(Maret Minggu ke I, 2008)
BOM WAKTU $45 TRILIUN
Topik kali ini:
PEMERINTAHAN YANG BANGKRUT......
....DAN BOND/KREDIT BERACUN ($45 TRILIUN) MENJADI BOM WAKTU
RENUNGAN
BOM WAKTU $45 TRILIUN
Topik kali ini:
PEMERINTAHAN YANG BANGKRUT......
....DAN BOND/KREDIT BERACUN ($45 TRILIUN) MENJADI BOM WAKTU
RENUNGAN
Beberapa anggota KlubSaham.Com menanyakan kepada saya melalui email, kenapa saya tidak menulis sesuatu yang menghebohkan dan kontroversial. Permintaan atau pertanyaan ini saya cerna lebih lanjut. Kesimpulan saya bahwa penanya sudah waras dan berpikir lurus. Mereka tidak menganggap tulisan disini kontroversial, melainkan biasa-biasa saja. Ditengah-tengah masyarakat yang sedang gila demokrasi, sosialisme, full-government intervention, otomoni daerah, tetapi di blog Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI) semua itu dikritisi. Disini kita, orang waras menganut lazzie faire, anti monetary system, free market dan keadilan. Jadi kalau pembaca sudah merasa biasa dengan tulisan yang ada di EOWI, berarti anda sudah punya cara berpikir yang benar. Bukan ikut-ikutan masyarakat yang sedang gila.
Dalam 3 - 4 minggu ke depan kita coba menyinggung sedikit masalah pajak, hutang pemerintah, kebangkrutan negara dan belanja negara dan dihubungkan dengan potensi krisis mendatang.
PEMERINTAHAN YANG BANGKRUT......
Pernahkah anda melihat suatu negara yang bangkrut? Kalau anda berkata belum, maka saya ingatkan anda pada negara Uni Soviet. Uni Soviet mengalami kejayaan ekonomi pada dekade 50an dan secara perlahan-lahan mengalami kemunduran. Pertumbuhan National Income rata pada dekade 50an mencapai 11%. Pada dekade 60an turun menjadi 7% dan pada dekade 70an 4.5%. Bahkan pada akhir dekade 70, ekonomi Soviet mengalami kemandegan. Bersamaan dengan itu, Uni Soviet terjun langsung ke Afghanistan (1978 – 1988). Perang Afghanistan dibarengi dengan sistem sosialisme tidak memberi insentif bagi mereka yang rajin dan produktif, membuat . ekonomi Uni Soviet semakin buruk. Menjelang kehancurannya, banyak pegawai tidak bisa dibayar gajinya. Kontrol pemetintahan pusat semakin lemah dan akhirnya negara federasi Uni Soviet pecah berkeping-keping.
Pada saat Soviet pecah, mungkin belum banyak investor asing yang terkena dampaknya. Setelah Uni Soviet pecah, komponen terbesarnya, Russia juga mengalami krisis di akhir tahun 1988. Russia terpaksa menggagal bayarkan bond GKO (Bhs Russia: Gosudarstvennoe Kratkosrochnoe Obyazatelstvo) atau bond pemerintah jangka pendek yang mulai dikeluarkan oleh pemerintah Russia sejak Februari 1993. Pemerintah Russia selalu defisit. Oleh sebab itu hutang (dengan bunganya) akan dibanyar dengan hutang lagi. Gali lubang-tutup lubang. Dan semakin lama semakin besar lubangnya karena Russia tidak pernah bisa menghentikan defisitnya. (Mirip Indonesia dengan defisit dan SUN, ORI, dan entah apa lagi berikutnya bukan?). Kasihan yang pegang GKO dan surat obligasi pemerintah Russia, karena kemudian inflasi di Russia melonjak di sekitar 100%. Artinya nilai bond (kalau bisa dicairkan) dan nilai riil uang rubel terpangkas menjadi separonya. Tidak ada jaminan bahwa bond pemerintah itu aman.
Krisis Russia adalah sejarah. Sejarah bisa terulang karena manusia tidak bisa belajar dari pengalaman. Beberapa minggu lalu saya menjumpai berita mengenai hampir bangkrutnya sebuah kota bernama Vallejo di dekat San Fransisco, California. Melalui Google search saya dapatkan daftar berita mengenai bangkrutnya dan kemungkinan bangkrutnya kota di US (http://www.nbc11.com/news/15345539/detail.html). Untuk menggali data yang objektif apa yang menjadi penyebab kebankrutan ini, saya cari opini penduduk di sana (http://digg.com/world_news/City_Could_Be_First_To_Go_Bankrupt_In_California). Ini opininya:
“I am a resident of Vallejo, CA. It is forecast to be millions in the hole this year for two reasons. One the Sub Prime disaster has eviscerated its financial base and two it has let unfettered corruption and nepotism control its spending. While I do no specifically blame the fire fighters or police, since they are more a symptom than the cause, they are still among the highest paid in the entire nation while working in an average sized blue collar city.” (alricsca).
Setelah beberapa kali melakukan Google search, kesimpulan saya, ada tiga sebab utamanya. Pertama, tidak tersedianya dana benefit pegawai. Akibatnya banyak pegawai kota-praja memilih pensiun dini karena takut jika ditunda-tunda kota praja ini sudah bangkrut dan tidak bisa membayar uang pensiun. Dengan kata lain seperti bank yang di-rush.
Kedua, kekayaan kota praja diinvestasikan dan kebetulan banyak yang terkena subprime. Dan yang ke tiga, tidak ada yang berminat membeli Municipal bond yang dikeluarkan Vallejo, karena Vallejo mengalami defisit dalam hal budget yang kronis.
Adanya kota-praja yang bangkrut ini, menjawab kenapa lelang Muni-Bond yang berbentuk Auction-Rate Security tidak ada peminatnya, yang disinggung di Monitoring Krisis Ekonomi February Minggu ke III, 2008 (BERLAYAR DI ATAS SHORT SQUEEZE):
Berita di Financial Times ternyata terbukti. Berita di Bloomberg mengatakan bahwa UBS tidak mau mendanai Municipal Bond jika lelangnya tidak bisa menarik cukup investor. http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20602007&sid=aTfAdljNImeo&refer=rates
“Feb. 14 (Bloomberg) -- UBS AG won't buy auction-rate securities that fail to attract enough bidders, joining a growing number of dealers stepping back from the $300 billion market, said a person with direct knowledge of the situation.”
“More than 129 auctions failed yesterday, Kritzmire said.”
Hikmah dari cerita di atas ialah, surat hutang pemerintah pun beresiko bila pemerintahannya punya sejarah defisit belanja yang kronis. Tidak pandang apakah itu AAA atau junk bond. Saat ini peringkat AAA tidak ada artinya lagi. S&P, Moody atau Fitch tidak bisa dipercaya lagi sejak S&P tetap memberikan rating AAA untuk MBIA. (Saya bertaruh bahwa S&P salah dan MBIA akan jebol, oleh sebab itu saya memasang put option).
....DAN BOND/KREDIT BERACUN ($45 TRILIUN) MENJADI BOM WAKTU
Dampak Subprime Mortgage sudah membuat pasar modal, pasar uang dan ekonomi US sempoyongan. Padahal besarnya pasar Subprime Mortgage Bond hanya $1.3 triliun. Awalnya diperkirakan resiko kerugiannya hanya $ 50 milyar, kemudian menjadi $ 200 dan terakhir perkiraan itu berubah menjadi $400 milyar. Inti yang mau saya kemukakan, para pakar dan Bernanke selalu optimistik. Minggu lalu saya mengatakan, bukan tidak mungkin mencapai $ 1 triliun, ternyata beberapa hari kemudian saya membaca bahwa bank of Swiztserland memperkirakan $600 milyar dan prof Nouriel Roubini dari New York University berpendapat $ 1 triliun. Masih ada mortgage busuk yang punya potensi yang sama dengan subprime yaitu Alt-A ($ 0.6 triliun) dan Jumbo ($ 0.9 triliun). Hutang hutang kredit perumahan yang busuk ini hanya 41% dari kredit perumahan yang ada sebesar $ 7.2 triliun.
Ukuran pasar hutang kredit perumahan yang $ 7.2 triliun, nampak kerdil jika dibandingkan ukuran pasar Credit Default Swap (CDS) yang besarnya mencapai $ 45 triliun dan berpotensi membusuk. Apa itu CDS? Dan bagaimana bisa menciptakan kebusukan?
CDS adalah suatu produk derivatif dari hutang, semacam asuransi. Objek yang dijaminkan adalah surat hutang dan kredit. Surat hutang dan kredit bisa diasuransikan dengan membayar sejumlah premium kepada pihak penanggung. Jika terjadi kerugian akibat gagal bayar atau masalah lain sehingga menimbulkan kerugian bagi pemegang kredit/surat hutang tersebut, pihak penanggung berkewajiban membayar sejumlah yang ditetapkan sebelumnya. Biasanya adalah kerugian akibat dari gagal bayar atau anjloknya harga surat hutang. Selama tidak ada gagal bayar pihak penanggung akan enak-enakan menerima uang premi. Dan sebelum merebaknya kasus subprime, (hampir) tidak ada. Yang adapun bisa diperkirakan sebelumnya. Oleh sebab itu model resiko yang dipakai bisa jadi agak ceroboh. Menurut The Bank for International Settlements selama 3 tahun terakhir, sejak tahun 2004, pasar derivatif berkembang dengan pesat dan mencapai lebih dari $ 500 triliun (http://www.bis.org/publ/otc_hy0711.pdf?noframes=1). Demikian juga CDS. Pada akhir bulan Juni 2007 CDS mencapai $ 43 triliun, naik pesat dari sebelumnya $ 29 triliun pada bulan Desember 2006 dan $ 13 triliun pada bulan Desember 2005.
Persoalannya ialah kalau institusi rating tidak beres. Misalnya kredit/bond non-investment grade diberi label AAA dan dijamin/ditanggung oleh institusi yang bukan AAA. Investor akan berpikir bahwa bond/kreditnya aman karena diasuransikan kepada asuransi dengan rating yang sama. Persoalan berikutnya ialah kontrak ini bisa dijual belikan atau dipindah tangankan ke pihak lain. Artinya kewajiban menanggung resiko kredit jika bermasalah bisa berpindah tangan ke penjamin lain. Demikian juga dengan kredit dan polisnya, bisa berpindah tangan. Sehingga baik pihak yang tertanggung atau penjamin, bisa saling tidak tahu. Bisa jadi pihak penjamin terakhir kemampuannya tidak cukup untuk menjamin resiko atas kewajibannya jika terjadi masalah terhadap bond/kredit yang diasuransikan (seperti macet, gagal bayar, jatuh harganya).
Mengingat besarnya pasar CDS yang $ 45 triliun itu, kalau saja ada 10% yang bermasalah, maka pukulan terhadap pasar modal, pasar uang dan ekonomi akan dahsyat. Peluangnya semakin lama semakin besar. Apa yang akan terjadi dengan bondnya kalau General Motor, Country Wide, Lennar, atau sebuah kota bangkrut? Apakah asuransi seperti MBIA atau Ambac bisa menanggung kerugian? Seberapa besar peluang bond yang gagal bayar bila ekonomi melemah? Anda bisa memperkirakan jawabannya. Kebetulan saya menemukan data berapa banyak surat hutang yang gagal bayar ketika terjadinya resesi. Chart berikut ini saya ambil dari Financial Sense (http://www.financialsense.com/Market/daily/friday.htm) yang diambil dari Contrarian Investor. Pada resesi tahun 90-91, selama 2 tahun ada 9% dan 10.5% bond yang mengalami gagal bayar. Dan pada tahun 2002-2003, masing-masing 8% dan 7.5%. Mengingat krisis saat ini akibat prilaku pemberian/ekspansi kredit yang lebih sembrono dibandingkan kasus 90-91 dan 2002-2003, asumsi 10% termasuk asumsi yang optimis, bullish. Peluangnya untuk lebih tinggi lagi masih besar.
Bank-bank besar yang beroperasi di US seperti JPMorgan, Citigroup, Bank of America, HSBC, mempunyai exposure yang cukup besar. List di bawah ini adalah sebagian contoh yang ada.
JPMorgan $7.778 triliun
Citigroup $3.037 triliun
B of America $1.575 triliun
HSBC $1.140 triliun
Wachovia $0.401 triliun
Bayangkan kalau asumsi 10% itu menjadi kenyataan JPMorgan harus kehilangan $ 780 milyar. Atau Citigroup akan kehilangan $ 300 milyar. Itu hanya untuk satu (1) tahun. Sedangkan sejarah menunjukkan ada periode dua (2) tahun selama siklus resesi yang mempunyai tingkat gagal bayar bond yang tinggi. Jadi 20% secara total untuk 2 tahun adalah asumsi yang lebih tepat. Angka ini membuat injeksi dana sebesar $ 7.5 milyar dari Dubai menjadi kerdil. Dalam dua (2) tahun mendatang, akankah Citigroup menjadi Shitty group? JPMorgan menjadi Junk-bond Poisened Morgan?
RENUNGAN
Saya tidak terlalu suka mengungkit-ungkit masa lalu. Apa yang terjadi saat ini telah saya katakan pada diskusi/debat dalam rangka ulang tahun Klub Saham.Com tahun 2003 lalu. Perikiraan saya waktu itu, resesi US mendatang dimulai pada pertengahan tahun 2007. Ramalan yang tidak terlalu buruk bagi seorang yang tidak diperhitungkan sebagai nara sumber. Dan seperti ramalan waktu itu, bahwa resesi kali ini mungkin jauh lebih parah dari tahun tahun sebelumnya. Bahkan mungkin lebih parah tahun 1930an, the great depression. Katakanlah tahun 2000-2003 ketika DotCom dan Enron Syndrome melanda, total market capitalization di Wall St, tidak lebih dari $10 triliun dan bond juga tidak dalam bilangan puluhan triliun. Sedang saat ini, CDS saja sudah mencapai $45 triliun, kredit perumahan $ 7.2 triliun. Pukulannya akan keras pada ekonomi global. Buktinya ekonomi Europa secara keseluruhan melambat dan ada kekuatiran terhadap resesi. (http://www.forbes.com/2008/01/04/eurozone-inflation-closer-econ-cx_po_ra_0104markets48.html). Dipihak lain gejala inflasi, kenaikan indeks harga bahan konsumsi meningkat. Dua hal ini membuat pemerintah dan bank sentral dunia mengalami kesulitan untuk mengendalikan ekonomi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, jika US terserang masuk angin, dunia, termasuk Eropa, Jepang, Pasifik akan terserang flu.
Resesi global atau depresi global yang mulai menerjang kali ini akan lebih besar ukurannya. Oleh sebab itu tidak banyak tempat berlindung. Akan banyak gagal bayar, kebangkrutan, termasuk bank-bank, bahkan juga pemerintah. Bond pemerintah yang biasanya menjadi tempat berlindung yang aman bagi para investor dan penabung, saat ini mungkin tidak lagi. Seperti 10 Yr US Treasury bond, yieldnya hanya 3.6% dan ini lebih kecil dari CPI (Consumer Price Index) tahun 2007 yang besarnya 4.2%. Artinya bunga bond tidak bisa menutupi tergerusnya nilai uang. Itu kalau kita menggunakan CPI. Inflasi yang sesungguhnya lebih besar dari CPI. Ini akibat hutang dibayar dengan hutang lagi. Akibatnya hutang semakin membengkak karena selalu bertambah dengan adanya bunga. Hal ini bukan terjadi pada negara yang sudah ketahuan kere seperti Indonesia, tetapi juga US, calon banana republic dimasa depan. Nilai uang semakin merosot.
Di Indonesia sendiri semakin banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam suatu acara tv, saya dengar jumlah ini sudah mencapai 45 juta jiwa. Itu hampir 20% dari penduduk Indonesia. Semakin tahun semakin bertambah. Walaupun pertumbuhan GDP di sekitar 6% selama beberapa tahun ini jumlah penduduk miskin terus bertambah. Tahun depan Indonesia akan melakukan pemilihan umum. Katanya biayanya bisa mencapai Rp 45 triliun. Di US, biayanya mencapai $ 1 triliun. Dari tahun ke tahun manusia melakukan hal yang sama. Membuang uang untuk memilih orang-orang yang diberi wewenang untuk membuang uang dan membuat sengsara. Saya sudah menetapkan hati saya untuk melawan kebiasaan omong kosong ini. Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini. Saya juga mengajak pembaca semua, juga keluarga anda, rekan-rekan anda. Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini. Lebih baik uang itu digunakan untuk memperbaiki/menambah jalan dan infra struktur supaya jalan menuju kemakmuran semakin mudah.
Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini!!!.
Saya berani bertaruh bahwa harga-harga akan naik, karena pemerintah perlu mencetak uang untuk pemilu yang akan datang. Sekian dulu, jaga baik-baik tabungan anda dan hasil jerih payah anda yang halal. Timbun bahan pangan, mungkin besok naik harganya. Beli emas, karena bisa menjaga nilai riil kekayaan anda.
PEMERINTAHAN YANG BANGKRUT......
Pernahkah anda melihat suatu negara yang bangkrut? Kalau anda berkata belum, maka saya ingatkan anda pada negara Uni Soviet. Uni Soviet mengalami kejayaan ekonomi pada dekade 50an dan secara perlahan-lahan mengalami kemunduran. Pertumbuhan National Income rata pada dekade 50an mencapai 11%. Pada dekade 60an turun menjadi 7% dan pada dekade 70an 4.5%. Bahkan pada akhir dekade 70, ekonomi Soviet mengalami kemandegan. Bersamaan dengan itu, Uni Soviet terjun langsung ke Afghanistan (1978 – 1988). Perang Afghanistan dibarengi dengan sistem sosialisme tidak memberi insentif bagi mereka yang rajin dan produktif, membuat . ekonomi Uni Soviet semakin buruk. Menjelang kehancurannya, banyak pegawai tidak bisa dibayar gajinya. Kontrol pemetintahan pusat semakin lemah dan akhirnya negara federasi Uni Soviet pecah berkeping-keping.
Pada saat Soviet pecah, mungkin belum banyak investor asing yang terkena dampaknya. Setelah Uni Soviet pecah, komponen terbesarnya, Russia juga mengalami krisis di akhir tahun 1988. Russia terpaksa menggagal bayarkan bond GKO (Bhs Russia: Gosudarstvennoe Kratkosrochnoe Obyazatelstvo) atau bond pemerintah jangka pendek yang mulai dikeluarkan oleh pemerintah Russia sejak Februari 1993. Pemerintah Russia selalu defisit. Oleh sebab itu hutang (dengan bunganya) akan dibanyar dengan hutang lagi. Gali lubang-tutup lubang. Dan semakin lama semakin besar lubangnya karena Russia tidak pernah bisa menghentikan defisitnya. (Mirip Indonesia dengan defisit dan SUN, ORI, dan entah apa lagi berikutnya bukan?). Kasihan yang pegang GKO dan surat obligasi pemerintah Russia, karena kemudian inflasi di Russia melonjak di sekitar 100%. Artinya nilai bond (kalau bisa dicairkan) dan nilai riil uang rubel terpangkas menjadi separonya. Tidak ada jaminan bahwa bond pemerintah itu aman.
Krisis Russia adalah sejarah. Sejarah bisa terulang karena manusia tidak bisa belajar dari pengalaman. Beberapa minggu lalu saya menjumpai berita mengenai hampir bangkrutnya sebuah kota bernama Vallejo di dekat San Fransisco, California. Melalui Google search saya dapatkan daftar berita mengenai bangkrutnya dan kemungkinan bangkrutnya kota di US (http://www.nbc11.com/news/15345539/detail.html). Untuk menggali data yang objektif apa yang menjadi penyebab kebankrutan ini, saya cari opini penduduk di sana (http://digg.com/world_news/City_Could_Be_First_To_Go_Bankrupt_In_California). Ini opininya:
“I am a resident of Vallejo, CA. It is forecast to be millions in the hole this year for two reasons. One the Sub Prime disaster has eviscerated its financial base and two it has let unfettered corruption and nepotism control its spending. While I do no specifically blame the fire fighters or police, since they are more a symptom than the cause, they are still among the highest paid in the entire nation while working in an average sized blue collar city.” (alricsca).
Setelah beberapa kali melakukan Google search, kesimpulan saya, ada tiga sebab utamanya. Pertama, tidak tersedianya dana benefit pegawai. Akibatnya banyak pegawai kota-praja memilih pensiun dini karena takut jika ditunda-tunda kota praja ini sudah bangkrut dan tidak bisa membayar uang pensiun. Dengan kata lain seperti bank yang di-rush.
Kedua, kekayaan kota praja diinvestasikan dan kebetulan banyak yang terkena subprime. Dan yang ke tiga, tidak ada yang berminat membeli Municipal bond yang dikeluarkan Vallejo, karena Vallejo mengalami defisit dalam hal budget yang kronis.
Adanya kota-praja yang bangkrut ini, menjawab kenapa lelang Muni-Bond yang berbentuk Auction-Rate Security tidak ada peminatnya, yang disinggung di Monitoring Krisis Ekonomi February Minggu ke III, 2008 (BERLAYAR DI ATAS SHORT SQUEEZE):
Berita di Financial Times ternyata terbukti. Berita di Bloomberg mengatakan bahwa UBS tidak mau mendanai Municipal Bond jika lelangnya tidak bisa menarik cukup investor. http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=20602007&sid=aTfAdljNImeo&refer=rates
“Feb. 14 (Bloomberg) -- UBS AG won't buy auction-rate securities that fail to attract enough bidders, joining a growing number of dealers stepping back from the $300 billion market, said a person with direct knowledge of the situation.”
“More than 129 auctions failed yesterday, Kritzmire said.”
Hikmah dari cerita di atas ialah, surat hutang pemerintah pun beresiko bila pemerintahannya punya sejarah defisit belanja yang kronis. Tidak pandang apakah itu AAA atau junk bond. Saat ini peringkat AAA tidak ada artinya lagi. S&P, Moody atau Fitch tidak bisa dipercaya lagi sejak S&P tetap memberikan rating AAA untuk MBIA. (Saya bertaruh bahwa S&P salah dan MBIA akan jebol, oleh sebab itu saya memasang put option).
....DAN BOND/KREDIT BERACUN ($45 TRILIUN) MENJADI BOM WAKTU
Dampak Subprime Mortgage sudah membuat pasar modal, pasar uang dan ekonomi US sempoyongan. Padahal besarnya pasar Subprime Mortgage Bond hanya $1.3 triliun. Awalnya diperkirakan resiko kerugiannya hanya $ 50 milyar, kemudian menjadi $ 200 dan terakhir perkiraan itu berubah menjadi $400 milyar. Inti yang mau saya kemukakan, para pakar dan Bernanke selalu optimistik. Minggu lalu saya mengatakan, bukan tidak mungkin mencapai $ 1 triliun, ternyata beberapa hari kemudian saya membaca bahwa bank of Swiztserland memperkirakan $600 milyar dan prof Nouriel Roubini dari New York University berpendapat $ 1 triliun. Masih ada mortgage busuk yang punya potensi yang sama dengan subprime yaitu Alt-A ($ 0.6 triliun) dan Jumbo ($ 0.9 triliun). Hutang hutang kredit perumahan yang busuk ini hanya 41% dari kredit perumahan yang ada sebesar $ 7.2 triliun.
Ukuran pasar hutang kredit perumahan yang $ 7.2 triliun, nampak kerdil jika dibandingkan ukuran pasar Credit Default Swap (CDS) yang besarnya mencapai $ 45 triliun dan berpotensi membusuk. Apa itu CDS? Dan bagaimana bisa menciptakan kebusukan?
CDS adalah suatu produk derivatif dari hutang, semacam asuransi. Objek yang dijaminkan adalah surat hutang dan kredit. Surat hutang dan kredit bisa diasuransikan dengan membayar sejumlah premium kepada pihak penanggung. Jika terjadi kerugian akibat gagal bayar atau masalah lain sehingga menimbulkan kerugian bagi pemegang kredit/surat hutang tersebut, pihak penanggung berkewajiban membayar sejumlah yang ditetapkan sebelumnya. Biasanya adalah kerugian akibat dari gagal bayar atau anjloknya harga surat hutang. Selama tidak ada gagal bayar pihak penanggung akan enak-enakan menerima uang premi. Dan sebelum merebaknya kasus subprime, (hampir) tidak ada. Yang adapun bisa diperkirakan sebelumnya. Oleh sebab itu model resiko yang dipakai bisa jadi agak ceroboh. Menurut The Bank for International Settlements selama 3 tahun terakhir, sejak tahun 2004, pasar derivatif berkembang dengan pesat dan mencapai lebih dari $ 500 triliun (http://www.bis.org/publ/otc_hy0711.pdf?noframes=1). Demikian juga CDS. Pada akhir bulan Juni 2007 CDS mencapai $ 43 triliun, naik pesat dari sebelumnya $ 29 triliun pada bulan Desember 2006 dan $ 13 triliun pada bulan Desember 2005.
Persoalannya ialah kalau institusi rating tidak beres. Misalnya kredit/bond non-investment grade diberi label AAA dan dijamin/ditanggung oleh institusi yang bukan AAA. Investor akan berpikir bahwa bond/kreditnya aman karena diasuransikan kepada asuransi dengan rating yang sama. Persoalan berikutnya ialah kontrak ini bisa dijual belikan atau dipindah tangankan ke pihak lain. Artinya kewajiban menanggung resiko kredit jika bermasalah bisa berpindah tangan ke penjamin lain. Demikian juga dengan kredit dan polisnya, bisa berpindah tangan. Sehingga baik pihak yang tertanggung atau penjamin, bisa saling tidak tahu. Bisa jadi pihak penjamin terakhir kemampuannya tidak cukup untuk menjamin resiko atas kewajibannya jika terjadi masalah terhadap bond/kredit yang diasuransikan (seperti macet, gagal bayar, jatuh harganya).
Mengingat besarnya pasar CDS yang $ 45 triliun itu, kalau saja ada 10% yang bermasalah, maka pukulan terhadap pasar modal, pasar uang dan ekonomi akan dahsyat. Peluangnya semakin lama semakin besar. Apa yang akan terjadi dengan bondnya kalau General Motor, Country Wide, Lennar, atau sebuah kota bangkrut? Apakah asuransi seperti MBIA atau Ambac bisa menanggung kerugian? Seberapa besar peluang bond yang gagal bayar bila ekonomi melemah? Anda bisa memperkirakan jawabannya. Kebetulan saya menemukan data berapa banyak surat hutang yang gagal bayar ketika terjadinya resesi. Chart berikut ini saya ambil dari Financial Sense (http://www.financialsense.com/Market/daily/friday.htm) yang diambil dari Contrarian Investor. Pada resesi tahun 90-91, selama 2 tahun ada 9% dan 10.5% bond yang mengalami gagal bayar. Dan pada tahun 2002-2003, masing-masing 8% dan 7.5%. Mengingat krisis saat ini akibat prilaku pemberian/ekspansi kredit yang lebih sembrono dibandingkan kasus 90-91 dan 2002-2003, asumsi 10% termasuk asumsi yang optimis, bullish. Peluangnya untuk lebih tinggi lagi masih besar.
Bank-bank besar yang beroperasi di US seperti JPMorgan, Citigroup, Bank of America, HSBC, mempunyai exposure yang cukup besar. List di bawah ini adalah sebagian contoh yang ada.
JPMorgan $7.778 triliun
Citigroup $3.037 triliun
B of America $1.575 triliun
HSBC $1.140 triliun
Wachovia $0.401 triliun
Bayangkan kalau asumsi 10% itu menjadi kenyataan JPMorgan harus kehilangan $ 780 milyar. Atau Citigroup akan kehilangan $ 300 milyar. Itu hanya untuk satu (1) tahun. Sedangkan sejarah menunjukkan ada periode dua (2) tahun selama siklus resesi yang mempunyai tingkat gagal bayar bond yang tinggi. Jadi 20% secara total untuk 2 tahun adalah asumsi yang lebih tepat. Angka ini membuat injeksi dana sebesar $ 7.5 milyar dari Dubai menjadi kerdil. Dalam dua (2) tahun mendatang, akankah Citigroup menjadi Shitty group? JPMorgan menjadi Junk-bond Poisened Morgan?
RENUNGAN
Saya tidak terlalu suka mengungkit-ungkit masa lalu. Apa yang terjadi saat ini telah saya katakan pada diskusi/debat dalam rangka ulang tahun Klub Saham.Com tahun 2003 lalu. Perikiraan saya waktu itu, resesi US mendatang dimulai pada pertengahan tahun 2007. Ramalan yang tidak terlalu buruk bagi seorang yang tidak diperhitungkan sebagai nara sumber. Dan seperti ramalan waktu itu, bahwa resesi kali ini mungkin jauh lebih parah dari tahun tahun sebelumnya. Bahkan mungkin lebih parah tahun 1930an, the great depression. Katakanlah tahun 2000-2003 ketika DotCom dan Enron Syndrome melanda, total market capitalization di Wall St, tidak lebih dari $10 triliun dan bond juga tidak dalam bilangan puluhan triliun. Sedang saat ini, CDS saja sudah mencapai $45 triliun, kredit perumahan $ 7.2 triliun. Pukulannya akan keras pada ekonomi global. Buktinya ekonomi Europa secara keseluruhan melambat dan ada kekuatiran terhadap resesi. (http://www.forbes.com/2008/01/04/eurozone-inflation-closer-econ-cx_po_ra_0104markets48.html). Dipihak lain gejala inflasi, kenaikan indeks harga bahan konsumsi meningkat. Dua hal ini membuat pemerintah dan bank sentral dunia mengalami kesulitan untuk mengendalikan ekonomi. Seperti tahun-tahun sebelumnya, jika US terserang masuk angin, dunia, termasuk Eropa, Jepang, Pasifik akan terserang flu.
Resesi global atau depresi global yang mulai menerjang kali ini akan lebih besar ukurannya. Oleh sebab itu tidak banyak tempat berlindung. Akan banyak gagal bayar, kebangkrutan, termasuk bank-bank, bahkan juga pemerintah. Bond pemerintah yang biasanya menjadi tempat berlindung yang aman bagi para investor dan penabung, saat ini mungkin tidak lagi. Seperti 10 Yr US Treasury bond, yieldnya hanya 3.6% dan ini lebih kecil dari CPI (Consumer Price Index) tahun 2007 yang besarnya 4.2%. Artinya bunga bond tidak bisa menutupi tergerusnya nilai uang. Itu kalau kita menggunakan CPI. Inflasi yang sesungguhnya lebih besar dari CPI. Ini akibat hutang dibayar dengan hutang lagi. Akibatnya hutang semakin membengkak karena selalu bertambah dengan adanya bunga. Hal ini bukan terjadi pada negara yang sudah ketahuan kere seperti Indonesia, tetapi juga US, calon banana republic dimasa depan. Nilai uang semakin merosot.
Di Indonesia sendiri semakin banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam suatu acara tv, saya dengar jumlah ini sudah mencapai 45 juta jiwa. Itu hampir 20% dari penduduk Indonesia. Semakin tahun semakin bertambah. Walaupun pertumbuhan GDP di sekitar 6% selama beberapa tahun ini jumlah penduduk miskin terus bertambah. Tahun depan Indonesia akan melakukan pemilihan umum. Katanya biayanya bisa mencapai Rp 45 triliun. Di US, biayanya mencapai $ 1 triliun. Dari tahun ke tahun manusia melakukan hal yang sama. Membuang uang untuk memilih orang-orang yang diberi wewenang untuk membuang uang dan membuat sengsara. Saya sudah menetapkan hati saya untuk melawan kebiasaan omong kosong ini. Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini. Saya juga mengajak pembaca semua, juga keluarga anda, rekan-rekan anda. Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini. Lebih baik uang itu digunakan untuk memperbaiki/menambah jalan dan infra struktur supaya jalan menuju kemakmuran semakin mudah.
Pilih kursi kosong. Stop kekonyolan mahal ini!!!.
Saya berani bertaruh bahwa harga-harga akan naik, karena pemerintah perlu mencetak uang untuk pemilu yang akan datang. Sekian dulu, jaga baik-baik tabungan anda dan hasil jerih payah anda yang halal. Timbun bahan pangan, mungkin besok naik harganya. Beli emas, karena bisa menjaga nilai riil kekayaan anda.
6 comments:
Quote mengenai Lies bukan punya Mark Twain tetapi pernyataan asli dari mantan PM Inggris Benyamin Disraeli. Twain hanya mempopulerkannya saja di AS. Oh ya...bagaimana seandainya saya mau mulai bisnis penjualan beras organik? Mohon pencerahannya. Thanks
Mas Imam, terima kasih atas posting anda di blog Ekonomi orang waras ..
Saya sependapat dgn anda, maka sejak 2 minggu lalu saya ambil posisi di
TCBjul 08,17,50put us1.10
LENaug 08,15.00put us2.40
Malam ini mau ambil :
MBI jan09,put 10.00 di us 3.10
ABK jan09 put 5.00 di us 1.30
sekali lagi terima kasih
hendri
Oom Hendri,
Berhati-hatilah bermain dengan ABK option karena sudah di bawah $10. Anda harus jago trading, karena di area itu harga akan sangat volatile
Quote: Oh ya...bagaimana seandainya saya mau mulai bisnis penjualan beras organik? Mohon pencerahannya: Unquote
Maaf, kami bukan pakar dalam bidang marketing. Tetapi kalau anda sudah punya market, anda bisa memperoleh info dari blog ini mengenai kapan harus menimbun stock beras/gula/sembako, dan kapan harus mengurangi stock di gudang anda.
Kadang blog ini membahas mengenai trend komoditi.
Mas Imam,
Terima kasih atas warning anda.
Fed mau suntik USD 200 juta.
DJIA future tadi naik 2 %, maka saya closed position :
ABK minus $0.10 = minus 7,4 %
MBI plus $0.55 = plus 25,6 %
kemarin malam closed LEN di $2.95 plus 18,7 %
Saya merasa bahwa amrik belum pulih, financial institutionnya masih bakal merah, jadi saya tunggu untuk masuk put lagi di
Citibank, MBI.
Tolong pendapat anda
Terima kasih
Hendri
Oom Hendri,
Yang penting anda punya sistem dalam trading ini. Dan anda close position bukan karena panik.
Kemarin memang S&P memasuki sedikit wilayah trading "buy" yang artinya sebagian short boleh dilepas. Tetapi malam ini kembali ke "hold". Perkiraan saya besok kembali bearish.
Saya tidak yakin bear market sudah selesai. May mungkin ada medium term bull (beberapa bulan lamanya). Ini harus dikonfirmasikan lagi dengan pola trading (TA).
Post a Comment