(Terbit, insya Allah setiap Minggu dan Kamis)
Rabu sampai Jumat ini saya keluar kota. Oleh sebab itu sambungan dongeng PENIPU, PENIPU ULUNG, POLITIKUS DAN CUT ZAHARA FONNA untuk hari Kamis dimajukan ke hari Selasa untuk menyelesaikan Bab III mengenai "penipu". Setelah itu akan diselingi dengan refleksi.
Kita mulai saja kisahnya.
Persekongkolan Penipu Dan Penguasa - John Law
Judul bab ini sengaja dibuat bernuansa negatif, dalam arti John Law diberi label sebagai penipu jenius. Dan ulasannya nanti, akan dibuat campur aduk. Kadang bernuansa positif; dalam arti John Law akan dicitrakan sebagai ekonom yang jenius, reformis dalam bidang finansial dan penasehat negara yang jenius. Kadang John Law akan dicitrakan sebagai penipu yang sangat licin. Apakah sesungguhnya John Law seorang penasehat ekonomi negara yang jenius, reformis keuangan yang mengalami kesialan atau seorang penjahat yang jenius? Itu terserah penulis sejarah dan juga terserah kepada pembaca.
Cerita tentang John Law ini akan diawali dengan citra yang bernuansa negatif. Kemudian dengan cepat nuansanya akan berubah positif. Kadang John Law akan kita sebut reformis sistem moneter, kadang akan disebut penipu.
Pernahkan anda berpikir kenapa di Prancis banyak bank bernama ‘credit’, seperti Credit Mutuel, Credit Agricole, Credit Industriel ET Commercial, dan lain-lain. Kenapa kok tidak semuanya bernama bank? Tentunya ada sebabnya bukan?
Ada yang mengatakan bahwa dulunya orang Prancis pernah allergi terhadap kata bank. Karena ada suatu kejadian yang membuat mereka trauma terhadap bank. Walaupun mungkin secara perlahan-lahan trauma itu hilang dan sekarang kata bank juga sudah digunakan lagi.
Ada suatu kasus penipuan/pengelabuhan terkenal di Prancis yang melibatkan penguasa dan bank. Arsitek dari semua itu adalah seorang dari Scotlandia yang bernama John Law (1671 – 1729). Jadi jauh sebelum Ponzi hidup.
Johh Law lahir di tahun 1671 dari kalangan keluarga bankir kaya di Scotlandia. Pada umur 14 tahun dia sudah terlibat di dalam bisnis keluarga dan mempelajari seluk-beluk perbankan di bawah bimbingan ayahnya. John Law kemudian dikirim ke London untuk melanjutkan pendidikannya. Tetapi dia lebih menyukai hidup foya-foya sehingga pendidikannya ditinggalkannya.
Dalam perjalanan hidupnya dia terlibat dalam duel untuk memperebutkan seorang wanita murahan. Di dalam duel itu John menang dan lawannya mati. Karenanya Law dituntut pengadilan dengan tuduhan pembunuhan tingkat II (pembunuhan tanpa perencanaan) dan ancam hukuman mati. Kemudian tuntutan itu diturunkan menjadi pembunuhan tingkat III (kelalaian sehingga menghilangkan nyawa) dengan ancaman hukuman penjara dan denda. Ketika menjalani hukuman, dia berhasil meloloskan diri dan lari ke daratan Eropa, pada tahun 1694. Di Amsterdam ia melanjutkan pendidikannya dibidang perbankan dan finansial.
John Law kembali ke Scotladia pada tahun 1705. Dia mencoba mengembangkan pemikirannya tentang teori finansial dan keuangan. Salah satunya dituangkan dalam bukunya yang berjudul Money and Trade Considered, with a Proposal for Supplying the Nation with Money (1705). John Law berpendapat bahwa tugas negara yang paling utama ialah membuat negara dan rakyatnya menjadi makmur. Dan tidak seperti kepercayaan dimasa itu, John Law berpendapat bahwa uang kertas punya keunggulan di atas emas dan perak. Jumlah uang kertas yang diterbitkan bisa lebih banyak dibandingkan dengan uang emas dan uang perak. Dengan pertambahan uang yang beredar perdagangan serta bisnis bisa tumbuh berkembang. John Law percaya bahwa semakin banyak uang maka perdagangan dan bisnis bisa marak. Jadi dalam sistem uang kertas, perdagangan dan bisnis bisa lebih berkembang dibandingkan dengan negara dengan sistem uang sejati (emas dan perak). Selanjutnya kemakmuran akan meningkat dengan sendirinya. Negara bisa memperoleh peningkatan pendapatan dari pajak yang meningkat. Teori semacam ini dikemudian hari dianut oleh ekonom beraliran Keynesian moneterisme.
Di tahun 1705 itu juga John Law mengusulkan idenya ini kepada parlemen Scotland, tetapi ditolak. Dia berusaha mendekati banyak kepala negara dan membujuk mereka agar mau mencoba mereformasi sistem keuangannya dengan sistem gagasannya. Dimasa itu Prancis sedang mengalami kebangkrutan akibat pengeluaran Louis XIV yang besar untuk militer, aktivitas luar negri dan dalam negrinya. Louis XIV terlibat dalam 3 perang besar. Pertama, perang Belanda-Prancis (1672–1678) yaitu antara persekutuan yang dimotori oleh Belanda melawan persekutuan yang dimotori oleh Prancis. Kedua, perang 9 tahun (1688–1697) dengan aliansi yang dipimpin Anglo-Dutch Stadtholder- raja William III, kaisar Leopold I dari Roma, dan raja Charles II dari Spanyol. Dan yang ketiga adalah perang suksesi Spanyol-Prancis, dimana Philip V dari Spanyol mempunyai posisi yang unik. Dia disamping sebagai pewaris tahta Spanyol, dia juga pewaris tahta Prancis karena hubungan keluarga antara raja Spanyol sebelumnya dan raja Prancis. Kemungkinan penggabungan negara Spanyol dan Prancis menjadi negara super besar menakutkan negara-negara Eropa lainnya.
Louis XIV juga hidup dengan mewah di istananya di Versaille. Prancis berada di puncak kejayaannya, kebesarannya dan kemewahannya, tetapi punya ironi, yaitu hutangnya bertumpuk, dan boleh dikata Prancis bangkrut secara keuangan. Ini disebabkan karena perang dan kemewahan keluarga istana dan tidak adanya sistem yang melakukan pengelolaan keuangan negara. Lain halnya dengan Belanda dan Inggris yang mempunyai bank sentral yang bisa memberi pinjaman dalam jumlah besar kepada kerajaan untuk menunjang aktivitasnya dikala defisit, Prancis tidak memiliki bank sentral serta sistem finansial yang baik. Prancis memiliki hutang sebesar 3 milyar livre tournois (nama mata uang Prancis waktu itu) dan mengalami kesulitan untuk membayar bunganya. Dalam catatan sejarah dan novel Alexandre Dumas, disebutkan ada mata uang emas, louis d'or (6,75 gr emas) yang sampai tahun 1690 dinilai setara dengan 10 livre[1]. Dengan demikian 3 milyar livre setara dengan 2025 ton emas.
Kondisi keuangan seperti inilah yang cocok untuk menerapkan sistem finansial kreatif yang diciptakan oleh John Law yang digolongkan sebagai reformis dalam soal keuangan. Ini adalah sebagai alternatif dari menaikkan pajak. Untuk meningkatkan pendapatan pajak dengan cara menaikkannya akan sangat tidak populer. Oleh sebab itu solusinya adalah sebuah sistem finansial yang kreatif yang bisa mencetak uang yang terbuat dari bahan yang mudah diproduksi, yaitu kertas. Menurut Law:
Perdagangan dalam negri sangat bergantung pada uang. Lagi pula jumlah uang yang lebih banyak akan dapat mempekerjakan orang dan membuka lapangan kerja yang lebih banyak dibandingkan jumlah uang yang sedikit. Lebih banyak uang akan memperkaya negara.[2]
John Law berhasil meyakinkan Phillipe – Duc d’Orleans untuk membentuk bank sentral. Phillipe -Duc d’Orleans adalah wali dari raja Louis XV yang masih kanak-kanak. Jadi secara de facto Duc d’Orleans merupakan penguasa Prancis. Model sentral bank yang diusulkan John Law berbeda dengan bank sentral di Inggris. Bank sentral usulan John Law adalah bank yang menggunakan uang kertas sebagai alat pembayaran yang syah. Ketertarikan Duc d’Orleans usulan John Law juga didasari atas niatnya untuk menurunkan hutang pemerintah dan membangun koloninya di benua Amerika yang sekarang dikenal dengan nama Louisiana, daerah aliran sungai Mississippi. Dengan uang dari kertas, segala pembiayaan menjadi mudah. Tinggal cetak saja.
John Law diberi lisensi untuk mendirikan Banque Generale pada bulan Mei 1716. Bank ini diberi kekuasaan untuk mencetak, mengedarkan dan mengatur peredaran uang kertas livre. Uang ini dijamin bisa ditukar dengan emas dan perak sesuai dengan nilai nominalnya. Modal pertamanya adalah 6 juta livre[3]. Dari jumlah itu hanya 1,5 juta livre dalam bentuk uang sejati (uang perak), dan 4,5 juta livre dalam bentuk surat hutang pemerintah yang nilai pasarnya hanya 25%. Jadi nilai pasar dari modal Banque Generale yang sebenarnya hanya 2,6 juta livre[4].
Disamping Banque Generale, tahun 1717, sebuah perusahaan John Law bernama Mississippi Company juga diberi diberi konsesi selama 25 tahun untuk melakukan eksploitasi koloni Prancis disepanjang sungai Mississippi di Amerika Utara yang luas itu. Perusahaan ini kemudian diganti namanya menjadi Compagnie de la Louisiane ou d'Occident.
Hubungan antara kerajaan dan Banque Generale menjadi sangat dekat ketika Duc d’Orleans pada bulan April 1717 memutuskan semua dana pemerintah disimpan di Banque Generale dan semua pembayaran pajak harus dengan uang kertas livre. Pada saat itu jumlah uang kertas yang beredar sudah mencapai 60 juta livre, atau 10 kali lebih banyak dari modal awal nominal atau 23 kali nilai pasar awal. Kemudian tahun 1718, kerajaan memberikan jaminan atas uang kertas livre dan nama Banque Generale diganti menjadi Banque Royale – yang artinya kurang lebih bank kerajaan. Dan Law diangkat sebagai pengendali sistem keuangan negara.
Uang kertas pecahan 1000 livre semasa John Law
Tidak hanya itu, Perusahaan John Law, Compagnie atau Mississippi Company, mengambil alih semua hutang negara dan sebagai imbalannya dia diberi kekuasaan atas penarikan pajak, dan mencetakan uang dan koin selama 9 tahun. Akibatnya saham perusahaannya naik dengan cepat. Harga sahamnya awalnya hanya 500 livre (tahun 1717) dan menjadi 10.000 livre pada tahun 1719. Dan kemudian melonjak menjadi 18.000 livre pada tahun 1720 setelah membagikan dividen sebesar 40%.
Antara tahun 1717 sampai tahun 1720 adalah masa mania bagi saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident yang harganya naik 36 kali lipat. Padahal usaha riil dari perusahaan tidak ada. Aktivitas Compagnie de la Louisiane ou d'Occident masih dalam batas konsep dan rencana kerja saja. Apa yang bisa diharapkan dari 3 tahun pembangunan suatu daerah di tempat yang jauh seperti daerah Mississippi pada waktu itu. Tetapi yang namanya herd mentality, sekali bergerak, semua mengikutinya. Hal ini ditunjang juga dengan bertambahnya jumlah uang (kertas) yang beredar. Kerajaan bisa menghamburkan uang (kertas) dengan seenaknya, rakyatnya percaya bahwa uang kertas itu sama kwalitasnya dengan uang sejati (koin perak atau emas) dan ada penyalurannya yaitu saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident.
Persoalan muncul ketika dua orang pangeran memutuskan untuk melakukan aksi ambil untung. Sahamnya dijual dan uang kertasnya dibawa ke Banque Royale untuk ditukarkan dengan uang sejati (emas dan perak). Dan didasari oleh herd mentality, beberapa orang mengikuti jejak kedua pangeran ini, kemudian jumlahnya semakin banyak. Harga saham Compagnie de la Louisiane ou d'Occident jatuh dan tidak hanya itu, Banque Royale tidak mempunyai uang sejati (emas dan perak) yang cukup untuk nasabahnya yang mau menukarkan livre kertas dengan livre sejati. Memang uang kertas yang dicetak jumlahnya banyak dan tidak pernah dikaitkan dengan cadangan emas dan perak yang ada. Untuk mencegah derasnya penukaran uang livre kertas dengan uang livre sejati (emas dan perak) serta mempertahankan peredaran uang livre kertas, sebagai pengendali keuangan negara John Law bermain keras dan mengundangkan bahwa kepemilikan koin livre lebih dari 500 livre adalah tidak legal. Disamping itu dia juga mendevaluasi nilai mata uang kertas livre untuk membuat ekspor lebih kompetitif dan meningkat.
Dalam kekacauan ini akhirnya John Law dipecat. Ia melarikan diri dari Prancis ke Belanda. Dia hidup berpindah-pindah dan akhirnya mati pada tahun 1729 di Venesia, sembilan tahun setelah keluar dari Prancis.
John Law bisa disebut sebagai bapak ilmu keuangan dan dianggap sebagai pioneer dalam penggunaan uang kertas di dunia sekarang ini. Anggapan ini sebenarnya salah, karena jauh sebelumnya Cina telah menggunakan uang kertas sebagai pengganti uang sejati (emas dan perak) sejak abad ke 6. Uang kertas di Cina itu disebut feiqian (baca: fesien, artinya uang terbang, karena bisa diterbangkan angin. Konon, kata feiqian ini menjadi dasar kata efficient di dalam bahasa Inggris.
Prancis banyak belajar dari praktek-praktek yang dilakukan John Law. Enam dekade setelah enyahnya John Law, parlemen Prancis kembali mencetak uang kertas yang disebut assignants dengan didukung (dijamin) oleh harta yang disita dari gereja selama revolusi Prancis yang terkenal .
Revolusi Prancis membuat negara bangkrut dan membutuhkan uang. Mencetak uang seperti yang pernah dicontohkan John Law, dianggap bisa menyelamatkan negara. Awalnya hanya 400 juta livre di permulaan tahun 1789. Enam bulan kemudian ditambah 800 juta livre, sembilan bulan kemudian ditambah lagi 600 juta livre dan akhirnya pada tahun 1791 keseluruhannya menjadi 2,4 milyar livre.[5] Itu namanya hiperinflasi.
Harga-harga membumbung tinggi. Kenaikan gaji tidak bisa mengejar kenaikan harga barang. Rakyat yang kehilangan daya belinya merampok toko-toko. Kemudian pemerintah bereaksi. Diberlakukanlah operasi pasar dan pengotrolan harga. Hukuman mati bagi yang membedakan antara livre kertas dan livre sejati (koin perak) dalam penetapan harga barang.
Pencetakan livre kertas (assignants) terus berjalan. Tahun 1794 beredar 7 milyar livre politikus (kertas). Dipertengahan tahun 1795 mencapai 14 milyar livre. Akhirnya ketika mencapai 40 milyar livre, pencetakannya dihentikan.
Uang kertas baru kemudian diperkenalkan dengan nama mandat. Inipun hanya berumur dua tahun karena pada tahun 1797, mandat kehilangan 97% nilainya. Uang-uang kertas itu nilainya sama dengan kertas WC penyeka tinja. Akhirnya sistem mata uang sejati (emas dan perak) kembali diberlakukan.
(Bersambung...........)
[1] Currency in Dumas’ Novels, Wikipedia online Encyclopedia http://en.wikipedia.org/wiki/Currency_in_Dumas'_Musketeer_novels
[2] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm
[3] John Law and Mississippi Scheme, http://www.mapforum.com/05/law.htm
[4] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm
[5] Episode of Hyperinflation, San José State University Department of Economics, http://www.applet-magic.com/hyper.htm