Dalam artikel sebelumnya, kami
menyebutkan bahwa dollar indeks berada pada akhir dari counter trend wave-4, idiot wave. Dan
akan melaju dengan wave-5. Kelihatannya wave-5 sudah dimulai. Resistan di level
97 pada saat tulisan ini dibuat, sedang dicoba untuk ditembus US dollar indeks.
Itu berita bagus untuk
pemegang US dollar dan short rupiah. Artinya, sebentar lagi rupiah akan
tertekan kembali. Dan targetnya.........., hmmmm.......nanti saja dulu.
Ada sebuah berita dari Cina, yang
dilangsir Reuters minggu lalu tentang seorang CEO fund management Global Wealth
Investment (Beijing) bernama Wang Jie yang ditusuk oleh seorang nasabahnya yang
berumur sekitar 20an yang mengalami kerugian sebesar $50,000. Diberitakan bahwa
Wang Jie mengalami koma akibat tusukan tersebut.
Masing-masing orang punya
ketahanan jiwa yang tidak sama levelnya. Penusuk Wang Jie, jelas labil sekali,
dan cepat marah. Oleh sebab itu, bagi pembaca EOWI, kami anjurkan untuk meminta
nasehat dari asset manager yang terdaftar dan kompeten sebelum melakukan
investasi. Kesiapan mental anda harus ada untuk menghadapi segala situasi
pasar.
Itu menjadi alasan agar EOWI
selalu pencantumkan disclaimer di
bagian akhir dari tulisan, walaupun dibuat kecil supaya pembaca tidak bisa
melihatnya. Kalau anda tidak membacanya, jangan salahkan EOWI. Setidaknya
kesalahan tidak bisa ditimpakan ke EOWI.
Cardinal Sin Bank Sentral
Saya tidak tahu bagaimana
menterjemahkan kata cardinal sin. Cardinal Sin, bukan pemimpin agama
katholik yang bernama Sin, tetapi......., mungkin bahasa Indonesianya yang
sepadan adalah dosa bueeesarrr. Bank-bank sentral dunia, terutama the Fed,
telah melakukan dosa yang bueesarrr. Pasar uang dan pasar modal telah diubah
oleh para banker di bank-bank sentral dunia, pada khususnya the Fed menjadi
arena judi dan spekulasi. Dan ini akan terus berlanjut sampai bubble finansial
meledak. Dan nampaknya proses ini sedang berjalan. Mungkin dan wawlaahualam.
Yang mereka lakukan mengutak-atik, ikut campur dalam riba. Dunia
dibanjiri oleh kredit dan hutang, yang istilah kerennya likwiditas sejak tahun 1990. Kredit membanjiri berbagai
sektor-sektor. Bubble tumbuh, dimulai dengan saham tech, Nasdaq, pasar hutang emerging market. Kemudian bubble ini meletus, krismon Asia,
Amerika Latin, Mexico, dan....Nasdaq. Itu disekitar tahun 1997 - 2002.
Untuk menangkalnya, sekali
lagi the Fed kembali mengucurkan likwiditas. Dan bubble sektor properti tumbuh,
komoditi juga membubble. Bahkan emas, wow, dispekulasikan.
Bubble properti di US dan
sebagian dunia, pecah oleh kredit subprime 2007 - 2008. Kemudian.....,
likwiditas dikucurkan kembali. Dan......, cerita EOWI kali ini dimulai dari
tonggak sejarah ini.
Pada bulan Februari lalu
McKinsey Global Institute mengeluarkan hasil studinya tentang hutang global yang
masih menggembung. Berdasarkan laporan tersebut posisi hutang dunia tahun 2015
ini adalah $200 trilliun. Padahal sebelum krisis subprime ada di $140 trilliun,
di tahun 2008. Jadi ada kenaikan $60 trilliun.
Katanya the Fed dan bank
sentral dunia membidik pertumbuhan ekonomi dengan ke-tidak-bijaksanaan QE,
pengucuran kredit ini. Oleh sebab itu kita lihat hasilnya untuk menentukan
apakah hal ini adalah kebijaksanaan atau ke-tidak-bijaksanaan. Pertumbuhan
ekonomi dunia dalam kurun waktu 7 tahun, dari 2008 sampai 2015 adalah $15
trilliun saja, yaitu dari $55 trilliun menjadi $77 trilliun. Jadi dengan kredit $60 trilliun hanya ¼ nya
saja atau $15 trilliun, yang effektif menjadi aktivitas ekonomi selebihnya
menjadi entah apa, bubble, malinvestment, spekulasi atau apaun yang wawlahualam.
Angka-angka statistik Cina membuat mata
terbelalak lebih lebar lagi. Kita mulai saja tahun 2000, saat comodity bull market dimulai. Tingkat
kredit yang ada hanya $ 2 trilliun dan 14 tahun kemudian menjadi $ 28 trilliun.
Pada saat krisis subprime tingkat kredit di Cina sekitar $ 7 trilliun, dan 7
tahun kemudian menjadi $ 28, artinya ada kenaikkan $ 21 trilliun. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi yang katanya seperti mukjizat itu hanya dari $5 trilliun ke
$ 10 trilliun. Kemana yang $ 16 trilliun lagi?
Arus Balik
15 tahun kredit boom membuat
banyak malinvestment di sektor
pertambangan, minyak dan perkebunan, manufakturing, transportasi dan
distribusi global. Secara lokasi, sasarannya adalah Cina dan emerging countries. Selama itu, uang
mengalir ke Cina, ke Saudi, ke negara-negara peng hasil barang-barang dasar dan
komoditi (Russia, Australia, Canada, Indonesia....dst), ke emerging countries dan membuat cadangan devisa negara-negara ini
tumbuh bak bayi mukibat. Bayi mukibat yang tidak sehat.
Tetapi mungkin, insya
Allah, ekspansi kredit telah memasuki
level maksimum dan ini dikenal sebagai fase crack-up.
Deflasi global akan memberi tekanan kepada harga barang dan jasa yang utamanya
dalam dollar.
Kapital dollar keluar dari
negara ini dan membuat cadangan devisanya melorot, turun. Mari kita lihat Cina
yang menjadi kancah spekulasi dan kancah permainan mukjizat pertumbuhan
ekonomi. Puncak cadangan devisa dicapai pada tahun lalu, sekitar bulan May 2014
pada level $ 4 trilliun. Beberapa bulan sebelumnya, pada bulan Januari 2014,
nilai tukar yuan terhadap US dollar mencapai RMB 6.05 per US dollar. Sejak May
2014, cadangan devisa Cina merangkak turun. Mungkin tidak bisa disebut
merangkak, karena besarnya $ 320 milyar.
Atau hampir 3 kali cadangan devisa Indonesia. Kata yang lebih baik mungkin
terjun, tergerus, atau sejenisnya. Bersamaan dengan itu nilai tukar yuan juga
turun ke RMB 6.36 per US dollar. Walaupun hanya sekitar 5%, tetapi hal ini
merupakan kejutan bagi banyak analis. Yuan melemah??
Cadangan Devisa Cina dan Nilai Tukar Yuan
Para penganut teori konspirasi
seperti Jim Rickards mungkin berpikir bahwa Cina sedang melakukan serangan
terhadap ekonomi US. Dan ini dilakukan bersama-sama dengan sekutu komunisnya
yaitu Russia mereka membuang US dollar yang dipegangnya dalam cadangan
devisanya. Cadangan devisa Russia juga turun.
Menurut pandangan kubu teori
konspirasi, Russia dan Cina bersama-sama melepas surat-surat obligasi US
dollarnya. Targetnya mungkin untuk menaikkan suku bunga di US dan menghancurkan
US dollar, negara kapitalis musuh bebuyutan mereka. Kalau Cina melepas $ 360
milyar, sekitar 10% dari cadangan devisanya, Russia melepas 33% dari cadangan
devisanya atau $160 milyar. Tetapi anehnya, bukan US dollar melemah akibat
dilepasnya $ 520 milyar oleh ke dua musuh bebuyutannya dalam idiologi,
melainkan US dollar malah menguat.
Cadangan Devisa Russia
Kalau teori konspirasi Jim
Rickards benar, maka rubel, mata uang Russia akan menguat. Kalau Russia melepas
cadangan dollarnya, menjual dollarnya maka nilai tukar rubel akan menguat.
Ternyata dalam 2 tahun ini rubel malah melemah. Fenomena ini membuat teori
konspirasi menjadi lemah.
Nilai Tukar Rubel Russia Terhadap US
Dollar
Bagaimana dengan zone euro
yang notabene adalah konconya Amerika Serikat. Mereka juga mengalami
pengempisan cadangan devisa. Lihat cadangan
devisa zone Euro yang melorot. Tetapi......, sama dengan Cina dan Russia, nilai
tukar euro terhadap US dollar juga turun. Catatan grafik di bawah menunjukkan
nilai tukar US $ per € 1. Dollar menguat dari $ 1.38 per € 1 di awal tahun 2014
menjadi $ 1.1 per € 1 pada pertengahan
2015. Kenapa?
Cadangan Devisa Zone Euro dan nilai tukar US$-euro
Lalu...., bagaimana dengan
Jepang yang juga konconya US. Mereka juga mengalami pengempisan cadangan
devisa. Tidak banyak, hanya $50 milyar dalam setahun ini. Apakah mereka
melakukan serangan keuangan terhadap US? Ide yang gila. Tetapi....yang terjadi
pada Jepang sama seperti yang terjadi pada Cina. Nilai yen terdepresiasi
terhadap US dollar.
Cadangan Devisa Jepang dan nilai tukar yen/US$
Okey....., bagaimana dengan
Saudi Arabia yang selalu suka di bawah ketiak Amerika. Mereka melepas $ 30 milyar dari cadangan devisanya. Serangan
ekonomi ke Amerika? Kalau anda masih mempercayai currency war dan teori konspirasi......, mungkin anda bisa percaya
kalau tuhan melakukan poligami. Sungguh absurd.
Cadangan Devisa Saudi Arabia
Saya tidak yakin teori
konspirasi Jim Rickards masuk akal, absurd. Oleh sebab itu EOWI mengajukan teori
US dollar pulang kandang.
Menurut EOWI, the Fed
mengucurkan kredit gila-gilaan, setelah bubble tech Nasdaq tahun 2000 dan kasus Enron meletus, kemudian dilanjutkan dengan kasus subprime. Dan diikuti oleh banyak negara. Akibatnya ekonomi
dibeberapa negara mengalami boom,
marak selama pengucuran likwiditas ini. Tetapi tipe kemarakan ekonomi seperti ini disebut crack-boom, dasarnya spekulasi. Uang/kredit mengalir ke Cina,
negara-negara penghasil komoditi, dan emerging countries. Investasi marak.
Pabrik dibangun. Infrastruktur dibangun. Properti di negara-negara ini juga
marak. Kapasitas baik itu kapasitas produksi manufakturing, produksi bahan dasar (minyak, batubara, minyak sawit, gas, bahan tambang), kapasitas hunian, kapasitas properti komersial, kapasitas infrastruktur (terutama di Cina dan Jepang), dibangun melebihi kebutuhan riil.
Kalau pertumbuhan ekonomi
negara-negara ini, terutama Cina dan emerging countries agak gila-gilaan, tidak
perlu diherani. Karena banyak kredit masuk ke situ. Tetapi, seperti yang
disebutkan sebelumnya, penggunaan kredit/hutang tidak effektif. Untuk $1
pertumbuhan ekonomi, diperlukan $4 hutang. Itu tidak effektif.
Hutang ada batasnya. Maksud
saya, bubble hutang/kredit ada batasnya, suatu saat akan meletus. Saatnya adalah dimana bebannya menjadi terlalu berat untuk ditanggung dan tidak ada lagi objek yang bisa dispekulasikan, potensi untuk memperoleh keuntungan mengecil dan resiko membesar. Di saat itu, investor merealisasikan keuntungannya. Aksi ambil untung berlangsung beramai-ramai, serentak, sepertinya takut ketinggalan.
Bubble hutang dunia yang $ 200 trilliun sudah terlalu besar untuk GDP dunia (lebih tepatnya Gross World Product) yang sebesar $ 78 trilliun. Hutang lebih dari 2.5 kali dari ekonomi. Itu beban yang berat. Dengan effektifitas penggunaan hutang untuk memacu pertumbuhan yang hanya 25%, kondisi seperti ini tidak bisa berlanjut. Potensi keuntungan sudah mentok. Resiko meningkat.
Bubble hutang dunia yang $ 200 trilliun sudah terlalu besar untuk GDP dunia (lebih tepatnya Gross World Product) yang sebesar $ 78 trilliun. Hutang lebih dari 2.5 kali dari ekonomi. Itu beban yang berat. Dengan effektifitas penggunaan hutang untuk memacu pertumbuhan yang hanya 25%, kondisi seperti ini tidak bisa berlanjut. Potensi keuntungan sudah mentok. Resiko meningkat.
Para investor dan spekulan
menariki modal milik mereka pulang. Dollar balik kampung. Selanjutnya kredit akan mengering. Saluran kredit mampet. Teori ini lebih masuk
akal dari pada teori serangan ekonomi negara komunis ke Amerika Serikat.
Di samping dollar balik
kampung, para eksportir lokal, tidak mau merepatriasikan hasil ekspornya ke
negara masing-masing. Tidak ada gunanya karena toh..., bisnis sedang melambat.
Lebih baik diparkir dalam dollar di luar negri. Ini memperparah keadaan.
Paket Ke-Tidak-Bijaksanaan IV RI yang Tumpul
Dalam rangka menangkal
keluarnya modal dari Indonesia, dan untuk memperkuat ekonomi dalam negri, NKRI telah
mengeluarkan beberapa paket ke-tidak-bijaksanaan. Entah sudah sampai jilid
berapa sekarang. Mungkin jilid 4, entah lah. Salah satunya adalah pengampunan
pajak.
Menurut pengusul RUU
Pengampunan Nasional Hendrawan Supratikno diperkirakan NKRI bisa memperoleh
pemasukan sebesar Rp 3000 trilliun sampai Rp 7000 trilliun jika undang-undang
ini diberlakukan.
Bisakah?
Pertama, DPR bukan badan yang
effisien. Untuk mengatakan Rp 3 – 7 quadrilliun, masih menggunakan trilliun
yang harus ditambah 3 angka nol.
Hendrawan dan anggota DPR tidak tahu caranya menyebut angka-angka itu secara
effisien. Orang bisa menyebut 1 trilliun dengan 1 juta-juta atau seribu milyar. Tetapi itu tidak efeektif. Jadi dari orang yang tidak effektif apakah bisa diharapkan manuvernya akan effektif juga?
Kedua, orang yang punya uang
trilliunan rupiah, apa itu koruptor, pelaku bisnis yang jujur, yang busuk atau
apapun, dapat dipastikan sudah tidak perduli lagi dengan masalah kewarganegaraan.
Mereka memarkir uangnya di luar negri karena lebih menguntungkan. Bahkan, kalau
perlu ganti kewarganegaraan, ganti passport, mereka juga tidak perduli. Yang
penting mana yang lebih menguntungkan. Kewarganegaraannya adalah duit.
Saya pikir, usaha DPR,
pemerintah untuk menahan laju depresiasi rupiah akan percuma. Mereka belum
berpikir lagi, mengenai para eksportir yang memarkir hasil ekspornya di luar
negri. Mau diapakan mereka ini?
Good luck.
Dollar Rally Kembali
Minggu lalu, Elliot Wave
International memberi kesempatan gratis untuk melongok analisa mereka. Karena
gratis, maka EOWI juga ikut melihat analisa mereka.
Seperti yang EOWI katakan 2
minggu lalu bahwa koreksi wave-4 terhadap US dollar indeks pada fase
terakhirnya. Ternyata, hal ini dibenarkan/didukung oleh Elliot Wave
International.
Berikut ini adalah
grafik-grafik yang saya ambil dari Elliot Wave International.
Elliot Wave Dollar Indeks (harian)
Pada penutupan hari Jumat 23
Oktober 2015, indeks dollar ada pada level
97.04. Level ini berdasarkan chart hariannya, lebih tinggi dari wave i.
Maka nampaknya wave iii sudah berlangsung. Dan wave 5 diperkirakan juga sudah
berlangsung. Untuk wave-5, akan lebih jelas dilihat pada chart mingguannya di
bawah ini.
Elliot Wave Dollar Indeks (mingguan)
Walaupun komponen indeks
dollar didominasi oleh euro, tetapi ternyata bahwa untuk mata uang lainnya,
koreksi US dollar sudah berakhir dan rally berikutnya baru dimulai. Berikut ini
beberapa chart mata uang berbasis komoditi, dollar Australia dan rubel Russia,
yang saya ambil secara gratis dari Elliot Wave International.
Elliot Wave Dollar Australia (harian)
Elliot Wave Dollar Australia (mingguan)
Dollar Australia baru mulai wave iii impulse.
Sedang rubel Russia mungkin baru saja
menyelesaikan wave 4 yang merupakan counter
trend wave.
Elliot Wave Rubel Russia (harian)
Bagaimana dengan rupiah?
Silahkan tebak sendiri.
Sekian dulu, jaga kesehatan
anda baik-baik dan juga tabungan anda. Semoga anda termasuk orang-orang yang
mampu melewati krisis ini dengan kepala tegak, menatap ke depan, berdiri gagah,
penuh optimisme. Bukan mereka yang lesu dengan kepala terkulai........
Jakarta 25 Oktober 2015
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.