___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, July 31, 2011

LEBARAN & PUASA 2011 MENURUT EOWI

Ringkasan Kesimpulan:

Bagi wilayah Indonesia, puasa untuk tahun 2011 akan jatuh pada tanggal 1 Agustus 2011. Pada tanggal 31 Juli 2011 magrib, hilal telah terbentuk di seluruh bagian Indonesia. Berarti tanggal 1 Ramadhan sudah dimulai sejak matahari terbenam tanggal 31 Juli 2011, dan ibadah puasa dimulai pada saat subuh 1 Agustus 2011.

Lebaran menurut EOWI akan jatuh pada tanggal 30 Agustus 2011. Pada tanggal 29 Agustus magrib, hilal telah terbentuk di seluruh wilayah Indonesia. Ini menandai akhir dari puasa.

Awal puasa ada kemungkinan perbedaan antara penganut Rukyat (mengamati bulan sabit) dan penganut Hisab (perhitungan). Dan untuk lebaran hampir bisa dipastikan akan ada 2 lebaran untuk tahun 2011 ini.


Dalil dan Metodologi:

EOWI menggunakan tuntunan Quran saja dalam menetapkan awal dan akhir puasa.

Al-Baqarah 189:

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji......”


Tidak ada dalil lain yang EOWI gunakan, kecuali software Stellarium untuk menghitung terbentuknya bulan sabit di Jakarta dan di Jayapura. Minimnya asumsi, sejalan dengan prinsip Occam's Razor di dalam dunia ilmu pengetahuan/scientific.

Pemilihan Jakarta dan Jayapura sebagai titik pengamatan adalah sebagai penyaringan kasar. Jika ada perbedaan kesimpulan mengenai awal bulan, maka selanjutnya akan dilakukan “fine-tuning”.


Perbedaan-Perbedaan Metodologi dan Dalilnya.

Ada perbedaan metodologi yang digunakan oleh EOWI dengan Muhammadiyah dan NU. Muhammadiyah dan Persis menggunakan methode hisab (perhitungan), akan tetapi kedua organisasi Islam ini juga menggunakan prinsip kesatuan wilayah hukum. Artinya, dalam satu wilayah hukum republik Indonesia, hanya ada 1 lebaran dan 1 awal puasa. Muhammadiyah akan mengatakan awal/akhir puasa, jika telah ada perwujudan hilal dimana saja di wilayah RI. Sedang Persis akan menetapkan awal/akhir puasa jika perwijudan hilal telah ada di seluruh wilayah RI.

Karena EOWI tidak menganut prinsip kesatuan wilayah hukum, maka awal/akhir puasa adalah unik bagi setiap wilayah di muka bumi ini.

Prinsip kesatuan wilayah hukum ini adalah mengada-ada. Jika prinsip ini digunakan untuk waktu sholat, maka Bali, Irian, Jakarta, Aceh akan punya waktu sholat yang sama. Hal ini menjadi absurd. Tidak ada dasar yang kuat untuk mengadopsi prinsip ini, dan bisa disebut bidah. Oleh sebab itu EOWI tidak menggunakannya.

NU dan beberapa organisasi Islam menggunakan metode Rukyat, yaitu melihat hilal secara langsung. Dasar dari adopsi metode ini adalah hadith an-Nasai dari Abdullah ibn Umar yang mengatakan:

“Bulan ada yang 29 hari dan 30 hari. Jika kamu melihat hilal (bulan sabit) maka berpuasalah dan kalau kamu melihat hilal, ber-Iedul Fitrilah. Jika terhalang awan, maka genapkanlah bilangannya menjadi 30 hari”


Metode ini memang terbaik dimasanya. Tetapi Allah telah memberi petunjuk yang lebih jauh mengenai metode penentuan hilal.

Banyak dari ayat Quran yang menjelaskan adanya keteraturan mengenai peredaran benda-benda angkasa (bulan, matahari, planet dan bintang) seperti dalam al-Anbiyaa ayat 33 ini:

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”


Jadi kalau garis edarnya sudah tetap, maka seharusnya bisa diperkirakan/diprediksi. Pada jaman nabi Muhammad s.a.w., Allah belum memberikan kemampuan untuk menentukan hilal, oleh sebab itu nabi menggunakan cara yang tidak akurat. Akurasinya 1 hari seperti dinyatakan oleh hadith Ibnu Umar, yang bisa dikatakan metodeyang tidak akurat.

Disamping itu, pernyataan “melihat hilal” berarti acuannya adalah “hilal-nampak”. Dan “hilal-nampak” adalah “hilal-relatif”. Maksudnya relatif terhadap cuaca, relatif terhadap alat. Hasil pengamatan hilal bisa berbeda jika menggunakan teropong yang kuat dengan hanya menggunakan mata telanjang.

EWOI tidak menggunakan “hilal-relatif”, melainkan “hilal absolut” yang tidak bergantung pada alat yang digunakan. Hasil perhitungan dengan komputer laptop, desktop, super-computer atau kalkulator tidak banyak berbeda dan tidak akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

EOWI tidak menggunakan hadith Ibnu Umar ini, didukung oleh ayat Quran al Qiyaamah berikut ini:

[75:16] Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.


[75:17] Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah susunannya dan cara membacanya.


[75:18] Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.


[75:19] Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.


Ayat-ayat Quran ini pada dasarnya mengatakan agar manusia bersabar dan tidak terburu-buru dalam mengerti Quran (Q75: 16). Karena penjelasannya pun menjadi tanggung jawab Allah. Dan kapan Allah hendak menurunkan penjelasannya kepada manusia, adalah menjadi keputusan Allah itu sendiri, tidak didikte orang, termasuk nabi.

Pada jaman nabi, penjelasan mengenai hilal masih sebatas pandangan mata. Akan tetapi dengan berjalannya waktu, Allah menurunkan ilmu kepada ahlinya untuk bisa menjelaskan mengenai hilal dan peredaran benda-benda angkasa/samawa (al-Anbiyaa 33 dan Al-Baqarah 189). Allah menurunkan penjelasan mengenai kedua ayat ini kepada para ahli di era modern dari pada kepada nabi Muhammad. Itulah makna dari ayat al Qiyaamah 19. Itu yang menjadi alasan kenapa EOWI menggunakan metode hisab, bukan rukyat.


Hasil Perhitungan –Awal Puasa

Pada tanggal 31 Juli 2011, bulan sabit (hilal) sudah terbentuk di seluruh wilayah Indonesia pada saat magrib tempatan (di lokasi setempat), bahkan di Jayapura pun sudah terbentuk. Hilal ini menandai dimulainya 1 Ramadhan. Sehingga sahur/mulai puasa pertama adalah pada tanggal 1 Agustus subuh.

Untuk Jakarta hilal sudah mempunyai ketinggian di atas 7º relatif terhadap matahari. Secara teoritis hilal sudah bisa dilihat (lihat gambar di bawah ini).


Posisi Hilal tanggal 31 Juli 2011 untuk lokasi Jakarta di saat magrib.


Akan tetapi untuk Jayapura, posisi hilal pada tanggal 31 Juli 2011 saat magrib kurang dari 6 derajad di atas matahari. Secara teoritis, hilal tidak akan nampak. Oleh sebab itu untuk Jayapura, para pengamat hilal akan kecewa. Dan hilal baru bisa dilihat dari Jayapura keesokan harinya (lihat gambar di bawah ini). Cacatan: Hilal secara teoritis baru bisa dilihat kalau sudah punya ketinggian minimal 6º. Di bawah posisi ini, sinar matahari akan menyilaukan pandangan sehingga hilal tidak nampak.

Misalnya rukyat di tempat-tempat lain terhalang awan dan hanya di Jayapura saja yang mempunyai langit yang cerah di saat magrib, maka bisa dipastikan awal puasa versi NU dan kaum Rukyat adalah tanggal 2 Agustus.

Kesimpulannya:

  • Muhammadiyah, Persis dan penganut metode hisab akan mulai puasa tanggal 1 Agustus 2011.
  • NU dan penganut metode rukyat punya peluang memulai puasanya tanggal 2 Agustus 2011.
  • EOWI akan memulai puasa tanggal 1 Agustus 2011.

Posisi Hilal tanggal 31 Juli 2011 untuk lokasi Jayapura di saat magrib.


Hal inilah yang menyebabkan potensi perbedaan penetapan 1 Ramadhan antara kaum Rukyat dan kaum Hisab.


Hasil Perhitungan –Akhir Puasa

Menurut perhitungan EOWI, Ramadhan berakhir pada tanggal 29 Agusttus 2011. Dari Jakarta, pada saat magrib tanggal 29 Agustus 2011, hilal sudah terbentuk dan posisinya sekitar 2º di atas matahari. Tentu saja hilal tidak akan nampak.


Posisi Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk lokasi Jakarta di saat magrib, menandai 1 Syawal


Di Jayapura, hilal sudah wujud (terbentuk) pada tanggal 29 Agustus 2011. Dan dibandingkan dengan Jakarta posisi hilal lebih rendah lagi di saat magrib, yaitu kurang dari 0.5º di atas matahari.


Posisi Hilal tanggal 29 Agustus 2011 untuk lokasi Jayapura di saat magrib, menandai 1 Syawal


Bisa dipastikan, untuk tahun 2011 umat Islam akan merayakan 2 lebaran yang berbeda harinya. Horeeeeeeee........


Jadi kesimpulannya:

  • Muhammadiyah, Persis dan penganut metode hisab akan berlebaran puasa tanggal 30 Agustus 2011.
  • NU dan penganut metode rukyat akan berlebaran pada tanggal 31 Agustus 2011.
  • EOWI akan berlebaran tanggal 30 Agustus 2011.


Selamat berpuasa bagi yang mau dan berniat puasa. (Eeh, tidak semua orang yang mengaku Islam mau puasa lho.....).


Jakarta 30 Juli 2011.




Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

5 comments:

Anonymous said...

Pak Is,
Karena hilal akan semakin tinggi di wilayah barat daripada timur maka sering terjadi hilal belum terlihat mata di Indonesia akan terlihat di Arab Saudi atau bahkan di Afrika. Karena itu di banyak kalender ada 2 tanggal hijriah, yaitu versi Jawa atau versi Arab. Kalau diperhatikan seringkali awal bulan Arab mendahului 1 hari daripada bulan Jawa. Hal ini tidak akan terjadi kalau ada kesatuan penanggalan dan tidak terkotak-kotak dalam wilayah. Informasi rukyat hilal (kalaupun memakai rukyat bil mata telanjang) di Afrika masih bisa dipantau jam 2 malam sehingga masih sempat untuk sahur. Teman-teman dari Hizbut Tahrir misalnya yang menunggu informasi dari situs HTI pada tanggal 31 Agustus 2011 jam 3 pagi.
Pesantren pun saat ini sudah banyak yang memakai software untuk menghitung falak tersebut. Tinggal kriteria apa yang akan dipakai untuk menetapkan awal bulan.
Nah, kalau secara hisab, hilal belum terlihat di wilayah Indonesia tetapi sudah terlihat di Arab, Pak Is akan memulai puasa atau besoknya?

Imam Semar said...

Anony August 3, 2011 2:17 PM,

Yang menentukan kriteria ibadah adalah Allah. Dan sudah jelas di Quran disebutkan bahwa hilal adalah untuk menetapkan waktu ibadah (puasa & haji). Karena hilal penampakannya unik untuk suatu wilayah, maka setiap wilayah punya penampakan/posisi hilal yang berbeda. Dengan kata lain saat mulai dan saat mengakhiri puasa untuk masing-masing lokasi akan punya potensi berbeda.

Bukankah antara Jakarta, Bali dan Mekkah berbuka puasanya atau sahurnya berbeda waktunya?

Kenapa hari memulai/mengakhiri puasa harus sama?

Untuk menentukan hari pertama (hari terakhir) puasa rekan2 yang aktif dalam organisasi (Muhammadiyah, Persis, Hizbut Tahrir, dll) memang menambahkan kriteria baru yang tidak ada di Quran atau di hadith yaitu prinsip kesatuan wilayah hukum.

Bagi saya, hal ini adalah bid'ah. Karena tidak di Quran, di hadith dan ada alasan yang tidak logis.

Di suatu negara bisa ada 2 lebaran karena disatu tempat hilal belum wujud dan di lain tempat sudah wujud. Contohnya Indonesia tahun 2007 yang dibahas di http://ekonomiorangwarasdaninvestasi.blogspot.com/2007/09/lebaran-ganda-ditinjau-dari-sudut.html

Untuk tahun ini sebenarnya hanya 1 lebaran di Indonesia bagi yang menganut hisab. Lain halnya tahun 2007. Seharusnya ada 2 lebaran bagi penganut metode hisab.

Murid_Kwik said...

Metode yg anda pakai ini sudah "Usang" kalo tdk mau dikatakan ketinggalan jaman jika masih diterapkan saat ini. Krikteria wujudul hilal seperti ini sudah lama ditinggalkan dikalangan ahli falak. Dengan metode ini, serendah apapun posisi hilal walaupun visibilitasnya sgt rendah baik dengan teropong canggih sekalipun maka org2 yg menganutnya sudah memasuki bulan baru. Seperti Kita ketahui, metode penentuan kalender yang paling kuno adalah hisab urfi (hanya berdasarkan periodik, 30 dan 29 hari berulang-ulang)yang hasilnya berbeda dengan metode hisab atau rukyat modern. Teknik ini dikatakn teknik "JUMUD" atau kaku, di intern penganut metode hisab saja masih berpeluang berbeda jika posisi hilal sgt rendah spt diatas, ad yg jumud ad yg msh memprhitungkan imkan rukyat. Org2 jumud trmasuk IS pasti akan lebaran tnp memperhatikan "imkanul rukyat", visibilitas hilal dan juga dalil Quran nya seakan terlalu dipaksakan. Saya pikir sgt ketinggalan jaman jika org "pembaharu" spt IS masih menggunakan teknik kuno atau jadul lagi kaku, wujudul hilal....
Jadi kesimpulannya, dg teknik usang ini Anak kecilpun bisa menentukan lbran dan puasa dg 1 syarat melek komputer, dan pny software tentunya..
Salam,,

Murid_Kwik said...

Oh ya, sbagai pelengkap agar tdk kabur sy akan jelaskan knp ayat2 yg dipakai IS seakan dipaksakan.
Ayat2 diatas tdk ada yg scr eksplisit menjelaskn tentang tata cara penentuan awal bulan, ayattsb hny mnjelaskan ttg keteraturan sistem semesta(bumi, matahari, bulan dsb). Klo mw dikait2kan sih bisa saja tp itu trlalu jauh dari konteks (pnentuan awal bulan). Seharusnya ayat yg digunakan IS adalah ayat ini (sy lupa surahnya) "faman Syahida minkum Alsyahra falyashumhu..." Lihat Quran menggunakan kata SYAHIDA disini, yg mayoritas di Quran berarti "menyaksikan secara fisik" bukan berhitung, teori atau asumsi. Kecuali di surah yusuf ada org ahli yg bersaksi menggunakn teori dan asumsi menurut logikanya, yaitu jika bajunya sobek dibelakang mk yusuf yg benar. tentunya teori atau asumsi bs saja benar dan salah kbetulan dlm kasus yusuf teori tsb bnar lain halnya jika ia MELIHAT LANGSUNG!.
Hilal spt yg dipaparkan IS hny TEORI dan SIMULASI komputer sj, jk anda mmbawa teropong tercanggih skalipun ke puncak Everest, melihat hilal seperti ini hanya akan jadi angan2 smata.
Terakhir, sy himbau IS lebih jeli lagi jika mengutip ayat Quran dg pnafsiran yg juga tepat, Agar dia tidak terlihat seolah2 sedang menempanya dan membuat Bid'ah..!!!
So, sy lebih memilih berlabarn tanggal 31 (berdasarkan ayat Quran)..
Selamat Lebaran, Mohon maaf lahir bathin..

Imam Semar said...

Walaupun sudah lama, saya kasih komentar saja.

Ketika seorang muslim mengatakan: Asyhadu Alla illaha illa lah.....dst, apakah dia pernah melihat Allah dan apakah dia pernah melihat nabi Muhammad?

Kata syahid yang berarti menyaksikan, tidak selalu dengan mata, tetapi juga dengan ilmu.