___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Wednesday, September 23, 2015

Jika US$ = Rp 15,000



Beberapa hari lalu saya sempat membaca berita di sebuah situs mengenai komentar wakil ketua DPR yang sempat dipojokkan publik karena kelakuannya yang berkaitan dengan kandidat presiden US Donald Trump, selfie bersama Donald.
Komentarnya kali ini mengenai rupiah:
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon, mengingatkan pemerintah untuk berupaya kembali menguatkan nilai rupiah.

Karena menurutnya, rupiah semakin melemah akan berdampak besar bagi negeri ini.

"Jika (rupiah) bisa tembus 15.000 bisa-bisa rakyat minta reformasi jilid II. Itu (jika Rp 15.000 per dolar AS) berarti perusahaan akan banyak PHK, buruh jadi berhenti, itu harus ditangani serius," kata Fadli di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Fadli membandingkan saat terjadinya reformasi pada 1998 lalu dimana rupiah menyentuh angka 13.000 per dollar AS. Saat ini rupiah telah menyentuh angka 14.450 per dollar AS dan harus diwaspadai.

"Waktu huru-hara Mei (1998) itu dilevel Rp 13.000 dan itu sudah terlalu jauh. Kalau tidak diantisipasi ya saya khawatir," tuturnya.

Masih kata Fadli, DPR sudah melayangkan undangan kepada Menteri Keuangan dan Gubernur BI untuk memperbincangkan persoalan-persoalan ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Menurutnya, perlu iklim investasi yang kondusif untuk memperbaiki ekonomi Indonesia.

"Koordinasi belum terjadi dan justru pemerintah berdebat di depan publik. Sekarang butuh leadership yang bukan lagi blusukan dan pencitraan," tandasnya.
Pembaca coba bertanya: Kalau US dollar ke Rp 15,000…, akan ada reformasi jilid dua…nggak ya?

EOWI menjawab:"Nggak tahu yaaah....."
Kalau dua bulan lagi US dollar betul-betul bertengger di Rp 15,000, dan tidak ada huru-hara reformasi jilid II, apakah anda mau kirim email ke Fadli mengatakan: “Hei Fadli, dollar sudah di Rp 15,000, kok tidak ada huru-hara reformasi jilid II? Nggak dapat wangsit ya?
Kita tinggalkan Fadli dulu.
Pada hari yang sama, saya makan siang bersama beberapa teman yang kawakan di bidang investasi, perbankan dan ekonomi, yaitu Erry Firmansyah, mantan direktur BEJ; Marita, country risk manager Citibank; Manche, mantan direktur Welltekindo (penyedia jasa slickline terbesar di Indonesia, yang akhirnya dikuisisi Schlumberger) dan beberapa lagi. Ngobrolnya berkisar mengenai kondisi ekonomi saat ini.
Kami sering kumpul-kumpul untuk hura-hura, ngobrol ngalor-ngidul. Pada waktu kumpul-kumpul sebelumnya, saya sedang membuat laman Gejolak 2014 – 2020. Waktu itu saya sempat mengatakan bahwa akan ada krisis dan dollar akan ke Rp 17,000. Tanggapann mereka tidak terlalu antusias. Pada waktu itu, dari semua teman-teman saya itu, sayalah adalah yang paling pesimis dibandingkan dengan yang lain. Sekarang, keadaan berbalik. Merekalah yang lebih pesimis dari saya. Beberapa opini mereka adalah, US dollar akan mencapai level Rp 15,000 di akhir bulan September ini. Untuk pendapat ini saya tidak bisa mengomentari.
Kemudian, jika US dollar mencapai Rp 17,000, seperti target minimal saya, maka akan terjadi huru-hara. Disela-sela obrolan kami, Erry menunjukkan Galaxy Tabnya yang berisi komentar Ferry Latuhihin, seorang ekonom/investor temannya. Isinya mengatakan bahwa tahun 2016, Indonesia akan resesi. Komentar ini seakan ingin menguatkan kesimpulannya akan adanya huru-hara.
Menurut pendapat EOWI, resesi dan dollar mencapai Rp 17,000 akan terjadi, dan kemungkinannya tahun 2016 depan. Tetapi tanpa huru-hara. Huru-hara baru akan terjadi di tahun 2025 – 2030 pada saat kemampuan di bidang ekonomi/finansial Indonesia berada pada titik terendahnya. Tabungan atau kekayaan yang diperoleh selama 10 commodity secular bull market, plus beberapa tahun setelah itu (2000 – 2012), akan susut dan pada saat itu banyak orang miskin, menganggur, maka huru-hara mudah terjadi.
Ada beberapa informasi yang bisa EOWI tarik dari percakapan itu. Pertama, suatu hal yang dikritik oleh Erry, bahwa ada kesan bahwa BI a.k.a. Agus Martowardoyo yang notabene adalah teman kuliah Erry, tumpul, karena tidak mau melakukan intervensi untuk menahan pelemahan rupiah. Agus Martowardoyo lebih memilih mempertahankan cadangan devisa dari pada mempertahankan rupiah.
Catatan: cadangan devisa Indonesia tetap di sekitar $ 110 milyar selama terjadinya pernurunan nilai tukar rupiah dalam kurun waktu beberapa tahun ini. Mungkin dugaan Erry ada benarnya.
EOWI pikir, BI sedang menghadapi musuh dengan kekuatan yang tidak seimbang. Berhadapan dengan hot money yang ada di pasar saham dan bond, yang di awal tahun besarnya US$ 360 milyar, kekuatan cadangan devisa BI hanya US$ 110 milyar. Kemudian transaksi harian di pasar uang mencapai US$ 2 sampai US$5 milyar. Cadangan BI tidak kuat menghadapi medan pertempuran seperti ini. Belum lagi debitur-debitur dollar yang nervous melihat hutangnya membengkak. Belum lagi spekulan-spekulan kecil seperti Imam Semar, Sharifa Dinara Beardon, yang ikut meramaikan pasar.
Dengan perimbangan kekuatan semacam ini jelas BI akan kalah dengan cepat jika peperangan dilakukan tanpa strategi. Tidak hanya itu, peperangan ini akan lama sekali. Dalam kurun waktu 10 – 15 tahun mendatang, Indonesia tidak akan memperoleh penghasilan devisa seperti 10 – 15 tahun sebelumnya.
Sebagai negara yang perekonomiannya bergantung pada harga komoditi. Sedangkan commodity secular bull market sudah digantikan oleh commodity secular bear market untuk kurun waktu 10 – 20 tahun mendatang. Seandainya ada devisa yang masuk selain dari sektor komoditi, maka dana itu datangnya sebagian (besar) dari hutang dan selebihnya dari investasi asing. Singkat kata, selama 10 – 15 tahun ke depan, cadangan devisa akan mengering atau setidaknya rentan terhadap goncangan-goncangan moneter.
Jadi bagaimana cara menghadapi hot money yang sedang keluar dari Indonesia ini? Ini adalah perang yang lama dan dengan musuh yang tidak seimbang. Sejarah menunjukkan di akhir 2 commodity secular bear market, rupiah terpuruk parah. Yaitu menjelang tahun 1970 (1965 – 1968) dan menjelang tahun 2000 (1997 – 2000).
Melihat hal ini, yang harus dijadikan tujuan oleh BI adalah menang dalam perang yang notabene akan terjadi selama 15 tahun, bukan menang dalam pertempuran-pertempuran awal, tetapi harus menelan kekalahan di akhir episode perang.
Akan saya coba jelaskan maksud saya ini.
Dengan mempertahankan rupiah habis-habisan dengan semua cadangan devisa melawan hot money, artinya memberi kesempatan bagi hot money keluar dari Indonesia dengan keuntungan yang lumayan. Pemilik hot money bisa mengkonversikan rupiahnya ke dollar di saat rupiah “kuat” dan dipertahankan (dollar masih murah) BI ketika hot money keluar pasar. Mempertahankan rupiah saat ini berarti memberi keuntungan bagi dana asing. Kalau strategi ini dilakukan, cadangan devisa BI akan habis sebelum semua hot money keluar. Dengan besarnya transaksi valuta asing sebesar US$ 2 - 5 milyar per hari, devisa akan cepat terkuras. Mungkin hanya bisa bertahan 1 tahun saja. Selanjutnya anjloknya rupiah tidak bisa dikendalikan lagi. Kepercayaan terhadap rupiah akan hilang dan akan memicu hiperinflasi.
Alternatif lain (ke dua), BI tidak melakukan intervensi di awal ronde dan membiarkan pasar melakukan fungsinya. Yang pasti, hot money akan menggoreng rupiah (baca: mempertahankan rupiah) agar ketika mereka keluar, mereka tidak terlalu rugi. Mereka akan keluar dengan teratur. Tentu saja, kata teratur bukanlah suatu hal yang gampang dilakukan. Trader-trader lokal akan mengganggu, bak gerilyawan al Qaeda yang mengganggu tentara US di Afganistan dan Irak sampai babak belur. Hot money akan bertempur melawan trader-trader lokal seperti Imam Semar and his gang yang mencari keuntungan dari kesulitan hot money.
BI baru mulai terjun dan intervensi pada saat kekuatan hot money tinggal 5% -10% dari yang sekarang. BI akan dengan mudah mempermainkan rupiah ke arah yang diinginkannya. Mau dibikin Rp 9,000 per US dollar pun mungkin tidak sulit.
Kedua alternatif di atas tidak enak. Tetapi yang terbaik untuk BI adalah alternatif yang ke dua. Jika BI mengambil strategi ini, yang akan menjadi korban collaterals nya dalam waktu dekat ini adalah bisnis yg punya hutang dollar. Bukan tidak mungkin US dollar melambung ke Rp 25,000 atau Rp 40,000 - bergantung model yang anda gunakan. Model bursting bubble bisa membawa US dollar ke Rp 40 ribu. Jika level ini tercapai, korban akan berjatuhan.
Konglomerat Salim nampaknya punya hutang dengan mata uang asing sebesar US$ 3,8 milyar, Indofood US$534,5 juta. Walaupun besarannya hanya  1 hari perdagangan valuta asing Indonesia, tetapi jumlah ini akan memukul. Jumlah hutang konglomerat Salim ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan Garuda yang konon beberapa waktu lalu memerlukan suntikan dana sebesar US$ 9 milyar (entah terpenuhi atau tidak).  Tentu saja Chairul Tanjung si anak singkong yang membeli banyak (hampir 11%) saham Garuda, mungkin harus makan singkong, akibat leverage ekspansi bisnisnya yang bukan saja ke Garuda. Mungkin...mungkin...Siapa tahu. Tetapi biasanya orang-orang kaya akan selamat ketika krisis terjadi. Mereka termasuk too big to fail. Pemerintah akan menolong mereka, seperti kejadian krismon 1998 lalu.
EOWI bisa mengoceh mengenai konglomerat-konglomerat Indonesia yang bakal terpukul karena tidak punya data yang lengkap, dan juga pokok diskusi sekarang ini tidak untuk membahas dan menggosip tentang konglomerat kaya Indonesia. Jadi kita kembali ke pokok pembahasan.
Membiarkan rupiah melemah (tidak dipertahankan), pemerintah bisa berdalih, berargumen untuk tujuan konsumsi publik bahwa dengan melemahnya rupiah akan meningkatkan kemampuan ekspor dan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor. Ungkapan-ungkapan atau mantra-mantra itu bisa dipakai untuk konsumsi publik.
Tentu saja, kami di EOWI akan mentertawakan slogan-slogan untuk konsumsi publik ini. Sebab, kalau diteliti lebih lanjut, disamping meningkatkan daya ekspor, pelemahan rupiah akan mematikan perusahaan-perusahaan yang banyak berhutang dollar, selanjutnya meningkatkan pengangguran akibat banyak perusahaan yang tercekik hutang dollar kemudian memPHK karyawannya, mengikis daya beli lokal......, dan masih banyak lagi yang belum terlintas di kepala saya. Koreksi harus ada...., bisnis yang dipimpin oleh orang-orang yang tidak mampu berbisnis akan lenyap dan digantikan oleh perusahaan-perusahaan punya strategi yang baik, yang lebih inovatif, mengelolaan finansialnya baik dan bisa menjaga tingkat pedapatannya selama krisis. Pohon tua dan lapuk harus ditumbangkan untuk memberi ruang bagi tunas-tunas baru. Dan pergeseran-pergeseran seperti ini punya dampak yang menyakitkan. Tetapi yang tahu detail seperti ini tidak lah banyak. Selama mantra ini:
melemahnya rupiah akan meningkatkan daya saing ekspor dan menguntungkan perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor.
terus didengungkan, maka orang akan percaya dan punya harapan, serta popularitas pemerintah mungkin akan tetap terjamin. Saya katakan "mungkin" karena....., bagi orang yang kena PHK dan putus asa, omongan pemerintah tidak akan didengar. Bagi mereka, bisa memperoleh pekerjaan kembali adalah tolok ukur popularitas pemerintah. 
Jadi........, apakah tahun 2016 akan terjadi resesi? Seperti kata Ferry Latuhihin, atau US dollar akan Rp 15,000 di akhir bulan September 2015 ini? Seperti kata Manche dan Erry teman saya, atau apakah akan terjadi huru-hara kalau US dollar sampai ke Rp 15,000 atau Rp 17,000? Seperti kata Fadli Zon dan banyak orang, atau apakah Garuda akan bangkrut seperti Merpati karena kena beban hutang dollar....., atau....., atau.....banyak atau.
Di EOWI, tidak ada yang perduli hal-hal di atas. The Fed tidak menaikkan suku bunganya bulan September 2015 ini, toh tidak membuat rupiah menguat. Padahal banyak analis yang mengatakan bahwa penguatan dollar adalah akibat adanya antisipasi the Fed akan menaikkan suku bunganya. Tentunya kalau the Fed tidak jadi menaikkan suku bunganya maka sepatutnya dollar akan melemah. Dan yang terjadi malah sebaliknnya: dollar menguat, bahkan menembus Rp 14,500. EOWI tidak perduli apa yang the Fed, BI, OJK, dan lain-lain mau perbuat. Rupiah akan melemah terus. Itu yang penting. Dan sebabnya sudah dijelaskan EOWI berkali-kali: Dollar pulang kandang.
Kami di EOWI tidak perduli kalau krisis terjadi........, karena kami sudah siap. EOWI tidak perduli BI membatasi pembelian US dollar, karena kami sudah siap. Kami hanya kasihan pada orang-orang yang kena PHK seperti 3000 orang pegawai bank CIMB dan bank Danamon, kami juga kasihan kepada mereka yang banyak hutang dalam US dollar, kami kasihan kepada orang yang tidak tahu bahwa daya beli mereka melorot karena rupiahnya terkikis. Tetapi kami tidak kasihan kepada pembaca EOWI, yang setiap hari membuka EOWI dan masih tidak bisa mempertahankan nilai tabungannya dengan memanfaatkan peluang: short rupiah dan long dollar. Capek deh.......
Mungkin ada pembaca yang masih penasaran: apa hubungannya berita Fadli Zon dengan tulisan ini?
Entahlah......., EOWI tidak perduli. Apakah dalam suatu tulisan harus ada hubungan antara satu paragraf dengan paragraf lainnya. Hal tersebut, toh, belum dilarang oleh pemerintah, atau dikenakan pajak. Dan DPR belum mengusulkan untuk dikenakan cukai seperi minuman berpemanis sintetis. Sebelum hal-hal seperti ini (cerita ngalor-ngidul) dikenakan pajak seperti pesangon PHK atau dilarang pemerintah seperti masuk daerah 3-in-1 jam 7 – 10 pagi, EOWI akan melakukannya terus. Toh nggak kena pajak dan nggak akan dipenjara atau denda? Siapa perduli.
Sekian dulu. Jaga tabungan dan kesehatan anda baik-baik.

Jakarta 21 September 2015.
 


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

20 comments:

denmas said...

Top story of the day Bung IS.. btw apa ada sedikit clue knp investor asing pembawa hot money, sdh tdk lg tertarik dgn imbal hasil 7,5% ala BI rate? apa mereka sdh berhitung kl dlm setahun imbal hasil tsb mmg tdk bisa mengatasi depresiasi RP atau ada faktor lain lagi (tidak percaya pemerintah misalnya)..

Anonymous said...

ini hoax bukan ? http://chirpstory.com/li/285855 Ternyata USA Berutang Ribuan Triliun Dollar ke Bangsa Indonesia, Ini Buktinya : @SBYudhoyono @jokowi @ZUL_Hasan @Prabowo08 Mas IS - bagaiMana artikel ini ?

Imam Semar said...

Ternyata tadi malam karena internet lemot, secara tidak sengaja topik ini ter-posting 2 kali. Dan ternyata pada posting pertama sudah ada komentarnya. Komentar ini saya pindah kesini:

Anonymous said...

sempat goyah iman sma wangsit EOWI

ketika fed batal naikkan suku bunga, trus dollar melemah sesaat

tp setelah direnungkan berkali2

analisa EOWI brutally honest

keep stacking USD guys ^^v

admin said...

betul usd pulang kampung.bukan hanya rupiah.gbp dan eur pum jatuh

Arkad said...

Sepertinya bung IS berhasil menafsirkan kondisi sekarang, mungkin seperti jaman dulu nabi Yusuf AS berhasil manafsirkan mimpi raja Mesir, gitu kali hehehe

Selain intervensi usd, BI bisa juga menahan dengan menaikkan BI rate yang menghukum debitor dan membuat senang kreditor (kecuali yang kena kemplang). Cerita soal ini dong bung IS, dan efeknya terhadap sektor properti yang katanya selalu naik dan punya mantra "hari senin harga naik". Kapan properti nyungsep? huehuehue...

Thanks sharingnya. Keep sharing... Salam bearish, hehehe...

Anonymous said...

Jd strategi AMW menurut bang is dah pas? Apakah benar beliau akan intervensi kalau hot money udah 90/95%keluar? Is that useful?

Sang Penanya said...

Uhuiiii Rp. 14.700

anita55 said...

Trm ksh sharingnya, sy yg awam ini sedikit2 jd tau & turut bersiap menghadapi masa depan yg suram. Dg kondisi begini, apa risiko yg mgkn muncul thd simpanan valas di bank nantinya? Kira2 berimbas berat/ngga,ya? Jd sebaiknya simpanan dlm bentuk apa & dmn? Sy cm pegawai swasta dg penghasilan pas2an
��
1$=14700 hr ini

Pemasar Tangguh said...

Menurut Pak Imam, apa benar isu akan banyak bank kecil akan kolaps jika USD makin menguat? Jangan2 bank kecil kolaps, bank besar di rush??

Anonymous said...

terimakasih banyak pak is. kalo aja saya ngga baca eowi, udah tergerus tabungan saya...

Anonymous said...

terimakasih Pak IS...

yudi said...

pak is,tolong pertanyaan denmas itu dijawab donk.kasih penjelasan tentang alasan mengapa asing tidak lagi tertarik dengan bunga bi 7.5%?bahkan malah memilih menarik hot money keluar dari Indonesia??

Unknown said...

"Imam semar" ini sebenernya si semar yg di imamkan ? Atau semar mengimamkan ? Saya jadi bingung. Maklum saya bukan orang waras. Cuma orang gila yg lagi stres terhadap siklus dunia, dan beberapa isinya yg mulai keluar dari aturan main serta eksistensi peran yg ia mainkan. Hihihi

Anonymous said...

saya sdh baca eowi dari sejak di klubsaham dulu..
kebanyakan analisa pa is... 30% tepat, dan 70% meleset...
tapi soal ramal meramal memang tidak ada yg bisa tepat 100%
30% sdh angka bagus...

bukan hanya EOWI aja yg meramal dollar 17rb... suhu acai dsb. juga meramalkan begitu toh...
tapi minimal eowi sdh memperingati kita... untuk itu pak is saya sangat apresiasi

ini laporan lengkap soal krismon 1997-1998-1999 yang mana waktu itu pak is sedang tidak di indonesia.. agak panjang tapi benar-benar mendetail dan banyak chart dan neraca-neraca serta angka2 index yang agak sulit jika tidak mengerti bahasa tehnical dan ekonomi...

http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LapTah%201998%201999.aspx

tapi sangat menyediakan insight... mohon pak is bantu menterjemahkannya kebahasa orang waras...

bravo pak is..

andrew73545
http://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/perekonomian/Pages/LapTah%201998%201999.aspx

Anonymous said...

gold naik lg pak IS $1150an

sepertinya gold kebal thdp deflasi saat ini?

#kodechi

nb: happy weekend pak IS ^^

Reader said...

Sudah menjelang akhir September nih.. Mana nih realisasi ramalan doomsday nya?

Sudah gak sabar mau ngeledek simpatisan doomsday.

:D

Imam Semar said...

Cerita di http://chirpstory.com/li/285855
tidak cocok dgn sejarah. Tgl 14 Nov 1963 spt tertulis di surat tsb, Kennedy tidak menerima tamu asing atau pergi ke Swiss. Hari tsb adalah press conference terakhir sebelum dia ditembak mati tgl 22 nov 1963.

Kebohongan biasanya punya kesalahan di detail2nya....sepeti kaxus ini...

Imam Semar said...

@TAMGGUH,
Yg pasti bank yg sembrono dalam lending nya akan mengalami kesulitan. Kita yidak bisa mengeneralisir.

anonim saja said...

Yg ga gaa aja cerita tsb

Unknown said...

beda antara 13.000 sekarang dengan 13.000 tahun 1998. pada tahun 1998 terjadi lompatan atau lonjakan seketika dari 2000-an, sedangkan 13.000 sekarang dicapai pelan2 sesuai inflasi tahunan. jadi sulit untuk terjadi reformasi terkecuali terjadi 6 kali lipat (tahun 1998 kurs 2000-an dikali enam sama dengan 13.000) jadi untuk tahun ini terjadi reformasi perlu perkalian enam (10.000-an kali enam sama dengan 60.000 perdollar) barulah terjadi reformasi jilid II