The Great Disappointment
Istilah the Great Disappointment,
bisa mengacu pada sebuah lagu yang dinyanyikan oleh group band rock AFI.
Lagunya cukup enak untuk didengarkan. Kalau pembaca ingin tahu lebih lanjut
bisa dicari dan didownload dari internet.
Tetapi the Great Disappointment yang
akan EOWI jadikan latar belakang dari
tulisan pada kesempatan kali ini bukanlah lagu ciptaan AFI, melainkan suatu
kisah bertema menyongsong hari perhitungan, the judgement day, yaumil akhir.
Dalam sejarah salah satu denominasi agama Kristen Protestan, dikenal suatu
periode yang dalam bahasa Inggris sebagai the Great Disappointment. Dalam kesempatan ini EOWI akan menggunakan
episode the Great Disappointment ini
untuk dijadikan hikmah (pelajaran).
The judgement day atau reckoning day atau sebut saja hari
perhitungan/penghakiman dalam bahasa Indonesia, adalah hari dimana semua
perbuatan manusia dimintai pertanggungan jawabannya. Kesalahan akan
diperhitungkan dan hukumannya akan berikan untuk pikul sendiri. Demikian juga
dengan kebaikan. Dalam agama Islam disebut dihisab. Suatu hal mengenai kedatangan hari yang besar itu adalah,
menurut Quran dan Bible, hanya Tuhan
yang tahu waktunya.
Menurut Jesus yang dikutip di Perjanjian Baru:
“Tidak ada yang tahu kapan
harinya dan jamnya, malaikat-malaikat di surga tidak, sang Anak (Jesus) pun
tidak, hanya Bapa (Allah) saja yang tahu.”
”Hati-hatilah dan
berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.“
(Matius 24:36-37; Markus 13:32-33)
Intinya adalah, bahwa hari perhitungan/penghakiman, tidak ada yang tahu
kapan datangnya, kecuali Tuhan, oleh sebab itu, kita harus selalu siap.
Quranpun juga memperingatkan hal yang sama.
“Sesungguhnya Allah, hanya
pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun
yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q 31:34)
Ada beberapa ayat lain yang senada, seperti ayat Q 43:85; Q 67:26, dan Q
7:187.
Walaupun sudah disebutkan dalam buku panduan yang dipercaya mempunyai
sumber Illahi, tetapi banyak yang entah karena apa, tidak tahan untuk tidak meramalkan
hari penghakiman ini. Salah satunya adalah seorang pengkhotbah bernama William
Miller pada abad ke 19.
William Miller, mempelajari Bible, melakukan penafsiran-penafsiran, gothak-gathuk, akhirnya berkesimpulan
bahwa Jesus akan kembali ke dunia pada tahun 1844 untuk membersihkan dunia ini
dari kejahatan dan kemaksiatan. Lebih spesifik lagi, tanggalnya adalah antara
21 Maret 1843 sampai 21 Maret 1844.
Dasar ramalan William Miller adalah kitab Daniel dari Perjanjian Lama.
Lebih spesifik lagi Daniel 8:14 yang berbunyi: ...: : “Sampai lewat dua ribu tiga ratus petang dan pagi, lalu tempat kudus itu
akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." Kata-kata 2300 itu digathuk-gathukkan untuk memperoleh
tanggal-tanggal yang diperkirakan sebagai hari penghakiman.
Pada saatnya, selama setahun itu pengikut-pengikutnya meninggalkan harta,
benda dan keduniaan lainnya untuk menyongsong hari penghakiman yang sangat
bersejarah itu. Pada tanggal 21 Maret 1844, ia berserta pengikut-pengikutnya
keluar rumah dan menanti. Sampai sore, malam tiba, yang dinanti-nanti tidak
datang juga. Semuanya menjadi kecewa. Sangat kecewa.
William Miller, kemudian merevisi ramalannya lagi menjadi 18 April 1844.
Setelah menunggu sampai tanggal 18 April 1844, ternyata Jesus dan hari
penghakimannya tidak datang juga. Tetapi hal ini tidak membuat Willam Miller
dan pengikutnya kapok. Samuel S. Snow merevisi kembali tanggal hari kedatangan
Jesus menjadi tanggal 22 Oktober 1844. Pada hari itu para pengikut William
Miller keluar rumah, melakukan penantian. Ternyata penantian mereka berlalu
tanpa klimaks. Sejarah mencatat kekecewaan yang mendalam dialami pengikut
Miller. Oleh sebab itu kejadian tersebut dinamakan the Great Disappointment. Salah seorang pengikut Miller, bernama Henry Emmons menulis:
“Saya menunggu sepanjang hari Selasa
(22 Oktober 1844) dan Jesus yang
terkasih tidak datang juga. Saya menunggu sepanjang pagi sampai tengah hari
Rabu (23 Oktober 1844) dan saya secara fisik masih segar seperti
sebelum-sebelumnya, tetapi setelah jam 12 siang saya merasa lemah dan menjelang
magrib saya memerlukan bantuan untuk mendukung saya kembali ke kamar saya
karena kekuatan saya terbang dengan cepat. Dan saya bersujud selama 2 hari
tanpa merasakan sakit, melainkan kekecewaan yang mendalam.”
William Miller sendiri masih menunggu hari kedatangan Jesus sampai ajal
menjemputnya di tahun 1849.
Bagaimana dengan aliran Miller selanjutnya? Anda akan heran jika aliran
William Miller ini adalah cikal-bakal aliran Kristen yang sampai sekarang
jumlah pengikutnya cukup banyak. Kebetulan keluarga salah satu ipar saya adalah
penganut aliran tersebut. Kalau pembaca tertarik untuk membaca kisahnya lebih
lanjut, anda bisa mencari literatur sejarah mengenai agama Kristen Advent.
Kita tidak akan membahas bagaimana pengikut Miller melakukan resolusi dari the Great Disappointment. Buat EOWI,
episode the Great Disappointment
merupakan kejadian yang bisa diambil hikmahnya. Datangnya hari penghakiman
tidak ada yang tahu kapan. Di dalam agama Islam, nabi Muhammad tidak pernah
menyebutkan, saat (tanggal, bulan dan tahun) datangnya hari akhir itu. Namun
demikian, menurut hadith (walaupun menurut kami, sebagian hadith itu tidak
terlalu kuat), nabi memberikan tanda-tandanya. Secara umum bisa diartikan bahwa
tanda-tanda itu adalah banyaknya manusia yang melakukan
penyimpangan-penyimpangan dari hukum alam serta melakukan
pengerusakan-pengerusakan, ketimpangan-ketimpangan yang melampaui batas. Hal
ini memerlukan natural rebalancing.
Mengetahui tanggal, bulan dan tahun, hari akhir itu menjadi tidak terlalu
penting selama kita selalu siap dan punya strategi. Seperti Nuh yang sudah siap
sedia dan punya strategi untuk menghadapi banjir.
Miller bukan satu-satunya yang gagal dalam meramalkan hari kehancuran.
Belum lama, manusia sibuk dengan ramalan kehancuran pada tanggal 21 Desember
2012 yang berdasarkan sistem penanggalan suku Maya. Sekarang sudah tahun 2014.
Hampir dua tahun telah berlalu dan kehidupan masih berjalan seperti sebelumnya.
Oleh sebab itu jika ada yang meramalkan hari kiamat, jangan dipercaya. Termasuk
juga ramalan-ramalan kiamat dari EOWI.
Hutang, Dosa dan Agama
Katanya, asal kata agama adalah
dari bahasa Sanskerta, yaitu a =
tidak dan gama = kacau. Dalam hal
pengertian, kata tidak-kacau seakan
condong pada nuansa kontrol terhadap masyarakat dan akhirnya menjurus kepada fasisme.
Di dalam Islam kata yang digunakan berbeda. Kata deen (baca: diin, الدين) di dalam bahasa Arab yang sering dipadankan
dengan kata agama. Kata deen bisa berarti hutang serta hal-hal
yang menyangkut hutang dan kredit, bukan tidak kacau seperti pengetian agama
dalam bahasa Sanskerta. Ternyata bukan saja Islam yang mengkaitkan agama dengan
hutang. Kalau kita lihat doa Lord Prayer
yang diajarkan Jesus, juga berbunyi: “....And
forgive us our debts, as we also have forgiven our debtors...”. Seakan
dosa, pelanggaran diidentikan dengan hutang. Setidaknya dosa dikategorikan
sebagai hutang. Saya sengaja mengutipnya dari terjemahan bahasa Inggris, bukan
dari bahasa Indonesia. Karena di dalam bahasa Indonesia, kata debts dan debtors diterjemahkan sebagai dosa dan pelaku dosa, yang menurut
kami agak kurang mendekati bahasa aslinya (Aramea dan/atau Yunani) atas dasar
terjemahan bahasa Inggris tertua King James Bible menggunakan kata debts dan debtors, hutang dan penghutang bukan sins dan sinners.
Bagian ini akan kami akhiri dengan melihat sebuah doa yang diajarkan oleh
nabi Muhammad yang ada kaitannya dengan hutang. Bunyi doa itu adalah:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, kepengecutan dan kekikiran,
belitan hutang dan penindasan orang.” (HR. Bukhari no. 6369)
Hari Perhitungan
Umat Islam setiap hari menyebut kata yauminddeen
sebanyak minimal 17 kali. Kata yaumiddeen
di dalam buku-buku panduan sholat sering diartikan sebagai hari pembalasan. Terjemahan hari
pembalasan sebenarnya secara harfiah tidak tepat, karena yaum = hari, deen = hutang. Akan lebih tepat jika terjemahkan sebagai hari jatuh-temponya hutang. Lebih bisa
difahami jika diterjemahkan dalam bahasa Inggris yaitu the day of debt settlement.
Disamping yaumiddeen yang banyak
disebutkan di Quran, ada beberapa kata lain yang juga menggunakan seperti kata yaumilakhir (hari akhir – Q 2:8, 62, 126, 177, Q: 60:6, dll), mungkin bisa
diartikan juga hari jatuh tempo.
Kemudian yaumulhisab (hari perhitungan, Q 38:16, 26, 53; Q
40:27), yaumilqiamah (hari kebangkitan, Q 2:85, 133, 174, 121;
Q 3:55, 77, dan banyak lagi). Kami
berikan sebagian referensi ayat Qurannya agar pembaca bisa melakukan pengecekan
sendiri. Disamping itu ada beberapa mana yang sedikit (atau hanya sekali)
digunakan, seperti: yaumilaleem, (hari yang menyakitkan, Q 11:26),
yaumidhadhim (hari yang besar Q 26:156, 189), keduanya
dalam konteks penyiksaan.
Ada lagi yang cukup relevan dengan apa yang nanti akan diceritakan, yaitu yauminmuheet (hari yang mengurung, Q 11:84). Konteksnya adalah tentang orang yang
mengurangi timbangan, berbuat curang dengan takaran, dimana pada hari itu ia
akan terkurung oleh (catatan) perbuatannya sendiri. Kalau ditelusuri lebih
jauh, seorang yang berbuat curang dalam takaran, sebenarnya dia berhutang
kepada lawan dagangnya sebesar kecurangan yang dilakukannya. Baginya hari
perhitungan adalah hari dimana semua catatan amal perbuatannya akan
mengurungnya dan membuatnya tidak bisa melarikan diri.
Kreditisme, Dosaisme dan
Cardinal Sin
Saya tidak tahu apakah menganalogikan kredit, hutang dengan dosa punya
cukup relevansi. Dalam banyak hal mereka punya persamaan. Mereka punya jatuh tempo, hanya namanya saja di dalam
bahasa Indonesia yang berbeda. Di dalam bahasa Inggris, sama yaitu the day of reckoning. Di dalam doa,
hutang juga dianalogikan sebagai dosa. Terlepas dari itu semua, saya mau
menganalogikan hutang, kredit dengan dosa.
Bagian ini akan dimulai dengan beberapa hikmah pelajaran, kutipan-kutipan
ucapan yang menarik dari beberapa orang mengenai hutang, problem dan politikus
serta dosa.
Yang pertama dari hadith mengenai penghutang yang isinya sebagai berikut:
Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah,
Anda sering sekali berlindung dari hutang.”
Maka beliau menjawab, “Jika seseorang
telah berhutang, maka jika berbicara niscaya ia (bisa) berkata dusta dan jika
berjanji niscaya ia bisa mengingkari.” (HR. Bukhari no. 832 dan Muslim no.
589)
“All governments are run by
liars and nothing they say should be believed.” (I. F.
Stone journalis investigatif dan pengarang)
"There ain't no ticks
like poly-ticks. Bloodsuckers all." (Davy Crockett, pahlawan rakyat Amerika,
serdadu dan pejelajah frontir)
"Politicians are, by
nature, liars." (Dale
Amon, blogger tidak terkenal)
"Government does not
solve problems. It subsidizes them." (Ronald Reagan, presiden US)
Kutipan-kutipan di atas kalau dirangkaikan bisa membentuk kalimat: “Pemerintah yang notabene dijalankan oleh
politikus, bukan bertujuan menyelesaikan masalah, melainkan mensubsidinya, yang
biayanya diambil dengan jalan berhutang (dan pajak), selanjutnya menjadikan
politikus parasit penghisap darah itu menjadi pembohong.”
Silahkan rangkaikan sendiri dan buktikan di lapangan. Misalnya Jokowi,
katanya mau menyelesaikan masalah Jakarta,.....eeeh belum setahun jadi gubernur
Jakarta, sudah mencalonkan diri jadi presiden. Kapan bisa membereskan Jakarta? Kalau
mau mengabdi kepada masyarakat, tidak perlu jadi presiden atau gubernur, cukup jadi
pekerja sosial dan philanthropist (tukang derma dan kerja sosial) seperti madam Teresa atau Mahatma Gandhi atau Albert Schweitzer. Pertanyaan
serupa juga berlaku untuk Abu Rizal Bakri dan Prabowo. Sumbangkan kekayaannya
untuk rakyat miskin, seperti Albert Schweitzer. Kami di EOWI percaya, bahwa
janji mereka adalah bohong. Mereka ingin jadi presiden, bukan membantu rakyat
supaya makmur.
Judul bagian ini menggunakan kata kreditisme
dan dosaisme. Ini adalah kata yang
baru diperkenalkan untuk merujuk kepada suatu paham, isme, yang mati dan hidupnya mengagungkan hutang. Nama itu memang
tidak diperkenalkan oleh Nixon, tetapi, Nixonlah yang menyemainya dan
membuatnya tumbuh.
Sejarah dimulai dengan Perang Dunia I, ketika itu emas adalah uang. Ketika
perang usai, Amerika, US, menerima banyak emas/uang sebagai imbalan bantuan
peralatan perang dan logistik kepada Inggris cs. melawan Jerman cs. Sejarah
diputar lebih cepat ke akhir Perang Dunia II, pada episode perjanjian Bretton Woods,
sebagai negara yang paling kaya, paling banyak punya emas, dimasa itu, mata
uang US dijadikan mata uang untuk cadangan devisa dan digunakan untuk transaksi
internasional sebagai pengganti emas. Dollar saat itu dipantek di emas dengan
kurs $35 per oz emas.
Cadangan emas terbatas. Dan jumlah dollar yang bisa dicetak juga terbatas. Kalau
pemerintah mau pinjam uang, dengan mengeluarkan surat hutang, bank sentral
hanya bisa mencetak uang sebanyak cadangan emas yang dimilikinya. Defisit
pembayaran suatu negara (baca: US) juga terbatas sampai cadangan emasnya susut
dan habis. Hutang terbatas diperbolehkan, tetapi harus dibayar dalam waktu,
maksimum 5 tahun. Politikus juga tidak bisa membelanjakan uang negara seenak
udhelnya saja, sehingga defisit berkepanjangan. Karena hanya ada 2 cara untuk
menutupi defisit belanja negara, yaitu menaikkan pajak (yang tentu akan
menimbulkan pemberontakan) atau/dan hutang. Keduanya adalah perbuatan dosa. Kondisi
seperti ini, maksudnya sistem keuangan berbasis emas, membuat politikus sukar
berbuat banyak dosa (baca: hutang, defisit). Oleh sebab itu Nixon, yang waktu
itu sedang giat-giatnya berbuat dosa, membunuhi orang-orang di Vietnam,
menghamburkan uang pembayar pajak US, tidak suka. Defisit $56 juta membuat
cadangan devisanya susut dan jumlah emas untuk mem-back-up cadangan devisanya
hanya 22% saja. Dengan kata lain US dollar sangat overvalue terhadap emas. Dan dia menghapuskan secara sepihak
perjanjian Bretton Woods 15 August 1971, dengan Executive Order 11615nya. Sejak saat itu dollar tidak dikaitkan
lagi dengan emas, melainkan dengan surat-surat hutang, apakah surat hutang
pemerintah atau surat hutang yang ada kaitannya subprime. Itulah cardinal sin, yang diperbuat Nixon yang
merupakan pintu bagi dosa-dosa lainnya dalam skala global.
Hutang bagaikan dosa, selingkuh, narkoba, judi, menjadikan pelakunya
ketagihan dan sulit melepaskan diri. Akan tetapi dosisnya harus ditambah terus
untuk memperoleh effek yang sama. Sejak tahun 1972, pertumbuhan uang/kredit dalam
skala global melesat dengan cepat. Rambu-rambu defisit sudah tidak ada lagi.
Katanya, berupa pertanyaan: “Deficit,
does it matter?
Chart - 1, Pasar hutang yang terus membengkak.
Skenario Hari Penghakiman
Dengan hutang, banyak yang bisa dibeli, kalau mau. Biasanya, hutang
digunakan untuk membeli sesuatu, misalnya rumah, saham, emas dan perak, leverage
di pasar modal, untuk ganti barang seperti mobil SUV, tv flat-screen,
cell-phone, gadget untuk selfie, dan sederet lagi barang yang tidak terlalu
penting atau tidak perlu diganti. Barang lama dibuang. Ekonomi marak. Cina
sebagai negara pengekspor barang konsumen membangun banyak pabrik-pabrik untuk
memasok permintaan yang melonjak (sementara sifatnya), dan membukukan surplus
perdagangan. Dan negara-negara lain sebagai konsumen seperti US dan negara
Eropa (kecuali Jerman), membukukan defisit dalam perdagangannya. Negara-negara
yang memasok bahan baku seperti Indonesia, Canada, Australia mengalami boom
karena naiknya harga bahan baku seperti timah, (bijih) besi, nickel, tembaga,
minyak bumi dan sejenisnya.
Tadi disebutkan bahwa hutang akhirnya bisa dipakai untuk membeli asset
seperti rumah, emas/perak dan saham. Selanjutnya asset-asset ini membengkak
harganya mencapai rekor. Levelnya sampai patut dipertanyakan. Pada level harga
rumah 30 kali dari sewa tahunannya, harga itu patut dipertanyakan. Bahkan
besarnya GDP Cina yang di atas 7% itu
patut dipertanyakan kwalitasnya. Kalau memang pertumbuhan ekonomi Cina punya
kwalitas, kenapa indeks saham Cina terus melorot sejak krisis sub-prime tahun
2008. Perusahaan-perusahaan Cina tidak membukukan keuntungan dan tidak punya
pertumbuhan keuntungan seperti yang dicerminkan GDPnya. Patut dicurigai bahwa
perusahaan-perusahaan Cina, hanya dari luarnya dan dari publikasinya saja mentereng. Di dalamnya tidak menjanjikan
apa-apa di saat ini dan di masa depan.
Ada seorang yang dianggap pintar oleh kelompoknya. Namanya Ludwig von
Mises. Dia punya pendapat:
"There is no means of avoiding
the final collapse of a boom brought about by credit expansion. The alternative
is only whether the crisis should come sooner as the result of a voluntary
abandonment of further credit expansion, or later as a final and total
catastrophe of the currency system involved."
Ekspansi hutang ada batasnya menurut Mises. Bank-bank sentral bisa
menyediakan uang kepada bank-bank komersial. Tetapi kalau tidak ada yang mau
ambil kredit, maka pesta belanja berakhir. Jika hura-hura belanja berhenti, segalanya
kembali ke normal, mungkin sedikit mengencangkan ikat pinggang, apa yang akan
terjadi? Kelebihan kapasitas menjadi tidak berguna. Sebagai negara yang
dikendalikan oleh Pusat, negara bisa memerintahkan pabrik-pabrik BUMN untuk
terus berproduksi menyemangati pabrik swasta untuk berjalan terus, agar supaya
karyawannya tetap bekerja. Pada saatnya, ketika produk-produknya sudah
bertumpuk, tidak ada jalan lain kecuali menghentikan produksi. Kemudian, hutang
perusahaan akan bermasalah. Jika perusahaan-perusahaan dengan kinerja yang rendah
punya persoalan hutang, artinya buruk sekali.
Kondisi semacam itu bisa menjalar ke hutang konsumen. Yang ini agak kecil
resikonya, karena porsi konsumsi di Cina, rendah terhadap GDPnya. Artinya kecenderungan
menabung cukup tinggi. Setidaknya orang akan lebih berhati-hati dalam
berspekulasi, dimana spekulasi yang sedang populer adalah di sektor properti.
Artinya bubble properti bisa pecah.
Inilah tantangan Cina. Jika wilayah yang mempunyai ekonomi lebih dari 50%
dari dunia, yaitu US, Uni Eropa dan Jepang sedang mengurangi konsumsinya,
kemana Cina akan mengeksport barangnya?
Mungkin ke wilayah yang 50% lainnya? Jangankan untuk menambah tingkat
konsumsinya, patut dipertanyakan apakah wilayah dunia yang 50% itu tidak kena
imbas? Secara keseluruhan, di saat itu, setidaknya kelebihan kapasitas produksi
di Cina akan terlihat nyata.
Kalau Cina punya problem, yang lain juga ditulari. Cina adalah pelahap 50%
produksi logam di dunia, 12% produksi minyak di dunia, 54% produksi batubara
dunia melakukan pengurangan produksinya, katakanlah 25% saja. Dampaknya akan
mengenai negara-negara yang mengeksport bijih dan bahan-bahan tambang ini.
Indonesia, Australia, Canada, dan negara-negara yang sudah Cina-Centris akan
terkena dampaknya. Bubble property di negara-negara ini akan terkena juga.
Tanda-Tanda Datangnya
Hari Perhitungan
Dulu tahun 1970an, waktu jamannya Suharto sebagai presiden Indonesia dan
Jimmy Carter sebagai presiden Amerika, ada yang menyangka bahwa kiamat sudah
dekat. Alasannya bahwa ada anak petani jadi presiden dan membangun
gedung-gedung tinggi. Dan waktu itu juga sedang gencar-gencarnya histeria
ledakan populasi (lebih intens dari histeria climate change dan global
warming sekarang, sampai-sampai program KB sangat dipaksakan ke penduduk).
Jadi wajar-wajar saja kalau orang percaya hari kiamat sudah dekat. Ketika Jim
Jones seorang pengkhotah Amerika Serikat, beserta pengikutnya melakukan bunuh
diri masal tahun 1978 di Jamestown Guyana, wajar-wajar saja kalau ada yang
berpikir bahwa orang-orang itu bunuh diri karena menyongsong kiamat. Padahal
sebenarnya karena sikap paranoia dari Jim Jones.
Melihat tanda-tanda hari perhitungan itu penting. Tetapi, terkadang-tanda-tanda
itu muncul, tetapi hari yang ditunggu sampai bertahun-tahun bahkan berabad-abad
tidak datang juga. Namun demikian, kalau tidak diamati dan tidak diceritakan,
maka dunia ini menjadi sangat membosankan. Oleh sebab itu EOWI mau memonitor
dan menceritakannya kepada pembaca.
Saat ini sudah ada 3 institusi keuangan (mutual fund, institusi investasi,
reksadana) gagal bayar dalam tahun 2014 ini seperti yang pernah diceritakan di
EOWI. Salah satunya adalah kasus Credit
Equals Gold #1.
(link)
Kemudian, nilai Yuan yang tiba-tiba melemah. Juga diceritakan dalam posting
yang sama. Ekspor Cina melemah cukup drastis karena kekurangan permintaan dari negara lain
atas barang Cina. Disusul dengan impor bahan baku yang melemah drastis karena aktivitas
produksi melemah di Cina. Berita ini tidak akan memicu hari penghakiman jika
hanya sejumlah kecil investor/reksadana keluar dari pasar. Tetapi jika
keluarnya beberapa reksadana diikuti oleh yang lain dalam jumlah yang agak
besar, bisa menimbulkan panik, seperti kasus sub-prime 2008. Bayangkan disebuah
gedung bioskop yang berkapasitas 1000 orang. Jika ada 5-10 orang keluar
bersama-sama dengan tenang, mungkin tidak terjadi apa-apa. Tetapi jika ada 20
orang berlari keluar, sambil berteriak-teriak “api!!!”, niscaya pintu gedung
bioskop menjadi sesak, orang keluar berhimpitan. Seperti
kasus krisis sub-prime, misalnya, pemicunya hanyalah kebangkrutan Lehman
Brother yang notabene sebuah perusahaan dengan kapitalisasi pasar $60 milyar
pada bulan Februari 2007, kurang lebih setahun sebelum dinyatakan bangkrut. Ukuran
ini tidak ada apa-apanya dibandingkan JP Morgan, perusahaan sejenis lainnya
dengan kapitalisasi pasar waktu itu $ 190 milyar.
Dengan computer-trading atau high-frequency trading atau algorithmic
trading, pintu keluar akan sesak jika terjadi panik di pasar modal. Belum lagi
trader yang memakai leverage, cenderung untuk memperparah keadaan. Mungkin 3
gagal bayar ini hanya sebagai prelude saja. Mungkin juga bukan.
Di samping Cina, pasar modal di US juga telah menunjukkan gejala topping (Chart-2 untuk indeks Dow
Industrial). Betuk pola corrective
megaphone a-b-c-d-e indeks DJIA akan mengakhiri wave-d naik disekitar
17,000-18,000 dan mulai wave-e turun. Target wave-e adalah antara 5,000 –
6,000. Ada beberapa analis mengatakan bahwa koreksi berikutnya bisa mencapai
3,500. Entah lah.....
Chart - 2
Terkadang kita hanya melihat yang jelas-jelas nampak, seperti Cina atau US
atau Uni Eropa sebagai pemicu pertama. Bisa saja yang lain. Seperti krisis
Ukraina, misalnya. Walaupun tidak akan ada yang menganggap krisis Ukraina bisa
menyebar kemana-mana dan menimbulkan krisis ekonomi dunia. Russia mulai meminta
Euro sebagai pengganti US dollar untuk pembayaran gasnya kepada partner
dagangnya seperti Cina, Jepang, Korea. Siapa tahu hal seperti ini bisa memicu
krisis? EOWI sendiri tidak percaya, tetapi siapa tahu?
Beberapa hari ini, bursa saham dunia menjadi cukup volatile. Pergerakan
indeks Dow Industrial, Nikkei mencapai 3 digit.
Apakah ini perupakan prelude atau tanda-tanda awal dari crash, hari perhitungan? Entahlah.
Atau ada bank Eropa yang bangkrut karena banyak memegang surat obligasi
Ukraina? Atau, kalau ada nanti bank Eropa yang dibangkrutkan menjadi pemicu
hari perhitungan. Saat ini bank-bank Eropa kondisi neracanya tidak bagus (baca:
negatif) karena kebanyakan pegang derivatif finansial (lihat chart di bawah) –
asset dengan leverage tinggi, 30 – 40 kali. Ini bisa jadi pemicu terkadinya
krisis.
Chart - 3
Masih banyak lagi yang perlu diwaspadai dan perlu dimonitor. Kalau mau dibikin
listnya akan panjang. Terlepas dari itu semua, EOWI tidak perduli dan akan membuat ramalan bahwa
krisis finansial akan dimulai tahun 2014 ini. Ini adalah ramalan yang
berani....., karena sepertinya EOWI tidak pernah belajar dari kasus William
Miller. Tetapi bagi jeli, akan berkomentar: “Mas IS ini pinter ngakali orang. ‘Kan krisis sebenarnya sudah dimulai sejak
tahun 2011. Selama ini hanya memperbesar momentum saja. Jika momentumnya sudah sudah massa/bobot yang cukup maka hari kepanikan akan dengan sendirinya tiba.”.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa:
“Jam yang mati (rusak) akan
menunjukkan waktu yang benar sebanyak 2 kali sehari.”
Pepatah itu adalah ucapan sinis yang ditujukan untuk orang-orang yang suka membuat
ramalan. Maksudnya, peramal yang sangat burukpun, suatu saat ramalannya akan benar karena
suatu kebetulan. Menanggapi pernyataan sinis ini, EOWI juga tidak mau kalah sinis:
“Jam yang mati (rusak) akan
menunjukkan waktu yang benar sebanyak 2 kali sehari. Peramal yang buruk suatu
saat akan benar, karena kebetulan, bukan karena hebatnya
ramalannya............, kecuali William Miller......., ha ha ha ha ha ha.....”
Sekian dulu, jaga kesehatan anda, tabungan anda, investasi dan hasil jerih
payah anda baik-baik.
Bintuni 11 April 2014
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
5 comments:
imam semar yth, sy mau tanya kapan sistem moneter ini akan kolaps??
I love the article. witty!!!!
Keris Raja,
Saat ini stock market sedang dalam proses "topping". Saya perkirakan koreksi besar akan terjadi antara tahun ini sampai tahun 2016.
Moga-moga saya tidak seperti William Miller.
Ha ha ha ha ha ha.....
Pantas saja persoalan hutang piutang menjadi sorotan penting di dalam al-Qur'an, bisa dilihat dalam QS 2:282, bagaimana hutang itu perlu dituliskan dengan jelas perihal, pelaku dan saksi-saksi. Ayat ini pula menjadi ayat paling panjang di dalam al-Qur'an...
Pantas saja persoalan hutang piutang menjadi sorotan penting di dalam al-Qur'an, bisa dilihat dalam QS 2:282, bagaimana hutang itu perlu dituliskan dengan jelas perihal, pelaku dan saksi-saksi. Ayat ini pula menjadi ayat paling panjang di dalam al-Qur'an...
Salam kenal sebelumnya,
Post a Comment