___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, March 6, 2011

(No.8) - PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA

Sejarah, dongeng satir, humor sardonik dan ulasan tentang konspirasi, uang, ekonomi, pasar, politik, serta kiat menyelamatkan diri dari depressi ekonomi global di awal abad 21




(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)



Kredit dan Uang Illus
i

Bahasa Inggrisnya illusi adalah
illusion yang menurut definisi adalah: “an unreal image presented to the bodily or mental vision; a deceptive appearance”. Kira-kira artinya penampakan yang menipu. Membuat illusi tidak bisa dikategorikan sebagai tindak kriminal. Tukang sulap misalnya, selalu menggunakan illusi di dalam attraksinya; dan dia tidak akan ditangkap, dipenjarakan karena ulahnya. Bagaimana kalau illusi ini diciptakan di dalam ekonomi? Topik ini menarik untuk dibahas, karena permainan sulap ini korbannya yang disengsarakan banyak.

Pada bulan November 2008, seorang analis keuangan bernama Erick Jazier Adriansjah dari perusahaan sekuriti Bahana ditangkap polisi. Latar belakang penangkapan itu adalah karena Erick memperingatkan kliennya melalui email bahwa akan ada beberapa bank yang mengalami kesulitan likwiditas. Dan oleh kliennya, email itu disebarkan lagi sehingga meluas. Erick dituding bisa mengganggu kestabilan dunia perbankan Indonesia.

Apa hubungan antara peringatan Erick dengan kestabilan perbankan Indonesia? Bukankah apa yang dilakukan Erick adalah perbuatan baik yaitu memperingatkan kliennya agar berhati-hati. Dan apa yang dikatakan Eric ternyata benar, tidak lama kemudian kasus kebangkrutan bank Century terungkap.

Yang ditakutkan oleh para birokrat politikus pemerintah adalah akibat beredarnya email dari Erick akan mendorong banyak nasabah bank menarik uangnya dari bank. Pasalnya bank sering tidak mempunyai uang sebanyak saldo nasabahnya. Bank akan mengalami krisis likwiditas. Ini disebabkan karena bank melakukan apa yang disebut fractional reserves banking (FRB) yaitu penciptaan uang illusi. Disebut uang illusi karena sebenarnya uang itu tidak ada, yang ada hanya catatan pembukuan saja. Jika 20% saja dari nasabah mau mengambil saldo rekeningnya, bank belum tentu mempunyai cukup uang untuk diserahkan. Sebagian dari uang yang tercatat sebagai saldo rekening, wujud fisiknya tidak pernah ada. Itu sebabnya uang itu bisa dinamakan uang illusi. Itulah kredit dan catatan saldo di bank.

Bank punya berbagai cara yang cerdik untuk memperoleh untung. Cara yang ampuh dan paling populer adalah melalui FRB. FRB ini bagaikan permainan sulap. Dari uang fisik yang merupakan kapital dari bank itu dan uang simpanan masyarakat diciptakan uang-uang yang sifatnya hanya catatan saja. Sulapnya ini lebih halus dan bukan dengan cara-cara yang kasar mencetak uang kertas fiat dengan nilai nominal yang besar, melainkan melalui pemberian kredit.

Sulap ini disebut fractional reserve banking (FRB) dan caranya adalah sebagai berikut. Misalnya di dalam ekonomi secara fisik ada 100 milyar rupiah uang kertas. Tentu saja uang ini disimpan di bank karena menyimpan uang tunai di bawah bantal tidaklah aman. Oleh bank uang ini dipinjamkan, misalnya 90% nya (atau 90 milyar rupiah) ke pada pelaku ekonomi. Uang yang dipinjamkan, secara fisik tidak pernah meninggalkan bank untuk disimpan di bawah bantal, melainkan dititipkan juga ke bank juga, mungkin bank yang sama atau bisa juga bank yang lain. Secara fisik uang kertas ini tidak berpindah dari sistem perbankan. Dari satu bank ke bank lainnya.

Jadi sampai pada titik ini kredit yang diciptakan sebesar 90 milyar rupiah dan sebenarnya hanya catatan elektronik saja. Sekarang di catatan saldo semua rekening nasabah ada 190 milyar rupiah, yaitu Rp 100 milyar uang fisik dan Rp 90 milyar kredit. Di samping itu asa catatan hutang kepada bank 90 milyar rupiah. Biasanya catatan hutang kepada bank tidak perlu diributkan, karena bank tidak akan menggunakan catatan ini untuk belanja kepasar. Lain halnya dengan saldo. Saldo ini bisa digunakan untuk belanja dan melakukan aktivitas ekonomi lainnya.

Kembali pada kredit yang 90 milyar rupiah tadi. Uang yang 90 milyar rupiah itu, kemudian dipinjamkan lagi 90%nya (81 juta dollar) kepada debitur lain. Tentu saja uang ini tidak pernah masuk ke bawah bantal dan meninggalkan sistem perbankan seperti uang yang 90 milyar sebelumnya. Seterusnya berlaku hal yang sama. Berikutnya 72.9 milyar rupiah diciptakan. Dan seterusnya, sehingga secara teoritis dari 100 milyar rupiah bisa menciptakan kredit setara dengan 900 milyar rupiah sehingga kredit dan uang fisik menjadi setara dengan 1000 milyar rupiah.

Kredit ini bisa bertingkah seperti uang. Dengan kredit, orang bisa membeli barang. Akibatnya ekspansi kredit bisa menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Bayangkan bagaimana effektifnya FRB dalam menstimulasi kenaikkan harga.

Kredit tidak bisa disamakan dengan uang fisik baik itu yang sejati, emas dan perak ataupun yang fiat politikus. Secara sepintas, kredit lebih dekat kepada uang fiat atau uang politikus ketimbang uang sejati. Tetapi ada perbedaan yang mendasar antara uang politikus dan kredit. Pertama, uang fiat politikus hanya dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral atau badan yang resmi ditunjuk pemerintah. Sedangkan kredit bisa dikeluarkan oleh bank komersial dan bank sentral. Hanya saja, bank sentral tidak memberikan kredit kepada masyarakat secara langsung.

Perbedaan kedua, nasib uang fiat arahnya hanya ada satu jurusan yang jelas, umumnya ekspansif alias selalu bertambah. Uang fiat selalu menyebabkan inflasi karena jumlah yang beredar alias pasokannya selalu bertambah. Sedangkan uang illusi (kredit), bisa menguap seperti sulapan yaitu ketika kredit dilunasi atau diputihkan (gagal bayar). Kredit juga bisa bertambah banyak, seperti sulapan juga. Jadi uang illusi (kredit) disamping bisa berekspansi jumlahnya, bisa juga berkontraksi.

Untuk terciptanya kredit diperlukan dua (2) pihak, calon debitur (bisnis atau konsumen) dan calon kreditur (bank). Jika bank enggan menyalurkan kredit, dan/atau konsumen enggan membuat kredit maka kredit tidak akan tercipta. Kalau konsumen bank memutuskan untuk melunasi hutangnya, maka kreditnya termusnahkan. Jika di dalam ekonomi terjadi melunasan kredit besar-besaran bisa membuat net-ekspansi kredit menjadi negatif. Dan kejadian ini disebut kontraksi kredit atau deflasi. Kontraksi kredit bisa terjadi kalau debitur mengemplang hutangnya. Catatan saldonya menjadi nol dan catatan hutangnya menjadi NPL (non performing loan) dan diputihkan.

Uang sejati – emas dan perak, tidak bisa mengalami kontraksi. Demikian juga uang fiat politikus. Pernyataan ini sesungguhnya tidak 100% benar. Kalau uang fiat ini sudah kehilangan nilai riilnya, maka masih bisa dijadikan pengganti kayu bakar. Bisa saja oleh pemiliknya uang-uang kertas ini dibakar. Dan pada saat itu jumlah uang kertas yang beredar berkurang dan mengalami kontraksi.

Sifat uang illusi yang satu inilah (deflasi) yang katanya paling ditakuti oleh politikus dan birokrat. Akibat dari deflasi, memasukan pajak dan cukai akan menurun. Untuk menutup jurang antara pemasukan pajak dan pengeluarannya, para birokrat politikus akan memutar mesin cetak uang fiatnya secepat mungkin. Kalau perlu 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Kalau hal ini masih tidak bisa mengatasinya, maka terbitkan pecahan baru dengan nilai nominal yang lebih besar, misalnya $100 trilliun, seperti yang dilakukan Zimbabwe selama dekade 2000an.


(Bersambung..........)

Disclaimer:
Dongeng ini tidak dimaksudkan sebagai anjuran untuk berinvestasi. Dan nada cerita dongeng ini cenderung mengarah kepada inflasi, tetapi dalam periode penerbitan dongeng ini, kami percaya yang sedang terjadi adalah yang sebaliknya.

Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

7 comments:

Abdul said...

Saya tak begitu ahli dalam masalah ekonomi, tp ada yg ingin saya tanyakan pada bung IS, "Uang sejati – emas dan perak, tidak bisa mengalami kontraksi" jadi uang sejati jg terus turun nilai riil nya dg kata lain mengalami inflasi thd komoditas lain krn supply nya trus bertambah misalkan dg kambing, sapi, tanah dsb.
jadi tdk 100% benar bhwa "uang sejati" selalu terjaga nilai riil nya ?

Anonymous said...

Kaum libertarian seperti anda memang selalu menuduh pemerintah sebagai musuh rakyat yang harus dihilangkan, dan memunculkan opini seakan-akan pemerintah pny kepentingan sendiri dan rakyat bgitu juga dan dg ujungnya rakyat selalu dikhianati, ditindas, ditipu. padahal esensi dari pemerintah itu sebagai wakil dan pelindung rakyatnya, kepentingan pemerintah ya kepentingan rakyatnya jg, memangnya kalau deflasi hanya pemerintah saja yg rugi? dan kalo inflasi hanya pemerintah yang untung dan rakyat selalu rugi, begitu?
Salam.

Imam Semar said...

Pak Abdul,
Mungkin anda tidak membaca secara teliti.

Disebut uang sejati, karena nilainya tejaga sepanjang masa. Pada jaman nabi Muhammad, jaman Umar bin Khattab, jaman kaisar Nero..., sampai jaman sekarang harga kambing hanya sekitar 3,8 gram emas. Tentu saja ada fluktuasi yang sifatnya sementara akibat perubahan supply-demand. Tetapi secara rata-rata nilai tukar-kambing-emas tetap.

Sedangkan uang politikus (uang fiat), .... 10 tahun lalu, harga kambing masih di Rp 300-500 ribu, dan sekarang sudah Rp 1 jt - 2 jt. Dan ongkos naik bis thn 1967 masih Rp 15 dan sekarang Rp 1500.

Emas memang naik jumlahnya akibat penambangan. Besarnya sekitar sampai 3% per tahun. Tetapi kenaikan jumlah emas ini memerlukan usaha dan tenaga yang banyak, dibandingkan dengan menambah angka nol pada uang kertas. Sebelum krismon tidak ada pecahan Rp 100 ribu bukan? Bukankah lebih gampang menambah 1 angka nol dibelakang 10000?

Kelanjutan dongeng ini anda akan lihat bagaimana hancurnya nilai rupiah sejak diterbitkannya 65 tahun lalu.

Salaam,

garinda said...

pak saya punya anti tesis mengenai FRB, yaitu
Berkebun Emas yang akhirnya menghasilkan sintesis Fractional Reserve Gold. Saya punya 100 gram emas lalu saya gadaikan mendapat taksiran 80% nya, saya belikan emas lagi mendapat 80 gram dan saya gadaikan lagi dengan taksiran 80% dan saya belikan 64 gram dan saya gadaikan begitu seterusnya. berapa emas saya ? 100+80+64+...

apakah menurut pak is tidak akan terjadi kontraksi emas dengan cara seperti ini?

Imam Semar said...

@Garinda,
Scheme anda adalah sama dengan FBR. Tentunya anda mengharapkan harga emas naik. tetapi jika yang terjadi sebaliknya..... mmmmmm

Anonymous said...

CMIIW, tp pak sistem kebun menggunakan real/royal money alias emas, diatas kertas, jumlah emas yang saya gadaikan 100 + 100(1-80%) pangkat n.
lalu pak apa kelemahan dari sistem kebun emas adalah deflasi, yakni ketika harga emas tidak naik, maka pegadaian mengambil semua emas saya, inikah yang disebut jebakan debit?

Imam Semar said...

Tepatnya jebakan leverage & kredit...