imperium terlalu cepat. Ketika pasukan Kertanegara masih sibuk memadamkan kobaran-kobaran api di wilayah tepi imperium – Semenanjung Malaya,  tanpa diduga, Kediri daerah taklukan yang bawah pimpinan Jayakatwang, melakukan serangan untuk merebut kekuasaan Singosari dan berhasil.

Kediri tidak lama berdiri karena kemudian Raden Wijaya, yang katanya masih menantu Kertanegara, berhasil mengalahkan Jayakatwang, dan kemudian mendirikan kerajaan Majapahit. Berbeda dengan Kediri dan Singosari yang merupakan negara pedalaman, Majapahit adalah negara pesisir. Dari segi pajak, negara pesisir bisa memperoleh lebih banyak. Negara pedalaman lebih banyak mengandalkan pemasukan dari hasil bumi dan perdagangan darat yang tersebar. Sedangkan negara pesisir menguasai pelabuhan sebagai pintu  perdagangan antar pulau, dimana lalulintas uang terkonsentrasi. Peran apapun yang dimainkan penguasa, apakah sebagai pemegang monopoli perdagangan lewat kekuasaan  atau sebagai penarik pajak (tukang palak), pemasukan penghasilan akan jauh lebih effektif.  Tidak heran bahwa Majapahit kemudian menjadi imperium yang cukup besar.

Siklus negara/kerajaan sebelum masuknya bangsa Eropa ke nusantara, sama saja dengan siklus negara umumnya. Bermula dengan sebuah negara kecil. Kemudian agak serakah, dan melakukan ekspansi menaklukkan negara-negara tetangganya untuk menaikkan pendapatan negara. Dengan kemajuan ini, pengeluaran negara meningkat untuk hal-hal yang secara ekonomi tidak perlu. Ada yang membangun candi-candi, monumen-monumen yang menguras kas negara. Ekspansi wilayah jalan terus supaya bisa memperoleh upeti yang lebih banyak. Akhirnya jadilah sebuah imperium seperti Majapahit dan Sriwijaya. Tetapi imperium tidak bisa berekspansi terus menerus. Pada titik tertentu biaya ekspansi dan mempertahankan daerahnya dengan pemasukkan tidak lagi seimbang dan menjadi negatif. Biaya untuk mempertahankan kesatuan negara semakin membebani. Akhirnya imperium itu dengan sendirinya runtuh.

Pedagang tulen, petani dan pelaku ekonomi terus menjalani kehidupan mereka tanpa perduli siapa yang berkuasa selama beban masih bisa dipikul. Dalam perdagangan internasional diantara pelaku ekonomi ada semacam kesepakatan untuk menggunakan koin emas dan perak menjadi alat tukar selama berabad-abad. Koin tembaga, timah dan perunggu, logam murah, juga gunakan sebagai uang receh. Koin perak dari India, koin tembaga/perunggu dari Cina pada masa kerajaan-kerajaan ini banyak beredar bersama dengan perdagangan internasional.

Ketika bangsa Eropa datang, mereka juga membawa koin perak 8-Real Spanyol yang menjadi mata uang internasional. Koin 8-Real ini beratnya sekitar  27,468 grams dan mengandung 93,06% perak. Koin perak 8-Real ini dikemudian hari menjadi dasar pembuatan dollar perak Amerika Serikat, gulden Belanda dan mata uang negara-negara lain dikemudian hari. Dilihat dari beratnya, nilai 8-Real kira-kira setara dengan 6 – 7 ekor ayam. Jadi koin 8-Real masih termasuk uang pecahan yang besar untuk dipakai transaksi eceran. Selain 8-Real, beredar juga koin 4, 2, 1, 1/2 and 1/4 Real. Untuk pecahan yang lebih besar, digunakan uang emas. 


 
Koin 8-Real Spanyol, Perhatikan angka 8 yang tercetak pada koin ini

Belanda juga mencetak koin yang disebut rijksdaalder, dengan isi 25,70 gram perak murni, tetapi popularitasnya tidak bisa menyamai 8-Real Spanyol. Rijksdaalder mempunyai 0.54% lebih banyak perak dibandingkan dengan 8-Real Spanyol, oleh sebab itu banyak yang dilebur untuk dijadikan 8-Real.

Kalau anda telusuri kata perak di dalam bahasa pergaulan Indonesia, seperti contohnya pada kata 1000 perak yang artinya Rp 1000 atau 100 perak yang bermakna Rp 100, riwayatnya berakar ke jaman dan periode penggunaan koin perak ini. Demikian juga kata duit, berasal dari nama pecahan mata uang yang dikeluarkan VOC Belanda.

Sejarah mengatakan bahwa kedatangan bangsa Eropa – Belanda membawa kesengsaraan bagi bangsa di nusantara (Indonesia) karena mereka ini adalah penjajah. Seorang murid yang cerdas akan bertanya tentang apa sarana dan alat dari Belanda untuk menyengsarakan bangsa di nusantara (Indonesia) ini. Apakah pajak yang mencekik atau pencurian tabungan melalui inflasi atau kerja rodi. Dan pada akhirnya, kesengsaraan itu harus dibuktikan dengan penurunan GDP.

Ketika datang ke kepulauan nusantara, VOC (singkatan dari: Verenigde Oostindische Compagnie yang artinya Gabungan/Perserikatan Perusahaan Hindia Timur) Belanda adalah dalam misi dagang bukan menjajah (mencari upeti). Karena VOC adalah perserikatan dagang yang terbesar pada jamannya yang sahamnya dijual kepada publik dan yang diberi hak monopoli perdagangan rempah-rempah oleh pemerintah Belanda. VOC juga dilengkapi dengan pasukan bersenjata untuk melawan saingannya, Portugis dan Inggris serta bajak-bajak laut dan penguasa lokal.

Ada kerancuan pengertian yang sengaja dibuat oleh sejarawan tentang bercokolnya Belanda di bumi nusantara ini. VOC dianggap sebagai penjajah. Kalau perusahaan dagang datang berbisnis dianggap sebagai penjajah, maka sampai sekarangpun Indonesia belum merdeka, karena banyaknya perusahaan asing yang melakukan bisnisnya di Indonesia, seperti Shell, BP, Freeport, MacDonald, Bayer, Carrefour dan lain-lain. VOC tidak identik dengan pemerintah.

Negri Belanda pada masa itu adalah republik federasi 7 negara Nederlands yang terdiri dari 7 provinsi/negara-bagian yang otonom yang dibentuk tahun 1587. Secara ekonomi Belanda sudah dianggap maju oleh para sejarawan. Amsterdam menjadi kota dagang yang makmur, mempunyai pasar modal yang permanen dan buka secara tetap. Salah satu siklus boom-bust pasar modal, mania dan bubble di bursa saham, pertama kali terjadi di sini, yaitu the tulip mania of 1636–1637. Bubble ini terjadi satu abad sebelum terjadinya bubble Mississippi Companynya John Law, 1719 – 1720. Dalam hal perdagangan dan ekonomi, Belanda termasuk maju pada waktu itu.

Alasan bahwa kedatangan bangsa Eropa ke bumi nusantara adalah karena mencari rempah-rempah, membuat pertanyaan besar di benak saya. Sejarah dinyatakan sahih kalau ada jejak-jejak yang bisa dirangkai menjadi sebuah cerita yang logis. Sejarah mengatakan bahwa bangsa Belanda pernah di Indonesia, dan ini meninggalkan banyak jejak-jejak yang bisa dilihat sampai sekarang. Kijing/Batu kuburan Jan Pieterszoon Coen, kuburan-kuburan Belanda, bangunan-bangunan bergaya Eropa dan juga banyaknya perbendaharaan kata-kata Belanda yang masuk ke dalam kosa-kata bahasa Indonesia. Sekarang bandingkan dengan anggapan/cerita bahwa kedatangan bangsa Belanda/Eropa adalah karena mencari rempah-rempah. Cerita ini tidak mempunyai jejak dan bekas-bekas sama sekali. Masakan Eropa tidak banyak menggunakan rempah-rempah. Tidak perlu dibandingkan dengan masakan kari India yang sarat dengan rempah-rempah, cukuplah di bandingkan dengan masakan Padang, masakan Malaysia atau masakan Makassar, pemakaian rempah-rempah di dalam masakan Eropa masih kalah jauh. Untuk mengatakan bahwa harga rempah-rempah mahal, juga sulit, karena kebutuhan akan rempah-rempah bukanlah kebutuhan non-elastis. Ibaratnya, kalau tidak ada rempah-rempah, orang di Eropa tidak akan mati, ekonomi tidak akan terganggu, apa lagi berhenti. Untuk mengerti arti kata kebutuhan yang non-elastis, contohnya kebutuhan akan minyak bumi untuk menggerakkan ekonomi di dunia tahun 1970 sampai sekarang, dimana transportasi sangat bergantung pada minyak bumi. Kekurangan pasokkan minyak bumi akan mengganggu roda perekonomian. Kondisi ini tidak akan berubah sampai struktur sistem transportasi berubah dan tidak bergantung pada minyak bumi saja.

Kalau demikian halnya, apa sebabnya orang Eropa datang ke bumi nusantara? Ketika hal ini saya tanyakan kepada istri saya, untuk memperoleh pendapatnya, dia menjawab dengan seenaknya: “Mencari minyak telon barangkali?.” Saya masih tidak punya jawabannya. Menurut logika, seharusnya yang datang ke nusantara ini adalah orang-orang India yang makanannya penuh dengan bumbu rempah-rempah; bukan orang Eropa.

Ada yang mengatakan bahwa kedatangan bangsa Eropa ke wilayah Timur ini dalam rangka mencari emporium (pasar) baru setelah Constantinopel jatuh ke tangan Turki tahun 1453. Persoalannya dengan hipotesa ini ialah bahwa pusat perdagangan antara Timur dan Barat melalui jalan darat pada waktu itu masih berada di Venesia, yang kemudian tenggelam karena ditemukannya jalur laut yang lebih murah. Tetapi semua ini tidak bisa menjawab pertanyaan, kenapa tiba-tiba bangsa Eropa tertarik pada rempah-rempah padahal dalam makanannya tidak banyak diperlukan bahan rempah-rempah ini.

Penjelasan lain yang masuk akal berasal dari Bernard H M Vlekke[1]. Bangsa Eropa yang pertama datang ke wilayah Timur, India dan Nusantara, adalah bangsa Portugis. Bernard H M Vlekke secara implisit mengatakan bahwa kedatangannya bangsa Portugis ini dilandasi semangat reconquista dan crusader untuk menyebarkan agama dan melakukan penekanan terhadap bangsa “Moor” (istilah bangsa Portugis dan Spanyol untuk muslim). Semangat kemenangan atas sisa kaum Moor di Granada, semenanjung Iberia, tahun 1492, terbawa terus menjadi semangat untuk menaklukkan Afrika Utara dan daerah-daerah lain. Di jalur-jalur perdagangan, sasaran utamanya adalah pedagang-pedagang bangsa “Moor”. Oleh sebab itu armada mereka sering menyerang kapal-kapal pedagang Arab dan Gujarat yang diidentikkan dengan bangsa “Moor”. Kemudian mereka, Portugis, bercokol di Goa, India. Dengan menguasai sumber rempah-rempah (Maluku, Sumatera dan Jawa), dan pasarnya (India) Portugis mematikan mata pencarian pedagang-pedagang Arab dan Gujarat yang sebelumnya menguasai perdagangan rempah-rempah antara kepulauan Nusantara, India, Arab dan Cina ini. Penjelasan ini lebih masuk akal dibandingkan cerita bahwa orang-orang Eropa mencari rempah-rempah untuk mereka sendiri.

Kalau Spanyol dan Portugis datang untuk memotong peran bangsa “Moor” dalam jalur perdagangan rempah-rempah, maka kedatangan Belanda ke Nusantara, pada awalnya adalah untuk mematikan ekonomi Spanyol. Belanda yang sedang mengalami perang kemerdekaan (perang 80 tahun) melawan Spanyol. Pertempuran-pertempuran dan persaingan antara Belanda dengan Portugis di Nusantara adalah perluasan perang di Eropa, perang antara Uni Portugal-Spanyol melawan Belanda, Inggris, Jerman dan Prancis. Hipotesa ini lebih masuk akal.

Karena kedatangan orang Eropa ke Nusantara bukan semata-mata murni untuk berdagang, tetapi ada motif-motif pergulatan politik di Eropa, maka yang disebut pedagang tidak lain adalah serdadu yang dipersenjatai. Ini berbeda dengan pedagang-pedagang Arab dan Gujarat yang sebelumnya memegang peran di Nusantara. Pedagang-pedagang Arab dan Gujarat tidak menggunakan senjata dalam misinya. Prilaku pendatang perintis Eropa seperti Ferdinand Magellan dan Cornelis de Houtman tidak sama seperti pedagang-pedagang layaknya. Mereka mengalami bentrok dengan penguasa lokal. Buktinya ada dari mereka yang mati di tangan penduduk lokal. Magellan mati di Filipina dan Houtman mati di Aceh.

Prilaku pedagang-pedagang Eropa ini agak aneh, karena sebelumnya Asia juga pernah kedatangan bangsa Eropa dan yang terkenal adalah Marco Polo dari Venesia. Venesia sendiri merupakan bagian dari jalur perdagangan jalan sutra (silk-road). Jadi perdagangan Eropa-Asia, sudah lama terbina di jalan sutra. Kenapa kemudian setelah Marco Polo prilaku pedagang-pedagang ini menjadi tidak professional? Apakah di Eropa terjadi revolusi kebudayaan, dari bangsa yang normal menjadi bangsa yang brutal? Saya tidak mempunyai jawaban mengenai pertanyaan ini. Saya akan serahkan kepada pembaca sekalian, untuk mencari jawabannya atau menerka-nerka. Andaikata anda juga tidak bisa menemukan jawabannya, anggap saja sejarah ini sebagai dongeng yang sangat sempurna karena bisa masuk ke sekolah-sekolah sebagai sejarah.

Apapun alasan bangsa-bangsa Eropa datang ke Timur, Tetapi demi kepentingan penulisan kisah ini, kita percayai cerita ini, walaupun kualitasnya tidak lebih baik dari sebuah dongeng. Dan kualitas ini tidak kalah dengan kisah sejarah lainnya. Dongeng saja.

Apapun sebabnya, kenyataannya Portugis, Spanyol dan Belanda memang datang ke bumi nusantara. Menurut sejarahnya, sebelum tahun 1700, VOC Belanda sudah membentuk basis/kantor/pergudangan di Coromandel, Gujarat India; Bengala/Bangladesh; Iran; Taiwan; juga mendirikan basis angkatan laut di Cape Town di Afrika Selatan,  dan meluaskan daerah perdagangannya ke Afrika, Arabia, Persia, India sampai ke Cina dan Jepang. Pada puncaknya jumlah kapal dagang VOC mencapai 4000 – 5000. Dengan aktifitas VOC seperti itu, populasi Belanda (termasuk dengan penduduk daerah yang sekarang disebut Belgia) yang pada tahun 1600 masih 1,5 juta jiwa dan meningkat menjadi 1,9 juta jiwa di tahun 1700 bisa di perkirakan populasi seperti ini tidak akan cukup mengelola secara langsung nusantara yang penduduknya mencapai 13 juta jiwa tahun 1700 dengan wilayah yang luas. Sebagai gambaran bagaimana sulitnya mengelola negri ini, pegawai negri Republik Indonesia tahun 2009 mencapai 4,4 juta. Bayangkan kalau tahun 2009 untuk mengurus wilayah seluas Indonesia di perlukan 4,4 juta pegawai negri, bagaimana mungkin negara yang berpenduduk 1,9 juta mengurus wilayah seluas ini? Kecuali dengan cara yang sangat effektif. Mungkin angka pegawai negri Republik Indonesia tidak relevan untuk dibandingkan. Hipotesa yang lebih baik dalam mengartikan sejarah adalah, bahwa yang disebut penjajahan kemungkinan adalah terbatas pada penaklukan penguasa-penguasa lokal. 

Catatan: Di antara banyak alasan konflik antara VOC dan penguasa lokal adalah keengganan VOC dan pedagang Eropa untuk membayar pajak. Ini bisa dilihat dari perjanjian-penjanjian di akhir suatu konflik. Seperti perjanjian Bongaya adalah pembebasan bea-cukai (pajak ekspor dan impor) bagi VOC serta monopoli perdagangan di wilayah Makassar. 


[1] Nusantara, Sejarah Indonesia, Bernard H M Vlekke, Kepustakaan Populer Gramedia, 2008.



Disclaimer:

Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya yaitu deflasi US dollar dan beberapa mata uang lainnya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

1 comment:

Anonymous said...

Pak IS,apakah nabi Muhammad SAW termasuk politikus yg menggerakkan peperangan,penaklukkan,pembunuhan?,kalau begitu apa Nabi Muhammad SAW juga masuk dalam kategori penipu,penipu ulung?
jika iya apa alasannya,jika tidak apa juga alasannya?
Mohon pencerahannya