Cina Dalam Proses Detox
Mohon Pengertian Dan Ucapan Terima
Kasih
Ada beberapa pembaca yang mengirim email ke kami. Isinya bermacam-macam.
Ada yang sekedar komentar/beropini dan tidak mau di tulis di blog. Ada yang
menanyakan ini dan itu. Atau sekedar salam perkenalan.
Ada beberapa yang saya jawab secara pribadi, ada yang mau dijawab dan
terlupakan karena kesibukan pekerjaan dan rumah tangga dengan 9 ekor anjing
(perawatnya sering keluar-masuk, berganti), yang setiap hari perlu waktu 3 jam.
Dengan kemacetan Jakarta, perjalanan dari rumah ke kantor, walaupun hanya 8 km,
memakan waktu bisa 1 – 1.5 jam. Begitulah hidup di Jakarta.
Kami di EOWI sangat berterima-kasih kepada pembaca, atas kecintaan anda
kepada kami. Cinta itu mahal. Anda bisa lihat sendiri bagaimana orang saat ini
dengan mudahnya membunuh, saling membenci, dan bermusuhan dengan alasan yang
tidak jelas. Kami di EOWI tidak membenci orang lain kecuali jika hak-haknya
diganggu. Menurut kepercayaan kami bahwa Tuhan sangat penyayang. Di dalam
Quran, kata benci (Arab: كره
) tidak pernah digunakan pada hal-hal
yang berkaitan dengan Allah. Tetapi Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk
menyayangi manusia tanpa batas. Mungkin bencipun boleh. Saya belum menyelidiki
sampai kesitu. Yang pasti Allah memerintahkan untuk tidak menyukai (tidak
menyukai tidak sama dengan membenci) dan menghindari kemungkaran. Itulah yang
kami anut.
Terkadang EOWI kehabisan bahan cerita, oleh sebab itu EOWI pernah absen
lama sekali. Tetapi baru-baru ini kami melihat peluang supaya tetap bisa hadir
lebih sering. Kami bisa jadikan email-email pembaca sekalian sebagai topik. Keuntungannya
adalah, anda memperoleh balasan email dan kami memperoleh topik, serta
merupakan berbagi pengalaman dengan pembaca.
Seorang pembaca bertanya, apakah krisis Ukraina dan dicaploknya semenanjung
Crimea oleh Russia dari tangan Ukraina akan berdampak global? Jawabnya mungkin iya mungkin juga tidak. Semenanjung Crimea menjadi bagian dari Ukaina baru 22 tahun
saja. Ketika pecahnya Uni Soviet, semenanjung Crimea dimasukkan ke wilayah
Ukraina. Tahun 1921 Crimea dengan nama Republik Sosialis Soviet Otonomi Crimea
merupakan bagian dari Russia. Tahun 1954 Crimea menjadi bagian Ukraina yang
waktu itu bagian dari Uni Soviet. Ketika Uni Soviet pecah Crimea menjadi bagian
dari Ukraina, walaupun penduduknya majoritas berbahasa Russia dan dari etnik
Russia. Masuknya Crimea mejadi wilayah Ukraina, membuat Russia gerah. Apalagi
Ukraina di tahun 2008 menjadi calon anggota NATO dan kerja-sama militer dengan
NATO mulai dibangun dan ditingkatkan. Ini membuat Russia semakin gerah. Tidak
terlalu mengherankan jika Russia dengan cepat melakukan aneksasi Crimea ketika
ada kesempatan terbuka. Apakah NATO akan campur tangan dengan senjata? Mungkin
tidak. NATO dan US akan menjadi macan kertas. Mereka tahu Russia punya kemampuan
menahan diri yang rendah untuk melepas senjata nuklirnya. Mudah menggunakan
nuklirnya. Paling-paling Russia akan memberi NATO kesempatan mundur sambil
menyelamatkan mukanya.
Ditinjau dari segi krisis ekonomi, jika Ukraina hancur, ekonominya kolaps,
tida akan banyak dampaknya terhadap ekonomi global. Ekonomi Ukraina terlalu
kecil untuk mempengaruhi ekonomi global dan besarnya investasi global ukurannya
kecil saja.
Itu pandangan yang sederhana. Kalau pembaca pernah mendengar teori chaos,
maka akan tahu pernyataan bahwa kepak sayap kupu-kupu di Florida bisa
menyebabkan badai di lautan Pasifik. Saya hanya tahu pernyataan yang populer
itu, tetapi tidak tahu tentang teori chaos yang sebenarnya. Memang bisa saja
suatu tindakan yang sederhana, seperti menekan tombol, menyebabkan kematian
jutaan orang dan kehancuran sebuah kota. Tetapi tombol itu harus tombol yang
mengaktifkan peluru kendali ballastik jarak jauh berkepala nuklir. Apakah
Crimea bisa diibaratkan sebagai tombol nuklir? Mungkin tidak.
Bubble Yang Serius
Mungkin judul bagian/bab di atas kurang tepat. Kita tidak tahu kapan kiamat
akan datang, kapan bubble pecah,
kapan krisis terjadi. Walaupun demikian, adanya bubble bisa dikenali. Jika harga rumah lebih tinggi dari 15 kali
penghasilan tahunan, artinya harga rumah sudah mahal. Dan kalau sudah mencapai
level 30 artinya sudah bubble. Orang
boleh bertahun-tahun mengatakan bahwa pertumbuhan Cina adalah pertumbuhan bubble, seperti Steven Roach dari Morgan
Stanley, tetapi krisis yang diharapkan Steven Roach tidak kunjung tiba sampai
akhirnya dia capek, bosan, dan berhenti mengatakan yang demikian. Steven Roach
dan lain-lain analis tidak salah dalam kesimpulannya bahwa ekonomi Cina tidak
sebaik GDPnya yang menor. Investor
harus berpikir keras, kenapa indeks saham Shanghai tidak pernah pulih semenjak
krisis subprime, kalau ekonomi Cina
memang kuat dan pulih. Nilai indeks Shanghai tertinggi di dekat level 6000
tahun 2007 tidak pernah terlampaui. Secara konsisten turun terus.
Chart
- 5
Pada artikel sebelumnya diperlihatkan beberapa contoh tanda-tanda bubble di Cina. Jumlah apartemen yang
kosong (tidak ditempati, tidak memperoleh uang sewa dan harus terus membayar
kredit – pokok dan bunganya). Hal yang sama juga untuk properti-properti
komersial, seperti South China Mall atau New Century Global Center dan
sejenisnya. Hal ini juga berlaku untuk pabrik-pabrik serta mesin ekspor Cina
yang mengalami penurunan pesanan/order. Pemasukan dan keuntungannya menjadi tergerus.
Barang-barang modal ini dibeli dengan kredit. Dan kemampuan sistem ekonomi
menanggung beban untuk menservis hutang ini ada batasnya. Sebagai analog dan
acuan adalah US pada masa depresi besar 1930an. Hutang total yang ada di US
pada saat pecahnya bubble tahun 20an
adalah 199% dari GDP yang meningkat ke 300% pada masa depresi 30 dikarenakan
pengeluaran pemerintah yang ingin menghidupkan kembali bubble (stimulus ekonomi). Pada saat itu US merupakan sebuah developing country (negara berkembang)
seperti Cina saat ini. Pada saat itu US juga mengandalkan ekspor untuk
ekonominya, seperti Cina.
Kalau ukuran kredit dijadikan patokan sebagai ukuran kematangan bubble,
maka bubble di Cina sudah matang. Pada akhir tahun 2012, besarnya kredit baik
itu pemerintah, swasta dan perorangan adalah 202% dari GDP.
Chart
- 6
Persoalannya bukan hanya level hutang yang sudah tinggi, tetapi juga
kualitas hutang dan badan yang memberi kredit. Seperti kasus subprime di US, kualitas kredit yang membuat
hutang menjadi busuk. Beberapa tahun terakhir ini tumbuhnya kredit berasal dari
institusi non-bank seperti multi-finance.
Institusi seperti ini dalam mengucurkan kredit tidak seketat bank dan kreditnya
berpotensi menjadi kredit busuk Dan dalam beberapa tahun terakhir ini, jumlah
kredit seperti ini yang dikucurkan meningkat drastis. Bukan tidak mungkin kasus
subprime versi Cina akan timbul. Dengan
kata lain credit bubble sudah matang
dan siap pecah.
Chart - 7
Bubble: Bahaya Yang Siap
Pecah
Bubble bisa pecah atau bisa juga mengempis
secara perlahan-lahan. Dan kapan bubble
itu pecah atau mengempis, tida bisa diramalkan. Walaupun demikian, pada saat
kita tahu ada bubble, ada baiknya
dimonitor terus dan diamati hal-hal yang bisa membuat bubble itu pecah. Kalau pembaca ingat, pada artikel sebelumnya EOWI
menegaskan untuk mengamati tahun 2011? Berikut ini adalah beberapa poin yang
bisa pembaca lihat pada artikel sebelumnya:
- Volume perdagangan Cina mencapai puncaknya (all time high) tahun 2007 dan mencoba bangkit kembali tetapi hanya mencapai lower high tahun 2011 (Chart-1 pada artikel sebelumnya).
- Surat hutang US yang dipegang Cina tidak mengalami kenaikan yang berarti sejak tahun 2010 – 2011 (Chart-2).
Kalau volume perdagangan Cina berkurang adalah dampak dari permintaan
barang Cina yang juga berkurang, Secara logis, penerimaan dollar Cina juga
berkurang oleh sebab itu surat obligasi US yang pegang Cina tidak bertambah. Konsekwensi
lainnya adalah, permintaan bahan baku oleh Cina berkurang yang akibatnya
harganya turun. Chart di bawah ini menunjukkan harga batubara, tembaga, nikel
mencapai puncaknya pada tahun 2011, sejalan dengan perlambatan ekonomi Cina.
Chart
- 8
Chart
- 9
Chart
- 10
Dampak Ekonomi Cina Terhadap
Global
Goncangan ekonomi di Cina akan berdampak Global karena banyak negara
terkait secara ekonomi dengan Cina. Andaikata ukuran ekonomi Cina hanya sebesar
Ukraina, dampaknya tidak akan terasa secara global. Lain halnya, Cina adalah
ekonomi terbesar ke-2 setelah US.
Bagi kita di Indonesia, lebih baik berpikir mengenai dampak pada Indonesia.
Indonesia sebagai negara yang berbasis ekspor bahan komoditi, pasti akan
terkena dampak perlambatan ekonomi Cina dan pecahnya bubble di Cina. Yang akan terkena adalah perusahaan dan
sektor-sektor yang terkait dengan ekspor bahan baku ke Cina, seperti bahan
tambang. Sektor berikutnya adalah rupiah. Dengan berkurangnya ekspor ini,
cadangan devisa yang membuat rupiah kuat akan menyusut dan rupiah akan menjadi
lemah.
Trend cadangan devisa RI berbalik arah menjadi menurun sejak tahun 2011 (Chart - 9). Tidak hanya cadangan devisa, arah kurs US$-rupiah
mengalami titik balik di tahun 2011 (Chart - 10) di level Rp 8.500 per USD. Apakah tahun 2011 ini sebagai
tonggak sejara hanyalah kebetulan saja? Tentu saja tidak, karena kalau demikian
halnya maka terlalu banyak yang kebetulan.
Chart - 12
Pecah Bukan Mengempis. Apakah
Ini Pemicunya?
Mungkin ada yang berpikir bahwa bubble
di Cina tidak pecah melainkan mengempis secara perlahan-lahan seperti yang
terjadi pada harga komoditi yang ditunjukkan pada Chart – 8 sampai 10 atau
seperti menurunnya cadangan devisa Indonesia. Kami pikir hal tersebut
peluangnya lebih kecil – jauh lebih kecil dari pada peluang terjadinya full-blown crisis, seperti kasus subprime atau depresi tahun 30 di US. Masalahnya
harus ada pemicunya yang terkadang datangnya tidak diduga-duga, baik itu
waktunya dan sebabnya.
Beberapa minggu ini terjadi pelemahan Yuan secara drastis. Kejadian ini
adalah suatu hal yang di luar kebiasaan, karena biasanya pemerintah Cina tidak
pernah membiarkan pergerakan Yuan terlalu volatile
(liar). Kurs US$ terhadap Yuan naik secara drastis, dan masih berlangsung.
Yuan-US$ tidak pernah bergerak liar karena dijaga oleh pemerintah Cina (kecuali pada tahun 2012 dan saat ini -
Chart - 11). Hal ini membuat para spekulator merasa nyaman untuk
melakukan short US$-Yuan. Permainan margin dengan leverage yang tinggi menjadi game-in-town.
Karena tidak volatile, maka dengan leverage yang tinggi tidak menjadi
masalah. Margin call dan forced liquidation tidak perlu
dirisaukan. Walaupun ada keanehan bahwa penguatan Yuan berlawanan dengan arah
cadangan devisa Cina yang tidak beranjak kemana-mana sejak tahun 2010-2011,
spekulasi tetap berlangsung.
Chart - 13
Persoalan akan timbul, jika volatility
semakin meningkat dan banyak pemain yang terkena margin call dan terpaksa menutup posisinya. Hal semacam ini bisa
memicu panik, keluar dari pasar secara beramai-ramai secara serentak. Apalagi
sekarang ini banyak fund manager yang menggunakan algorithmic trading dimana trading dilakukan secara otomatis dengan
komputer. Seseorang tinggal memasukkan sederet instruksi dan komputer akan
menjalankan instruksi-instruksi tersebut sejalan dengan kondisi pasar. Pasar bisa
bergerak cepat dan semakin liar dan akhirnya menjurus ke crash.
Apakah volatility Yuan adalah
pemicu pecahnya bubble? Entahlah.
Yuan volatility bukan
satu-satunya pemicu pecahnya bubble
Cina. Hampir gagal bayar sebuah
instrumen investasi, seperti yang terjadi pada bulan Januari 2014 lalu
misalnya. Suatu produk investasi yang disebut Credit Equals Gold #1, yang dikeluarkan oleh China Credit Trust Co.
dan dipasarkan oleh Industrial & Commercial Bank of China Ltd., mengalami
kesulitan pembayaran redemsi dan bunga investasi setelah dananya yang
disalurkan ke sebuah perusahaan pertambangan batubara menguap karena perusahaan
itu bangkrut dan pengelolanya ditangkap polisi.
Credit Equals Gold ini mempunyai bunga cukup menarik, 10%
per tahun. Oleh sebab itu banyak peminatnya. Siapa sih tidak berminat pada
investasi seperti emas dengan bunga jauh di atas bunga deposito bank yang
besarnya 2.85% (3 bulan) sampai 4.75% (5 tahun).
Penyelesaian kasus ini tidak transparan. Katanya ada investor yang membeli fund ini. Sebagian dari dana
investor dibayar oleh Industrial & Commercial Bank of China Ltd. Dan
investor hanya memperoleh sebagian dari uangnya. Tidak seperti namanya - Credit Equals Gold, ternyata kredit bisa
menguap dan tidak sama dengan emas. Investor diminta untuk merelakan bunga
investasi 2 tahun terakhirnya yang tidak bisa dibayarkan sebesar 3 juta Yuan.
Kasus-kasus seperti yang diceritakan di atas, mungkin tidak punya momentum
yang cukup untuk memecahkan bubble di
Cina. EOWI akan terus memonitor, siapa tahu ada kejadian yang punya momentum
yang cukup memecahkan bubble sehingga
EOWI bisa mengatakan: “saatnya telah tiba”. Atau.....bubble Cina tidak pernah pecah, cuma bocor saja. Proses detox nya
perlahan dan lama sekali.
Sekian dulu, sampai nanti. Jaga kesehatan dan tabungan serta investasi anda
baik-baik.
Jakarta 16 Maret 2014.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
3 comments:
Mas Imam apa saja isi porto anda saat ini dalam situasi saat ini, thanks - art ksc
Art,
Porto saya saat ini hanya US$ dengan leverage 2x. Pinjam ke bank dgn bunga 7% - 7.5% p.a. dan dijadikan US$. Selama US$ bisa naik di atas 7.5% saya untung.
Untuk shorting stock, masih tunggu signal dari Cina. Saat ini baru ada 3 fund yang default dan masih bisa di-bail out. Dan tidak ada panik. Jadi masih tunggu.
thanks banget gan atas infonya sangat membantu bagi yg awam tentang investasi.
Post a Comment