Tanggal 28 July
merupakan tanggal bersejarah. Tanggal tersebut adalah:
- Tanggal resmi pembukaan jalan 15 – 18 juta orang kepada kematiannya dan 37 juta luka-luka dalam satu episode sejarah.
- Runtuhnya emperium-emperium otokrasi (Ottoman, Jerman, Russia, Austro-Hongaria, dll) dan digantikan oleh bentuk negara republik
- Penggunaan senjata kimia dalam perang
- Penggunaan tank dalam perang
- Penggunaan pesawat terbang dalam perang
- Pencetus paska perang hyperiflasi yang terbesar dalam sejarah di beberapa negara.
Tanggal 28 July
adalah tanggal resmi dimulainya Perang Dunia I, perang yang memakan banyak
sekali korban tanpa tujuan yang jelas. Penyebabnya juga sepele yaitu dibunuhnya
putra mahkota kekaisaran Austro-Hongaria, Archduke Franz Ferdinand oleh seorang
dari etnik Serbia bernama Gavrilo Princip. Kejadiannya di Sarajevo.
EOWI tidak
menyukai kekerasan, kematian dan kesedihan. EOWI juga tidak menyukai pajak.
Kalau buku penduan pajak di US misalnya, dengan tebal 10 kali Bible tetapi
tidak mengandung satupun kabar gembira, maka
EOWI selalu berusaha menyeimbangkan antara baik dan buruk, gembira dan
sedih. Ini tidak mengandung plesetan,
seperti rajin (baik) dan selingkuh (buruk), sehingga tindakan yang seimbang
adalah rajin-selingkuh. Itu plesetan. EOWI akan mencarikan kabar gembira dalam arti
yang serius.
Tanggal 28 July
juga merupakan tanggal lahir seseorang yang membantu sesamanya keluar ke dunia
yang penuh tantangan ini. Namanya Anita Deborah Anwar. Dia adalah seorang
dokter spesialis kandungan (ObsGin) yang sekarang bekerja di RS Hasan Sadikin,
Bandung.
Kita mulai saja
kisah komedi sedihnya dulu. Dan kisah komedi ini akan dimulai dengan
pernyataan:
“Manusia sering tidak berpikir atau tidak
tahu akibat dari perbuatannya”.
Kami sebut
komedi yang tragis karena kejadian ini dimulai oleh seorang manusia berbuat
tanpa tahu akibat perbuatannya, kemudian ditanggapi oleh tindakan yang tidak
kalah konyolnya. Kemudian ketika semua tragedi itu selesai, kita tidak bisa
mencari nalarnya. Sekitar 15 – 18 juta orang mati dan 37 juta luka-luka tanpa
tujuan yang jelas.
Sulit untuk
mengerti apa yang ada di kepala pemuda desa dari etnik Serbia yang berumur 19
tahun bernama Gavrilo Princip ini bersama rekan-rekannya Cvjetko Popović,
Muhamed Mehmedbašić, Nedeljko Čabrinović, Trifko Grabež, Vaso Čubrilović, ketika
mereka merencanakan dan melakukan pembunuhan putra mahkota kekaisaran Austro-Hongaria
Franz Ferdinand. Pada tanggal 28 Juni 1914, Princip berada di antara kerumunan
orang yang menyambut kedatangan pangeran Franz Ferdinand yang lewat di
Sarajevo. Ketika iring-iringan rombongan kerajaan mendekat, Princip menyeruak
dari kerumunan orang, menuju ke arah sang pangeran dan menembakkan pistolnya
yang tepat mengenai lehernya. Tembakan berikutnya mengenai putri Sophia, istri
Franz Ferdinand.
Kejadian ini
ditanggapi oleh rakyat Austria tanpa reaksi. Mereka santai-santai saja seperti
dicatat oleh seorang sejarawan Zbyněk Zeman. Catatannya:
“kejadian ini tidak memberikan impresi apa-apa.
Pada hari Minggu dan Senen (tanggal 28 dan 29 Juni 1914) orang-orang di Vienna
masih mendengarkan musik dan menikmati anggur seakan tidak ada yang terjadi
apa-apa, semua berjalan seperti biasa”
Dengan kata
lain masih banyak orang yang berpikir normal. Ada dua orang mati...., big deal. Walaupun dia kaisar, presiden,
raja atau teroris, tidak perlu diributkan. Kalau diributkan maka ceritanya akan
panjang.
Lain di ibukota
lain pula di daerah. Sarajevo yang pada saat itu merupakan bagian dari
kekaisaran Austro-Hongaria punya cerita lain. Di Sarajevo, penguasa
memanas-manasi situasi untuk menyulut tindak kekerasan terhadap etnik Serbia. Selanjutnya ada orang dari etnik
Bosnia dan Croat membunuh 2 orang Serbia. Kegilaan sudah mulai nampak disini.
Bayangkan dari 6 orang komplotan yang merancang pembunuhan terhadap putra
mahkota Franz Ferdinad, tidak semuanya orang orang Serbia tetapi ada orang
Bosnianya yaitu Muhamed Mehmedbašić, tetapi arah balas dendamnya hanya ditujukan
ke etnik Sebia. Tindak kekerasan (terorganisasi) terhadap etnik Serbia berkobar
di banyak kota besar di wilayah kekaisaran Austro-Hongaria. Kekonyolan dan
ketidak-rasionilan semakin menjadi-jadi, ketika pemburuan orang-orang Serbia
ini dimotori oleh milisia Schutzkorps yang terdiri dari muslim Bosnia.
Kalau
ditelusuri lagi ke belakang, apa yang menjadi motivasi Princip sang pembunuh Franz Ferdinand adalah untuk mencari
keadilan bagi orang-orang di desa-desa. Apakah itu desa-desa wilayah yang sekarang dikenal sebagai Bosnia-Hersegovina yang pada masa itu merupakan bagian
dari kekaisaran Austro-Hongaria, atau desa-desa di seluruh kekaisaran
Austro-Hongaria. Entahlah, tetapi ketika ditangkap Princip sempat berkata:
“Saya adalah anak petani dan saya tahu apa
yang terjadi di kampung-kampung. Itu sebabnya saya melakukan ini sebagai balas
dendam. Saya puas dan tidak menyesal.”
Tragisnya
selama Perang Dunia I tersebut, tentara kekaisaran Austro-Hongaria melakukan
pembantaian etnik Serbia sampai diperkirakan 850,000 menemui ajalnya. Jumlah 850,000
adalah 25% dari penduduk Serbia pada masa itu. Kalau dipikir, apa kebaikan apa
yang diperoleh dari perbuatan Princip untuk bangsa/golongannya yaitu etnik
Serbia. Seperempat menemui ajalnya?
Komedi sedah
terjadi sejak dimulainya pembantaian etnik ini. Ketika tertangkap, Princip
berusaha bunuh diri yang gagal dengan menelan kapsul sianida yang sudah
kedaluwarsa. Suatu rencana yang tidak kompeten. Seharusnya ia melakukan
pengecekan dulu perlengkapan yang dibawanya. Ternyata Gavrilo Princip adalah
orang yang tidak mampu membunuh dirinya sendiri, tetapi berhasil membunuh dua
orang pembesar negara. Entah ini suatu kekonyolan sejarah atau apalah namanya.
Kalau ditelusuri dan diringkas, perkara
ini sebenarnya adalah perkara dalam negri kekaisaran Austro-Hongaria. Yaitu
terbunuhnya putra mahkota beserta istrinya di pinggiran negri oleh seorang yang
tidak kompeten untuk membunuh dirinya sendiri. Kejadian ini dianggap demikian
sepelenya, orang-orang di pusat negri (di ibukota) tidak terlalu
memperdulikannya. Hanya di wilayah pinggiran kekaisaran saja yang kemudian
ribut dengan kerusuhan etniknya. Hanya karena perkara ini, dunia terlibat dalam
suatu perang besar. (Hampir) Semua negara ikut terjun dalam peperangan. Apakah
ini tidak gila?
Peta wilayah kekuasaan kekaisaran Austro-Hongaria
Entah bagaimana
mekanismenya, jutaan orang kehilangan akal sehatnya. Jutaan terjun ke dalam
arena kamikaze, saling membunuh dan dibunuh, menembak dan ditembak, menebarkan
gas beracun, bom, genoside, pembersihan etnik.
Ada yang
mengatakan bahwa Perang Dunia I ini adalah perang idiologi antara otokrasi/kediktatoran
melawan demokrasi. Masalah dalam negri kekaisaran Austro-Hongaria hanyalah
kejadian yang salah di waktu yang salah pula. Hanyalah kejadian yang kebetulan
yang kemudian dikait-kaitkan. Ini nampaknya premis yang bisa diterima akal. Kekaisaran
Jerman, kekaisaran Austro-Hongaria, kesultanan Turki Ottoman disatu pihak
melawan Inggris, Prancis dan Amerika Serikat, Tetapi kalau dilihat lebih rinci,
Russia dan Jepang yang otokrasi/kediktatoran ada dipihak yang sama dengan
Inggris, Prancis dan Amerika Serikat. Apakah Czar Russia dan Tenno Jepang
mengirimkan tentaranya untuk mati bersama-sama tentara Inggris, Prancis dan
Amerika Serikat untuk demokrasi? Jadi...., kenapa Czar Russia dan Jepang ikut nimbrung dalam perang ini. Apa kaisar mereka
ingin mengubah negaranya menjadi negara demokrasi dan mereka turun tahta? Apa kepentingan
mereka sehingga layak mengirimkan 1.6% – 2% dari populasi rakyatnya ke alam baka? Yang pasti, tidak lama
setelah perang besar ini, Czar Russia digulingkan oleh kaum komunis.
Kemudian
Amerika Serikat, yang secara geografis jauh letaknya dari medan perang. Apa pula
kepentingannya mengirimkan tentaranya? Apakah untuk mencari mati? Apa yang
diperoleh oleh para Yankees ini? Cewek?, Tanah? Emas?, Apa? Mungkin sekedar
kepuasan karena berhasil membunuh dan menaklukan seseorang.
Keuntungan apa
yang diinginkan Jerman ketika nimbrung
di kancah perang ini. Yang pasti...., yang diperolehnya adalah hyperinflasi
paska perang dan 2.8 juta (4.3%) rakyatnya mati.
Bagaimana
dengan kesultanan Ottoman? Apa yang diinginkannya ketika nimbrung? Tetapi yang diperoleh adalah disintegrasi dari negaranya.
Ada yang
mengatakan bahwa Perang Dunia I adalah persaingan perebutan koloni, perebutan
wilayah. Ada juga yang mengatakan bahwa persaingan dalam kekuatan militer di
laut. Ada yang mengatakan bahwa penyebabnya adalah keinginan untuk melebarkan
wilayah perekonomian. Kebanyakan dugaan itu hanyalah dugaan. Ada juga yang
mengatakan bahwa perang ini dilatar-belakangi oleh keinginan untuk mencoba
mesin-mesin perang jenis baru. Yang pasti, Perang Dunia I adalah suatu
peristiwa yang melibatkan histeria manusia untuk saling membunuh. Selama 4
tahun dari mulai Princip melepaskan tembakannya ke arah Franz Ferdinand sampai
tahun 1918, histeria membunuh berkobar. Belasan ribu demi belasan ribu orang
mati, ditembak, digranat, mati kelaparan, kena penyakit....., penyebabnya
secara langsung tidaklah penting, pokoknya mati karena histeria ini.
Kebaikan apa
yang bisa lahir dari histeria ini. Liga Bangsa-Bangsa kah dan Perjanjian Versailles
diakhir perang? Itu tidak bisa disebut hal yang batul-betul baik dan bermutu karena hanya bisa menunda selama 20 tahun perang berikutnya (Perang Dunia II) yang
lebih brutal lagi. Waktu yang terlalu singkat bagi orang mengatakan kapok dan jera. Waktu yang terlalu singkat bagi trauma perang yang kejam dan brutal.
Yang ada hanyalah keburukan, kesengsaraan, kekonyolan massa. Perang Dunia I
adalah perang yang paling brutal berskala besar ke dua setelah Perang Dunia II.
Secara historis, Perang Dunia I adalah awal dari perang modern berskala besar.
Penggunaan pesawat terbang, tank dan mesin-mesin perang untuk memudahkan
penyebaran medan pertempuran dimulai di Perang Dunia I ini.
Dalam keadaan
normal, manusia tidak punya tendensi untuk membunuh. Mungkin.... Setidaknya,
tendensi ini disimpan jauh di dalam otaknya. Walaupun ada sejumlah orang
(sedikit saja) yang memang punya tendensi untuk membunuh. Contohnya adalah
betebarannya sekolah-sekolah yang mengajarkan teknik-teknik membunuh. Memang sulit
dipercaya kalau ada sekolah-sekolah yang mendidik dan mengajarkan cara untuk membunuh manusia. Tetapi kenyataannya ada di
hampir setiap negara. Namanya akademi militer. Itu sekolah yang resmi. Yang tidak resmi
disebut kamp pelatihan teroris. Keduanya sama saja dalam hal tujuan, hanya
materi kurikulumnya berbeda. Di sekolah ini, diajarkan untuk membunuh dengan
segala cara dan dengan menggunakan segala macam alat.
Kalau
dipikir-pikir, ide mendirikan lembaga pendidikan membunuh manusia adalah menjijikkan (sickening). Setiap akal yang waras akan berpikir: “Bukankah lebih
baik mendirikan dan membangun lembaga yang bisa membuat kemakmuran, kebaikan untuk
umat manusia?”
Pada hari ini,
tanggal 17 Agustus Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Di hari ini bangsa
Indonesia memuja pahlawannya. Yang dimaksud dengan pahlawan adalah orang yang
mati dalam histeria membunuh sesama manusia atau yang disiapkan untuk terjun
dalam kancah seperti itu. Kami di EOWI, tidak melihat hal semacam itu sebagai
hal yang patut diagung-agungkan. Perang (kemerdekaan) bisa dihindari. Malaysia,
Suriname, Singapore, dan sederet lagi merdeka tanpa memerlukan adanya
pembunuhan sesama manusia. EOWI lebih memandang tinggi manusia-manusia yang
bermanfaat bagi umat manusia, bukan orang yang menumpahkan darah dan nyawa.
Beberapa hari
lalu EOWI melakukan browsing internet dan menemukan dua nama yang tanggal
lahirnya sama dengan permulaan Perang Dunia I dan tanggal kemerdekaan
Indonesia.
Pertama adalah
Anita Deborah Anwar, seorang dokter kandungan yang bekerja di RS Hasan Sadikin
yang punya tanggal lahir 28 July, bertepatan dengan tanggal resmi dari awal
Perang Dunia I. Ternyata nama ini disebutkan di beberapa blog, yang katanya
pernah ditolong oleh dokter Debbie ini. Dokter seperti dr. Debbie ini membantu kelahiran banyak orang. Ada yang calon penjahat, calon penipu, calon koruptor dan calon perampok. Ada yang nantinya jadi orang biasa-biasa saja, yang hidupnya datar, tidak mengganggu orang lain. Ada juga yang merupakan calon orang baik. Jadi beliau ini membantu melahirkan banyak jenis orang. Apakah perbuatan dr. Debbie ini merupakan perbuatan baik? Entahlah.., setidaknya ia membuat kedua orang bayi merasa berbahagia saat itu. Mungkin nanti ketika anaknya sudah besar, ceritanya lain. Tetapi hal itu tidak menjadi halangan bagi EOWI untuk menetapkan apakah orang seperti dr. Debbie ini orang baik. Karena EOWI sudah menetapkan amal dan perbuatan seperti ini adalah perbuatan baik yang menambah kemakmuran di masyarakat. Bukan seperti perang yang memberikan kesengsaraan.
Orang-orang seperti ini lebih layak dikenang dari pada mereka yang menumpahkan darah, kecuali untuk bela diri. Bagaimana kalau pembaca EOWI menyampaikan selamat ulang tahun yang terlambat kepada beliau di facebook ini: https://www.facebook.com/anita.deborahanwar
Orang-orang seperti ini lebih layak dikenang dari pada mereka yang menumpahkan darah, kecuali untuk bela diri. Bagaimana kalau pembaca EOWI menyampaikan selamat ulang tahun yang terlambat kepada beliau di facebook ini: https://www.facebook.com/anita.deborahanwar
Dokter Debbie, kami pembaca EOWI mengucapkan
selamat ulang tahun (yang terlambat). Semoga anda selalu bisa membantu umat
manusia yang lahir ke dunia dan kehidupan ini. Hari kelahiran anda sama dengan
awal dari Perang Dunia I yang membawa kematian 15 – 18 juta orang, sedangkan
profesi anda berlawanan dengan Perang Dunia I. Anda membawa manusia-manusia
baru, hidup ke dunia dan memberi kegembiraan bagi orang tuanya.
Berikutnya adalah
seorang lahir pada tanggal 17 Agustus. Ia adalah CEO dari sebuah perusahaan
yang sangat inovatif dalam bidang biologi-sel serta bergerak dalam bidang menghasilkan/mendistribusikan
obat kanker. Kanker adalah penyakit yang membawa kesengsaraan, penderitaan dan kematian. Kesakitan yang diderita oleh seorang yang terkena beberapa jenis kanker seperti kanker hati, kanker otak, dan lainnya, adalah luar biasa. Untuk mengurangi penderitaan ini, pasien diberi narkotik kuat seperti morphine yang dosisnya semakin lama semakin tinggi. Disamping itu kanker juga akan menguras tabungan keluarga penderita. Obat-obatan kanker membuka jalan untuk kesembuhan. Saya tidak tahu apakah nantinya Dr. Rikrik juga akan menerjuni bidang biologi sel untuk mencari rahasia forever young? Kita tidak perlu memperdebatkan apakah menunda kematian itu baik atau tidak, menurut EOWI adalah suatu kebaikan. Oleh sebab itu EOWI mengajak pembaca juga
mengirimkan ucapan selamat ulang tahun kepada Dr. Rikrik ini di facebooknya: https://www.facebook.com/rikrik.ilyas
Dr. Rikrik, kami pembaca EOWI mengucapkan selamat
ulang tahun. Semoga anda selalu bisa membantu umat manusia dalam melawan
penyakit yang sulit sembuh. Hari kelahiran anda sama dengan awal Perang
Kemerdekaan Indonesia dimana sekitar 100 – 200 ribu jiwa melayang percuma. Kami
mengucapkan selamat ulang tahun ini karena profesi anda adalah menyelamatkan
nyawa manusia dan berlawanan dengan para pahlawan kemerdekaan yang membawa
kesengsaraan bagi sesamanya.
Sekian
dulu......, sampai lain kali dengan dongeng yang lain.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
1 comment:
Sebelum mengomentari ‘celotehan’ dari IS, saya sangat respect kepada dua orang tersebut dan kepada siapapun yang menghargai kehidupan makhluk tuhan terutama manusia. “Barang siapa yang memelihara nyawa satu orang saja maka seolah-olah dia telah menjaga kehidupan seluruh manusia” begitu katanya. Saya memiliki banyak persamaan pemikiran dengan uraian Blog ini, terutama jika tema nya tentang Politikus, namun sy sering juga harus beroposisi terkait hal-hal yang fundamental.
Saya disini hanya ingin mengkritisi ide-ide absurd IS yang sudah sering kali terlontar. Mengapa saya mengatakan absurd karena memang tak sesuai dengan realita, mungkin saja tak akan pernah terjadi. Tak akan pernah terjadi karena ide tersebut hanya akan sukses jika seluruh manusia penghuni bumi ini Orang baik semua, dan dalam perjalanan nya dunia ini selalu seimbang ada baik/jahat, cahaya/kegelapan, kaya/miskin, senang/sedih, pria/wanita dst …
Ide-ide humanisme versi IS memang kelihatan ‘menyejukkan’ dan tampak penuh dengan kasih sayang tapi disisi lain mental-mental seperti inilah yang diinginkan oleh para “penjajah” siapapun mereka, bahkan pribumi sekalipun.
Jika kita kaji lebih detail maka kita akan menyadari bahwa ide tersebut hanya muncul dan berhenti di kepala IS belaka, ya hanya akan sampai disitu tak kan terealisasi…
Bisa dibayangkan bagaimana jika orang-orang baik tidak pernah diajari dengan mental-mental ‘terorisme’ atau cara untuk menjadi ‘teroris’ yang handal dan mumpuni. Bagaimana jika mereka tidak punya institusi ‘teroris’ untuk menghadapi institusi teroris (tanpa tanda petik) orang orang jahat??!
Apakah IS mau berkata “sudahlah kawan, jika kalian ditampar pipi kiri berikanlah pipi kananmu juga, terimalah jika ditindas atau dihinakan mungkin itu sudah nasibmu. Duduk manis saja kawan!”
Jargon-jargon seperti diatas digunakan dalam keadaan lemah, tak punya kekuatan apapun. Mungkin jika waktu itu Yesus (isa) memiliki pasukan, apa yang dikatakan nya akan berbeda atau bisa jadi ayat tersebut akan di nasakh dengan bunuhlah musuhmu, penggal lah habisilah dan kata-kata yang ekuivalen. Nabi Musa dan Nabi Muhammad, keduanya mempunyai pasukan dan terlibat dalam perebutan kekuasaan, maka tak aneh jika dalam kitab suci nya ada kalimat-kalimat yang memotivasi untuk memberikan perlawanan. Dalam Al-Quran ayat yang menyerukan Jihad banyak muncul pada bagian madaniah, karena tidak lucu jika anda tidak punya kekuatan apa-apa dan masih lemah tapi sok jago. Sama hal nya dengan Bambu runcing versus Senapan mesin otomatis, ini bukan semangat empat lima namanya tapi memang niatan mau bunuh diri dan mati konyol!
Darah dibalas darah, IS. Mata dengan mata, dan gigi dengan gigi, it’s fair enough! Pembunuhan memang tetaplah pembunuhan namun yang membedakan adalah alasan dibalik itu.
Sekedar ilustrasi :
IS membeli sebuah rumah mewah berharga milyar-an yang didapat dari darah, keringat dan pengorbanan nya selama ini, tiba-tiba ada segerombolan penjajah/perampok/teroris (atau apalah terserah anda) yang ingin menyita rumah beserta seluruh isi nya, apa yang akan anda lakukan? Apakah anda akan mengatakan “hey thugs, langkahi dulu mayatku!” atau karena kasih sayang IS akan berkata “Bapak-bapak yang baik saya masih punya rumah satu lagi, rumah orang tua juga masih ada ambillah buat kalian!. Biarlah kami menggelandang saja”
Silakan ditanggapi jika ada celotehanku yang salah…
Salam perdamaian “ V ”.
Post a Comment