DEFINISI KE-TIDAK-WARASAN (INSANITY)
Apa itu ke-tidak-warasan? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ambilkan pendapat dari seorang yang sudah dikenal genius, yaitu Albert Einstein. Mungkin dia benar-benar genius atau dipersepsikan genius, kami tidak tahu.
Kalau anda seorang psikiater dan tidak setuju dengan pendapat Einstein, silahkan berdebat dengan dia. Saya tidak mau berdebat dengan anda. Karena, saya akan menyuruh anda berpikir dan merenungkan pendapat Einstein ini. Kalau anda masih berbeda pendapat lagi, saya akan mengacuhkan anda karena, ada dua kemungkinan bahwa anda tolol (dan unversitas yang memberi gelar anda juga institusi tolol) atau anda juga gila.
Ini kata Einstein: “Ketidak-warasan adalah: melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda”.
Dalam bahasa Inggris bunyinya:
“Insanity:doing the same thing over and over and expecting different results.”
Akhir-akhir ini Indonesia ditimpa ‘musibah’. Saya gunakan tanda petik, karena hal inilah yang mau kita bahas dan akhirnya mau menjatuhkan vonis bahwa manusia Indonesia, kebanyakan, sudah tidak waras. Mereka perlu makan serenase, atau haldol untuk meluruskan cara berpikirnya.
MANUSIA PURBA DAN MANUSIA MODERN PECUNDANG
Nenek moyang kita, hidup berpindah-pindah. Awalnya mereka menempati suatu daerah dan hidup disana. Membangun tempat tinggal dan menetap disana. Tetapi mereka tidak selamanya tinggal disitu. Pada saat daya dukung daerah itu sudah sudah berkurang dan hilang, maka mereka pindah. Keputusan yang waras. Kenapa harus tinggal di tempat yang tidak nyaman dan tidak menjanjikan?
Perpindahan/migrasi ini tidak hanya terjadi pada generasi pemburu-dan-pengumpul makanan (hunters dan gatherers), tetapi juga generasi yang lebih maju, petani dan pedagang. Kita lihat betapa banyaknya kota-kota yang hilang, yang ditinggalkan penduduknya, seperti Angkor Wat, Machu Picchu, Chichen Itza, Luxor, Akhetaten, Memphis, Leptis Magna, Carthage Angkor Wat, Ayutthaya. Kita pernah bahas hal ini di DUBAI CALON KOTA HANTU?. Penduduk kota-kota ini bukanlah pemburu dan pengumpul-makanan. Pertanian dan kemampuan rekayasa (engineering) mereka sudah tinggi dan dibuktikan oleh bangunan-bangunan yang mereka tinggalkan.
Bagaimana dengan manusia Jakarta – Jabotabek? Jabotabek saya jadikan kasus, tetapi hal ini berlaku juga untuk daerah-daerah lainnya.
Saya punya teman yng tinggal di Kampung Melayu yang setiap 4 tahun sekali harus ganti tv dan peralatan elektroniknya. Itu 20 tahun lalu. Mungkin sekarang dia harus lebih sering menggantinya. Pasalnya dulu setiap 4 tahun sekali rumahnya kena banjir. Saya pernah menganjurkan dia untuk memiliki perahu, sehingga kalau banjir, barang-barang elektroniknya bisa diselamatkan. Bahkan saya disainkan sebuah tempat tidur yang bisa diubah menjadi perahu ketika banjir. Dia tidak pernah menggubris anjuran saya. Dia berharap apa yang dilakukannya selama ini (itu-itu saja dan tidak berubah), akan menghasilkan perbedaan. Akan menyelesaikan masalahnya. Itu terjadi dari 20 tahun lalu sampai sekarang.
Apa itu ke-tidak-warasan? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ambilkan pendapat dari seorang yang sudah dikenal genius, yaitu Albert Einstein. Mungkin dia benar-benar genius atau dipersepsikan genius, kami tidak tahu.
Kalau anda seorang psikiater dan tidak setuju dengan pendapat Einstein, silahkan berdebat dengan dia. Saya tidak mau berdebat dengan anda. Karena, saya akan menyuruh anda berpikir dan merenungkan pendapat Einstein ini. Kalau anda masih berbeda pendapat lagi, saya akan mengacuhkan anda karena, ada dua kemungkinan bahwa anda tolol (dan unversitas yang memberi gelar anda juga institusi tolol) atau anda juga gila.
Ini kata Einstein: “Ketidak-warasan adalah: melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda”.
Dalam bahasa Inggris bunyinya:
“Insanity:doing the same thing over and over and expecting different results.”
Akhir-akhir ini Indonesia ditimpa ‘musibah’. Saya gunakan tanda petik, karena hal inilah yang mau kita bahas dan akhirnya mau menjatuhkan vonis bahwa manusia Indonesia, kebanyakan, sudah tidak waras. Mereka perlu makan serenase, atau haldol untuk meluruskan cara berpikirnya.
MANUSIA PURBA DAN MANUSIA MODERN PECUNDANG
Nenek moyang kita, hidup berpindah-pindah. Awalnya mereka menempati suatu daerah dan hidup disana. Membangun tempat tinggal dan menetap disana. Tetapi mereka tidak selamanya tinggal disitu. Pada saat daya dukung daerah itu sudah sudah berkurang dan hilang, maka mereka pindah. Keputusan yang waras. Kenapa harus tinggal di tempat yang tidak nyaman dan tidak menjanjikan?
Perpindahan/migrasi ini tidak hanya terjadi pada generasi pemburu-dan-pengumpul makanan (hunters dan gatherers), tetapi juga generasi yang lebih maju, petani dan pedagang. Kita lihat betapa banyaknya kota-kota yang hilang, yang ditinggalkan penduduknya, seperti Angkor Wat, Machu Picchu, Chichen Itza, Luxor, Akhetaten, Memphis, Leptis Magna, Carthage Angkor Wat, Ayutthaya. Kita pernah bahas hal ini di DUBAI CALON KOTA HANTU?. Penduduk kota-kota ini bukanlah pemburu dan pengumpul-makanan. Pertanian dan kemampuan rekayasa (engineering) mereka sudah tinggi dan dibuktikan oleh bangunan-bangunan yang mereka tinggalkan.
Bagaimana dengan manusia Jakarta – Jabotabek? Jabotabek saya jadikan kasus, tetapi hal ini berlaku juga untuk daerah-daerah lainnya.
Saya punya teman yng tinggal di Kampung Melayu yang setiap 4 tahun sekali harus ganti tv dan peralatan elektroniknya. Itu 20 tahun lalu. Mungkin sekarang dia harus lebih sering menggantinya. Pasalnya dulu setiap 4 tahun sekali rumahnya kena banjir. Saya pernah menganjurkan dia untuk memiliki perahu, sehingga kalau banjir, barang-barang elektroniknya bisa diselamatkan. Bahkan saya disainkan sebuah tempat tidur yang bisa diubah menjadi perahu ketika banjir. Dia tidak pernah menggubris anjuran saya. Dia berharap apa yang dilakukannya selama ini (itu-itu saja dan tidak berubah), akan menghasilkan perbedaan. Akan menyelesaikan masalahnya. Itu terjadi dari 20 tahun lalu sampai sekarang.
Berdasarkan kriteria Einstein dia, dan juga orang-orang di sekitar tempat tinggalnya, sudah tidak waras. Kalau mereka waras maka mereka sudah berbuat sesuatu yang lain, seandainya tidak mau pindah seperti yang dilakukan moyangnya dulu.
ORANG TIDAK WARAS, TIDAK BISA BELAJAR
Kampung Melayu adalah wakil dari beberapa tempat yang secara rutin terkena banjir. Masih banyak lagi tempat-tempat di Jakarta yang sering terkena banjir. Jalan-jalan di Pluit, Sunter, Kelapa Gading – tempat tinggalnya orang kaya, selalu kena banjir kalau musim hujan. Aspalnya rusak, jalan berlubang yang membuat mobil cepat rusak. Untuk daerah Pluit lebih parah lagi karena airnya agak payau dan cukup korosif (cenderung membuat karat).
Apa yang orang-orang ini lakukan? Memilih gubernur Jakarta untuk menyelesaikan masalahnya. Yang dimaksud adalah masa setelah orde reformasi, sebelum itu mereka memilih presiden untuk memilih gubernur yang akan menyelesaikan masalah itu. (Komentar: Mungkin mereka pikir lebih baik memilih orang yang langsung menangani banjir dari pada presiden yang tidak mau turun tangan langsung).
Awalnya Sutiyoso. Katanya dia akan mengatasi banjir Jakarta. Setelah 5 tahun lewat, dia (Sutiyoso) berjanji lagi kalau dia terpilih lagi maka banjir Jakarta akan ditanggulangi. Tetapi janji tinggal janji, mejelang pemilihan gubernur berikutnya (diakhir masa jabatannya yang ke II), Sutiyoso mengatakan bahwa banjir Jakarta sulit ditanggulangi. Hal ini dikatakannya karena dia sudah tidak boleh lagi mencalonkan diri lagi. Dia sudah tidak punya insentif dan keuntungan lagi untuk membuat janji-janji.
Kemudian setelah Sutiyoso, siapa yang mereka pilih? (Paling tidak 36% dari pemilih) Fauzi Bowo yang sudah lamaaaaaaaa sekali kerja di DKI – kantor pemerintahan Jakarta. Mengherankan, kenapa yang terpilih adalah orang yang sudah terbukti tidak mampu mengatasi banjir di Jakarta selama belasan tahun (mungkin juga puluhan tahun) untuk mengatasi banjir Jakarta? Bukankah Fauzi Bowo yang dulunya kerja di pemerintahan DKI yang sudah menangai masalah banjir Jakarta?
Kemudian setelah Sutiyoso, siapa yang mereka pilih? (Paling tidak 36% dari pemilih) Fauzi Bowo yang sudah lamaaaaaaaa sekali kerja di DKI – kantor pemerintahan Jakarta. Mengherankan, kenapa yang terpilih adalah orang yang sudah terbukti tidak mampu mengatasi banjir di Jakarta selama belasan tahun (mungkin juga puluhan tahun) untuk mengatasi banjir Jakarta? Bukankah Fauzi Bowo yang dulunya kerja di pemerintahan DKI yang sudah menangai masalah banjir Jakarta?
Memang benar, secara de facto, kursi kosong mengungguli Fauzi Bowo dan pembaca situs ekonomi orang waras (EOWI) lebih suka bahwa Jakarta tidak ada gubernur.
Orang Tangerang dan Banten mungkin berpikir sama. Dulunya mereka pikir gubernur Jawa Barat jauh di Bandung. Maka mereka minta pemekaran daerah. Dan diadakanlah gubernur Banten. Apa yang terjadi, ‘musibah’ Situ Gintung dan parahnya lagi, sang tante gubernur merasa hal ini bukan menjadi wewenangnya, tetapi wewenang departemen PU, elaknya... Hallloooo......, tante gubernur..., bangun. Tugas anda adalah memperhatikan ‘welfare’, kesejahteraan rakyat Benten termasuk Tangerang. Tugas anda termasuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk membuat orang-orang di daerah Banten selamat. Jangan katakan bahwa urusan bendungan dan situ adalah urusan PU. Itu namanya dalih. Bisakah anda membedakan antara alasan dan dalih?
Lain lagi dengan Timor Timur. Mereka pikir jika sudah merdeka dari Indonesia maka mereka lebih makmur. Haalllloooo, itu ladang minyak Bayu-Udan sudah berproduksi, kenapa anda – Timor Timur masih belum makmur?
Kasus lain lagi, yaitu Aceh dan GAM nya. Mereka pikir kalau sudah ada otonomi daerah dan GAM berkuasa, maka Aceh akan makmur. Haallloooo, apa anda sudah makmur?
KALI CODE YOGYA DAN KAMPUNG MELAYU JAKARTA
Pertengahan tahun 80an Kali Code Yogya, katanya daerah yang kumuh dan mau digusur. Kemudian datanglah romo Magun (yang sekarang sudah meninggal). Dia bersama-sama dengan rakyat setempat menata dan membangun rumah di daerah Kali Code sehingga baik dan asri.
Kali Code Yogya dan Kampung Melayu (atau Pluit atau Kelapa Gading) Jakarta mengambil jalur yang berbeda. Masyarakat Kali Code tidak minta gubernurnya untuk memperbaiki lingkungannya. Mereka kerja (gotong royong) membangun lingkungannya, sehingga asri. Sebenarnya mereka juga tidak perlu romo Mangun. Apalah artinya sumbangan 1 orang dibandingkan tenaga 1000 orang? Para LSM sajalah yang membesarkan peran romo Mangun dalam pembangunan lingkungan Kali Code sehingga dia yang memperoleh nama besar.
Demikian kalau nanti pemukiman Kali Code terkena banjir bandang, jangan salahkan romo Mangun. Paling enak memang menyalahkan romo Mangun. Sebab sebenarnya yang salah adalah penduduk di Kali Code itu sendiri. Kenapa membangun rumah yang menjorok ke daerah aliran sungai? Masalah itu disimpan dulu sampai nanti, kalau hal ini sudah terjadi.
Kembali pada masalah Jakarta dan Kampung Melayu. Ada dua alternatif untuk mengatasi masalah banjirnya bagi penduduk di Kampung Melayu. Dan memilih gubernur tidak termasuk di antaranya. Kedua pilihan itu adalah, pergi dari daerah itu (Kampung Melayu) sehingga mereka tidak kena banjir atau bergotong royong membuat pemukiman yang baik di Kampung Melayu.
Untuk daerah Pluit, Kelapa Gading dan tempat-tempat orang kaya di Jakarta, anda punya uang untuk menyewa kontraktor untuk memperbaiki lingkungan anda. Persoalan banjir di Belanda jauh lebih berat dibandingkan Jakarta. Kalau perlu datangkan kontraktor dari Belanda.
Uangnya dari mana? Pajak anda. Jumlah pajak yang dibayarkan penduduk Pluit untuk 2-4 tahun mungkin cukup untuk membuat hidup anda lebih nyaman. Kalian bisa bilang ke pemerintah, apakah pemerintah yang mau jadi kontraktornya dan membangun sistem mengendali banjir yang benar, seperti pemerintahan penjajah Belanda dulu, atau didatangkan kontraktor langsung dari Belanda.
Pembaca EOWI yang waras, penjajah Belanda dulu sudah membangun kanal-kanal dan sistem pengendali banjir. Perkara sukses atau tidak, kita harus lihat kembali sejarah. Tetapi kalau kita lihat negara Belanda yang saat punya ancaman banjir yang lebih besar dari banjir Ciliwung dan berhasil mengendalikannya, maka dapat diasumsikan bahwa dulupun mereka berhasil melakukannya di Hindia Belanda. Masalahnya sekarang pemerintahan Republik ini tidak becus memelihara dan mempertahankan apa yang ada. Tidak usah dibilang membangun yang baru.
KEPALA NEGARA KANADA YANG WARGA NEGARA INGGRIS
Orang selalu berpikir bahwa putra daerah, bumi putra lebih baik dalam memperhatikan daerahnya dari pada orang luar. Apakah demikian?
Nenek saya bilang, zaman Belanda dulu adalah ‘jaman normal’, dan jaman ‘republik’ jaman tidak normal. Artinya jaman Belanda lebih makmur dari jaman ‘republik’. Artinya Belanda lebih becus mengurus dari pada politikus republik.
Orang Timor-Timur mungkin juga bilang bahwa jaman penjajahan Indonesia lebih makmur dari pada jaman kemerdekaan. Ini masih ‘mungkin’, karena saya tidak pernah menanyakan langsung kepada orang Timor-Timur. Itu hanya dugaan saya saja.
Perkara putra daerah, pribumi, bumiputra, saya jadi ingat kepala negara Kanada. Tahukah anda siapa kepala negara Kanada? Saat ini adalah ratu Elizabeth II dari Inggris. Catatan: Ratu Elizabeth II bukan warga negara Kanada.
Dari situ mungkin kita bisa belajar, bahwa bisa saja Jakarta, Banten tidak perlu ada gubernur, atau gubernurnya orang Inggris atau orang Kanada. Juga presidennya. Yang penting becus. Mungkin itulah solusi dari kisruh di negara ini. Selama kita masih memilih orang yang tidak kompeten, karena pilihannya hanyalah sederet manusia yang tidak kompeten, jangan sebut anda orang waras. Hanya orang gila saja, yang dari tahun-ke-tahun memilih orang yang tidak kompeten dari stok yang tidak kompeten untuk mengurus kesejahteraannya, tetapi mengharap hasil yang berbeda. Maksudnya adalah tercapainya kemakmuran.
Orang Tangerang dan Banten mungkin berpikir sama. Dulunya mereka pikir gubernur Jawa Barat jauh di Bandung. Maka mereka minta pemekaran daerah. Dan diadakanlah gubernur Banten. Apa yang terjadi, ‘musibah’ Situ Gintung dan parahnya lagi, sang tante gubernur merasa hal ini bukan menjadi wewenangnya, tetapi wewenang departemen PU, elaknya... Hallloooo......, tante gubernur..., bangun. Tugas anda adalah memperhatikan ‘welfare’, kesejahteraan rakyat Benten termasuk Tangerang. Tugas anda termasuk berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) untuk membuat orang-orang di daerah Banten selamat. Jangan katakan bahwa urusan bendungan dan situ adalah urusan PU. Itu namanya dalih. Bisakah anda membedakan antara alasan dan dalih?
Lain lagi dengan Timor Timur. Mereka pikir jika sudah merdeka dari Indonesia maka mereka lebih makmur. Haalllloooo, itu ladang minyak Bayu-Udan sudah berproduksi, kenapa anda – Timor Timur masih belum makmur?
Kasus lain lagi, yaitu Aceh dan GAM nya. Mereka pikir kalau sudah ada otonomi daerah dan GAM berkuasa, maka Aceh akan makmur. Haallloooo, apa anda sudah makmur?
KALI CODE YOGYA DAN KAMPUNG MELAYU JAKARTA
Pertengahan tahun 80an Kali Code Yogya, katanya daerah yang kumuh dan mau digusur. Kemudian datanglah romo Magun (yang sekarang sudah meninggal). Dia bersama-sama dengan rakyat setempat menata dan membangun rumah di daerah Kali Code sehingga baik dan asri.
Kali Code Yogya dan Kampung Melayu (atau Pluit atau Kelapa Gading) Jakarta mengambil jalur yang berbeda. Masyarakat Kali Code tidak minta gubernurnya untuk memperbaiki lingkungannya. Mereka kerja (gotong royong) membangun lingkungannya, sehingga asri. Sebenarnya mereka juga tidak perlu romo Mangun. Apalah artinya sumbangan 1 orang dibandingkan tenaga 1000 orang? Para LSM sajalah yang membesarkan peran romo Mangun dalam pembangunan lingkungan Kali Code sehingga dia yang memperoleh nama besar.
Demikian kalau nanti pemukiman Kali Code terkena banjir bandang, jangan salahkan romo Mangun. Paling enak memang menyalahkan romo Mangun. Sebab sebenarnya yang salah adalah penduduk di Kali Code itu sendiri. Kenapa membangun rumah yang menjorok ke daerah aliran sungai? Masalah itu disimpan dulu sampai nanti, kalau hal ini sudah terjadi.
Kembali pada masalah Jakarta dan Kampung Melayu. Ada dua alternatif untuk mengatasi masalah banjirnya bagi penduduk di Kampung Melayu. Dan memilih gubernur tidak termasuk di antaranya. Kedua pilihan itu adalah, pergi dari daerah itu (Kampung Melayu) sehingga mereka tidak kena banjir atau bergotong royong membuat pemukiman yang baik di Kampung Melayu.
Untuk daerah Pluit, Kelapa Gading dan tempat-tempat orang kaya di Jakarta, anda punya uang untuk menyewa kontraktor untuk memperbaiki lingkungan anda. Persoalan banjir di Belanda jauh lebih berat dibandingkan Jakarta. Kalau perlu datangkan kontraktor dari Belanda.
Uangnya dari mana? Pajak anda. Jumlah pajak yang dibayarkan penduduk Pluit untuk 2-4 tahun mungkin cukup untuk membuat hidup anda lebih nyaman. Kalian bisa bilang ke pemerintah, apakah pemerintah yang mau jadi kontraktornya dan membangun sistem mengendali banjir yang benar, seperti pemerintahan penjajah Belanda dulu, atau didatangkan kontraktor langsung dari Belanda.
Pembaca EOWI yang waras, penjajah Belanda dulu sudah membangun kanal-kanal dan sistem pengendali banjir. Perkara sukses atau tidak, kita harus lihat kembali sejarah. Tetapi kalau kita lihat negara Belanda yang saat punya ancaman banjir yang lebih besar dari banjir Ciliwung dan berhasil mengendalikannya, maka dapat diasumsikan bahwa dulupun mereka berhasil melakukannya di Hindia Belanda. Masalahnya sekarang pemerintahan Republik ini tidak becus memelihara dan mempertahankan apa yang ada. Tidak usah dibilang membangun yang baru.
KEPALA NEGARA KANADA YANG WARGA NEGARA INGGRIS
Orang selalu berpikir bahwa putra daerah, bumi putra lebih baik dalam memperhatikan daerahnya dari pada orang luar. Apakah demikian?
Nenek saya bilang, zaman Belanda dulu adalah ‘jaman normal’, dan jaman ‘republik’ jaman tidak normal. Artinya jaman Belanda lebih makmur dari jaman ‘republik’. Artinya Belanda lebih becus mengurus dari pada politikus republik.
Orang Timor-Timur mungkin juga bilang bahwa jaman penjajahan Indonesia lebih makmur dari pada jaman kemerdekaan. Ini masih ‘mungkin’, karena saya tidak pernah menanyakan langsung kepada orang Timor-Timur. Itu hanya dugaan saya saja.
Perkara putra daerah, pribumi, bumiputra, saya jadi ingat kepala negara Kanada. Tahukah anda siapa kepala negara Kanada? Saat ini adalah ratu Elizabeth II dari Inggris. Catatan: Ratu Elizabeth II bukan warga negara Kanada.
Dari situ mungkin kita bisa belajar, bahwa bisa saja Jakarta, Banten tidak perlu ada gubernur, atau gubernurnya orang Inggris atau orang Kanada. Juga presidennya. Yang penting becus. Mungkin itulah solusi dari kisruh di negara ini. Selama kita masih memilih orang yang tidak kompeten, karena pilihannya hanyalah sederet manusia yang tidak kompeten, jangan sebut anda orang waras. Hanya orang gila saja, yang dari tahun-ke-tahun memilih orang yang tidak kompeten dari stok yang tidak kompeten untuk mengurus kesejahteraannya, tetapi mengharap hasil yang berbeda. Maksudnya adalah tercapainya kemakmuran.
Kesengsaraan dan ‘musibah’ yang dihadapi bangsa ini, sesungguhnya bukan ‘musibah’ tetapi ke-tidak-warasan diri sendiri.
Jakarta 9 April 2009.
Jakarta 9 April 2009.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
46 comments:
Saya punya alternatif agar orang Jakarta pindahnya ke Mana. Pertama, pindah ke kota2 di Kalimantan (alasannya karena Kalimantan Masih Luas), Kedua: ke Magelang (alasannya karena di sana adalah Pusat Pulau Jawa). Bagaimana menurut Anda?
Oh ya minta ijin untuk minta artikel ini saya posting di Embun Pagi.
Betul sekali. Bahkan pepatah saja mengatakan, keledai (sebagai simbol hewan yang bodoh) tidak akan terperosok ke lubang yang sama dua kali. Manusia yang melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan harapan hasilnya akan lebih baik adalah lebih bodoh ketimbang keledai.
Tentang pindah, umat Islam sudah diperintahkan untuk hijrah. Hijrah dari keadaan yang buruk ke keadaan yang lebih baik. Mau bener-bener pindah secara fisik, atau dengan memperbaiki keadaan yang ada, itu adalah hijrah. Kalau tidak melakukannya, maka tunggulah nanti akan dihisab sebagai orang-orang yang tinggal, tidak ikut berhijrah.
Monggo mas Giy kalau mau reposting.
Sebenarnya mereka tidak perlu pindah. Pindah bukan alternatif satu-satunya. Misalnya untuk orang Pluit. Kalau semua dari mereka berhenti membayar pajak untuk 5 tahun saja, dan uangnya dikumpulkan untuk membayar kontraktor dari Belanda untuk membereskan masalah banjir di Pluit, saya kira bisa. Kalau perlu bikin pemekaran provinsi Pluit dan isi gubernuran Pluit dengan orang/kontraktor Belanda yang becus. Dari gubernurnya (direktur/CEOnya) sampai stafnya. Kalau orang-orang ini tidak becus, jangan tunggu 5 tahun untuk dipecat.
Perkara pindah dan hijrah, saya ingat teman saya orang Malaysia (keturunan Pdang) yang kawin dengan keturunan Jawa. Orang (keturunan) Jawa, katanya, tidak bisa melihat tanah subur. Mereka selalu ingin membelinya. Itu yang diamatinya dari prilaku mertuanya, keturunan migran Jawa yang datang di tahun 1920-1930an.
Migran Jawa yang datang sebelum tahun 1950 ini membuka hutan untuk perkebunan. Sampai sekarang anda bisa membedakan kebun milik orang Melayu dan Jawa. Kebun milik Jawa (kata teman saya ini), lebih teratur dan terawat dibandingkan dengan kebun orang Melayu. Dan mereka lebih maju dari pada orang lokal.
Banyak cerita sukses etnik Jawa di Malaysia yang membuat orang tempatan agak iri. Tetapi kuncinya ialah....., jangan mengandalkan/mengharapkan orang lain termasuk pemerintah.
Mbah IS.. nitip pesen kalo boleh..
Banyak yang lupa bahwa pemilu adalah bagian dari proses, dan mungkin hasilnya tidak dinikmati oleh pelakunya sekarang, tetapi oleh anak atau cucunya nanti.. Seperti menanam pohon yg mungkin kita tidak bisa menikmati bisa berteduh di bawahnya, tapi mungkin anak cucu kita nanti mungkin sempat berteduh dibawahnya. Jadi jangan egois.. Nyontreng yuk.. Jangan Golput di Pemilu Presiden mendatang ...
Oom Tanpa Nama,
Kalau pemilu itu dinikmati oleh anak cucu...., itu yang saya sedihkan.
Triliunan rupiah dikeluarkan oleh individu - calon-calon legislatif dan calon presiden & wakilnya, dan juga oleh pemerintah untuk bikin umbul-umbul dsb.
Pemerintah juga mengeluarkan uang banyak. Defisit belanja besar dan harus ditutup hutang....
Kasihan anak cucu kita harus bayar hutang. Apa lagi nanti untuk bayar gaji wakil presiden yang selama 5 tahun menganggur (atau mengganggu presiden), kalau presidennya belum mati.
Kasihan deh anak cucu.....,
Kata nenek saya...., dulu jaman normal. Jaman republik bukan jaman normal. Saya telah memperoleh hasil (yang berupa kesensaraan) dari kemerdekaan yang diperjuangkan oleh pahlawan-pahlawan kita. Beberapa adik saya memilih ganti warga negara karena enggan menikmati kesengsaraan itu.
Kalau saya boleh pilih, mungkin lebih baik kalau tidak ada perang kemerdekaan. Kalau saya boleh pilih, .... sebaiknya jabatan wakil presiden dihapuskan. Kalau saya boleh pilih, 90% anggota DPR dihapuskan. Kalau saya boleh pilih, Depnaker dihapuskan. Kalau saya boleh pilih, DepAgama dihapuskan. Kalau saya boleh pilih.....
Saya melihat ada kontradiksi dalam tulisan anda ini . Di satu sisi meremehkan peran Romo Mangun dalam rehabilitasi Kali Code,bahwa program tersebut dilakukan oleh ratusan orang lainnya yang bergotong royong.
Tapi dilain sisi anda juga menyebutkan perlunya pemimpin atau seseorang yang kompeten dalam memecahkan masalah.
Great leader inspire others. Romo Mangun adalah contoh great leader yang dibutuhkan Indonesia.
Secara tersirat juga anda mengatakan ratusan korban Situ Gintung sudah selayaknya mati karena mereka orang yang tidak waras berdiam di daerah berbahaya dan tidak mau berinisiatif memperbaiki bendungan Situ Gintung secara swadaya dan gotong royong ,padahal sudah diketahui sejak lama bendungan tersebut mengalami keretakan .Mereka hanyalah orang yang pasrah terhadap keadaan ,bergantung pada ulur tangan pemerintah dan tidak mau belajar memperbaiki nasibnya sendiri. Jadi sudah sepantasnya orang-orang tidak waras seperti ini mati?
Manusia memiliki kemampuan adaptasi dan toleransi atas ketidaknyamanan yang berbeda-beda. Hanya karena warga Kampung Melayu bertahan tinggal disana bukan berarti mereka orang tidak waras.
Sama seperti Nenek anda mempunyai persepsi berbeda atas definisi Normal antara menjadi budak jajahan bangsa lain dengan manusia bebas .
Sistem di Belanda saat ini juga tidak 100% berhasil mengatasi banjir ,setiap sistem mempunyai spesifikasi dengan limiting factor . Pada kondisi banjir tertentu beberapa daerah pemukiman Belanda akan dikorbankan menjadi waduk penampungan sementara untuk melindungi daerah lainnya dari ancaman banjir.
Hiks, Mbah IS ternyata ndak nyimak pesen tersiratnya...
Karena trilyunan itu akan lebih ndak berarti menjadi mubasir karena golput. yg berarti anak cucu kita membayar trilyunan utk hal yg mubasir pula. Bayangin..
pake itungan sederhana.. kertas yg sudah dicetak sekitar 800 juta lembar.. 40% golput berarti sekitar 320 juta terbuang percuma menjadi sampah global warming dan harus dibayar oleh anak cucu kita for nothing.. hiks...
Kalau golput menghasilkan kursi kosong di DPR, maka golput berarti karena ada representasinya di DPR, jika tidak... kursi itu akan diberikan kepada calon lainnya yg mungkin amanah mungkin tidak. Kemungkinan sih karena politikus kita rata2 pengangguran .. jadi probabilitas keambil calon yg belum amanah kursi itu sangat besar sekali mengingat partai2 besar rata2 belum amanah.
Kursi golput.. karena itu ndak ada di DPR... tidak akan menghasilkan penghapusan wapres, penghapusan depnaker dstrusnya spt yg mbah impikan... karena logika para golputer adalah logika terbalik yg
mengharapkan kursi kosong bersuara...
Kursi yg ndak kosonglah .. yg bisa bersuara... walaupun pelan2.. dan memang mungkin tidak sekarang kedengeran suaranya karena masih kecil ..spt menanam pohon... sedikit2 demi sedikit dgn hati jernih memilih yg amanah, nanti kursi itu akan bersuara pada waktunya... Semoga... Satu suara anda berarti untuk perubahan Indonesia.. Kalo tidak sekarang.. apa nunggu jadi fosil? TV tidak akan hidup kalo tidak dipencet tombol powernya, radio tidak akan kedengeran lagunya kalo tidak diputar volumenya...
sendhiko dhawuh Pak Semar..
aku tidak mau berpartisipasi dalam pemilu, walaupun saat itu belum kenal blog ini.
hebat bung IS...
tulisan Anda make sense walaupun sangat2 mengganggu kalau masuk ke pemerintahan.
hehehe...
Saya Golput bukan karena pemilu mubazir. Tapi Golput karena memang tidak minat nyoblos. Alasannya Cuma itu.
Bung Anonim sepertinya sangat percaya sekali dengan proses pemilu. Sebenarnya nyoblos dan tidak nyoblos tidak berkaitan dengan apakah Anggota DPR kita bisa amanah apa tidak. Semua tidak dapat menjamin. Sebenarnya lebih enaknya tidak ada DPR, kalau mau boleh dicoba?
saya kira dunia tidak akan kiamat. Dan menduga akan lebih baik.
Bukankah tugas DPR salah satunya membuat UU. Intinya sebenarnya kita tidak percaya/tidak memiliki iman bahwa dunia ini sudah diatur oleh Undang-Undang dari-Nya. Dalam ekonomi, dia diatur oleh hukum permintaan dan penawaran, dalam kehidupan bersama dalam sebuah kelompok pasti memiliki pemimpinnya masing-masing (dan tidak harus melalui prosedur pemilu). Dsb.
Kalau kita beriman, sebenarnya dunia ini sudah diatur oleh hukumnya sendiri. Bukan hukum positiv buatan manusia...!
Apakah anda masih keberatan?
Salam
Mas Imam, walaupun tetap bayar pajak penduduk pluit sudah cukup lama tidak kebajiran tuh, mereka membangun sendiri dam, tanggul dan membeli mesin pompa sendiri. Mereka sudah seperti penghuni kali Code yg membangun lingkungan mereka sendiri tanpa banyak dukungan dari pemerintah.
Kemana uang pajak yg sudah mereka bayarkan? Siapa yg tahu sudah masuk kekantong siapa.
Nenek anda bilang jaman belanda adalah jaman normal, pasti ada sebabnya.. yaitu.. karena orang2 belanda yg sudah pinter milih orang-orang pinter untuk mengelola negara jajahannya.. bukan diem saja pasrah apa adanya... bukan seperti disini, orang2 pinternya malah diem... dan ngajak diem ..karena katanya bukan urusanku... kita serahkan saja.. tawakkal apa adanya.. ntar bagus sendiri... shg yg menang adalah pilihan orang orang yg belum pinter karena belum diajarin sama yg sudah pinter... peace...
Hmm, jadi tertarik bikin modelling dari wacana diatas nih
Case 1. Perang kemerdekaan
Situasi:
Sedang dijajah, rakyat sengsara kecuali menjadi kacung penjajah (Ini utk sikon indonesia saat itu)
Keinginan:
alangkah enaknya bisa merdeka tanpa perang, bisa sekolah walau dijajah, bisa makan nasi goreng
walau dijajah, tidak di romusha, bisa tidur di spring bed walaupun di jajah
Alternatif: - senang dgn jadi kacung penjajah
- sengsara jadi rakyat jajahan dan/atau mati jadi pahlawan
kalo boleh milih : senang walau dijajah tanpa menjadi kacung penjajah dan males perang merebut kemerdekaan karena percaya penjajahan lebih baik
(hampir mustahil kecuali jadi tarzan sendirian di tengah hutan dan jauh dari penjajah)
Case 2. Indonesia 2009
Situasi :
Pemerintah dikuasai partai dan orang2 korup, DPR dikuasai partai dan orang2 korup
Pemerintah dan DPR merupakan duo penentu wajah indonesia
Sistem yg ada Pemilu
Keinginan : mimpi alangkah enaknya kalo DPR cuman 1 orang, ndak ada depnaker, ndak ada depag,
ndak ada pajak, ndak ada pemerintahan .. jalan sendiri saja semua otomatis
Alternatif : - Jadi orang cerdas, mikir sedikit, memilih wakil yg kira2 amanah melalui pemilu
- Jadi orang cerdas, tapi Golput.. emang gua pikirin , ntar kan bagus sendiri... gue masih enak ini
kalo boleh milih : Jadi Golput dan tahu2.. blinks...dpr tinggal 1 orang dan tidak korup, ndak ada depag , ndak ada depnaker, ndak ada pemerintahan, ndak ada pajak.. tapi jalan tol banyak dibangun.. negara maju.. karena tidak percaya pada sistem yg ada (hampir mustahil kecuali ada kudeta atao hampir kiamat)
Case 3. Makan nasi goreng :
Situasi :
Laparrrr
Alternatif : - makan nasi goreng dan kenyang
- ndak usah makan, ntar laper lagi...
kalo boleh milih : ndak usah makan , tapi kenyang... karena ndak percaya pada proses makan
(hampir mustahil kecuali puasa mati geni, atau tapa brata)
Case 4. Warga Kampung Melayu
Situasi :
Bantaran sungai, kumuh dan sering banjir..
Keinginan : Rumah tingkat lima, ndak banjir, ndak ada sampah, sungai bening bisa buat mandi dan berenang, jadi ndak usah ke Gelanggang samudra jaya ancol.. mahal..
Alternatif : - Do action spt warga kali code... memelihara sungainya , tidak buang sampah sembarangan mulai dari hulu, dll
- No Action, pasrah... dah nasib... percaya aja .. ntar sungai bening sendiri di mimpi
kalo boleh milih : tetep di bantaran tapi ndak banjir, tetep buang sampah tapi sungai tetep bening,
memang gue pikirin orang di hilir kesampahan dan kebanjiran... karena lagi mimpi, percaya dan pasrah.
ndak percaya sama action, buang sampah ndak boleh dari hulu ke hilir.. agar sungai tetep bening..,
ndak dangkal dan ndak banjir. berharap orang sadar sendiri tidak menebang pohon agar tidak banjir dstrusnya... (hampir mustahil, kecuali permadi dan romy rafael turun tangan nyantet orang2
agar bangunin kampung melayu jadi real estate)
Case 5.Solitair Forex dan emas:
Situasi:
naik turun, banyak buyer dan seller
Keinginan : saham dan emas yg dibeli naik terus, kalo lagi beli murah, kalo lagi jual mahal sekali
Alternatif : - Selalu mengikuti perkembangan saham dan emas tiap detik... bikin forecast
beli kalo murah, jual kalo gain, mujur2 dapet untung kalo forecast tepat
- Beli saja, ndak usah dipikirin..tidur saja.. ntar pasti untung..wong forex punya gue ini.
kalo boleh milih : Ndak usah ikut perkembangan mo naik mo turun, tapi waktu beli pasti murah,
waktu jual pasti mahal...(hampir mustahil, karena forex bukan milik mbah kita...kecuali sakti
ato punya mesin waktu)
Come'on guys, your are living in "OUR" big and crowd world not just your tiny world.. Please Rethinking ... in action. Peace.. this is not to blame your opinion, just give the other side.
Option 6. Pemerintah tidak Menjajah melalui Inflasi dan Pajak...
Enaknya, tidak ada depresi dan resesi. Kerugiannya, diplomat tidak dapat kerjaan dan Camat, Bupati, Gubernur, Presiden tidak dapat selingkuhan.
Dampaknya; Dunia sejahtera!
Einstein [quote]:
'The hardest thing in the world to understand is the income tax.'
Einstein masih belum tahu pajak-pajak lain seperti pajak import, eksport, value added, sales.
Dia pasti bingung untuk mengerti kenapa orang jualan dan berdagang ditariki duit. Kok pemerintah minta bagian?
Dia(Einsten) pasti bingung untuk mengerti kenapa orang jualan dan berdagang ditariki duit. Kok pemerintah minta bagian?
Saya yakin mbah dan yg lain orang yg beragama (soalnya masih idup di indonesia, ntah kalo dah jadi mantan WNI)..
dan disana ada yang namanya konsep zakat baik yg 2 1/2 % atopun yg persepuluhan... yang pasti ndak masuk kalo diitung sama ilmu matematika dan ilmu dagang manusia yg dengan sombongnya mengaku sangat pintar .. (padahal masih sebuih busa di lautan pinternya)..
Einsten yang atheis pasti tambah bingung dgn konsep zakat.. ntah mbah bingung ato tidak.. kalo bingung berarti segolongan sama einsten yg pinter banget..tapi tetep saja ndak sepinter yg bikin dia... kalo ndak mungkin pernah belajar filosofinya zakat.. :-)
Pajak is almost the same in a concept... walaupun ndak sama2 bener..
Peace.. just give the other side...
Option 6. Pemerintah tidak Menjajah melalui Inflasi dan Pajak...
Yes, you can do that if you were live like Robinson Crusoe the movie... there are nobody disturb you, no goverment tax you.. no recession... just you and your tiny world... or you just can create on your own goverment at antartica or moon. with just you as citizens, and president both ...
Other than that, wake up man..your are now living at big and crowd world, your doing, it will impact to others and vice versa...
You will need others , including goverment to running your life.
Except above :-)
Kalau perlu bikin pemekaran provinsi Pluit dan isi gubernuran Pluit dengan orang/kontraktor Belanda yang becus. Dari gubernurnya (direktur/CEOnya) sampai stafnya. Kalau orang-orang ini tidak becus, jangan tunggu 5 tahun untuk dipecat.
Hmm, tipikal melayu.. suka merendahkan bangsanya sendiri...
sirik dan tidak mau melihat bahwa ada bangsa ato bahkan temen kita yg mampu...inlander mentality...
Kenapa tidak ada yg yakin bahwa ada bangsa kita yg mampu... daripada bangsa belanda.. padahal mbah sendiri bagus forecastingnya..
apa mbah ndak yakin ada orang2 indonesia yg sepintar mbah dalam melakukan analisis forex dibidang lain termasuk memimpin bangsa dan menggantikan belanda dan londo2 lainnya?
Apa susahnya, tinggal milih pimpinan yg bener saja..kalo mau... masalahnya mo milih pemimpin yg bener saja tidak mau...
Saya rasa masih ada yg mampu, kecuali disirikin sama
kita sendiri... ndak rela temen ato bangsa sendiri lebih pinter dari kita... ndak mau melakukan proses melalui belajar... monya langsung jadi.. langsung pinter :-)
just give the other side...
Yang kuat makan yang lemah, karena itulah dia kuat..
Yang kaya ambil dari yang miskin, karena itulah dia kaya..
"Kalau bukan Anda yang menderita, siapa lagi? Masa saya? Enak saja!!"
- The Elite -
Quote Anony:
Option 6. Pemerintah tidak Menjajah melalui Inflasi dan Pajak...
Yes, you can do that if you were live like Robinson Crusoe the movie... there are nobody disturb you, no goverment tax you.. no recession... just you and your tiny world...
Unquote:
Tidak perlu dunia ala Robinson Crusoe. Jaman penjajahan belanda, dimana masih digunakan sistem keuangan berbasis emas dan belanja negara yang berimbang, harga-harga relatif tidak naik seperti sekarang. Nama 'Jaman Normal' yang diberikan oleh nenek-nenek kita sebabnya karena masa itu harga-harga nyaris tidak pernah naik.
Giyanto dan pengelola blog ini adalah sistem keuangan berbasis tangible asset (emas dan perak) dan sistem pemerintahan tanpa pemaksaan.
Jaman penjajahan = jaman jadi kacung? Tidak juga. Nenek saya adalah petani padi yang menyewa tanah dan dikelola...., bebas (kalau mau punya penghasilan harus berusaha dan kalau mau kelaparan, yaa nggak perlu kerja). Dia tidak pernah jadi kacung, tidak pernah ditekan, tidak bayar pajak penghasilan atau VAT.
Tentang zakat.
Zakat tidak memaksa. Jamannya nabi, tidak pernah nabi meng-kriminalisasip- pengelak pajak. Nggak ada aturan bahwa pengelak zakat harus dipotong tangannya. Hanya kemudian Abu Bakar meng-kriminalisasi pengelak zakat.
Jaman Umar-Amru (Mesir), zakat lebih condong kepada service fee bagi pengguna pengairan, jalan dan kanal) dan jasa keamanan.
Catatan Amru menolak perintah Umar ketika Umar memintanya menaikkan pajak untuk membantu daerah Hijaz yang dilanda kelaparan dan paceklik.
@Anonymous
"Other than that, wake up man..your are now living at big and crowd world, your doing, it will impact to others and vice versa...
You will need others , including goverment to running your life.
Except above :-)"
Giyanto
Ha2....dengan kata-kata itu anda seolah2 dunianya sudah paling luas sendiri. Saya pernah berpandangan dari sisi lain seperti yang anda tawarkan. Sayang itu konsep ketika saya masih belum dilahirkan. Nampaknya anda akan kecewa, tanpa pajak dunia ini juga masih luas bung!
Saya tidak menyangkal, apa yg saya lakukan berdampak pada orang lain, and vise versa.
Tapi hidup tanpa dunia kritis seperti anda, kayaknya tidak terasa hidup. Serahkan saja diri anda pada penjara negara! atau malah anda berdiri di atasnya. Saya yakin demikian.
Tampaknya anda belum benar2 memahami konsep Crusoe. Dia memang bukan realitas, tapi tanpa berpegang pada logika Crusoe setidaknya membuat logika ekonomi anda jalan. Atau barangkali anda lebih mempercaya Positivisme Friedman itu,kwak2..Bangun Bung!Pelajari realitas dulu, turun ke sawah, ke jalan, bisnis, jadi aktivis, jadi pengemis...setelah itu bilang kalau dunia ini luas. Dan rombak dulu pemahaman anda tentang pengetahuan...baru baca blog ini. Tanpa itu, tulisan di sini barangkali hanya bikin telinga anda panas...
Hidup bermasyarakat itu sudah ada etikanya sendiri, tanpa negara Pak RT tetep jadi ketua RT... dan Pak Dusun tetep jadi Kadus, bukannya Lurah yang tidak pernah bener2 kerja itu...
Sekali lagi, penghancur tatanan sosial sebenarnya NEGARA, bukan saya ataupun Anda! Wake up man!
Pelajari Kehidupan sosial dulu, baru belajar TEori sosial!
Wake up man!
Mohon maaf kalau saya masih melanjutkan lagi,
karena logika kewarasan yg disampaikan rekan2 masih menggelitik
logika kewarasan saya.
Quote Anony:
Option 6. Pemerintah tidak Menjajah melalui Inflasi dan Pajak...
Sptnya inflasi dan deflasi itu hal normal di dunia ekonomi. ada yg naik.. ada yg turun..
forex juga gitu... sunnatullah.. kalo ndak dapet dari mana yg namanya gain..
kebetulan negara kita termasuk yg inflasi terus.. kasihan deh kita...
Fakta penyebabnya :
"aparatur penyelengara negara" aka pemerintahnya belum amanah..bukan negaranya..
sayangnya rakyat masih banyak yg memilih yg belum amanah karena ketidak tahuan mereka,
sementara yg mendapat anugerah tahu "aka berpendidikan' memilih menjadi golput sejati.
Tentang zakat.
Zakat tidak memaksa. Jamannya nabi, tidak pernah nabi meng-kriminalisasip- pengelak pajak. Nggak ada
aturan bahwa pengelak zakat harus dipotong tangannya. Hanya kemudian Abu Bakar meng-kriminalisasi
pengelak zakat.
Logika (semoga masih) waras saya:
Setahu saya zakat itu wajib kalo di agama saya karena termasuk rukun..
wajib bagi yang mampu bukan untuk fakir miskin.
(spt pajak.. bagi yg mampu dan pelaku). Dan saya lebih suka menyebutnya dosa aka
hukuman bukan kriminal.. Dan tidak melaksanakan perintahNya akan ada hukumannya
yaitu siksa neraka atau siksa dunia tergantung besar kesalahannya dan efeknya.
Sepertinya Mbah menganggap hukuman siksa ahirat (aka neraka kalo di konsep agama saya,
mohon maaf utk yg berbeda konsep) lebih ringan daripada
siksa dunia spt hukum potong tangan yg dicontohkan Mbah..
Naudzubillahimindzalik.. Astaghfirullah, ampuni kami ya Robb, yg telah angkuh, egois dan
kebelumtahuan kami shg meremehkan hukuman ahiratMu.
Itulah mengapa sahabat Umar melakukan pemaksaan,
karena pada waktu itu mungkin banyak yg ngemplang zakat (tipikal orang arab),
dan Umar sbg salah satu sahabat (yg sptnya lebih banyak mendapat hidayah petunjuk dariNya daripada kita)
... paham benar bahwa siksa neraka lebih berat daripada siksa dunia..
karena sayangnya beliau pada umatnya dia berijtihad utk memaksa mereka membayar zakat..
agar mereka hanya mendapat siksa dunia saja.
Dan zakat itu ada filosofinya kenapa wajib.. terlalu npanjang kalo cerita disini..
(walaupun sebenernya pendek sih..:-) ...)
(Masuk ndak logikanya Mbah?)
Quote:
Jaman Umar-Amru (Mesir), zakat lebih condong kepada service fee bagi pengguna pengairan, jalan dan
kanal) dan jasa keamanan.
Logika (semoga masih) waras saya:
Mbah, saya belum pernah mendengar konsep zakat sbg service fee...
karena ini hukum agama.
Kalau ada yg menjadikannya menjadi service fee kok malah aneh..
mungkin analoginya sama dgn baitul mall
(sumbernya dari zakat dan sodaqoh, infak bahasa indonesianya),
dimana para kholifah dan Umar-amru dibayar dari sana.
Zakat kok malah spt pajak yg merupakan service fee akan jasa keamanan (ada pak polisi),
lewat jalan yg dibangun , ada dermaga, ada bandara...
yg semua itu dibangun dari service fee aka pajak
(dinegara seluruh dunia ..kecuali middle east yg
dianugerahi kekayaan luar biasa)..
Lah kalo bukan dari pajak dari mana biaya bayar polisi,
bangun dermaga, nguruk sungai dll
(kecuali dari menjajah bangsa lain atau
beruntung seperti negara2 midle east yg even disana
masih ada pajak atau iuran atau apalah namanya walaupun kecil)
(Masuk ndak logikanya Mbah)
Quote:
Catatan Amru menolak perintah Umar ketika Umar memintanya menaikkan pajak untuk membantu daerah Hijaz
yang dilanda kelaparan dan paceklik.
Logika (semoga masih) waras saya:
Hmm .. pajak apa zakat yah jaman itu istilahnya... terserahlah.. yg pasti di
penyelenggaraan negara diseluruh dunia dari jaman dahulu sampai sekarang ada istilah
pajak, pungutan dan nama2 lainnya .. baik yg sukarela(sodaqoh infak) maupun wajib(zakat)
utk membiayai penyelenggaraan negara, dusun, rt atao apalah namanya..
(ntah itu yg amanah, atau yg tidak amanah dgn mengkorupsinya...)
Saya yakin, umar-amru memiliki alasan menolak menaikkan pajak, mungkin kaummnya juga
masih melarat... mungkin dia masih punya cadangan (cadangan devisa kali kalo di negara kita)
di baitul mall yg dirasanya cukup untuk membantu saudaranya yg terkena musibah
.. dan Umar belum mengetahui itu karena laporan belum lengkap.
Quote:
Hidup bermasyarakat itu sudah ada etikanya sendiri,
tanpa negara Pak RT tetep jadi ketua RT... dan
an Pak Dusun tetep jadi Kadus, bukannya Lurah yang tidak pernah bener2 kerja itu...
Fakta dan Logika (semoga masih) waras saya:
Negara dgn pemerintah sebagai penyelenggara
negara adalah fakta yg ada di dunia saat ini.
Perasaan saya belum pernah mendengar
di jaman sekarang sekelompok orang dalam jumlah besar besar baik
dgn kultur yg sama atau berbeda, agama yg sama atau berbeda
tidak mengakui adanya fungsi negara (kecuali sekelompok kecil
yg tidak puas, beda idiologi yg mungkin mau membentuk kelompok
sendiri di tengah hutan atau di antartika atau di artik,
yg sptnya embrio sebuah negara kalo dah jadi besar ..
soalnya biasanya ada pemimpinnya) untuk mengatur kepentingan2
golongan2 yg berbeda dgn harmoni.. kecuali dikorupsi oleh
aparatur negara aka pemerintah .. bukan dikorupsi oleh negara...
Ketua RT, RW, Kadus adalah elemen pemerintahan, bentuk negara yg lebih kecil.
disana ada aturan, ada iuran sampah (sama ndak ya dengan pajak?...)
yg biasanya wajib dibayar kecuali yg ngemplang karena merasa tidak
pernah membuang sampah, tidak pernah lewat jalan di depan rumahnya
terbang langsung ke atas, punya incinerator sampah sendiri.
Yang lebih kecil lagi konsep negara contohnya adalah keluarga.
disana ada presidennya (Bapak ato Ibu) dan rakyatnya aka anak.
Ada nggak ya konsep negara disana.. di keluarga sptnya ada hukum
alias aturan..aka uu, ada tugas tiap anggota keluarga .. ada pajak
juga ndak ya ... sptnya tidak .. tapi secara konsep ada.. yaitu
dalam bentuk lain yaitu tugas... tugas belajar, tugas nyapu utk
membantu ibu, jadi loper koran buat bantu keuangan keluarga..
bukan pajak... ya.. tapi .. untuk membuat hidup keluarga tersebut jalan.
Kalau makmur ya penduduknya (aka anak) senang (spt di sinetron ..)
tidak ada tugas membantu, semuanya gratis.. (spt negara midle east nih)
Kalau sedengan, ya paling tidak membantu ibu nyapu rumah... lumayan
tidak usah nggaji pembantu...
Kalo melarat, yah terpaksa .. ada yg dipaksa sama presidennya
utk jadi loper koran atau pengemis jalanan (presiden yg jahat nih)
ato ada anak yg dengan senang hati membantu bpk ibunya ngeloper koran
(penduduk yg baik nih)
(Yah semoga analogi ndak waras ini masih masuk logika)
Contoh lain, even di Republik Forex ada konsep negaranya,
ada aturannya, ada penyelenggaranya, ada dprnya aka pengawasnya (SEC kalo di amrik sana).
ada penduduknya yg salah satunya Mbah sptnya..
Ada aturan misal auto rejection, insider trading, laporan emiten
yg kalo dilanggar ada hukumannya.. Ada commission fee pungutan,
aka service fee, dll yg sptnya aka pajak.
Lah kalo ndak ada siapa yg bayar sewa gedung wallstreet dan bayar CEOnya wallstreet
atau Kepala Bapepam?
Ada inflasi (harga nilai saham naik) ada deflasi (harga nilai saham turun)
di pemerintahan forex ini..
Forex pernah gonjang ganjing karena aturannya dilanggar dan SEC aka DPRNYA
tidak melakukan pengawasan yg sebenernya aka amanah .. apakah Forexnya dibubarin?
sunnatullah...
(Masuk Ndak logikanya Mbah) Atau mungkin rekan2 memimpikan free Forex system,
ndak ada bapepamnya , ndak ada penyelenggaranya... bebas gitu saja...
jalan baik begitu saja... sambil berharap tidak ada SOros .?
Jaman penjajahan pun sebenernya negara, dgn pemerintah adalah
penjajah. Ada penjajah yg rada bener (inggris sptnya), bener
tapi rakus (bld), kejam (Genghis khan) dll.
Apakah penjajahan lebih baik daripada bukan...
bisa ya bisa tidak.. tapi sepertinya banyakan tidaknya..
soalnya kalo ya...
Logika warasnya adalah.. banyak negara yg ingin dijajah,
banyak negara yg minta dijajah,
banyak negara yg membuat proposal utk dijajah.
Faktanya: perasaan sampai saat ini dgn terbentuknya PBB
negara merdeka lebih dari 150-an deh.. jadi logika warasnya
adalah penjajahan itu tidak nyaman buat penduduk negara
yg dijajah (walaupun ada yg iya dgn tanda * kecil yg
berarti ada syarat dan ketentuan berlaku)
Jaman penjajahan dulu (bld dan jepang),
yg mempunyai kesempatan pendidikan
tidak sebanyak skr.. SR lah paling ... PHD.. jauh deh..
Jaman penjajahan, harga murah ..ya iyalah wong makan
nasi bulgur... skr nasi pandan wangi deh...dan
ada restoran...
dll yg sedih2 kalo baca buku sejarah...
Kasihan deh kamu pahlawan... ada yg tidak berterima kasih
padamu .. karena perjuanganmu melawan penjajah shg mereka
salah satunya bisa sekolah tinggi... dinafikkan..
Sistem pemerintahan jaman belanda memang mungkin lebih baik,
karena spt telah saya sebutkan.. mereka pintar..
Apakah jaman itu tidak ada pajak?
Logika warasnya kalo tidak ada pajak
sptnya negara kita dah makmur deh skr...
yang ada itu untuk kepentingan mereka sendiri... agar
pajak yg mereka tarik lebih besar, agar hasil bumi
yg diangkut lebih besar...dsterusnya dsterusnya..
rel kereta bukan untuk mengangkut rakyat kita
pake Argo Bromo even bukan kereta ekonomi ..
tapi utk mengangkut hasil bumi kita agar lebih
cepat diproses dijadikan duit utk membangun belanda..
Makanya kemudian ada perjuangan melawan penjajah (AKA pemilu :-).. maksa deh)
Makanya kemudian ada pejuang dan pahlawan
(AKA partai politik dan caleg skr dan aktifis.. tapi belum jadi pahlawan sptnya
saat ini, karena kebanyakan masih belum amanah menjadi penghianat bangsa membiarkan rakyatnya
sendiri terjajah kemiskinan, pendidikan dll)
Ada Rakyat yg membantu perjuangan dgn membantu para pejuang besar atau kecil
(aka mencoblos/nyontreng paling kecilnya ..hehehe)
Ada Rakyat yg tidak membantu perjuangan.. karena tidak tahu sedang dijajah (AKA Golputer pasif)
Dan ada yg cuek bebek,malas dan tidak membantu perjuangan walaupun tahu sedang dijajah .. egp lah..
masih enak ini gue... (AKA Golputer sejati..)
(Masuk ndak yah analoginya.. maksa deh .. hehehe)
Semua perjuangan itu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
Quote:
kwak2..Bangun Bung!Pelajari realitas dulu, turun ke sawah, ke jalan, bisnis, jadi aktivis, jadi
pengemis...setelah itu bilang kalau dunia ini luas. Dan rombak dulu pemahaman anda tentang
pengetahuan...baru baca blog ini. Tanpa itu, tulisan di sini barangkali hanya bikin telinga anda
panas...
Hidup bermasyarakat itu sudah ada etikanya sendiri, tanpa negara Pak RT tetep jadi ketua RT... dan Pak
Dusun tetep jadi Kadus, bukannya Lurah yang tidak pernah bener2 kerja itu...
Sekali lagi, penghancur tatanan sosial sebenarnya NEGARA, bukan saya ataupun Anda! Wake up man!
Pelajari Kehidupan sosial dulu, baru belajar TEori sosial!
Logika (semoga masih) waras saya:
Jadi sepertinya kesimpulannya masih tidak perlu negara nih...
RT, RW, Kadus, Lurah.. Bupati dstrusnya adalah elemen yg membentuk pemerintahan
yg menyelenggarakan negara...Pajak sptnya konsekuensi logis dari pemerintahan..
agar bisa bikin jalan, agar bisa bikin pasar dan mall, agar bisa bikin gedung forex,
agar bisa bikin uu forex... dstrusnya dstrusnya (ada yg amanah ada yg belum amanah..
kasian deh kita dapet yg nomer kedua)
Ok kita lihat fakta sosialnya... bukan teori sosialnya..
yg harusnya berasal dari fakta sosial
dan kehidupan sosial berbeda2 tiap bangsa/kaum....
makanya teori sosial bukunya juga banyak.
tapi ada yg general juga...
Setahu saya yg dari desa juga... jadi sedikit tahu apa itu miskin dan pengemis..
Soal Pengemis.. Ada 3 golongan sptnya :
1. Yang tidak mampu bekerja lain lagi spt pengemis tua (Golputer pasif)
2. Yang masih sehat dan mampu tapi masih mengemis (G....... ......)
3. Yang memang tidak berdaya, anak kecil.. yatim piatu.(Golputer pasif)
Kalau tidak ada negara, siapa yg akan memelihara nomer 1 dan 3.. yg 2 mah terserahlah..
apakah kita yg egois dan serakah ini? yg tipikal dari manusia2 saat ini..
wah mati semua mas mereka... wong kita mikirin kita sendiri.. yg lain egp dah...
Mengharapkan lembaga non profit... yg pasti ada dananya juga ntah dari iuaran , donatur
dari yg mampu (kedengerannya spt pajak yah atau zakat..)
Yang jagain negara kita aman karena ada bapak polisi dan tni... (walaupun harus dibantu sama
ronda swadaya).. yg ada jalan dan pasar mall dan fasilitas lainnya shg bisa
main forex dgn asik... (bayangin deh ndak ada jalan.. ndak ada infrastrutuk internet)...
Kecuali ada temen mas yg kaya mau bayarin polisi atau preman yah? bikin kantor polisi,
bikin jalan sendiri... bikin gedung2 sendiri.. infrastruktur sendiri (pernah main sim city kan)
wah betapa mulyanya dia tanpa mengharapkan balasan apa2 membangun semua itu...
Untunglah ada pahlawan, shg ada NKRI dgn UUDnya.. ada pasal 33 dan pasal 29.. dllnya..
ato Lebih untung lagi kalo jadi ex WNI dan jadi WNA midle east ato belanda ya?
tapi kayaknya masih bernama negara juga tuh..dengan pemerintahan yg beda tentunya...
Negara2 maju di eropa dan termasuk amrik... yang orang2nya lebih pintar dari kita...
pastinya...masih ada pajak dan rata2 lebih besar daripada negara kita...
apakah mereka lebih bodoh ya?, ndak ngapus negara biar ndak ada pajak ...
yg ndak dimegerti sama einsten dan penganut teori kapital sejati..
Logika warasnya sih sepertinya kebalikannya..
lah buktinya mereka maju...
Ok, balik ke topik... mari kita lihat esensinya...
mari kita lihat logika yg tidak partial dan fragmented (AKA logika sinetron...
kalo yg pernah nonton telenovela ato sinetron mungkin akan ngerti apa itu )
bukan negara yg harus kita hapuskan...
Logikanya dah banyak paparannya di atas...
Kalao tidak dan bukan terus apa?..
semoga masih dianggap waras sih..
mari kita lihat lebih jernih lagi..
bukan negara penghancur tatanan sosial..
tapi apartur pemerintahan.. eksekutif...
legislatif dan pak latif lainnya...yg belum amanah
yg kita masalahkan sepertinya adalah penyelenggara Negaranya...
bukan negaranya (lah indonesia jaman penjajahan ya tetep negara.. negara jajahan) ...
yg kita masalahkan adalah aparatur yg menjalankankan pemerintahan...
yg membuat sistem negara ini berjalan..
karena apa...
karena saat ini penyelenggaranya masih belum amanah (bukan negaranya)
(yang kebetulan juga bukan anda dan bukan saya saat ini
jadi bisa ngeles :-)...)
bikin aturan yg tidak sesuai dgn keinginan rekan2...
begitu bukan ya...
jadi kalau mau.. ganti pemerintahannya...agar dprnya tinggal 1 dsrusnya2
dgn jalan apa ya..
alternatif logis yg ada skr adalah Pemilu, kudeta, atau menjadi mantan WNI...
atau sptnya ada mimpi bikin NEGARA PRIBADI... (soalnya biasanya sendiri,
terus berkelompok.. makin banyak.. kayaknya akan jadi negara deh.. walau kecil)
Tawakkal is doing something then pasrah...
atau saya yg salah bahasa nih...pake bahasa planet yg susah dipahami..
masak yg salah sopir shg mobilnya nabrak.. yg diancurin mobilnya
bukan diganti sopirnya..
mobilnya tentu saja tetep di tingkatkan fiturnya
agar lebih aman buat yg mengendarai dan yg diluar kendaraan...
sopirnya cari yg bisa nyetir aka amanah..
Jadi masih mau menghapus negara dan konsekuansi logisnya yg bernama pajak nih?
bukannya cuma ganti dgn pemerintah yg amanah... (ato.. santai saja walau diserang
penjajah lain.. wong saya ndak kenal kok) agar sistem negaranya jadi berbasis emas..
atau yg lain sesuai keinginan kita semua..
Yuk bangun pagi... melihat semburat matahari yg masih bersinar di ufuk sana...
walaupun masih tertutup mendung ...
Just trying to give the other side.
Maaf kalo kepanjangan..
MOhon maaf juga kalo masih dianggap salah... namanya juga usaha .. :-)
Modelling Logika kursi kosong Golputer
Tertarik juga memodelkan logika kursi kosong yg disampaikan Mbah di atas..
Quote:
Untuk Kursi Kosong anda tidak perlu bayar gaji anggota DPR yang duduk dan tidur.
Mereka ini lebih baik dari pada anggota yang melek dan mengganggu....
apa bener demikian ya realitanya...
MOdellingnya :
Anggap... ini cuma model... bo'ong2 ngan
Jumlah kursi DPR adalah 500, jika digaji 50 juta/bulan maka biaya yg diperlukan
50 juta x 500 x 12 x 5thn = 1.500.000 juta AKA 1,5 Trilyun... dikit ya...
Ok mari kita model logika kursi kosong..
Anggapan golputer.. adalah dgn golput akan menghemat biaya karena cukup bayar kursi kosong
ok mari kita modelkan...
Data :
Asumsi utk indonesia (ini asumsi loh.. namanya juga modelling):
Pemilih Teredukasi = 20 % total pemilih
Pemilih yg belum bisa mikir = 80 % total pemilih
Golputer = 30 % x 500 = 150 kursi
Non Golputer = 70 % x 500 = 350 kursi
Nah Golputer masih terbagi lagi.. asumsi loh
Golputer sejati (teredukasi tapi malas, egp, dll):
50% dari pemilih teredukasi = 10 %
Golputer pasif (belum bisa mikir, sakit, mati spt amrosi, dll):
25% dari pemilih belum bisa mikir = 20%
ok jadi komposisi di DPR adalah spt ini
150 kursi kosong = 50 juta x 150 x 12 x 5 thn = 450 milyar... hore hemat 450 milyar...
350 kursi harus dibayar = 50 juta x 350 x 12 x 5 thn = hanya bayar 1,05 T
Hore.. hemat 450 milyar... lumayan .. ada 150 kursi kosong...
Ups apakah bener demikian...
Realitanya adalah kursi yg ada di DPR tetep 500... dan tidak ada yg kosong...
karena ada yg menggantikan untuk menduduki kursi kosong tadi...
dan biaya yg diperlukan hanya utk gaji DPR adalah tetap... 1,5 T
dan akan terus terinflasi sptnya utk periode berikutnya kalo masih
terbalik logikanya ...
Masalahnya adalah... apakah kursi kosong tadi akan diisi oleh caleg yg amanah?..
yg mungkin bisa mengubah pemerintahan yg kita inginkan
berdasarkan asumsi diatas...
jika asumsinya 10 % pemilih teredukasi semua memilih caleg yg amanah
dan yg mungkin bisa mengajak yg belum bisa mikir 10% juga
maka yg terisi adalah kira2
20% x 500 = 100 caleg amanah
80% x 500 = 400 caleg tidak amanah... yg menguasai pemilih kita yg belum bisa mikir..
jadi 300 Milyar utk celeg yg manah dan 1,2 T utk yg tidak amanah... hmm rugi amat yak..
kok bisa ya...
Ya bisalah... kan bisa dilihat hitungan ngawurnya :-))
Coba kalo golputer sejati ikut memilih
dgn asumsi bisa ngajakin 10 %juga... maka
(20% + 20%) x 500 = 200 kursi caleg amanah 600 Milyar
60 % x 500 = 300 caleg tidak amanah... 900 Milyar
bayangkan juga kalo 40% itu nantinya berduplikasi...
ato dari 60 % tadi ada yg ikutan jadi amanah.. karena lingkungan DPR adi lebih banyak yg amanah
(100 dibanding 200)
apakah tidak mungkin sistem pemerintahan akan spt yg rekan2 inginkan..
memang bukan sekarang sih pastinya...
Apa susahnya ya.. mencari dan menganalisa track record partai dan caleg yg amanah
utk orang yg teredukasi... yg katanya telah diberi ilmu yg tinggi
dgn infrastruktur informasi dan jaman internet spt skr...
sptnya lebih susah bikin modelling forecasting forex deh
kecuali buat orang2 yg belum bisa mikir... terisolasi.. ndak ada tv..
ndak ndegerin radio... ndak ada internet..ndak ada apa2... maklum sih...
Golput memang suatu pilihan.. tapi apakah tidak ada pilihan yg lebih baik
bagi para ulil albab (yg bisa berpikir)?...
Dan apakah ini termasuk ulil albab yg lalai.. ntahlah...
Ato ulil albabnya mikirnya lebih mudah golput dan mencari green card menjadi WNA amrik atau belanda yah daripada mengikuti proses diatas ya....
Oya kalo salah modellingnya maafin ya.. wong namanya juga pake asumsi ngawur..
sama pake kalkulator Korcar-Karcer...:-) pasti ngawur hasilnya soalnya ...
Terimakasih atas komentarnya yang panjang. Menarik untuk dijadikan artikel sendiri. Tapi saya tidak janji...(tapi yang pasti, pendapat anda pasti saya 'tabung/simpan/tampung', yang akan qt diskusikan lebih lanjut 'ke depan' dengan waktu yang tak terbatas...
Tanks Anonymous
Saya menganurkan kepada Anony untuk membaca sejarah Umar & Amru dan fokus pada kebijakan sistem ekonominya.
Saya tertarik kepada Amru di Mesir dibandingkan Abu Ubaidah (Persia dan daerah timur) karena Amru punya pandangan ekonomi dan politik yang terpuji. Walaupun keduanya pada masa Umar.
Kenapa bukan Umar? Karena Umar, walaupun dia baik tetapi sistem pemerintahan di wilayahnya yang makmur adalah daerahnya Amru.
Lain kali akan saya ceritakan mengenai Amru.
Ini jawaban Amru ketika dia diminta menaikkan pajak oleh Umar:
'Apakah kamu saya bersedia memegangi tanduk sapi, sedang kamu enak-enakan memerah susunya?'
Sampai lain kali mengenai pajak dan Amru....
Ini Jawaban Amru thd permintaan Umar.
'Apakah kamu pikir saya akan bersedia memegangi tanduk sapi, sedang kamu enak-enakan memerah susunya?'
Catatan: Amru mengundurkan diri dari posisi gubernur Mesir pada jaman Uthman karena Uthman meminta Amru untuk menaikkan pajak.
(Saya tidak yakin zakat bisa dinaikkan atau diturunkan).
@tanpa nama
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer
Politikus??
@Mbah..
Saya tunggu Mbah tulisannya,
pasti menarik... sebagai perbandingan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis dan is - is lainnya...
Dari awal saya menulis memang Zakat tidak sama dengan Pajak..
Hanya secara konsep ada yg mirip..
Zakat adalah konsekuensi kita beragama, salah satu komponen
arsitektur ekonomi berasal agama,
Pajak adalah konsekuensi logis
kita bernegara...
Kenapanya.. dah ditulis di atas..
@Mandriva Lover
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer
Saya ubah dikit ya mas..
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer
Tuhan????
Asal jangan jadi atheis ya mas..
kecuali sampeyan memang sudah atheis..
Maaf..Saya kasi contoh yg extreme..
Semua ada hubungan langsung dan tidak langsung... impact langsung
dan tidak langsung...
Saya kasi kutipan :
Orang diplanet kita ini tidak berdiri dalam satu barisan lurus. Perhatikanlah dg cermat. Setiap orang sebenarnya berdiri dalam lingkaran, saling bergenggam tangan. Apapun yg engkau berikan kepada orang yg berdiri disebelahmu, akhirnya akan kembali kepadamu.... (bahasa indonesianya ...bumi itu bulat ...)
@Anony,
Saya ubah sedikit yah:
Quote:
Saya ubah dikit ya mas..
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer
Tuhan????
Unquote:
Yuk kita pilih tuhan jadi ketua bulog, ketua himpunan tani dan nelayan, ketua BPPT supaya dia mau bagi-bagi beras gratis, ikan gratis, sapi gratis, teknologi gratis......
:D
Quote:
Setiap orang sebenarnya berdiri dalam lingkaran, saling bergenggam tangan. Apapun yg engkau berikan kepada orang yg berdiri disebelahmu, akhirnya akan kembali kepadamu.... (bahasa indonesianya ...bumi itu bulat ...)
Unquote:
Anda benar juga...., akhirnya karpet sumbangan, tiang-tiang listrik sumbangan dan beras sumbangan CALEG kembali ke CALEG (karena diminta balik.... he he he he...).
@Mbah
Semoga bukan logika sempit yg mbah pakai...
Sesempit pikiran kita..
yg hanya sebuih busa di lautan...
@ Anonymous
"Semoga bukan logika sempit yg mbah pakai...Sesempit pikiran kita..
yg hanya sebuih busa di lautan..."
Giy:
Saya merasakan logika anda memang luas, seluas jagad raya. Hingga otak saya ini sulit 'menangkap dan menerima' apa yang Anonymous katakan. Tapi argumen anda di blog ini setidaknya 'sedikit' membuat otak sempit milik saya 'berputar2'...hingga berharap menulis sesuatu yang berharap membuat otak anda menjadi lebar hingga meledak...
@Giy dan pembaca lainnya.
Ini sekedar pelajaran ilmu logika dan berdebat.
Sanggahan Anony atas mandrivalover dikenal sebagai 'sanggahan merubah definisi'. Maksud mandrivalover dengan mengatakan:
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
adalah politikus tidak membantu dalam membuat sarana penunjang untuk kemakmuran seperti pembuatan irigasi atau penyediaan peralatan penangkapan ikan.
Tetapi kemudian definisi ini dibelokkan oleh Anony mejadi semacam ultimate creator.
Untuk mematahkan argumen Anony sangat mudah yaitu dengan menggunakan sifat the ultimate creator yang juga mutlak (tidak tunduk pada keinginan siapapun). Sifat ini berlawanan dengan sifat yang seharusnya dimiliki politikus (yang seharusnya mengikuti kehendak massa). Dengan kita mengajukannya sebagai ketua bulog, ketua tani dsb, sebenarnya mau menunjukkan Anony telah merubah pengertian.
Tentu saja sanggahan ini adalah sanggahan yang check-mate. Dan akhirnya Anony mengeluarkan sanggahan baru yang disebut 'beating the strawman'. Dia menyerang personal (IS) bukan pokok pembicaraannya.
Argumen Anony: "Semoga bukan logika sempit yg mbah pakai...Sesempit pikiran kita..yg hanya sebuih busa di lautan..."
kalau diperhatikan baik-baik bukanlah jawaban atas ajakan IS untuk melakukan test-kebenaran atas argumen di atas dengan:
"Yuk kita pilih tuhan jadi ketua bulog, ketua himpunan tani dan nelayan, ketua BPPT supaya dia mau bagi-bagi beras gratis, ikan gratis, sapi gratis, teknologi gratis......"
Sekedar pelajaran ilmu logika....
@Giyanto dan Mbah,
Ternyata memang Mbah dan Giyanto
sangat low profile..
Sampai mengerti bahwa pertanyaan
saya yg hanya selevel SD saja..
Sehingga menjawabnya dgn cukup selevel SMP saja...
Padahal saya yakin dari tulisan2nya
ttg forex dllnya menggunakan
cross reference yg sangat jauh, sehingga sptnya pastilah penulis2
blog ini PHD .. minimal masterlah..
Dari tulisan SD saya.. pendekatan logika yg ingin saya pakai adalah not direct
impact.. pendekatan yg lain... jelas kan tertulis disana..
bukan letterlek... spt kelihatannya..
Contoh logika ini..
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
sangat benar memang petani yg membuatnya demikian... cuma pikiran SD saya sedikit mau mengajak melihat... apakah cuma petani
seorang yg menyebabkan itu terjadi ... tidak ada faktor lain yg ikut mengakibat itu semua terjadi?? baik langsung maupun tdk langsung(Indirect logic not definite logic...)
Kenapa.. karena kalo saya kasi logika yg langsung dan sama.. ya jelas saja politikus..atau saya lebih suka menulis.. wakil kita di DPR.. sepertinya tidak ada hubungannya dgn Sawah...
Jauh.. rumahnya aja jauh dari sawah...
Cuma kalo tidak langsung sepertinya sih masih ada.. bikin UU pertanian.. mengawasi dan mendesak pemerintah program pupuk subsidi... dll dll...
cuma sptnya logika tidak langsung saya memang sekelas SD ..
Contoh lain...
Siapa yg membuat saya menjadi PHD? Saya... Saya yg punya otak kok...
Guru? ...hmm dikit...
Orang tua?... siapa ya... ndak kenal tuh...
Dan ada terusannya..
Pahlawan?... Apalagi.... sangat tidak kenal tuh...
Negara? .. wah .. tanpa negarapun saya bisa PHD kok... Saya sekolah swasta kok... ngelanjutin juga di LUAR NEGARA... ndak pernah saya nyentuh SD negeri yg dibangun dari pajak tuh...
dstrusnya..
Saya tidak teruskan sampai ke Tuhan....terlalu jauh dan takut ah.. ntar Tuhan disamakan dgn ketua BPPT lagi atau jadi ketua RT juga...(Astaghfirullah)
Tapi mohon maaf .. mungkin mBah salah mengerti contoh logika SD yg saya sampaikan...
Mohon maaf pula kalo ada kata2 yg salah...
Jangan marah ya... namanya juga saya anak SD... peace
Tolong di beritahu kalo ada salah2 yang banyak...
Yang tidak percaya bahwa Tuhan MAHA GOLPUT...
Saya ubah dikit lagi ah..
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer
Politikus tidak amanah? bikin UU yg nyengsarain rakyat..
Politikus.. atau ganti aja deh biar tidak berkonotasi negatif jadi polikucing.. yg amanah? bikin UU yg nyejahterain rakyat..
Memang bener2 seperti tidak ada kaitannya sama sawah, ikan .. apalagi lampu...
Pahlawan?...
Karena Tuhan menciptakan sesuatu pasti ada gunanya...ada manfaatnya..
Walaupun kelihatannya ada yg baik
dan ada yg buruk di mata manusia
seperti kita...
Peace...
Yang baru Bangun pagi dan mencoba berpikir lebih jernih...
@Giyanto:
...hingga berharap menulis sesuatu yang berharap membuat otak anda menjadi lebar hingga meledak...
Sepertinya teori big bang...
asal muasal galaxi kita...
yuk meledak bersama...
Tapi jangan marah ah..
Soalnya saya yg merasa masih sempit nih... butuh bimbingan
para masternya penulis..
biar saya bisa meledak..
Peace...
quote
Tentang zakat.
Zakat tidak memaksa. Jamannya nabi, tidak pernah nabi meng-kriminalisasip- pengelak pajak. Nggak ada aturan bahwa pengelak zakat harus dipotong tangannya. Hanya kemudian Abu Bakar meng-kriminalisasi pengelak zakat.
end_quote
ini jelas pendapat yang menyesatkan, tak berdasar dan saya nggak tau apa motivasi anda
Perintah Al-Qur'an adalah memungut zakat, itu jelas redaksinya dan bukan voluntary.
Di masa-masa awalpun zakat itu dipungut, ingat kisah Sa'labah yang enggan membayar zakatnya.
adapun ada kesan seolah2 voluntary lebih karena pada zaman Nabi SAW, semua patuh bayar zakat.
Pada saat penugasan Muadz bin Jabal ke Yaman, Nabi SAW mengeluarkan SK terperinci penugasannya, yang salah satunya adalah memungut zakat.
Inilah pula yang dipakai oleh Abu Bakar sbg dasar untuk memerangi orang Yaman yang enggan membayar zakat.
Tentang setoran zakat ke Pusat/Madinah, tentunya anda membaca kisah ditolaknya setoran Muadz kepada Umar.
Muadz menyetor 1/3 hasil zakat ke madinah, tetapi ditolak oleh Umar, ketika Muadz menjawab pertanyaan Umar bahwa di Yaman masih ada orang miskin.
Tahun depannya Muadz membawa separoh, tapi ditolak juga, hingga tahun berikutnya dibawa semua hasil zakat, dan tidak bisa ditolak oleh Umar karena menurut Muadz tidak ada lagi orang miskin di Yaman.
Adapun tentang Amru bin Ash, Umar pernah memerintahkan untuk mengambil separoh dari harta Amru dan diserahkan ke Baitul Maal, karena melihat gaya hidup Amru yang berlebih-lebihan melebihi yang sepantasnya didapatkan oleh pejabat negara.
Seperti diketahui, setoran ke baitul maal dari mesir setidaknya terdiri dari beberapa unsur :
Zakat dari kaum muslimin, Jizyah dari non muslim, hasil tanah kharraj dan yang belakangan dari devisa negara.
Tentang devisa ini ada ceritanya sendiri. Saat itu sudah terjadi expor impor dengan negara tetangga.
Produk muslim jika masuk ke negara tetangga dikenakan bea masuk yang tinggi, sedangkan produk negara tetangga kalau masuk ke mesir tidak dikenakan bea apapun.
sebagian mengusulkan kepada Umar untuk mengenakan bea yang sama agar adil, maka kemudian Umar menyetujuinya.
Umar adalah negarawan dan administrator ulung, dan dalam tindakannya selalu berdasarkan pertimbangan syariah, itulah kenapa dia dimasukkan ke golongan khulafaur rasyidin.
@anonymous
Anda ini benar-benar menyedihkan. Mau menyamakan politikus dengan Tuhan??
Saya lebih baik jadi atheis daripada menjadikan politikus jadi tuhan saya.
Yang ingin saya bilang, politikus tidak akan menyelesaikan masalah anda, karena mereka tidak punya kemampuan teknis untuk itu. Nelayan bisa menangkap ikan, petani bisa menanam padi, dst,dst. Politikus bisa apa selain berebut kekuasaan, dan menyatakan perang?
@Mandrivalover
Anda ini benar-benar menyedihkan. Mau menyamakan politikus dengan Tuhan??
Saya lebih baik jadi atheis daripada menjadikan politikus jadi tuhan saya.
Mas.. tolong baca yg runut paparan diatas... Kalu belum ngerti.. ya baca lagi dan baca lagi...
jangan marah dulu.. yg bilang mau menyamakan Tuhan itu siapa?
cuma mengajak anda berpikir lebih jauh.. dan lebih jernih...
Kalau politikus semua jelek...
berarti saya bisa mengganggap saya jelek
andapun jelek.. semuanya jelek ...begitu bukan?
Mohon maaf kalo begitu..
Yang bikin beras bukan petani..
tapi mesin :-)... yg bikin..
tukang bikin gilingan gabah
petani rata2 hanya jual gabah..
yg bikin mesin siapa.. ilmuwan...
dstrusnya2...
Tuhan menciptakan sesuatu pasti ada manfaatnya.. dan ada tugasnya masing2...
maaf kalo sampai ke Tuhan...
silahkan pikirkan sendiri..
yg jelas... bukan itu maksud saya..
Coba baca dan lihat sekali lagi paparan di atas...
Jangan melihat sesuatu hanya dari kulitnya...
atau mungkin andapun salah mengerti seperti Mbah IS..
Yang jelas jangan marah dulu..
karena orang marah tidak bisa berpikir jernih...
Peace
@Perintah Al-Qur'an adalah memungut zakat, itu jelas redaksinya dan bukan voluntary.
Giyanto
yang saya tahu, dimana-mana zakat dibawa sendiri oleh pezakat 'dengan sukarela' sendiri ke panitia zakat.
Selama ini saya belum pernah melihat Pak Kyiai mengeluarkan UU beserta ancamanya agar umat membayar zakat. Apakah saudara Anang pernah melihat yang demikian?
Berbeda dengan pajak, ketika anda tidak membayar maka anda akan balasan 'mendapat hadiah'...penjara kali ya...
@Anonymous
saya ingin menjawab pertanyaan mandrivalover dengan jawaban berbeda seperti yang anda jawab:
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan.
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer.
Politikus?? mampunya cuma merampok petani, nelayan, menyimpangkan hasil penelitian ilmuwan, serta menganggap programer sebagai hacker..
Yang saya tahu tugas politikus di kehidupan hanyalah itu, dan dia jauh dari Tuhan seperti yang anonymous katakan...
Mas Giyanto.
Tolonga jangan marah2 dulu ya...
hanya karena argumen yg mungkin berbeda dgn anda...
Karena kalo marah tidak bisa berpikir jernih...
Kita sama2 mencari kebenaran kok...
Quote:
@Perintah Al-Qur'an adalah memungut zakat, itu jelas redaksinya dan bukan voluntary.
Giyanto
yang saya tahu, dimana-mana zakat dibawa sendiri oleh pezakat 'dengan sukarela' sendiri ke panitia zakat.
Selama ini saya belum pernah melihat Pak Kyiai mengeluarkan UU beserta ancamanya agar umat membayar zakat. Apakah saudara Anang pernah melihat yang demikian?
Berbeda dengan pajak, ketika anda tidak membayar maka anda akan balasan 'mendapat hadiah'...penjara kali ya...
Unquote:
Mas, Giyanto.. sepertinya anda hanya mengetahui Quran dan Zakat dari gosip..dari kalimat anda
dan jawaban anda yg jauh dari yg Quran tulis dan ilmu fiqih ttg zakat,
anda kelihatan tidak pernah membacanya (dan mempelajarinya) langsung..
atau saya minta maaf mungkin anda berbeda keyakinan...
Memahami atau mengerti Quran dan Zakat haruslah membacanya... tidak boleh setahu saya...
kecuali anda pernah mendalaminya.. dan bukan hanya menerka dari perbuatan seorang kiyai.
Mengerti sesuatu itu memang dari melihat dulu, tapi ada keterusannya yaitu
mempelajarinya (membaca dll)... dan mengamalkannya.
Kalau hanya setahu saya, saya mohon Mas bertanya dulu yg ke tahu benar
dan bukan bertanya juga kepada yg "hanya bilang setahu saya"
karena itu berarti dia belum tahu dan mengira2...
Mas Anang dan saya sudah jelas menyatakan bahwa secara ilmu fiqih dan ada di dalam Quran,
Zakat itu wajib bagi yg mampu, titik tidak ada koma...
Dan melanggarnya akan mendapat adzab yg pedih di akhirat.
Saya juga sudah tulis di paparan saya di atas... mungkin anda belum membacanya dgn pelan2..
(Mohon maaf lagi kalo ternyata anda tidak sekeyakinan dgn saya, bisa tanya sama Mbah IS).
Soal pajak.. saya kira sudah jelas.. itu konsekuensi logis kita bernegara..
paparannya sudah banyak diatas.. atau anda memang low profile sekali.. pura2
tidak mengerti apa yg saya tuliskan... tapi saya tahu sekali sepertinya anda bukan sekelas SD deh...
dengan hanya menjawab setahu saya... tanpa rujukan yg dapat dipertanggungjawabkan.
Tinggal membaca dengan hati jernih paparan2 saya diatas... pelan2.. kalo tidak tahu
tinggal di cross reference.. googling ada.. atau tanya yg bener2 tahu dan bukan
sekedar setahu saya...
Quote:
@Anonymous
saya ingin menjawab pertanyaan mandrivalover dengan jawaban berbeda seperti yang anda jawab:
Siapa yang bisa menanam padi dan mengubahnya jadi beras? Petani.
Siapa yang mampu menangkap ikan? Nelayan.
Siapa yang bisa menciptakan lampu? Ilmuwan.
Siapa yang bisa membuat internet jadi seperti sekarang? Programmer.
Politikus?? mampunya cuma merampok petani, nelayan, menyimpangkan hasil penelitian ilmuwan, serta menganggap programer sebagai hacker..
Yang saya tahu tugas politikus di kehidupan hanyalah itu, dan dia jauh dari Tuhan seperti yang anonymous katakan...
Unquote:
Mas, tolong deh sekali lagi.. baca dulu paparan saya dengan hati jernih..
contoh yg saya paparkan sudah cukup jelas sptnya...
Saya tulis lagi ya:
Politikus tidak amanah? bikin UU yg nyengsarain rakyat..
Politikus.. atau ganti aja deh biar tidak berkonotasi negatif jadi polikucing.. yg amanah? bikin UU yg nyejahterain rakyat..
Nah kalo penjahat... silakan tulis spt yg mas tuliskan ttg politikus...
Atau kita kembali kepada logika sempit :
Blogger: jahat semua.. cuma bikin isu.. nulis ndak jelas ... titik tidak ada koma...
atau
Blogger baik : indahnya tulisannya... membuat kita belajar.. dan terinspirasi
Blogger jahat : tulis sendiri deh ...
Sepertinya mas (dan Madrivalover) terlalu lama berada di negara
yg politikusnya banyakan yg belum amanah...
saya tulis lagi belum amanah...
jadi terekam di alam bawah sadarnya jadi begitu,
sehingga dengan gampangnya menggeneralisir semua politikus jahat..
di negara lain , banyak kok mas politikus yg baik.. tidak hanya bikin perang,
bikin sengsara petani dstrusnya
itu di negara maju... saya yakin mas pernah ke sana ... atau kalau tidak,
bisa tanya yg sudah kesana dan benar2 melihat dan mempelajarinya..
bukan hanya yg setahu saya...
(kasian deh mas dan saya tinggal
di negara yg masih carut marut begini)
Yah semoga nanti anak mas, atau
saya, atau mas Mandrivalover, atau anak2 negeri ini suatu saat mungkin ada yg menjadi politikus yg amanah dan baik... semoga..
sehingga negara kita jadi negara yg makmur...(kecuali mas sudah memutuskan tidak akan punya anak)
Mengenai Tuhan?? dalam jawaban Mandrivalover.. saya hanya ingin mengajak.. utk melihat sesuatu
dari sudut yg lebih luas sedikit.. bukan hanya dari kulitnya...
Bukan maksud saya untuk menyamakan Tuhan dgn mahluknya... Karena tulisan saya tidak akan seperti yg Mbah IS tuliskan..Mabh IS salah mengerti apa yg saya maksudkan..
Tolong deh berpikir lebih panjang sedikit...
dari tulisan2 mas,
saya yakin mas lebih dari saya yg hanya lulusan SD negeri ini...
yg SDnya dibangun dari pajak ...
dan gurunya dibayar dari pajak juga..
sudah cukup banyak saya paparkan di atas, jangan salah mengerti..
kecuali anda malas membaca dgn pelan2 paparan saya diatas,
karena menganggap tulisan saya selevel SD...
Kalau anda membacanya dgn pelan2.. dgn sedikit cross reference, anda akan paham apa yg saya maksud..
Peace..
Jangan marah lagi ya
karena kalo masih marah.. pikiran tidak akan jernih..
PS:
kalao mau cepetan makmur.. bisa
jadi ex WNI kok mas..
kalao ndak percaya pajak bisa ke middle east.. disana tax free kok...
Tapi jangan ke negara2 maju...
spt Amrik, Inggris, Belanda..
pajaknya gede mas...
ntar mas kecewa lagi..
@Anonymous
Saya kira di blog ini anda sering mengatakan bahwa yang salah politikusnya. Karena politikusnya kurang amanah.
Kalau boleh saya memberi tesis lain: keamanahan itu bukan kerja politikus. Jadi tidak ada politikus baik dan buruk. Tugas politik, seperti kata Machiaveli. Bagaimana mempertahankan dan merebut kekuasaan.
Jadi tidak ada politikus yang tidak amanah ataupun amanah. Yang ada hanya: keamanahan bukan milik politikus.
Saya kira anda mencampuradukan problem logis dengan etis.
Siap pak bos, saya tidak akan marah. Tapi cuma tidak sepakat dengan argumen anda yang begituan.
Met pagi, maaf saya harus kuliah ni.
@Anonymous
"Mabh IS salah mengerti apa yg saya maksudkan.."
@Giy
He2...saya kira ada problem artikulasi logis dalam komentar2 anda. Saya merasakan bahwa Saya, mandrivalover, dan Pak IS semua salah tangkap apa yang anda maksud Apakah ini karena otak kami yang sempit, atau otak anda yang terlalu luas hingga meluber?
hingga membicarakan hal-hal metafisik di luar jangkauan akal pikiran kami?
Atau anda merasa sebagai perwakilan Tuhan yang paling paham betul ttg Al-Quran?Tentang segala tafsir dari-Nya?
entalah barangkali saya memang sudah terlalu lama jadi manusia. Berbeda dengan anda, yang setahu saya, sepertinya keturunan malaikat. Betulkah?
Salam
Sepotong fragment
Scene 1 :
action..
Seorang dari luar kota nanya kepada seorang tukang ojek..
ceritanya nih tukang ojeknya baru beli hp nokia yg canggih dan sudah ada gpsnya... dah ada aplikasi google mapnya...
Mas, Ancol dimana ya.. kata orang luar kotanya...
Setahu saya, saya lihat kemarin di googlemap sptnya ancol deket blok M.. cuma 5 cm deh kayaknya...
Hmm blok M dimana mas...
Setahu saya sih di deketnya Taman mini gambarnya mas di googlemap..
Oh... kata orang luar kota sambil meninggalkan tukang ojek yg lagi sibuk sama googlemapnya..
Rolling... cut..
Scene 2:
Ada seorang anak kecil sedang menangis di pangkuan seorang perempuan muda.. sementara bapaknya memandang dari bangku kira2 5 meter dari situ...
kenapa kok nangis sayang... kata perempuan muda pada anak kecil itu..
Tante tante... papa mau ngasi Mama tiri sama adik.. adik kan takut...
Mama tiri kan semua jahat tante...
suka nyiksa adik nantinya...
sambil sesengukan.. si anak kecil merajuk...
Perempuan muda mencoba membujuk anak kecil itu.. sambil mengusap2 rambutnya.. Adik... Mama tiri itu ndak semua jahat.. Mama tiri itu ada yg baik...
Tambah keraslah tangisan anak kecil itu... Ndak mau.. ndak mau..
di pilem dan di tv yg adik tonton....mama tiri jahat semua...
Waduh... gimana nih jelasinnya...
Papanya kan tunangan aku.. lirih perempuan muda itu...
Rolling and cut..
Scene 3.
Seorang anak tk kecil lagi tiduran sambil menimang bola bumi hadiah dari ayahnya.. sambil bergumam..
Setahu aku.. Bumi itu kan datar...
kenapa pak guru sama papa bilang bumi itu bulat yah.. sambil menunjukkan muka bingung dan melihat kepada globe baru hadiah dari ayahnya...lama sampai tertidur..
Rolling... zZZZZZZ Drolling and cut..
Musik nina bobo playing..
Ending titling.. running..
udah dulu ah...
Mo belajar dulu.. mau UAN SD negeri nih...
met belajar ya.. semoga lulus UAN SMPnya...
@Anonymous
Kisahnya lumayan seru ya, nampaknya di Lembar Kerja Siswa (LKS) SD belum pernah saya baca. Sepertinya layak dimasukan jadi bahan 'wajib' untuk materi 'bercerita' pelajaran Bahasa. Di sekolah-sekolah negeri yang mengajarkan kebohongan itu.
please deh, out of contexts boss!
@anonymous
Ya memang ada padi yang digiling pakai mesin dan yang membuat mesin itu adalah technician. Tapi ada juga petani yang masih manual. Dua profesi ini termasuk salah satu yang memberikan nilai tambah di masyarakat menyumbangkan sesuatu yang berguna ke masyarakat. Kalau politikus?? Anda belum jawab kan perannya seperti apa, atau memang anda nggak bisa jawab?
Mengenai politikus yang amanah, saya yakin masih ada yang begitu. Tapi karena politikus jauh lebih banyak yang berpikir untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan, dengan sendirinya politikus yang amanah ini akan tenggelam atau malah berubah menjadi salah satu dari mereka. Hasil akhirnya sama saja.
Btw, mod, need you here. Kacaw nih thread.
Atraksi yang menarik. Salut! Bener dugaan saya, anda memang nampaknya bukan manusia biasa, atau memang bukan manusia?he2...
Post a Comment