Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi,
uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi
ekonomi global di awal abad 21
(Terbit, insya Allah setiap hari Minggu atau Senen)
SEJARAH KEMAKMURAN BANGSA INDONESIA
“History
is a set of lies agreed upon”
“Sejarah
adalah sebuah paket kebohongan yang disepakati untuk diterima sebagai kisah
yang benar”
(Napoleon
Bonaparte, panglima perang dan Kaisar Prancis)
Sejarah: Paket Kebohongan yang Disepakati Benar
Kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yang artinya
pohon yang kemudian dikaitkan dengan pengertian silsilah. Kita tidak akan
membahas pohon dan silsilah. Yang dimaksud sejarah disini adalah kata yang
punya padanan bahasa Inggris history.
Dari pandangan pembaca buku sejarah yang skeptis, kata history, sering diplesetkan menjadi his story yang artinya ceritanya dia, bukan our story atau my story. Artinya cerita itu tidak 100% jujur dan objektif. Dengan
kata lain sejarah mempunyai misi dan tujuan.
Kalau kita bersantai dirumah, pada hari hujan lebat, berbadai, pernahkan
anda berpikir siapa yang menemukan semen, bahan bangunan yang akrab dengan anda
dan sangat berguna untuk membuat rumah, tempat berteduh dari hujan dan terik
matahari, berlindung di waktu malam dari pencuri dan penjarah. Berapa banyak
benda-benda yang memudahkan hidup kita yang terbuat dari semen selain rumah;
jembatan, tiang listrik, jalan, tanggul penahan ombak, dermaga kapal. Banyak
lagi. Aneh bukan kalau penemu semen tidak ada yang tahu?
Kalau anda disuruh menyebutkan siapa presiden pertama Amerika Serikat,
atau presiden pertama Indonesia, atau perdana menteri Canada pertama, maka
dengan mudah anda menyebut nama G. Washington, Sukarno dan McDonald. Aneh
bukan? Jasa apa yang mereka telah perbuat dalam kaitannya dengan kenyamanan hidup
anda. Ambil saja Kemal Attartuk, atau Mahatma Gandhi? Apa jasa mereka kepada
anda dan umat manusia sehingga nama mereka ada di buku-buku sejarah dan harus
dipelajari dan membuat anda hapal? Bandingkan dengan penemu aspal, semen, lampu
atau penicilin (antibiotik).
Supaya anda tidak penasaran akan saya sebut nama penemu aspal. Aspal di
dalam bahasa Inggris disebut tarmac,
singkatan dari tar McAdam. John McAdam, seorang Scot, adalah pioneer untuk
penggunaan asphalt/bitumen untuk kostruksi jalan raya jauh sebelum tahun 1900.
Untuk semen, barang ini sudah ada sejak jaman Romawi kuno, dan tidak diketahui
siapa penemunya. Sedang untuk penicillin, walaupun awalnya ditemukan sebagai
antibiotik oleh mahasiswa kedokteran Prancis Ernest Duchesne, tahun 1896,
tetapi yang diakui penemunya adalah Alexander Fleming tahun 1928.
Bagaimana bisa, orang-orang yang justru memberikan jalan kemudahan dalam
hidup kita ini seperti John McAdam, Alexander Fleming, Ernest Duchesne, Carnot,
tidak dikenal secara luas, sedang Washington, Gandhi dan Sukarno, sangat
dikenal? Jawabannya adalah sejarah. Kita di sekolah dipaksa mempelajari suatu
paket cerita, legenda, dongeng yang disebut sejarah. Kalau kita kurang serius
dan cerita itu tidak banyak yang menempel di otak kita, maka kita tidak lulus.
Padahal guna sejarah nyaris tidak ada. Apa lagi kalau isinya penuh kebohongan.
Berbicara mengenai sejarah, banyak politikus penguasa berlomba-lomba
menulis biografinya semasa dia berkuasa. Mungkin mereka takut bahwa nantinya
sejarah mengenai mereka ditulis tidak sesuai dengan keinginan mereka. Di pihak
lain, seorang penguasa yang memperoleh posisinya karena terpaksa, seperti Umar
bin Khattab, semasa kekuasaannya malah melarang penulisan hadist nabi – orang
yang dikaguminya. Apalagi biografinya sendiri. Kenapa Umar bin Khattab punya
kecenderungan berbeda dengan politikus dan penguasa lainnya? Apa karena Umar
bin Khattab mampu mengembangkan kekuasaannya yang semula hanya sebagian Jazirah
Arab menjadi negara yang membentang dari Afrika Utara sampai perbatasan Cina
dalam waktu 10 tahun?
Politikus secara umum adalah makhluk yang parasit di dalam masyarakat.
Silahkan perhatikan kembali prilaku mereka. Istana negara bukan bangunan dimana
lembaran baja masuk dan mobil-mobil baru keluar, seperti layaknya pabrik mobil.
Demikian juga gedung parlemen, bukan gedung dimana pupuk dan bibit padi masuk,
lalu padi dan beras keluar, seperti sawah.
Yang bisa kita amati adalah masuknya politikus dan kemudian makanan ke
gedung parlemen, selang beberapa jam mereka keluar lagi dan besoknya makanan
itu dikeluarkan di WC rumah mereka masing-masing.
Oleh sebab itu penguasa dan politikus memerlukan pembenaran mengenai
keberadaannya di masyarakat, yaitu dengan indoktrinasi yang materinya disebut
sejarah. Citra bahwa masyarakat memerlukan politikus dan penguasa harus
diciptakan. Politikus/penguasa perlu dicitrakan sebagai komponen masyarakat
yang paling essensiel. Penguasa/politikus mewajibkan pelajaran sejarah
diajarkan di sekolah-sekolah sebagai indoktrinasi untuk memasukkan dogma ini.
Ada opini yang menarik dari Napoleon tentang sejarah. Katanya:
“History is a
set of lies agreed upon”
Dengan kata lain Napoleon menganggap sejarah itu sama dan sejajar tingkat
kejujurannya dengan dongeng, hikayat dan legenda.
Tentu saja kutipan di atas bukanlah kutipan asli, Napoleon tidak
mengatakannya dalam bahasa Inggris. Buku ini akan bohong kalau mengatakan bahwa
ucapan tersebut adalah ucapan Napoleon, karena bahasa Inggris bukan bahasa
Napoleon sehari-hari dan Inggris adalah musuh besarnya. Akibat dominasi budaya
Anglo-Saxon, maka terjemahan dalam bahasa Inggrisnya lah yang paling banyak
ditemukan di literatur-literatur. Jadi kalau ada yang mengatakan bahwa sitiran
di atas adalah dari Napoleon, maka yang mengatakannya itu bohong. Yang benar
kemungkinan bahwa Napoleon mengatakan seperti ini (google translate):
“L'histoire est un ensemble de mensonges convenu”
Sitiran itu kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi:
“Sejarah adalah sebuah paket kebohongan yang disepakati untuk diterima
sebagai kisah yang benar.”
Tidak sulit untuk membuat suatu
kebohongan untuk bisa diterima sebagai kebenaran. Menteri Propaganda Jerman di
masa Hitler, yaitu Joseph Goebbels mengatakan:
“If you
tell a lie big enough and keep repeating it, people will eventually come to
believe it. The lie can be maintained only for such time as the State can
shield the people from the political, economic and/or military consequences of
the lie. It thus becomes vitally important for the State to use all of its
powers to repress dissent, for the truth is the mortal enemy of the lie, and
thus by extension, the truth is the greatest enemy of the State.”
Ucapan sebenarnya tentu saja
dalam bahasa Jerman. Terjemahan bahasa Indonesianya adalah:
“Bikinlah kebohongan yang besar dan dengungkanlah
secara terus menerus, orang akhirnya akan menerimanya sebagai kebenaran.
Kebohongan itu bisa dipertahankan sepanjang pemerintah bisa
menutupi pandangan rakyat dari melihat konsekwensi politik, ekonomi dan
militer kebohongan tersebut. Jadi adalah sangat penting bagi pemerintah untuk
menggunakan kekuasaannya untuk menindas semua opini yang berbeda (dan ada
benar), karena kebenaran adalah musuh utama dari kebohongan, dengan demikian
kebenaran adalah musuh utama dari pemerintah.”
Goebbels mepraktekannya selama ia menjabat sebagai menteri propaganda
Jerman pada tahun 1933 – 1945. Dukungan rakyat Jerman terhadap Hitler tidak
pernah luntur sampai akhirnya rejim mereka semua dihancurkan sekutu. Tidak
hanya itu, Joseph Goebbels sendiri termakan oleh kebohongannya. Dia juga ikut
percaya atas kebohongannya sendiri. Dia begitu percaya kebohongan yang
dibuatnya tentang supermasi Aria, Nazi Jerman dan Hitler sampai-sampai ke enam
anak-anaknya diberi nama dengan huruf awal H; Helga, Hildegard, Helmut,
Holdine, Hedwig dan Heidrun sebagai tanda kekagumannya kepada Hitler. Joseph
Goebbels dan istrinya Magda Goebbels terpaksa berhadapan dengan kenyataan
pahit, ketika Hitler bersama dirinya terkurung di dalam bunker dan terkepung
tentara Uni Soviet di akhir perang. Magda membunuhi anak-anaknya satu per satu.
Kemudian sendiri bunuh diri mengikuti tindakan Hitler.
Sejarah menceritakan romantisme dan kehebatan para pelaku sejarah. Apakah
itu seorang perampok/pencuri seperti Ken Arok, atau pembunuh berdarah dingin
seperti Gajah Mada (ingat pembantaian di Bubat), atau Abraham Lincoln yang
mengantar 2% rakyatnya ke liang kubur. Oleh sejarah mereka dijadikan pahlawan.
Romantisme, memberikan warna corak make-up dan bumbu berupa kehebatan
dan keagungan para pelaku sejarah membuat pembacanya lupa essensi nilai-nilai
moralnya. Moral yang bejad bisa tertutupi oleh make-up dan bumbu
romantisme kemudian makna citranya diputar-balikkan. Tindakan Ken Arok membunuh
Tunggul Ametung, bupati, bapak angkatnya, dan mengawini janda bapak angkatnya
ini, yaitu Ken Dedes kemudian menggantikan posisi bupati, bukan tindakan yang
bermoral. Atau tindakan Gajah Mada membunuh seluruh keluarga calon mempelai
wanita dari rajanya, bukan juga tindakan yang bermoral. Tetapi toh, keduanya
dipersepsikan sebagai pahlawan. Namanya diabadikan sebagai nama jalan.
Sejarah juga menghapus catatan hitam seseorang. Anda tidak pernah
mendengar rejim Sukarno memenjarakan group penyanyi Koes Bersaudara karena
ketidak sukaan Sukarno pada lagu-lagu Koes Bersaudara yang cengeng. Apakah itu
bukan mencerminkan Sukarno sebagai penindas yang semena-mena? Atau memenjarakan
selama bertahun-tahun politikus yang tidak disukainya seperti Mohammad Natsir (perdana menteri Indonesia ke 5),
Sutan Syahrir (perdana menteri Indonesia pertama), Yunan Nasution (Ketua partai Masyumi), Burhanuddin Harahap (perdana menteri Indonesia ke 9), Buya Hamka (da'i dan pengarang), Syafruddin Prawiranegara (kepala negara dimasa darurat, menteri keuangan, perdagangan dan pertanian di beberapa kabinet), Assa’at (politikus Masyumi pernah menjadi pejabat presiden, Desember 1949 – Agustus 1950), Prawoto
Mangkusasmito (wakil perdana menteri Indonesia ke-9), Mohammad Roem (menteri luar negri ke 4), Isa Anshary (politikus Islam, dan anggota parlemen serta Konstituante), EZ Muttaqien (da'i), Kasman Singodimedjo (jaksa agung kedua Indonesia)
dan sederet nama lagi. Dalam buku sejarah Jepang yang diajarkan di
sekolah-sekolah Jepang, sama sekali tidak menyebutkan kata romusha atau jigun
ianfu (wanita-wanita yang diperdayakan dan kemudian dijadikan budak seks
tentara Jepang di masa Perang Dunia II).
Pembentukan citra bahwa politikus adalah kaum yang penting adalah sangat
universal. Di Indonesia pun sejarah selalu mengagungkan kaum kstaria. “Jangan
sekali-kali melupakan sejarah” kata Sukarno, walaupun seorang Ken Arok,
pencuri/perampok yang naik pangkat menjadi raja. Kita lihat bagaimana bangsa
ini membanggakan perang kemerdekaan yang heroik dan penuh romantisme. Bagi yang
tidak merasakan kesengsaraan perang, nampak seakan perang itu indah, heroik dan
penuh romantisme. Tetapi, saya berani bertaruh kalau anda berada di medan
perang dan tertembak kakinya. Tidak mati dan tidak hidup, dikepung
musuh......., mungkin anda terkencing-kencing di celana karena ketakutan atau
lebih baik bunuh diri untuk menghilangkan stres. Nenek saya yang harus
mengungsi ketika perang kemerdekaan, dan ketika perang usai ia mendapati
rumahnya rusak, emasnya yang ditanam (dipendam) di lantai kamar hilang,
sawahnya rusak. Akan tetapi kadang ia masih terbius oleh image yang diciptakan
para politikus.
Kalau anda berpikir, apa gunanya perang? Suriname toh bisa merdeka tanpa
perang. Juga Malaysia, Singapura, Canada....., dan sederet lagi. Perang
tindakan tolol yang perlu pengorbanan sia-sia. Jangan tanyakan hal ini kepada
politikus, mereka akan membantahnya. Tetapi satu hal, fakta bahwa Malaysia,
Brunei, Singapura atau Suriname merdeka tanpa setetes darah pahlawan, adalah
tidak bisa dipungkiri. Apakah pahlawan yang mati pada saat kemerdekaan adalah
sia-sia, dalam arti menjalani kematian yang seharusnya bisa dihindari? Anda
tidak perlu menjawabnya, cukup merenungkannya. Tetapi saya ingatkan, pengaruh
doktrin sejarah terhadap pola pikir anda cukup kuat.
Harus diakui bahwa tidak semua warga ksatria dalam sejarah atau legenda
digambarkan sebagai pahlawan. Pahlawan selalu memerlukan musuh – the bad guys.
Hitler, Mussolini, Hideki Tojo, dimasukkan dalam satu group bersama dengan
Rahwana dan Kurawa, yaitu the bad guys. Mungkin Hitler dan Mussolini
tidak lebih buruk dari Abraham Lincoln. Hanya saja, para penulis sejarah tidak
berpihak pada Hitler dan Mussolini karena mereka dipihak yang kalah dan tidak
mempunyai kontrol terhadap penulisan sejarah. Jepang misalnya berusaha
menghilangkan kisah mengenai romusha dan jigun
ianfu serta kekejaman mereka terhadap tawanan perang mereka, tetapi sampai
sekarang masih terus ditekan oleh negara-negara yang pernah menderita akibat
prilaku Jepang di perang Pasifik. Padahal kekejaman dan kebrutalan tidak hanya
dilakukan oleh pasukan Jepang, tetapi juga oleh pasukan Amerika. Banyak tentara
Amerika yang memutilasi jasad tentara Jepang yang terbunuh untuk diambil
bagian-bagian tubuhnya sebagai kenang-kenangan[1].
Anggota badan yang paling disukai adalah gigi (emas) untuk digunakan sebagai
kalung, tengkorak untuk pajangan dan souvernir, telinga untuk dikalungkan, dan
lain sebagainya. Banyak jasad tentara Jepang yang mati di pertempuran Saipan
dan Iwo Jima sudah tidak berkepala lagi. Tetapi kekejaman ini tidak masuk dalam
buku sejarah Amerika. Sama seperti kasusnya romusha dan jigun ianfu di dalam sejarah Jepang.
Jadi tidak salah kalau Napoleon
mengatakan bahwa: “Sejarah adalah paket kebohongan yang diterima sebagai
kisah yang benar”. Andaikata pembaca tidak setuju dengan hal ini, tidak
usah heran. Karena kemungkinan anda telah dicuci otaknya dari sejak sekolah
dasar dengan menggunakan kaidah-kaidah Goebbles: “Bikinlah kebohongan yang
besar dan dengungkanlah secara terus menerus, orang akhirnya akan menerimanya
sebagai kebenaran.”
[1] “American
mutilation of Japanese war dead”; Wikipedia online encyclopedia, http://en.wikipedia.org/wiki/American_mutilation_of_Japanese_war_dead
Disclaimer:
Dongeng
ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada
cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam
periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi
adalah yang sebaliknya yaitu deflasi US dollar dan beberapa mata uang lainnya.
Ekonomi
(dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara
eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai
anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab
atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi
dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan
informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda
mentraktir EOWI makan-makan.
1 comment:
thanks tulisannya. Super sekali!! Kapan nulis tentang sejarah islam lagi?
Post a Comment