Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Thursday, December 31, 2015
Wednesday, December 30, 2015
SCORECARD EOWI DI TAHUN 2015
Tadinya saya ingin melanjutkan
cerita Dunia di Tahun 2016. Tetapi
tak terasa tahun baru sudah dekat dan ada satu cerita yang saya ingin sampaikan
sebelum tahun baru tiba. Yaitu mengenai evaluasi investasi EOWI dan
dibandingkan dengan beberapa investasi lainnya.
Tahun 2015 mungkin salah satu
tahun yang sulit untuk menggebuk
untung besar. Hampir semua sektor investasi membukukan sedikit kerugian, atau
sedikit keuntungan atau menambah resiko.
Deposito rupiah rata-rata 7%
Kisarannya antara 5% - 9%. Suku bunga rata-rata ini akan kita jadikan tolok
ukur untuk return atau keuntungan. Kita
bisa anggap bahwa deposito adalah cara yang tidak beresiko. Setidaknya saat ini
belum beresiko. Ini mungkin tidak berlaku nanti pada suatu masa yang disebut masa
krisis perbankan. Sebelum hal tersebut terjadi, resiko untuk investasi deposito
relatif kecil.
Bursa saham Jakarta,
membukukan return yang negatif selama tahun 2015 (Chart-1), sekitar 14%. IHSG
mencapai titik tertinggi di level 5524 pada bulan April 2015, setelah itu
melorot.
Chart- 1 IHSG sepanjang 2015
US dollar sebagai salah satu
andalan investasi EOWI tahun 2015 ini mampu membukukan sekitar 11%. Ini tidak
termasuk bunga, jika investasi itu dimasukkan ke deposito yang besarnya hanya
0.5%. Jadi potensi keuntungan untuk tahun 2015 mencapai 11.5%.
Chart- 2 Kinerja Investasi US Dollar sepanjang tahun 2015
Memang bagi traders yang canggih, seandainya bisa,
mereka bisa keluar ketika US dollar di level Rp 14,700. Saya katakan
“seandainya bisa”, karena menentukan waktu yang tepat untuk keluar dari pasar
pada level Rp14,700 tidak mudah, dan untuk mereka yang nilai investasinya
besar, untuk masuk lagi punya potensi rugi, karena pemerintah membatasi pembelian
dollar hanya US$ 25,000 per bulannya. Untuk $ 100,000 perlu 4 bulan supaya bisa
masuk kembali ke posisi long dollar. Oleh
sebab itu EOWI menganggap bahwa strategi buy
& hold US dollar selama masa krisis adalah strategi yang dijadikan
basis untuk mengukur dan untuk memperbandingkan dengan kinerja-kinerja
asset-asset lainnya.
Dibandingkan dengan saham yang
minus 14% (-14%), investasi US dollar sepanjang tahun 2015 bagus sekali.
Dibandingkan dengan deposito yang rata-rata 7%, investasi US dollar juga masih
cukup bagus.
Dibandingkan dengan properti,
tahun 2015 ini properti bak masuk penjara. Pasar beku dan sulit untuk
melikwidasi asset, kecuali jika ingin dilepas dengan diskon yang cukup besar.
Harga normalnyapun relatif stagnan di tahun 2015. Dan memegang asset properti,
ada kerugian untuk maintenance, dari
mulai untuk membayar pajak sampai untuk perawatan. Dengan kata lain, US dollar
dan dan deposito masih merupakan yang terbaik dalam arti likwiditas dan
keuntungan.
Catatan bahwa 2 tahun lalu
saya membeli rumah di harga Rp 4.7 milyar yang mempunyai nilai pasar (ditaksir oleh agen properti) Rp
12 milyar. Rumah itu untuk saya tempati. Harga itu adalah harga dengan diskon
60%!!! Dimasa krisis nanti, anda akan menjumpai banyak kesempatan seperti ini.
Untuk emas, kinerjanya juga
tidak bagus selama 2015 ini. Dalam US dollar membukukan penurunan harga 12%.
Dalam rupiah juga turun tetapi relatif bisa diabaikan. Hanya 1%.
Chart- 3 Kinerja Emas sepanjang 2015
Waktu kita mundurkan ke
belakang, ke awal commodity secular bear
market di tahun 2011. Kinerja saham Indonesia sejak 2011 masih kalah
dibandingkan dengan US dollar. Chart di bawah menunjukkan bahwa selama 5 tahun
terakhir, sejak dimulainya commodity
secular bear market, US dollar telah terappresiasi sebesar 52% terhadap
rupiah sedangkan kenaikkan indeks IHSG hanya 25%.
Artinya, menginvestasikan uang
anda di US dollar tidak buruk. Dan jika anda memasukkan uang anda ke deposito
rupiah dengan bunga 7%, selama 5 tahun itu anda memperoleh return 40%.
Chart- 5 US dollar vs IHSG
Untuk investasi emas, buy & hold dari tahun 2011 sampai
2015 anda punya potensi akan menelan kerugian sebesar 44%. Itu jika anda beli
emasnya di bulan Agustus 2011, dimana harga emas mencapai titik tertingginya di
$1900/oz. Jika anda membelinya di awal tahun 2011, di harga $1350/oz, kerugian
anda “hanya” 21%, semuanya dalam US dollar. Akan tetapi dalam rupiah kerugian
itu tidak banyak. Ini seperti yang sering EOWI tekankan, bahwa harga emas
terhadap rupiah tidak akan banyak berubah.
Chart- 4 Kinerja emas antara 2011 - 2015
Tentu saja masih ada investasi
lain yang umumnya dilakukan orang, yaitu investasi properti dengan jalan flipping, - beli, direnovasi, dan
kemudian dijual. Tetapi harus diingat bahwa likwiditas properti jauh lebih
rendah dari pada emas, saham, deposito atau mata uang asing.
Kalau pembaca ingat, Gejolak 2014 – 2015
dibuat sekitar 2 tahun lalu, walaupun sebenarnya EOWI aktif melakukan cheerleading terhadap investasi US
dollar di tahun 2012. Kinerja IHSG sejak dua (2) tahun lalu, di saat EOWI mulai
aktif sekali mengumandangkan nubuat Gejolak 2014 – 2020, ternyata tidak terlalu
bagus. Selama 2 tahun terakhir ini hanya membukukan keuntungan 4.5% saja. Ini
jauh kalah dibandingkan dengan deposito bank.
Chart- 6 Kinerja IHSG sepanjang 2
tahun terakhir
Sebagai hikmah pelajaran yang
bisa ditarik dari uraian di atas adalah:
- Pada masa menjelang krisis, sulit untuk menggebuk untung yang besar dengan tidak menambah resiko, serta pemilihan investasi yang menguntungkan hanya pada investasi yang konservatif yang intinya cash dan deposito.
- Pemilihan asset yang akan diterjuni sangat penting. Karena tidak semua asset bisa menghasilkan keuntungan.
- Asset dipilih berdasarkan bentuk/type situasi ekonomi – deflasi atau inflasi.
- Emas bisa perform pada kondisi ekonomi yang inflationary.
- Cash adalah untuk kondisi ekonomi yang deflationary. Tidak semua cash akan punya kinerja baik. Cash yang dimaksud sebagai sasaran investasi disini adalah mata uang yang mengalami kontraksi terbesar.
- Deposito hanya baik menjelang dan di awal kondisi ekonomi deflationary. Resikonya akan meningkat pada saat deflasi pada puncaknya. Pada saat itu, bank beresiko bangkrut.
- Saham baik di awal ekspansi ekonomi seperti dimasa Kondratieff spring dan di masa spekulasi seperti pada waktu Kondratieff autumn.
EOWI melihat bahwa antara 2016
– 2017, krisis yang EOWI dalam Gejolak 2014 – 2020 mengalami percepatan. Indeks
US dollar akan mencapai 120. Ini berarti appresiasi sebesar 27% terhadap
sekeranjang mata uang lainnya. Jika rupiah mengikuti alur ini, maka kurs US
dollar terhadap rupiah akan menjadi Rp 17,700, dibulatkan menjadi Rp 18,000.
Tetapi bukan tidak mungkin ke Rp 25,000, karena biasanya kinerja rupiah jauh
lebih buruk dari pada euro yang menjadi komponen terbesar indeks US dollar.
Pada puncak krisis, uang cash (apa lagi US dollar) akan
berpotensi menghilang dari peredaran. Apakah akan terjadi jurang yang lumayan
lebarnya, pasar dollar fisik dan pasar dollar elektronik? Itu suatu pertanyaan
yang akan dijawab oleh sejarah dimasa datang.
Kita akan melihat akselerasi
krisis Gejolak 2014 – 2020 di tahun 2016 dan 2017. Oleh sebab itu
berhati-hatilah. Berilah peringatan kepada orang-orang yang anda cintai. Referensikan
EOWI kepada mereka, sehingga mereka menjadi mawas.
Semoga tahun 2016 (dan 2017) dapat
anda lewati dengan baik dan tabungan anda bertambah banyak. Semoga Tuhan juga
memberi kesehatan kepada anda.
Jakarta 30 Desember 2015.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Thursday, December 24, 2015
DUNIA DI TAHUN 2016 (Bagian II)
Kalau pembaca menganggap
pengetahuan EOWI tentang Bible tidak banyak, karena EOWI (akan) mendaur ulang
ayat-ayat Bible, boleh-boleh saja. EOWI mengakui bahwa bukan karena pengetahuan
EOWI tentang Bible cetek, melainkan
relevansinya ayat-ayat tersebut dengan topik yang dibahas dan ada persyaratan
lain, yaitu ada unsur-unsur sardonik yang bisa dimasukkan.
EOWI mau mendaur-ulang kutipan
Bible dari tulisan yang sebelumnya. Tuhannya orang Yahudi dan Kristen mengatakan:
“…....dengan
berkeringat engkau akan mencari makananmu
....”
(Kejadian/Genesis 3:19).
Dia serius mengatakan hal ini.
Oleh sebab itu mungkin Dia marah ketika dalam prakteknya mengganti ucapanNya
menjadi:
“....dengan
berhutang engkau akan mencari makananmu...,
bayarnya nanti.”
Sepertinya manusia telah
mengolok-olok Nya. Memutar-balikkan aturan:
“…
dengan berhutang engkau akan mencari makananmu, mobil SUV,
rumah, TV, liburan keluar negri, ....
untuk buyback saham, leverage investasi, untuk carry trade dan ....... banyak
lagi ..... bayarnya nanti.”
Walaupun demikian, Tuhannya
orang Yahudi masih kasihan kepada orang Yahudi. Kepada orang Kristen, kita
tidak tahu, karena ayatnya spesifik untuk orang Yahudi.
Diperintahkan setiap 7 tahun
agar ada penghapusan hutang-hutang.
1.Pada akhir tujuh tahun
engkau harus mengadakan penghapusan hutang.
2.Inilah cara penghapusan itu:
setiap orang yang berpiutang harus menghapuskan apa yang dipinjamkannya kepada
sesamanya; janganlah ia menagih dari sesamanya atau saudaranya, karena telah
dimaklumkan penghapusan hutang demi Tuhan.
3.Dari seorang asing boleh
kau tagih, tetapi piutangmu kepada saudaramu haruslah
kauhapuskan. (Deuteronomy
15: 1 -3)
Mungkin banyak yang berpikir
bahwa penghapusan hutang berlaku untuk mereka juga, maka jangan heran kalau
mereka berhutang banyak, untuk beli mobil SUV, beli rumah, TV, liburan keluar
negri, .... untuk buyback saham, untuk leverage
investasi, untuk carry trade. Harapannya
hutangnya akan dihapuskan setelah 7 tahun....., atau mundur sedikit.
Persoalannya adalah di ayat ke
3, dinyatakan bahwa penghapusan hutang hanya berlaku kepada sesama orang
Yahudi. Kepada orang-orang Kristen penghapusan hutang itu tidak berlaku. Hutang
orang-orang Kristen tidak perlu dihapuskan.
Walaupun orang-orang berdoa
kepada Tuhan seperti berikut ini:
12. .........
dan hapuskanlah hutang kami, seperti kami juga menghapuskan hutang orang kepada
kami. (Matius 6:12)
........tetapi belum tentu
para kreditur mau menghapuskan hutang-hutang mereka. Buktinya setelah 7 tahun
atau 84 bulan, bukannya hutang-hutang dihapuskan, tetapi suku bunganya malah
dinaikkan oleh Jenet Yellen, the Fed.
Ya...setelah selama 7 tahun
suku bunga the Fed nyaris nol. Sekarang dinaikkan 0.25%. Angka 0.25%
kelihatannya kecil. Tetapi dibandingkan dengan nyaris nol, angka 0.25% itu
besar.
Dan selanjutnya seperti kata
Bible:
Orang
kaya menjadi tuan bagi orang miskin, yang berhutang menjadi budak bagii yang
menghutangi. (Proverb
22:7)
Begitulah ceritanya. Mungkin
suku bunga yang nyari nol selama 7 tahun adalah pancingan. Mungkin just plain stupid. Entah lah.
Mungkin Tuhannya orang Kristen
dan Yahudi akan marah diperolok-olokan seperti itu. Konsumsi dengan berhutang.
Spekulasi dengan berhutang...... Ditambah lagi kemudian perintah untuk
memutihkan/menghapusan/pengampunan hutang bukannya dilaksanakan, malah bunganya
dinaikkan. Pasti Tuhannya orang Kristen akan ngamuk, marah sekali.
Maka setelah banyak hutang,
Tuhan tidak memberinya pekerjaan, alias diPHK. Jadi mau apa sekarang? Terus
investasi, seperti emas, menurun. Junk bond juga jeblok. Properti beku, susah
dijual. Tinggal saham. Sorry....untuk saham-saham emerging market di beberapa bursa juga sudah jatuh 20%. Uuups.
Tinggal saham di US.
Hati-hati terhadap kemarahan
Tuhannya orang Yahudi dan Kristen.
Itu cuma imaginasi dan
penafsiran saya saja. Bagaimana yang sebenarnya......., mana ada yang tahu. EOWI
juga tidak tahu. Setidaknya pembaca sekalian sudah memperoleh edukasi mengenai
Bible. Iya toh....?
Yellen, Sang Pemecah Bubble Terakhir
Tindakan kontroversial yang
dilakukan oleh the Fed tidak mengherankan. The Fed mau manjaga imagenya dengan
memenuhi janjinya menaikkan suku bunga sebesar 0.25%. EOWI menyebutnya sebagai
tindakan yang kontroversial dalam pandangan orang waras karena saat ini semua
data mengarah kepada perlambatan ekonomi, eeeeh...... malah dibebani dengan
kenaikan suku bunga.
Rate effektif sebelumnya
adalah 0.12%. Dan kemudian naik menjadi 0.37% dengan kenaikan ini. Angka 0.25%
nampaknya memang kecil kalau dibandingkan dengan 100%. Tetapi dibandingkan
dengan 0.12%, maka 0.25% adalah 2 kali lipat. Bagi spekulan yang melakukan leverage 30 – 60 kali beban bunganya
akan naik berlipat. Yang awalnya per tahunnya 3.6% - 7.2% dari kapitalnya.
Sekarang dia harus membayar 11% - 22% dari kapitalnya.
Kenaikan kecil
yang tidak kecil
Itu baru dari suku bunga pinjaman. Belum lagi kerugian forex bagi yang main di luar US. Emerging market misalnya. Tidak hanya itu, mereka juga terkena kerugian forex yang terdevaluasi.
Janji the Fed adalah ingin
menormalkan suku bunga acuannya kembali. Katanya kenaikan suku bunga ancuan the
Fed masih akan berlanjut sampai beberapa
tahun ke depan hingga mencapai 2%.
Kata beberapa tahun ke depan,
sangat ambigu. Bisa 10 tahun, bisa 2 tahun, bisa 20 tahun. Tetapi menurut sejarah,
BoJ overnight call rate praktis nol
sejak tahun 1999 dan pernah dicoba dinaikkan tetapi jangankan 2%, sampai 1% pun
tidak pernah. Ekonomi kembali ke resessi.
Suku bunga BOJ tidak pernah lebih dari 1% selama
15 tahun
Bagi Yellen, mungkin masih perlu 10 tahun untuk mencapai 1%. Itu berdasarkan sejarah. Seandainya Yellen memaksa, maka ekonomi akan beresiko menjadi berantakan.
Tindakan Yellen cs. dilakukan pada pada saat
yang tidak tepat. Ekonomi global sedang mengalami perlambatan. Jatuhnya harga
bahan-bahan dasar – bahan komoditi – mencerminkan adanya penurunan permintaan.
Kalau maknanya ditelusuri lebih lanjut, ini berarti sektor manufakturing
mengalami perlambatan. Kalau ditelusuri lebih lanjut lagi artinya konsumsi
melambat.
Jangan heran kalau pengiriman
barang di perdagangan internasional lesu. Dan
lesunya..., mencapai rekord.
Baltic Dry Index adalah index
tarif pengapalan (kalau bingung dengan bahasa Indonesia: ongkos satuan
mengangkut dengan kapal). Saat ini mencapai titik terendah sepanjang sejarah. Dan
nampaknya masih akan turun lagi.
Woow......
Baltic Dry Index mencapai titik terendah dalam
sejarah
Chart di atas mungkin tidak terlalu jelas. Berikut ini dalam skala log. Dan nampak masih belum ada tanda-tanda naik.
Terlepas dari waras atau tidak warasnya the Fed, atau kesahihan analogi suku bunga acuan Bank of Japan serta peluang terjadinya resesi global di tahun 2016, bagi EOWI yang lebih penting adalah mengevaluasi peluang terjadinya percepatan krisis di tahun 2016. Itu penting karena, kalau EOWI ingin melakukan shorting dengan leverage, percepatan datangnya krisis akan mengurangi biaya shorting. Harus diingat bahwa pasar bisa terus irrasional sampai kita bangkrut membayar biaya shorting. Ini yang tidak kita kehendaki.
Untuk itu ada pertanyaan yang
harus dijawab: “Berapa peluang the Fed
memenuhi janjinya untuk menormalkan
suku bunganya”.
Kata menormalkan harus
diartikan sebagai menaikkan. Oleh
sebab itu harus dilihat perbandingan antara doves
dan hawks yang duduk di kursi FOMC.
Tabel berikut menunjukkan
konstallasi hawks dan doves yang duduk di kursi FOMC.
Konstallasi FOMC - Doves vs Hawks
|
|||
2015
|
2016
|
||
Dewan Gubernur
|
|||
Janet Yellen
|
1
|
1
|
|
Stanley Fischer
|
0
|
0
|
|
Lael Brainard
|
1
|
1
|
|
Jay Powell
|
0
|
0
|
|
Dan Tarullo
|
2
|
2
|
|
Kosong
|
(Kathryn
Dominguez?)
|
0
|
|
Kosong
|
(Allan
Landon?)
|
-1
|
|
Presiden Bank Anggota Regional
|
|||
Bill Dudley (New York)
|
2
|
Bill Dudley (New York)
|
2
|
Charles Evans (Chicago)
|
3
|
Eric Rosengren (Boston)
|
2
|
Dennis Lockhart (Atlanta)
|
1
|
James Bullard (St. Louis)
|
-1
|
John Williams (San
Francisco)
|
0
|
Esther George (Kansas
City)
|
-2
|
Jeffrey Lacker (Richmond).
|
-2
|
Loretta Mester (Cleveland)
|
-1
|
Skor
|
8
|
3
|
Tahun 2016 tiga hawks yakni James Bullard (St. Louis), Esther
George (Kansas City), Loretta Mester (Cleveland) dan 1 dove Eric Rosengren (Boston) akan menggantikan 1 hawk Jeffrey Lacker (Richmond); 2 doves Charles Evans (Chicago) dan Dennis
Lockhart (Atlanta) serta 1 netral John Williams (San Francisco). Dengan kata
lain, tahun 2016 akan lebih banyak hawks
dari tahun 2015. Jadi.... peluang suku bunga the Fed naik lagi lebih besar
dibandingkan dengan tahun 2015.
(Catatan: hawk = anggota FOMC yang cenderung menaikkan suku bunga. Dove = anggota FOMC yang cenderung
menekan suku bunga)
Pasar Saham
Bagian ini agak membosankan
bagi saya, terutama untuk pasar saham Amerika dan negara maju, karena proses topping yang lama sekali. Mungkin puncak
harga saham sudah lewat di kwartal I dan II tahun 2015. Sekarang tinggal
menunggu terjun bebasnya saja. Dan itu sudah lama saya tunggu.
Suku bunga rendah membuat
orang meminjam uang dan melakukan apa saja. Pertama, adalah bermain di bursa,
bursa saham misalnya. Kredit margin naik seiring dengan naiknya indeks saham,
Dow Jones Industrial misalnya (Chart di bawah).
Margin Debt tertinggi dalam sejarah
Kemudian, hutang juga dipakai
untuk melakukan stock-buyback.
Stock buy back adalah
cara yang curang untuk menaikkan earning
per share (EPS, pendapatan per saham). Dikatakan curang karena, buy back tidak memperbaiki kinerja
perusahaan, melainkan mengurangi saham yang beredar, sehingga EPS nya naik. Itu
hanyalah kosmetik saja, bukan perbaikan kinerja dan peningkatan produktivitas.
Di bawah ini adalah chart dari
Societe Generale yang menggambarkan perjalanan hutang yang digunakan untuk buy back saham.
Saat ini, hutang untuk buy back sekitar 50% lebih tinggi dari
tahun 2008, pada saat krisis subprime
meletus. Artinya saat ini pasar saham pakai kosmetik 50% lebih banyak dari pada
saat krisis subprime merebak.
Hutang yang digunakan untuk membiayai buy back
saham.
Valuasi saham saat ini
tergolong mahal, mungkin mencapai rekor, jika difaktorkan dengan inflasi.
Dengan kata lain, asset di bursa saham sudah membubble yang tinggal meletusnya saja.
52% dari saham S&P 500 sudah berada di bawah 200 day moving average nya.
Saat ini hanya 52% dari saham
S&P500 sudah berada dalam kategori bearish.
Posisinya ada di bawah 200 day moving average. Jadi saham-saham di bursa New
York tidak pada posisi yang baik. Lebih dari separuh mempunyai trend turun.
Konstallasi anggota the fed
yang lebih hawkish dibandingkan tahun
lalu patut dipertimbangkan sebagai faktor yang membuat bubble di bursa saham US pecah dan crash.
Bubble Pasar Saham Cina Kembali Bearish dan Devaluasi Yuan
Kalau kita berbicara mengenai
perdagangan internasional, kaitannya akan ke Cina. Model ekonomi Cina yang
bergantung pada ekspor barang manufakturing. Kalau perdagangan dunia melambat,
maka ekonomi duniapun akan melambat.
Dampak perlambatan ekonomi
Cina akan mengenai beberapa sektor. Pertama adalah sektor bahan dasar
manufakturing atau bahan komoditi keras.
Pada bagian pertama disebutkan
bahwa harga minyak jatuh ke level $30an per bbl. Demikian juga harga
bahan-bahan komoditi dan emas. Dan ini akan berlanjut, hanya skenarionya bisa
macam-macam.
Ada peluang 50-50 bahwa komoditi
dan emas akan rebound beberapa bulan ke depan. Tetapi rebound ini sifatnya
hanyalah teknikal. Karena kemudian disusul dengan kejatuhan lagi.
Akan tetapi bisa juga dengan
skenario ke II, yaitu kejatuhan bak air terjun. Emas masuk menembus level $600
- $700 per oz dan minyak sampai di bawah $30 per bbl.
Dampak ke dua adalah pelemahan
yuan. Cina akan mendevaluasi yuan supaya barang-barangnya laku di pasar
internasional. Dan devaluasi yuan ini akan memicu negara-negara emerging market
untuk melakukan hal yang sama. Di saat US dollar sedang rally, devaluasi yuan
akan mempercepat US dollar memasuki target EOWI Rp 17,000. Target ini
peluangnya cukup besar untuk terjadi di tahun 2016. Setidaknya ke kisaran Rp 15,000
– Rp 16,000. Masuknya yuan ke dalam SDR, tidak serta merta membuat yuan punya
garansi stabil. Berhati-hatilah.
Bubble berikutnya selain bahan
komoditi dan emas yang dalam proses pengempesan adalah saham-saham Cina. Bubble
pasar saham Cina yang sedang sekarang sedang rebound, akan kembali ke tren bearish
sebagai tren utamanya, yaitu turun.
Jika indekas saham Shanghai kembali ke trend
dasarnya, banyak yang akan terseret
Kembalinya busa saham Cina ke
trend utamanya, yaitu bearish, juga
bisa menjadi alasan pelemahan yuan. Kapital keluar dari Cina. Di tahun 2015,
Cina mengalami penyusutan cadangan devisanya kurang lebih sebanyak $ 400
milyar. Ekonomi Cina sedang melambat, bursanya juga sedang crash, jadi secara alami, yuan memperoleh tekanan. Sejak tahun
2014, dan cadangan devisanya terus turun sampai mencapai 15% selama 1½ tahun
belakangan ini.
Faktor yang membuat yuan
melemah dalam jangka panjang masih ada lagi. Masuknya yuan ke dalam SDR tidak
ada artinya jika tidak ada ekspansi peredaran yuan. Artinya, jumlah yuan yang
beredar harus ditambah. Tanpa penambahan ini, akan membuat yuan tidak likwid,
sehingga tidak bisa berfungsi sebagai mata uang internasional yang handal.
Artinya harus ada inflasi moneter. Dan kata inflasi, identik dengan penurunan
nilai mata uang – yuan akan melemah, bisa terhadap mata uang lain, bahan
komoditi, emas atau lainnya, dalam jangka waktu yang panjang. Seperti US
dollar. Yang awalnya harga emas $35 oz sebelum tahun 1970, dan sekarang di
level $1000an.
Saya tidak yakin pemerintah
Cina akan memaksakan percepatan yuan menjadi mata uang internasional dalam
kurun waktu 5 tahun mendatang. Menghadapi keluarnya dana dari Cina yang akan
berlanjut saja sudah merepotkan. Alih-alih menginternasionalkan yuan. Nilai
yuan akan melorot tajam dan kredibilitas yuan akan memudar.
Sekian dulu...., sampai pada
bagian ke III.
Jakarta 24 Desember 2015.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Wednesday, December 16, 2015
Siklus Kondratieff - Bagian 2
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Fase Musim Dingin (K-Winter)
Pada masa K-Winter adalah
masa bersih-bersih dan hari-hari perhitungan. Semua kegilaan, mania,
hutang yang berlebihan, dosa yang dilakukan pada periode K-Autumn
akan dibersihkan, dibayar, diselesaikan. Dengan kata lain K-Winter
adalah masa koreksi. Ciri-cirinya adalah: pasar modal kolaps, gagal
bayar meningkat, kredit membeku, suku bunga obligasi pemerintah (yang
stabil) anjlok ke titik terendah dan depressi deflasi ekonomi.
Spekulasi- spekulasi yang terjadi pada periode sebelumnya akan memakan
korban.
Masyarakat mengurangi konsumsinya dan cenderung untuk
menabung serta berhemat. Atmosfir di masyarakan dipenuhi oleh rasa
ketidak puasan sosial. Dan biasanya perang besar juga terjadi sampai
akhir dari depresi ekonomi ini, tetapi tidak sebanyak pada masa
K-Winter. Pada masa K-Summer pemimpin yang populer untuk muncul
adalah yang berpandangan sosialis seperti Hitler, Lenin, Mao,
Sukarno.
Periode-periode yang bisa
dikategorikan ke K-Winter banyak analis adalah 1835-1844, 1875-1896,
1929-1949, 2000-?.
Bagi yang tertarik, saya
anjurkan untuk membaca lebih lanjut topik mengenai siklus
Kondratieff. Siklus ini banyak dibahas dan digunakan oleh pengamat,
penulis buku dan advisor finansial.
Seperti yang telah
dikatakan sebelumnya, bahwa siklus Kondratieff bisa diinterpretasikan
bermacam-macam. Sebagai alat untuk memprediksi masa depan secara
tepat agak sulit dipakai, terutama mengenai waktunya. Kalau siklus
Kondratieff adalah alat prediksi yang baik dan akurat maka akan
banyak orang yang mengetahui siklus ini menjadi kaya karena bisa
sukses berspekulasi secara aggressif baik selama masa pertumbuhan
(K-Spring dan K-Summer) atau selama masa perlambatan (K-Autumn dan
K-Winter).
Menentukan periode
apakah dekade 2010 ini, ada pada K-Winter atau K-Spring tidaklah
mudah. Karena banyak gejala yang tidak sinkron dengan panjang
gelombang siklus, kalau kita sangat kaku dalam menggunakan rentang
waktu untuk satu siklus. Pengguna siklus Kondratieff kebanyakan
setuju bahwa tahun 1787 sebagai awal dari K-Spring. Kalau demikian
maka K-Spring untuk harus dimulai tahun 2007 (1786 + 4 x 55) atau
paling lama tahun 2010 seperti terlihat pada Grafik VIII - .
Dengan
kata lain, dekade sebelumnya, 1997 – 2007, adalah K-Winter. Selama
K-Winter seharusnya kredit dan uang mengalami kontraksi; harga-harga
turun, harga emas juga turun. Yang terjadi malah sebaliknya. Pada
kenyataannya, selama tahun 1998 – 2008 harga minyak naik dari $10
per bbl di 1999 ke puncaknya $147 per bbl pada bulan Juli 2008. Harga
emas naik dari level $ 290 per oz tahun 1999 ke $ 1000 per oz tahun
2008 dan melewati $1.265 per oz di tahun 2010. Harga bahan komoditi
juga naik selama periode tahun 1999 – 2008. Demikian juga harga
rumah di hampir semua negara naik dengan pesat selama hampir satu
dekade, dari tahun 1999 – 2006. Hanya harga saham tidak beranjak
banyak dibandingkan dengan dari tahun 2000 di negara-negara maju
seperti Amerika, Eropa Barat dan Jepang. Tetapi saham di
negara-negara berkembang seperti India, Indonesia, Brazil, Cina,
Russia melesat sampai berkali-kali lipat. Periode 1999 – 2007 ini
tidak bisa disebut K-Winter.
Sejak tahun 2002,
Robert Prechter dengan pendekatan teori Elliot Wave meramalkan
terjadinya masa deflasi seperti K-Winter melalui bukunya “Conquer
the Crash” edisi pertamanya1.
Ramalannya meleset dalam hal waktu. Para investor yang mengikuti
bukunya Prechter ketinggalan kereta boom
di sektor emas, bahan komoditi dan saham emerging
market serta perumahan (di Eropa dan di
Amerika Serikat) yang terjadi antara tahun 2003-2007.
Mungkin karena
kemelesetan dalam menentukan K-Winter abad 21 ini, akhir-akhir ini
pengguna siklus Kondratieff merevisi hitungan siklusnya. Misalnya
Geir Solem dalam artikelnya Bonds & Interest Rates - The 54 year
cycle (4 Maret 2010)2
dan The Kondratieff Cycle (1 Desember 2009)3
di website
FinancialSense.Com, mengindikasikan bahwa tahun 2020 adalah akhir
dari K-Winter (lihat (Grafik VIII - ). Grafik ini mereka ambil dari
Longwave Group4
penyedia jasa analisa ekonomi dan investasi. Pendapatnya mengatakan
bahwa K-Winter sudah berlangsung dari sejak tahun 2000.
Kalau dilihat dari masih
melesatnya harga bahan komoditi sampai tahun 2008, harga rumah di
Amerika, Eropa dan banyak belahan dunia lainnya, akan lebih cocok
jika K-Winter dimulai tahun 2008. Apapun opininya nampaknya banyak
yang sepakat bahwa tahun 2010 sudah memasuki K-Winter apakah itu
dimulai dari tahun 2000 atau 2007. Dari situ bisa disimpulkan bahwa
siklus Kondratieff tidak mempunyai rentang waktu yang sama.
Pendapat saya,
kalau memang bersikeras untuk menggunakan siklus Kondratieff dan
menganggapnya sebagai teknik empiris yang sahih, maka K-Winter
dimulai dari tahun 2007, dimana harga saham dunia ambruk, menyusul
bahan komoditi dan emas (2008), dan sebelumnya harga
rumah/real-estate di Amerika Serikat, Eropa dan di banyak belahan
dunia mulai turun. Dan yang paling penting adalah terjadinya kebekuan
kredit yang menudian disusul dengan kontraksi kredit. Saya pikir
kontraksi kredit dan pasokan uang M3 yang beredar, jauh lebih penting
dari harga barang yang lainnya, karena kredit dan uang adalah sumber
terjadinya deflasi, sedang harga adalah akibatnya atau gejalanya.
Kita harus bisa membedakan antara penyebab dan akibat. Kontraksi M3
yang parah juga terjadi pada saat dimulainya K-Winter di tahun 1930
(lihat Grafik VIII - ).
Apa yang terjadi
selama depresi deflasi, sudah banyak penulis buku yang membahasnya.
Diantaranya adalah Gary Shilling dengan bukunya yang berjudul
“Deflation” yang terbit tahun 1999, juga Harry Dent Jr5.
Walaupun pendekatan Dent bukan dengan siklus Kondratieff, tetapi pada
dasarnya Dent berpendapat dalam dekade 2010an, terjadi depressi
besar.
Grafik VIII -
Supply
uang M3 Amerika Serikat. M3 mengalami kontraksi lebih parah dari -10%
pada saat dimulainya depresi deflasi 1930 dan 2008-201?.
Sampai jumpa di Bagian 3: Apa yang terjadi di Geger 2007-2009 relasinya dengan Siklus Kondratieff?
1
Conquer the Crash, Robert Prechter Jr, John
Wiley & Sons, edisi 1, 2002
2
Bonds & Interest Rates - The 54 year cycle, Geir Solem, 4 Maret
2010, http://www.financialsense.com/fsu/editorials/2010/0304.html
3
The Kondratieff Cycle, Geir Solem, 1 Desember 2009,
http://www.financialsense.com/fsu/editorials/2009/1201.html
4
LongWave Group, Website display, http://thelongwaveanalyst.ca/
Subscribe to:
Posts (Atom)