Judul kali ini adalah: Brexit
– Aftermath........
Hallo….., Imam Semar mimpi ya?
Ini baru permulaan. Kata aftermath
belum bisa digunakan. Belum ada yang hancur berantakan. Ini baru mulai awal
dari kisah yang panjang. Cuma poundsterling dan euro yang nyungsep itupun tidak parah. Yen juga naik..., walaupun masih dalam
batas-batas terkendali. Saham-saham masih terkendali juga turunnya. Pengumuman
hasil Brexit bukan suatu hal yang catastrophic.
Kemudian, Brexitnya juga belum terjadi. Yang hari Jumat lalu baru
referendumnya. Keputusan masih ada di parlemen Inggris (UK). Dan referendum ini
tidak mengikat keputusan parlemen.
Brexit: Kisahnya
Akhirnya rakyat Inggris
(United Kingdom) memutuskan keluar dari Uni Eropa (EU) setelah selama 43 tahun
menjadi bagian dari persekutuan negara-negara Eropa sejak tahun 1973. Hasil
referendum akhirnya dimenangkan oleh Eurosceptics.
Group yang sama yang dulu berhasil mementahkan ide untuk mengganti
poundsterling ke euro dan meyakinkan poundsterling sebagai mata uang UK, bukan euro
selama ini.
Kemenangan Eurosceptics tipis saja, 51.9: 48.1 Yang
menarik adalah pendukung kubu Leave
kebanyakan orang-orang yang sudah berumur dan pendukung kubu Remain adalah kaum mudanya. Itu secara
demongrafi. Tetapi secara wilayah, England (kecuali London) dan dan Wales
mendukung Leaves sedangkan Scotland
dan Irlandia Utara mendukung Remain.
Terbaginya voters, berdasarkan umur, tidak terlalu
mengherankan. Orang-orang tua yang mengalami masa tanpa Uni Eropa (EU), bisa merasakan
perubahan dari Inggris sebelum EU, dan perjalanan EU. Mereka tahu hidup di masa
EU semakin tidak nyaman. Sedangkan kaum muda tidak mempunyai perbandingan
apa-apa, sehingga cenderung memilih status
quo yaitu Remain (tetap bersama
EU).
Ide awal dari EU adalah untuk
menyederhanakan banyak proses sehingga antar negara anggota bisa lebih leluasa
melakukan bisnis, berpindah, cari kerja dan lain sebagainya. Mereka punya
aturan dan undang-undang yang sama, warganya tidak perlu penggunakan visa jika
ingin berpergian ke negara-negara anggota EU. Perdagangan antar negara anggota
tidak dikenakan bea dan tariff. Biaya diharapkan bisa ditekan. Dengan kata lain
orientasinya lebih ke ekonomi.
Itu ide awalnya....EU yang
dilengkapi dengan consul Eropa, parlemen Eropa, mahkamah Eropa, bank sentral
Eropa........ seperti layaknya sebuah negara super-state, .......yang tidak demokratis. Tidak ada pemilihan umum
bagi anggota yang duduk di EU.
Semangat persatuan EU di
awal-awal masanya bisa dilihat dari lagu kebangsaannya, yaitu symphony 9,
Beethoven, Ode of Joy. Coba dengarkan lagu komposer Jerman yang penuh semangat ini.
Tetapi eurosceptics selalu ada yang mencibir
pengaruh Jerman yang kuat itu. Sampai ada joke mengenai Jermanisasi bahasa
Inggris, seperti ini.
"The European
Commission has just announced an agreement whereby English will be the official
language of the European Union rather than German, which was the other
possibility."
As part of the negotiations,
the British Government conceded that English spelling had some room for
improvement and has accepted a 5- year phase-in plan that would become known as
"Euro-English".
In the first year,
"s" will replace the soft "c".. Sertainly, this will make
the sivil servants jump with joy. The hard "c" will be dropped in
favour of "k". This should klear up konfusion, and keyboards kan have
one less letter.
There will be growing publik
enthusiasm in the sekond year when the troublesome "ph" will be
replaced with "f".. This will make words like fotograf 20% shorter.
In the 3rd year, publik
akseptanse of the new spelling kan be expekted to reach the stage where more
komplikated changes are possible.
Governments will enkourage
the removal of double letters which have always ben a deterent to akurate
speling.
Also, al wil agre that the
horibl mes of the silent "e" in the languag is disgrasful and it
should go away.
By the 4th yer people wil be
reseptiv to steps such as replasing "th" with "z" and
"w" with "v".
During ze fifz yer, ze
unesesary "o" kan be dropd from vords kontaining "ou" and
after ziz fifz yer, ve vil hav a reil sensi bl riten styl.
Zer vil be no mor trubl or
difikultis and evrivun vil find it ezi TU understand ech oza. Ze drem of a
united urop vil finali kum tru.
Und efter ze fifz yer, ve
vil al be speking German like zey vunted in ze forst plas.
Semangat EU terus berkibar.
Yang awalnya hanya 6 negara sebagai pendiri: Jerman, Prancis, Belanda, Belgia,
Luxemburg dan Italy. Kemudian Denmark, Irlandia dan Inggris (UK) masuk tahun
1973. Tahun 2004 masuklah negara-negara eks-blok komunis Pakta Warsawa, seperti
Hungaria, Czech Republic, Estonia, Latvia, Lithuania, Polandia, Slovakia,
Slovenia, Bulgaria, Romania, Croatia. Dan terakhir dalam pengajuan, Turki juga
ingin bergabung.
Mata uangnya (EU) yaitu euro
baru di adopsi pada 16 Desember 1995 setelah mengalami masa transisi. Pada saat
itu anggotanya ada 15 negara. Semua mau menerima euro, kecuali Inggris (UK)
berkat kaum eurosceptics, yang mau
tetap mempertahankan poundsterling.
Mata uang euro adalah
eksperimen yang menarik. Karena mungkin ini adalah yang pertama dilakukan di era
fiat money. Satu sistem mata uang dan
berbagai sistem fiskal pemerintah. Negara yang masyarakatnya punya tingkat
produktivitas berbeda, tingkat resiko kebangkrutan berbeda, bergabung menjadi
satu.
Mungkin orang-orang pintar di
Brussel berpikir akan diperlukan aturan apa yang disebut Stability Growth Pact yang intinya adalah batasan-batasan yang
harus ditaati dalam masalah fiskal dan moneter. Yang antara lain adalah batas
maksimum defisit belanja negara 3% GDP dan hutang negara 60% dari GDP. Semua
anggota EU harus berdisiplin menjaga fiskal negaranya masing-masing dalam
batas-batas yang ditentukan. Aturan ini diberlakukan mulai tanggal 1 Januari
1999.
Nah keadaan menjadi seru. Negara-negara
yang ekonominya kuat seperti Jerman yang juga sebagai negara eksportir, hal
semacam ini tidak terlalu masalah.
Tetapi bagi negara yang pada dasarnya ekonominya lemah, ceritanya akan lain.
Dengan mata uangnya sendiri, mereka bisa mengambangkan mata uangnya. Ketika
mereka tidak kompetitif, mata uangnya akan secara otomatis terdevaluasi, (suatu
cara untuk menurunkan gaji karyawan dan harga produknya), sehingga bisa kembali
kompetitif. Ketika euro berlaku, pemerintah negara ini, seperti Yunani Itali,
Spanyol dan Portugal, tidak bisa lagi mendevaluasi mata uangnya, karena mata
uangnya sama dengan Jerman yang secara ekonomi lebih kuat dan kompetitif. Negara-negara
ini kehilangan kontrol terhadap mata uangnya.
Ketika timbul krisis ekonomi,
negara-negara anggota EU yang terlanda, tidak punya kontrol lagi. Banyak
anggota EU yang melanggar ketentuan Stability
and Growth Pack. Hutang negara-negara anggota EU terbang kemana-mana sejak
krisis subprime 2008. Yunani 161.30%
GDP, Italy 126.10% GDP, Portugal 119.70%
GDP, Belgia 99.60% GDP, Jerman, Prancis, Belanda........, banyak lagi melanggar
ketentuan yang mereka buat tahun 1999.
Ketika krisis subprime di US
mengimbas wilayah Eropa, EU seperti juga Jepang, berbuat banyak, tetapi
tindakannya tumpul. QE (quantitative easing) yang dilakukan oleh ECB (European
Central Bank, bank sentral Eropa) tidak membuat ekonomi tersetimulasi seperti
yang dinginkan. Pengaruh Jerman di EU mulai digugat. Dan lagu kebangsaan EU
berubah menjadi......, menarik untuk didengarkan.
Keadaan menjadi semakin
runyam, ketika EU memutuskan untuk menerima pengungsi dari Syria dari
.....entah mana lagi, yang utama adalah dari Syria dan Timur Tengah. Ini
mengusik kelompok nasionalis. Cari kerja
susah, hidup susah, eeeeh, malah ketambahan buruh murah dan penerima tunjangan sosial baru. Mana
orang nggak kesal.
Kekesalan ini belum memuncak.
Hanya saja di Inggris sudah melewati batas 50% yang cukup untuk meloloskan
referendum bagi Brexit Leave. Dan
lagu kebangsaan EU menjadi:
Kisahnya Berlanjut: Brexit menjalar ke Frexit, Itexit, Denexit,.......
Hasil referendum secara hukum
tidak mengikat, dalam arti, parlemen Inggris (British) bisa mengabaikannya suara
33 juta warga negara yang berpartisipasi dalam referendum dan memutuskan untuk
tetap mempertahankan keanggotaan UK di EU. Lagi pula keanggotaan UK masih tetap
selama belum ada pemberitahuan resmi dari pemerintah UK. Ini masih membuka
negosiasi. Perjalanan berlanjut....., ketidak pastian masih berlanjut...., kata
kuncinya berlanjut. Lama pula.
Walaupun referendum Brexit belum
mempunyai dampak legal, tetapi seperti EOWI katakan pada artikel minggu lalu
sebelum referendum Brexit:
Kehilangan
Inggris bisa menjadi pemicu reaksi domino keluarnya anggota-anggota lain yang
ekonominya berjalan tidak memuaskan. Mereka ingin punya kedaulatan kenuh atas
keputusan-keputusan (policy) ekonominya. Setidaknya nasib mereka tidak didasari
oleh kompromi dengan bangsa-bangsa lain (anggota EU).
Ternyata baru hasil Brexit Leave saja sudah memicu gejolak
partai-partai populis, nasionalis, eurosceptics,
aliran kiri (anti kemapanan) di Eropa untuk meminta referendum seperti
halnya di Inggris. Di Inggris Nigel Farage, ketua partai beraliran eurosceptics UK Independent Party,
menyebut tanggal 23 Juni sebagai hari kemerdekaan dan minta dijadikan hari
libur nasional.
Di Prancis, Le Pen, ketua
partai Front Nasional yang sedang naik daun dan memenangkan pemilihan lokal
secara mengesankan, meminta referendum seperti Brexit. Mungkin namanya Frexit.
Dia mengatakan pada hari Sabtu 24 Juni 2016:
"Beberapa
bulan lalu, tidak ada yang berani bermimpi tentang keanggotaan EU., Tetapi
sekarang sudah jelas – Ya, ...tidak mustahil keluar dari EU.
Rakyat
Inggris telah memberikan pelajaran tentang demokrasi yang sangat mengagumkan
bagi Eropa dan dunia”
Di Belanda Geert Wilders dari
Party for Freedom (partai untuk kemerdekaan?) yang anti-Islam, anti immigrasi,
anti-Eropa, juga meminta referendum seperti Brexit. Katanya: “Britain 'could liberate Europe again' by
voting for Brexit and sparking populist revolution”. Saat ini Wilders sedang
merencanakan jajak pendapat untuk mendukung usulan referendumnya.
Di Italy, Matteo Salvini,
pemimpin partai yang anti-immigrasi pendatang, xenophobic, ultra-nasionalis Liga Utara, Northern League, Lega Nord
per l'Indipendenza della Padania juga menyerukan/menuntut agar rakyat Italy
diberi kesempatan seperti Brexit.
In Italy, Matteo Salvini, the
leader of the anti-immigration, xenophobic Northern League party, congratulated
Britain on voting to leave the EU and called for Italy to be given the same
opportunity. Di tweeter ia menulis "Long
live the courage of free citizens! Heart, head and pride defeated lies, threats
and blackmail. THANK YOU UK, now it's our turn." Kata our
turn, merujuk referendum di yang akan dilangsungkan di bulan Oktober
mengenai reformasi konsitusi Italy.
Kristian Thulesen Dahl
pemimpin partai yang anti-immigration di Denmark, Danish People’s Party [DF], mengatakan
bahwa EU menganggap remeh skeptisme rakyat Eropa. DF meduduki kursi yang lebih
banyak dari pada partai Liberal yang memerintah Denmark saat ini.
Kristian Thulesen Dahl juga
mengatakan bahwa Denmark harus mengadakan referendum juga seperti Inggris untuk
menentukan apakan tetap bersama EU atau keluar dan Ia didukung partai sosialis Red
Green Alliance yang menginginkan referendum untuk konstitusi Denmark.
Effek domino masih bergulir ke
Swedia yang disponsori oleh Partai Kiri dan partai yang anti-immigran Demokrat
Swedia. Pemimpin partainya, Jimmie Akesson, menuntut negosiasi ulang dengan EU
dan melakukan referendum. Katanya bahwa EU yang mereka pilih dulu adalah uni
perdagangan bebas, bukan monster super-nasional seperti EU saat ini.
Kisahnya Berlanjut: Pergeseran Batas Negara
Ada joke dari ayah saya dulu
tahun 1970an. Katanya, bahwa dalam 100 tahun lagi hanya ada 5 raja yang tersisa
di dunia ini. Empat (4) di kartu bridge
dan 1 di Inggris. Demikian kuatnya citra kerajaan Inggris, seakan Inggris tidak
akan hilang dari muka bumi. Tetapi benarkah demikian?
Inggris atau Great Britain,
atau United Kingdom, yang sudah muncul sejak 1707, memang punya citra
tersendiri mengenai persatuannya dan kecintaan terhadap negaranya. Benderanya,
Union Jack, merupakan gabungan bendera England-St. George’s Cross, Scotland-St
Andrew's Cross, dan Irlandia
Utara-red saltire of St Patrick. Lagu
kebangsaannya Rule Britannia
menggambarkan kejayaan Britons dimasa lalu, Britannia
rule the wave.
Kemenangan kubu Leave Brexit
sangatlah tipis. Kebanyakan di England dan Wales. Di Scotland, kubu Remain menang telak. Juga Irlandia Utara
tetapi tidak setelak di Scotland. Ini membuat kelompok Scot Nationalis punya
alasan untuk membangkitkan kembali semangat Scotland merdeka, yang pisah dari
UK. Demikian juga dengan Irlandia Utara yang beribukota di Belfast. Sebagian
dari mereka lebih suka berbergabung dengan Republik Irlandia yang beribukota di
Dublin.
Mungkin kedua negara bagian UK
ini ingin membuka referendum baru untuk memutuskan keluar atau tetap bersama
dengan England di dalam United Kingdoms. Andaikata Scotland dan Irlandia Utara
akhirnya keluar dari UK, maka kata British akan tidak punya entiti lagi dan
bisa hilang dari kamus. Dalam bahasa Indonesia, kata Inggris tidak lagi
mencakup Scotland dan Irlandia Utara, tetapi hanyalah England. Lagu kebangsaan Inggris
(England) harus diganti dengan Jerusalem.
Aneh juga, nama negaranya England tetapi nama lagu kebangsaannya Jerusalem. Dan benderanya tinggal palang
merah dengan dasar putih. Sama dengan bendera palang merah.
..
Hikmah dari Kisah Brexit (Lagu Lama)
It’s the economy stupid. Itu
ungkapan Ronald Regan yang terkenal ketika ia menjadi presiden US. Kebanyakan
(kalau tidak mau dikatakan semua) persoalan
berpangkal masalah uang, masalah penghidupan, masalah ekonomi. Ketika hidup
susah, ekonomi macet, uang seret, harus ada yang disalahkan. Orang menjadi
terkotak-kotak. Kohesi sosial melemah. Faham ultra-nasionalisme, rasa kesukuan,
anti-orang asing, xenopobia, merebak dan subur. Semangat perpecahan berkembang.
Itu yang terjadi di Eropa, setelah 8 tahun tidak bisa bangkit dari keterpurukan
ekonomi yang dipicu oleh krisis subprime.
Lebih-lebih kaum tua yang mengandalkan penghasilannya dari fixed income asset. Dengan bunga bank yang negatif, fixed incomenya juga menyusut, mungkin
juga negatif. Ditambah lagi dengan membanjirnya pengungsi dari Timur Tengah,
yang notabene berbeda secara fisik, bahasa dan kultur.
Dilihat dari respon
partai-partai ultra-nasionalis, anti-immigran, eurosceptics, atau/dan renspon Scotland dan Irlandia Utara, mengukuhkan
pendapat seperti itu. Untuk memuaskan keinginan seperti itu perlu waktu yang
lama. Karena intinya adalah perubahan ekonomi. Raksasa super-state EU nampaknya tidak bisa menyelesaikan masalah yang
mendasar yang bisa memuaskan rakyat Eropa ini. Sehingga besar peluangnya Uni
Eropa akan bernasib sama dengan Uni Soviet. Apalagi dengan meningkatnya dukungan terhadap partai-partai seperti ini. Peluang terjadinya rangkaian episode seperti Uni Soviet di akhir tahun 1990 akan berulang untuk EU. Tetapi ini....... hanya Tuhanlah yang
tahu.
Saat ini masih perlu
perjalanan yang panjang. Italy, Prancis, Belanda, Spanyol, Denmark,
Swedia......, masih harus melalui proses yang sama dengan Inggris yang notabene
belum selesai. Pecahnya Inggris menjadi England, Scotland dan Ireland, masih
berupa wacana. Semua ini akan
membuat investor merasa tidak aman, jika berlanjut (kemungkinan akan berlanjut)
karena adanya ketidak pastian.
Ketika hasil Brexit diumumkan,
investor nampak keluar dari pasar dengan teratur. Indeks volatilitas VIX,
sempat melonjak, tetapi nampaknya akan turun kembali.
Di dalam negri, rupiah melemah
terhadap dollar, sekitar 1% saja. Dan hari berikutnya sudah mengambil kembali
sebagian besar yang hilang di hari sebelumnya. Bursa Jakarta pun di hari
pengumuman Brexit hanya terkoreksi sedikit.
Mungkin investor akan keluar
dengan teratur, untuk kemudian menunggu sampai asap dan debu mengendap.
Tentunya bisa lama, jika kaum ultra-nasionalis, neo-nazi, eurosceptics di Italy, Prancis, Belanda, Spanyol, Denmark, Swedia
semakin bersemangat mengobarkan EXIT lainnya. Untuk mentuntaskan proses Brexit
masih perlu perjalanan yang panjang. Apa lagi EXIT-EXIT lainnya. Dan saya tidak
bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh bank-bank sentral dunia. Ini ranah
politik, bukan ranah ekonomi.
Sekian dulu, selamat menikmati
lagu-lagi yang tautannya kami post-kan. Sebagai catatan akhir, kami melihat
cadangan devisa RI turun drastis dari $107.7 milyar di bulan April 2016 menjadi
$103.6 milyar di bulan May 2016 atau turun $4.1 milyar. Apakah untuk bulan Juni
nanti akan berada di bawah $100 milyar (angka psikologi)? Entah lah.
Perlu diingat, untuk memenuhi
lebaran 2016, dilakukan impor daging dan kebutuhan pokok cukup besar, tidak pelak lagi perlu US dollar. Ini akan
membuat defisit meningkat. Dan....harga bahan komoditas andalan eksport
Indonesia menurun. Secara matematik sederhana, bukanlah tanda yang baik.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.