PIBU 2010 DI DUNIA RAMAL MERAMAL EKONOMI
Minggu lalu, CEO diperusahaan saya bekerja berkunjung dari Malaysia ke kantor kami di Jakarta. Seperti biasanya dia menyempatkan diri melongok kamar kerja staff-staffnya. Ketika sampai di kamar kerja saya, seperti biasa dia menyapa saya dengan julukan ‘the gold-man’. Karena dia tahu bahwa saya punya investasi di emas yang besar. Tetapi untuk kali ini, saya mengkoreksinya dengan: “please call me Mr. US Dollar instead. I am switching my gold and silver to US dollar”.
“Are you serious? Dollar is going down.” Katanya.
“Yes, I am serious. Because US dollar is going up in the next 6 – 12 months.” Jawab saya.
“It cannot be. A lot of money printing”. Komentarnya lagi.
“Well....., the Fed can print as much money, but they could not siphon it out their vault.”
Cukup dulu sampai disini percakapan saya dengan CEO saya. Ada sifat yang saya miliki, yaitu ndableg dan tidak mudah percaya. Beberapa tahun lalu, seorang teman mengirimkan sebuah news letter dari Harry Dent yang mengatakan bahwa Dow akan ke 40,000 dalam 3-4 tahun mendatang. Walaupun Harry Dent mempunyai otoritas dan nama besar, kami di EOWI tidak takut berpegang pada opini kami, bahwa indeks Dow akan jatuh ke paling tidak 5,000.
Minggu ini mentri keuangan Indonesia meramalkan bahwa akan ada banjir liquiditas pada tahun 2010. Kami tidak tahu apakah mbak Ani (Sri Mulyani) atau staffnya membaca ulasan Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI) minggu lalu mengenai penerbitan surat hutang dalam dollar oleh negara maju ( Dollar Dicari?) dan kemudian mengekstrapolasikannya, entahlah. Kalau memang benar bahwa sumbernya dari EOWI, sayangnya ketika mengekstrapolasikannya beliau-beliau ini tidak konsultasi dengan kami sehingga hasil ekstrapolasi bisa selaras dengan EOWI. Sekarang opini departemen keuangan berbeda dengan kesimpulan EOWI. Bahkan beberapa diantaranya bertolak belakang.
Bisa saja ide ini datangnya murni dari staff mbak Ani, tanpa melirik EOWI. Apapun jalurnya dan bagaimanapun sampainya pada kesimpulan ini, tidaklah penting. Yang lebih penting adalah kesimpulannya itu sendiri. Materi kesimpulan itulah yang akan kita bahas. Mari kita simak beritanya di detikfinance. EOWI akan memberi komentar di berita ini.
http://www.detikfinance.com/read/2009/09/30/132529/1211833/4/menkeu-2010-dunia-banjir-surat-utang
Rabu, 30/09/2009 13:25 WIB
Menkeu: 2010 Dunia Banjir Surat Utang
Ramdhania El Hida - detikFinance
Jakarta - Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani mengatakan pasca krisis ekonomi global yang terjadi di 2008 dan 2009, dunia mulai melakukan pemulihan melalui anggaran stimulus fiskal di 2010.
Untuk membiayainya maka negara-negara di dunia akan menerbitkan surat utang sehingga dunia akan kebanjiran surat utang, ini menjadi kewaspadaan tersendiri bagi APBN 2010.
"Penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal dan perbaikan sektor perbankan akan menyebabkan terjadinya crowding out, kompetisi sumber pembiayaan defisit," ujar Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/9/2009).
Komentar EOWI: pernyataan ini akan menjadi premis ini yang akan medasari kesimpulan berikut ini.
Sri Mulyani mengatakan hal lain yang perlu diwaspadai di 2010 adalah ekspansi moneter di seluruh dunia yang akan menyebabkan ancaman meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan inflasi di 2010 diwaspadai melonjak.
Komentar EOWI: Mbak Ani lupa bahwa di samping pemerintah, masih ada rakyat sebagai pelaku ekonomi. Kecenderungannya sekarang ialah bahwa konsumen (rakyat) lebih suka menabung untuk persiapan jika diPHK dan enggan melakukan konsumsi. Jadi peningkatan aktivitas ekonomi tahun 2010 hanya di sektor pengeluaran pemerintah. Sedang rakyat akan menurun, apa lagi di US dan Eropa yang terlibas resesi berat. Tingkat pengangguran di US masih meningkat sampai mendekati 10% (angka resmi, sedang angka tidak resmi bisa 18%). Dan pengeluaran pemerintah sifatnya tidak mempunyai multiplier effect. Dampaknya terhadap ekonomi tumpul. Ini akan kita bahas di pasal tersendiri. Lagi pula, selama the Fed tidak menjadi lender for the last resort untuk negara-negara yang mengeluarkan bond ini, maka the Fed tidak akan mencetak uang. Dollar tidak akan mengalami pertumbuhan.
"Kedua faktor di atas akan menyebabkan kecenderungan meningkatnya suku bunga internasional yang akan menyebabkan tekanan pada biaya penerbitan surat berharga," jelasnya.
Komentar EOWI: Suku bunga yang mana? US treasury Bond? Atau bond Indonesia atau bond Jerman? EOWI berpendapat bahwa US treasury tidak akan melonjak, tetapi suku bunga surat hutang Indonesia, Jerman, Canada dalam dollar bisa meningkat. Kita akan bahas lagi di bawah.
Hal ini jelas akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan APBN 2010, dan bisa-bisa biaya utang pemerintah semakin mahal di 2010 karena ketatnya kompetisi penerbitan surat utang oleh negara-negara di dunia untuk menyokong perekonomiannya.
Komentar EOWI: Suatu konsekwensi logis.
ANATOMI KRISIS
Saya tidak akan capek menerangkan model yang EOWI percayai. Benih-benih krisis yang terjadi saat ini adalah ekspansi kredit yang ditebarkan bertahun-tahun lalu. Karena ketersediaan kredit yang mudah, konsumer melakukan konsumsi sampai lupa diri. Kredit mengalami ekspansi disamping untuk konsumsi, juga mengejar aset-aset seperti rumah dan saham, termasuk emas, perak dan bahan komoditi. Bubble asset yang menpunyai dampak multipier adalah rumah di US dan Eropa. Harga rumah naik lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan perorangan (gaji). Lama-lama harga rumah berada di luar jangkauan konsumen. Karena harganya naik, maka konsumen menggunakan rumah sebagai ATMnya. Konsumen mengagunkan rumahnya dengan harga pasar yang sudah tinggi dan terus meningkat untuk memperoleh kredit yang digunakan untuk konsumsi. Bahkan sebagian mengambil kredit rumah ke II atau ke III untuk spekulasi, karena harganya naik terus. Konsumsi di US dan Eropa marak, pabrik-pabrik didirikan di Cina. Bahan tambang digali di Indonesia, Australia, Canada, Afrika dan Timur Tengah. Pendek kata ekonomi dunia marak. Maraknya ekonomi dunia saat itu tidak akan langgeng karena ditunjang oleh kredit bukan oleh tabungan dan kerja keras. Ibaratnya kalau ada seseorang datang berhutang ke warung anda. Sekali dua kali anda akan memberinya. Tetapi kalau sudah kebanyakan, tentunya anda akan lebih berhati-hati. Anda akan menghitung kembali apakah kenaikan hutangnya lebih cepat dari kenaikan gajinya, sebagai indikator kemampuan membayar hutangnya. Kalau dia pengangguran, maka kemungkinan besar anda akan menstop pemberian hutang kepadanya.
Dalam kondisi booming semacam ini yang banyak meningkat adalah komponen kredit dalam supply uang M3, bukan M1. Dalam kaitannya dengan Fractional Reserve Banking (FRB), yang kita pernah bahas di : KRISMON 2008-2010 DAN FRACTIONAL RESERVE BANKING (II) - FRACTIONAL RESERVE BANKING DAN KRISIS EKONOMI, untuk tiap dollar cadangan uang (monetary base), bisa menjelma menjadi 10 dollar melalui penciptaan kredit. Ini yang disebut effek multipier. Kredit yang berekspansi terutama di sektor konsumsi dan spekulasi yang ditunjang oleh sektor konsumsi. Misalnya sebuah perusahaan manufakturing atau pertambangan, meminta kredit untuk ekspansi. Kredit untuk ekspansi ini tidak lain adalah spekulasi yang didasari oleh demand (permintaan) yang fiktif yang diwujudkan dengan peningkatan kapasitas produksi. Saya katakan sebagai permintaan fiktif karena begitu sumber kredit mengering maka permintaan itu hilang dan yang tersisa adalah kelebihan kapasitas produksi.
THE FED BOLEH MENCETAK UANG, TETAPI......
Pada dasarnya the Fed sudah mencetak uang banyak sejak krisis ekonomi. Monetary basenya kurang lebih naik 100% (Chart-1). Tetapi sampai saat ini kita tidak melihat angka pengangguran di US berhenti menanjak. Dari bulan ke bulan terus menanjak sampai terakhir mencapai 9.8% (angka resmi yang bias).
Chart-2 menunjukkan M3 yang datanya saya peroleh dari Nowandthefuture.com (Thanks to Bart the site editor who allowed EOWI to access the data). Walaupun the Fed telah memompakan monetary base nya hampir $ 1 triliun (menjadi $1.8 triliun), tetapi sejak April 09, M3 berkontraksi $ 500 milyar (kurva biru). Untuk kwartral per kwartal (QoQ, kurva merah) kecepatan kontraksinya hampir mencapai 4%. Mesin cetak the Fed kalah cepat dalam mengimbangi laju deflasi sehingga terjadi net kontraksi kredit. Dengan kata lain, the Fed tidak bisa menghindarkan US dari deflasi.
Chart 1
Catatan the Fed sudah menghentikan pelaporan M3, tetapi beberapa situs berusaha menghitungnya, seperti situs Nowandthefuture.com.
Besarnya monetary base (uang dasar) yang saat ini adalah $ 1.8 triliun, dibandingkan dengan M3 hanyalah sekitar 1/8 kalinya saja (M3 saat ini besarnya $14 triliun kurang). Untuk membendung terjadinya deflasi, pemerintah harus melakukan pengeluaran yang besar sekali. Itu baru terhadap M3. Bagaimana terhadap kredit (kredit perumahan, kredit konsumsi, pinjaman mahasiswa, dsb) yang sekarang mencapai $ 55 triliun. Secara y-o-y uang dan kredit di US mengalami kontraksi 1.5% (Chart-3) dan bertambah cepat. Jadi defisit pemerintah US sebesar $ 1.7 triliun, yang digunakan untuk memompakan liquiditi, menstimulir ekonomi dan mencegah deflasi nampaknya kalah cepat dengan kontraksi kredit swasta.
Kalau anda melihat data ini, bagaimana opini anda kalau mbak Ani dan staffnya mengatakan banjir liquidity, inflasi? Kalau maksudnya liquiditi US dollar, inflasi US dollar, EOWI meragukannya. Untuk banjir liquiditi rupiah masih mungkin. Kalau US dollar EOWI masih meragukannya. Yang bisa saya katakan sampai saat ini ialah, kalau memang rupiah masih ekspansi, maka US dollar akan rally terhadap rupiah.
Chart 2
Bagaimana dengan investor bond. Nampaknya investor bond bersiap-siap menyongsong resesi. Investor bond lari ke US treasury (baca: memborong). Akibatnya suku bunga long term treasury turun (harga bond naik). Ini sudah dimulai sejak Juni 09 lalu (Chart-4).
Chart 3
Chart 4
BELANJA PEMERINTAH TIDAK EFFEKTIF MENSTIMULIR EKONOMI
Untuk US, belanja pemerintah yang hanya $6.4 triliun bukan apa-apa dibandingkan dengan jumlah kredit yang $55 triliun, hampir 10 kali lipat. Artinya untuk setiap 1% kontraksi kredit harus diimbangi dengan 10% kenaikkan budget supaya bisa mencegah deflasi. Ini akan membuat mata pembayar pajak terbelalak jika kwitansinya ditagih kepada mereka.
Disamping ukuran kontraksi kredit yang dihadapi pemerintah, stimulus pemerintah tidak memberikan dampak multiplier. Misalnya penyelamatan AIG, Freddie & Fannie Mae, General Motors, Northern Rock, atau Bank Century, uang itu tidak masuk ke ekonomi atau hanya sementara saja. Dana yang digunakan untuk kapitalisasi bank-bank sakit larinya ke tempat yang aman yaitu treasury bond (sayang bukan emas), bukan disalurkan untuk kredit. Hal ini dikarenakan oleh bank tidak mau memberikan kredit dan konsumen menghentikan pengambilan kredit. Sedangkan untuk program seperti “cash for clunker”, itu juga konyol. “Cash for clunker” pada dasarnya menyuruh orang membuang mobilnya yang masih berfungsi. Cara konsumsi yang gila.
Parahnya lagi, untuk menutup defisit belanja (karena giatnya program stimulus), pemerintah disamping mengeluarkan surat hutang, juga menaikkan pajak. Targetnya biasanya kelas menengah-atas. Di US, akan ada kenaikkan pajak untuk kelas yang dimaksud. Di Indonesia, ada pajak barang mewah baru yang akan diberlakukan. Politikus yang anda pilih untuk mewakili anda sekarang akan memberlakukan kenaikkan pajak penjualan barang mewah, dari 75% menjadi 200%. Alasannya bahwa yang terkena hanya orang yang berpenghasilan tinggi. Entah apa yang diminum wakil yang anda pilih itu ketika rancang perubahan ini. Mereka tidak pernah berpikir bahwa pelayan toko yang menjual barang mewah ini bukan dari kelas menengah atas. Juga tukan sapunya, juga satpam tokonya. Kalau barang ini rusak, montir dan pekerja reparasi juga bukan orang kaya. Apakah mereka tidak akan terkena dampaknya. Bagaimana kalau keuntungan tokonya, distributornya, angkutannya, dan sederet bisnis yang ada kaitannya dengan barang mewah ini mengalami penurunan keuntungan atau bangkrut? Herannya dari waktu ke waktu masih ada orang yang mau memilih wakilnya yang cenderung menyengsarakannya.
Pemberlakuan kenaikan pajak penjualan barang akan menyebabkan harga TV plasma naik dari, misalnya Rp 4 juta ke Rp 7 juta. Jadi jangan harap konsumen akan lebih aktif, bahkan sebaliknya. Konsumen akan lebih mengetatkan ikat pinggang dan ekonomi semakin lamban.
Jadi, pemerintah mengambil uang yang mempunyai dampak berganda terhadap ekonomi dan disalurkan ke ekonomi tempat yang tidak effisien.
INFLASI YANG MANA RUPIAH ATAU DOLLAR?
Dalam pernyataan mbak Any dan juga dalam ulasan EOWI “Dollar Dicari?” dikatakan bahwa banyak negara-negara maju (dan juga negara berkembang) berbondong-bondong mengeluarkan surat hutang dalam US dollar. Latar belakangnya mungkin untuk memperkuat cadangan devisanya sehingga bisa mempertahankan mata uangnya. Bisa juga tidak ada investor dalam negrinya yang mau membeli bond dengan mata uang lokal. Selama the Fed tidak menjadi lender for the last resort untuk bond-bond ini, maka investor swasta yang akan menjadi tumpuan utama sebagai pembeli bond-bond ini. Investor bond punya pilihan, apakah akan ke US treasury atau bond-bond yang baru dikeluarkan ini. Ini bisa (tidak selalu) membuat suku bunga akan naik, tergantung perbandingan potensi tekanan deflasi dengan budget pemerintah.
Sebagai perbandingan, saat ini jumlah kredit di Indonesia setara $ 138 milyar. Sedangkan belanja pemerintah adalah $90 milyar. Antara jumlah kredit di Indonesia hampir sama dengan belanja pemerintah. Artinya tindakan inflationary pemerintah punya kekuatan yang seimbang dengan potensi kontraksi kredit. Jadi untuk rupiah, inflasi masih bisa terjadi, dan sangat mungkin. Oleh sebab itu, hati-hati dengan rupiah.
Jakarta 3 Oktober 2009
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
Minggu lalu, CEO diperusahaan saya bekerja berkunjung dari Malaysia ke kantor kami di Jakarta. Seperti biasanya dia menyempatkan diri melongok kamar kerja staff-staffnya. Ketika sampai di kamar kerja saya, seperti biasa dia menyapa saya dengan julukan ‘the gold-man’. Karena dia tahu bahwa saya punya investasi di emas yang besar. Tetapi untuk kali ini, saya mengkoreksinya dengan: “please call me Mr. US Dollar instead. I am switching my gold and silver to US dollar”.
“Are you serious? Dollar is going down.” Katanya.
“Yes, I am serious. Because US dollar is going up in the next 6 – 12 months.” Jawab saya.
“It cannot be. A lot of money printing”. Komentarnya lagi.
“Well....., the Fed can print as much money, but they could not siphon it out their vault.”
Cukup dulu sampai disini percakapan saya dengan CEO saya. Ada sifat yang saya miliki, yaitu ndableg dan tidak mudah percaya. Beberapa tahun lalu, seorang teman mengirimkan sebuah news letter dari Harry Dent yang mengatakan bahwa Dow akan ke 40,000 dalam 3-4 tahun mendatang. Walaupun Harry Dent mempunyai otoritas dan nama besar, kami di EOWI tidak takut berpegang pada opini kami, bahwa indeks Dow akan jatuh ke paling tidak 5,000.
Minggu ini mentri keuangan Indonesia meramalkan bahwa akan ada banjir liquiditas pada tahun 2010. Kami tidak tahu apakah mbak Ani (Sri Mulyani) atau staffnya membaca ulasan Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI) minggu lalu mengenai penerbitan surat hutang dalam dollar oleh negara maju ( Dollar Dicari?) dan kemudian mengekstrapolasikannya, entahlah. Kalau memang benar bahwa sumbernya dari EOWI, sayangnya ketika mengekstrapolasikannya beliau-beliau ini tidak konsultasi dengan kami sehingga hasil ekstrapolasi bisa selaras dengan EOWI. Sekarang opini departemen keuangan berbeda dengan kesimpulan EOWI. Bahkan beberapa diantaranya bertolak belakang.
Bisa saja ide ini datangnya murni dari staff mbak Ani, tanpa melirik EOWI. Apapun jalurnya dan bagaimanapun sampainya pada kesimpulan ini, tidaklah penting. Yang lebih penting adalah kesimpulannya itu sendiri. Materi kesimpulan itulah yang akan kita bahas. Mari kita simak beritanya di detikfinance. EOWI akan memberi komentar di berita ini.
http://www.detikfinance.com/read/2009/09/30/132529/1211833/4/menkeu-2010-dunia-banjir-surat-utang
Rabu, 30/09/2009 13:25 WIB
Menkeu: 2010 Dunia Banjir Surat Utang
Ramdhania El Hida - detikFinance
Jakarta - Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani mengatakan pasca krisis ekonomi global yang terjadi di 2008 dan 2009, dunia mulai melakukan pemulihan melalui anggaran stimulus fiskal di 2010.
Untuk membiayainya maka negara-negara di dunia akan menerbitkan surat utang sehingga dunia akan kebanjiran surat utang, ini menjadi kewaspadaan tersendiri bagi APBN 2010.
"Penerbitan surat utang oleh banyak negara maju untuk membiayai stimulus fiskal dan perbaikan sektor perbankan akan menyebabkan terjadinya crowding out, kompetisi sumber pembiayaan defisit," ujar Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (30/9/2009).
Komentar EOWI: pernyataan ini akan menjadi premis ini yang akan medasari kesimpulan berikut ini.
Sri Mulyani mengatakan hal lain yang perlu diwaspadai di 2010 adalah ekspansi moneter di seluruh dunia yang akan menyebabkan ancaman meningkatnya likuiditas global secara pesat dan akan menimbulkan inflasi di 2010 diwaspadai melonjak.
Komentar EOWI: Mbak Ani lupa bahwa di samping pemerintah, masih ada rakyat sebagai pelaku ekonomi. Kecenderungannya sekarang ialah bahwa konsumen (rakyat) lebih suka menabung untuk persiapan jika diPHK dan enggan melakukan konsumsi. Jadi peningkatan aktivitas ekonomi tahun 2010 hanya di sektor pengeluaran pemerintah. Sedang rakyat akan menurun, apa lagi di US dan Eropa yang terlibas resesi berat. Tingkat pengangguran di US masih meningkat sampai mendekati 10% (angka resmi, sedang angka tidak resmi bisa 18%). Dan pengeluaran pemerintah sifatnya tidak mempunyai multiplier effect. Dampaknya terhadap ekonomi tumpul. Ini akan kita bahas di pasal tersendiri. Lagi pula, selama the Fed tidak menjadi lender for the last resort untuk negara-negara yang mengeluarkan bond ini, maka the Fed tidak akan mencetak uang. Dollar tidak akan mengalami pertumbuhan.
"Kedua faktor di atas akan menyebabkan kecenderungan meningkatnya suku bunga internasional yang akan menyebabkan tekanan pada biaya penerbitan surat berharga," jelasnya.
Komentar EOWI: Suku bunga yang mana? US treasury Bond? Atau bond Indonesia atau bond Jerman? EOWI berpendapat bahwa US treasury tidak akan melonjak, tetapi suku bunga surat hutang Indonesia, Jerman, Canada dalam dollar bisa meningkat. Kita akan bahas lagi di bawah.
Hal ini jelas akan menjadi ancaman bagi keberlangsungan APBN 2010, dan bisa-bisa biaya utang pemerintah semakin mahal di 2010 karena ketatnya kompetisi penerbitan surat utang oleh negara-negara di dunia untuk menyokong perekonomiannya.
Komentar EOWI: Suatu konsekwensi logis.
ANATOMI KRISIS
Saya tidak akan capek menerangkan model yang EOWI percayai. Benih-benih krisis yang terjadi saat ini adalah ekspansi kredit yang ditebarkan bertahun-tahun lalu. Karena ketersediaan kredit yang mudah, konsumer melakukan konsumsi sampai lupa diri. Kredit mengalami ekspansi disamping untuk konsumsi, juga mengejar aset-aset seperti rumah dan saham, termasuk emas, perak dan bahan komoditi. Bubble asset yang menpunyai dampak multipier adalah rumah di US dan Eropa. Harga rumah naik lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan perorangan (gaji). Lama-lama harga rumah berada di luar jangkauan konsumen. Karena harganya naik, maka konsumen menggunakan rumah sebagai ATMnya. Konsumen mengagunkan rumahnya dengan harga pasar yang sudah tinggi dan terus meningkat untuk memperoleh kredit yang digunakan untuk konsumsi. Bahkan sebagian mengambil kredit rumah ke II atau ke III untuk spekulasi, karena harganya naik terus. Konsumsi di US dan Eropa marak, pabrik-pabrik didirikan di Cina. Bahan tambang digali di Indonesia, Australia, Canada, Afrika dan Timur Tengah. Pendek kata ekonomi dunia marak. Maraknya ekonomi dunia saat itu tidak akan langgeng karena ditunjang oleh kredit bukan oleh tabungan dan kerja keras. Ibaratnya kalau ada seseorang datang berhutang ke warung anda. Sekali dua kali anda akan memberinya. Tetapi kalau sudah kebanyakan, tentunya anda akan lebih berhati-hati. Anda akan menghitung kembali apakah kenaikan hutangnya lebih cepat dari kenaikan gajinya, sebagai indikator kemampuan membayar hutangnya. Kalau dia pengangguran, maka kemungkinan besar anda akan menstop pemberian hutang kepadanya.
Dalam kondisi booming semacam ini yang banyak meningkat adalah komponen kredit dalam supply uang M3, bukan M1. Dalam kaitannya dengan Fractional Reserve Banking (FRB), yang kita pernah bahas di : KRISMON 2008-2010 DAN FRACTIONAL RESERVE BANKING (II) - FRACTIONAL RESERVE BANKING DAN KRISIS EKONOMI, untuk tiap dollar cadangan uang (monetary base), bisa menjelma menjadi 10 dollar melalui penciptaan kredit. Ini yang disebut effek multipier. Kredit yang berekspansi terutama di sektor konsumsi dan spekulasi yang ditunjang oleh sektor konsumsi. Misalnya sebuah perusahaan manufakturing atau pertambangan, meminta kredit untuk ekspansi. Kredit untuk ekspansi ini tidak lain adalah spekulasi yang didasari oleh demand (permintaan) yang fiktif yang diwujudkan dengan peningkatan kapasitas produksi. Saya katakan sebagai permintaan fiktif karena begitu sumber kredit mengering maka permintaan itu hilang dan yang tersisa adalah kelebihan kapasitas produksi.
THE FED BOLEH MENCETAK UANG, TETAPI......
Pada dasarnya the Fed sudah mencetak uang banyak sejak krisis ekonomi. Monetary basenya kurang lebih naik 100% (Chart-1). Tetapi sampai saat ini kita tidak melihat angka pengangguran di US berhenti menanjak. Dari bulan ke bulan terus menanjak sampai terakhir mencapai 9.8% (angka resmi yang bias).
Chart-2 menunjukkan M3 yang datanya saya peroleh dari Nowandthefuture.com (Thanks to Bart the site editor who allowed EOWI to access the data). Walaupun the Fed telah memompakan monetary base nya hampir $ 1 triliun (menjadi $1.8 triliun), tetapi sejak April 09, M3 berkontraksi $ 500 milyar (kurva biru). Untuk kwartral per kwartal (QoQ, kurva merah) kecepatan kontraksinya hampir mencapai 4%. Mesin cetak the Fed kalah cepat dalam mengimbangi laju deflasi sehingga terjadi net kontraksi kredit. Dengan kata lain, the Fed tidak bisa menghindarkan US dari deflasi.
Chart 1
Catatan the Fed sudah menghentikan pelaporan M3, tetapi beberapa situs berusaha menghitungnya, seperti situs Nowandthefuture.com.
Besarnya monetary base (uang dasar) yang saat ini adalah $ 1.8 triliun, dibandingkan dengan M3 hanyalah sekitar 1/8 kalinya saja (M3 saat ini besarnya $14 triliun kurang). Untuk membendung terjadinya deflasi, pemerintah harus melakukan pengeluaran yang besar sekali. Itu baru terhadap M3. Bagaimana terhadap kredit (kredit perumahan, kredit konsumsi, pinjaman mahasiswa, dsb) yang sekarang mencapai $ 55 triliun. Secara y-o-y uang dan kredit di US mengalami kontraksi 1.5% (Chart-3) dan bertambah cepat. Jadi defisit pemerintah US sebesar $ 1.7 triliun, yang digunakan untuk memompakan liquiditi, menstimulir ekonomi dan mencegah deflasi nampaknya kalah cepat dengan kontraksi kredit swasta.
Kalau anda melihat data ini, bagaimana opini anda kalau mbak Ani dan staffnya mengatakan banjir liquidity, inflasi? Kalau maksudnya liquiditi US dollar, inflasi US dollar, EOWI meragukannya. Untuk banjir liquiditi rupiah masih mungkin. Kalau US dollar EOWI masih meragukannya. Yang bisa saya katakan sampai saat ini ialah, kalau memang rupiah masih ekspansi, maka US dollar akan rally terhadap rupiah.
Chart 2
Bagaimana dengan investor bond. Nampaknya investor bond bersiap-siap menyongsong resesi. Investor bond lari ke US treasury (baca: memborong). Akibatnya suku bunga long term treasury turun (harga bond naik). Ini sudah dimulai sejak Juni 09 lalu (Chart-4).
Chart 3
Chart 4
BELANJA PEMERINTAH TIDAK EFFEKTIF MENSTIMULIR EKONOMI
Untuk US, belanja pemerintah yang hanya $6.4 triliun bukan apa-apa dibandingkan dengan jumlah kredit yang $55 triliun, hampir 10 kali lipat. Artinya untuk setiap 1% kontraksi kredit harus diimbangi dengan 10% kenaikkan budget supaya bisa mencegah deflasi. Ini akan membuat mata pembayar pajak terbelalak jika kwitansinya ditagih kepada mereka.
Disamping ukuran kontraksi kredit yang dihadapi pemerintah, stimulus pemerintah tidak memberikan dampak multiplier. Misalnya penyelamatan AIG, Freddie & Fannie Mae, General Motors, Northern Rock, atau Bank Century, uang itu tidak masuk ke ekonomi atau hanya sementara saja. Dana yang digunakan untuk kapitalisasi bank-bank sakit larinya ke tempat yang aman yaitu treasury bond (sayang bukan emas), bukan disalurkan untuk kredit. Hal ini dikarenakan oleh bank tidak mau memberikan kredit dan konsumen menghentikan pengambilan kredit. Sedangkan untuk program seperti “cash for clunker”, itu juga konyol. “Cash for clunker” pada dasarnya menyuruh orang membuang mobilnya yang masih berfungsi. Cara konsumsi yang gila.
Parahnya lagi, untuk menutup defisit belanja (karena giatnya program stimulus), pemerintah disamping mengeluarkan surat hutang, juga menaikkan pajak. Targetnya biasanya kelas menengah-atas. Di US, akan ada kenaikkan pajak untuk kelas yang dimaksud. Di Indonesia, ada pajak barang mewah baru yang akan diberlakukan. Politikus yang anda pilih untuk mewakili anda sekarang akan memberlakukan kenaikkan pajak penjualan barang mewah, dari 75% menjadi 200%. Alasannya bahwa yang terkena hanya orang yang berpenghasilan tinggi. Entah apa yang diminum wakil yang anda pilih itu ketika rancang perubahan ini. Mereka tidak pernah berpikir bahwa pelayan toko yang menjual barang mewah ini bukan dari kelas menengah atas. Juga tukan sapunya, juga satpam tokonya. Kalau barang ini rusak, montir dan pekerja reparasi juga bukan orang kaya. Apakah mereka tidak akan terkena dampaknya. Bagaimana kalau keuntungan tokonya, distributornya, angkutannya, dan sederet bisnis yang ada kaitannya dengan barang mewah ini mengalami penurunan keuntungan atau bangkrut? Herannya dari waktu ke waktu masih ada orang yang mau memilih wakilnya yang cenderung menyengsarakannya.
Pemberlakuan kenaikan pajak penjualan barang akan menyebabkan harga TV plasma naik dari, misalnya Rp 4 juta ke Rp 7 juta. Jadi jangan harap konsumen akan lebih aktif, bahkan sebaliknya. Konsumen akan lebih mengetatkan ikat pinggang dan ekonomi semakin lamban.
Jadi, pemerintah mengambil uang yang mempunyai dampak berganda terhadap ekonomi dan disalurkan ke ekonomi tempat yang tidak effisien.
INFLASI YANG MANA RUPIAH ATAU DOLLAR?
Dalam pernyataan mbak Any dan juga dalam ulasan EOWI “Dollar Dicari?” dikatakan bahwa banyak negara-negara maju (dan juga negara berkembang) berbondong-bondong mengeluarkan surat hutang dalam US dollar. Latar belakangnya mungkin untuk memperkuat cadangan devisanya sehingga bisa mempertahankan mata uangnya. Bisa juga tidak ada investor dalam negrinya yang mau membeli bond dengan mata uang lokal. Selama the Fed tidak menjadi lender for the last resort untuk bond-bond ini, maka investor swasta yang akan menjadi tumpuan utama sebagai pembeli bond-bond ini. Investor bond punya pilihan, apakah akan ke US treasury atau bond-bond yang baru dikeluarkan ini. Ini bisa (tidak selalu) membuat suku bunga akan naik, tergantung perbandingan potensi tekanan deflasi dengan budget pemerintah.
Sebagai perbandingan, saat ini jumlah kredit di Indonesia setara $ 138 milyar. Sedangkan belanja pemerintah adalah $90 milyar. Antara jumlah kredit di Indonesia hampir sama dengan belanja pemerintah. Artinya tindakan inflationary pemerintah punya kekuatan yang seimbang dengan potensi kontraksi kredit. Jadi untuk rupiah, inflasi masih bisa terjadi, dan sangat mungkin. Oleh sebab itu, hati-hati dengan rupiah.
Jakarta 3 Oktober 2009
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
4 comments:
bung Imam,
pada level berapa sebaiknya kita membeli dollar? saat ini sudah mencapai 9400, dan diprediksi bakal turun lagi sampe angka 9000 pada akhir tahun.
dan menurut prediksi bung Imam, 6-12 bulan mendatang dolar bisa mencapai angka berapa??
apa bisa sampe 15000 seperti tahun 98?
siklus 10 tahunankah ini??
Bagaimana jika dollar bisa keluar dari ruang penyimpanannya lewat pasar saham, futures, forex, dll?
Seperti yang terlihat di sana akhir-akhir ini dimana harga-harga saham dan komoditi menguat tajam. Dimana dollar dipakai sebagai alat tukar untuk membelinya. Kalau begitu dollar akan turun juga dong. Jangan lupa uang tidak hanya bisa mengalir ke sektor rill, tapi juga ke sektor finansial. Jadi menurut saya dolar tidak akan naik, mungkin sampai masa mania dimulai.
pak IS,
koq dolar kmrn jatuh banget ya..hikz
mike
kemungkinan Dollar baru akan naik lagi setelah The FED merevisi suku bunganya...5-10 tahun kedepan AS tetap mendominasi jalur Minyak dan jual beli peralatan Militer dunia ....Wallahu alam
Post a Comment