Selama beberapa minggu ini, di situs Financial Sense mengetengahkan perdebatan deflasi vs inflasi. Perdebatan ini diikuti oleh 3 orang dari kubu deflasi dan 3 orang dari kubu inflasi. Kalau anda ingin tahu lebih lanjut silahkan kunjungi Financial News Hour. Minggu lalu perdebatan ini sudah ditutup dengan uraian kesimpulan oleh Jim Puplava.
Minggu lalu pasar juga diributkan oleh berita bahwa ada usaha-usaha untuk meninggalkan penggunaan dollar dalam perdagangan minyak. Dengan demikian dollar akan segera memasuki masa senja. Beritanya ada di harian Inggris The Independent:
The demise of the dollar
By Robert Fisk
Tuesday, 6 October 2009
In the most profound financial change in recent Middle East history, Gulf Arabs are planning – along with China, Russia, Japan and France – to end dollar dealings for oil, moving instead to a basket of currencies including the Japanese yen and Chinese yuan, the euro, gold and a new, unified currency planned for nations in the Gulf Co-operation Council, including Saudi Arabia, Abu Dhabi, Kuwait and Qatar.
Secret meetings have already been held by finance ministers and central bank governors in Russia, China, Japan and Brazil to work on the scheme, which will mean that oil will no longer be priced in dollars.
The plans, confirmed to The Independent by both Gulf Arab and Chinese banking sources in Hong Kong, may help to explain the sudden rise in gold prices, but it also augurs an extraordinary transition from dollar markets within nine years.
Iran bulan sebelumnya mengatakan bahwa akan mengganti cadangan luar negrinya dari dollar ke euro.
Apakah dollar akan jebol, dibuangi orang? Kemudian hiper-inflasi di US dollar? Di Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI), data dan akal sehat akan lebih berperan. Misalnya untuk pertanyaan apakah US dollar sebagai mata uang dunia akan segera ditinggalkan?
Jawabnya “tidak”. Pound sterling dahulunya adalah mata uang dunia seperti US dollar. Karena dulu Inggris adalah dengan ekonomi terbesar di dunia. Melaui revolusi Industri, produk-produk Inggris membanjiri dunia, pada waktu itu. Proses peralihan dari pound sterling berlangsung secara perlahan. Di akhir perang dunia I, tahun 1918, Inggris yang terbebani hutang akibat perang, ekonominya mengalami kemunduran. Industri pindah ke US, Dominasi Inggris di ekonomi dunia secara perlahan digantikan oleh US. Demikian juga dengan mata uang dunia, secara perlahan beralih ke US dollar. Dalam perjanjian Bretton Wood tahun 1944, pound sterling masih disebutkan sebagai mata uang yang bisa dipakai untuk cadangan devisa. Adalah wajar kalau mata uang dunia adalah mata uang yang ekonominya mendominasi dunia dimasa itu. Oleh sebab itu, kalau sekarang ada keputusan untuk mengganti dollar dalam perdagangan dunia, selama US masih mendominasi ekonomi dunia, maka keputusan itu sudah mengabaikan nilai-nilai kepraktisan. Coba renungkan, jika perusahaan minyak (negara, BUMN) Venezuela, Iran, Cina, Saudi, Kuwait, ketika harus mengganti suku cadang peralatannya dari Weatherford, Halliburton, atau Baker Hughes, apakah pemasok suku cadang ini akan menerima riyal Saudi, rial Iran, remimmbi, bolivar Venezuela, real Brazil? Apakah Caltex, Conoco Phillips, Cheveron, BP, Microsoft atau IBM mau menggunakan bolivar atau rial Iran? Kalau mau membuat ‘basket currency’, yang mana saja. Apakah remimmbi? Bukankah lebih baik bagi Cina kalau remimmbi lemah sehingga tenaga kerja Cina murah dan produk-produk Cina terjaga murah dan banyak yang beli? Negara-negara yang ekonominya berbasis ekspor seperti Cina, Jepang, penguatan mata uangnya akan menjadi problem. Kecuali kalau ekonomi mereka sudah tidak tergantung pada ekspor seperti Nowegia, Denmark, Swiss.
Minggu lalu pasar juga diributkan oleh berita bahwa ada usaha-usaha untuk meninggalkan penggunaan dollar dalam perdagangan minyak. Dengan demikian dollar akan segera memasuki masa senja. Beritanya ada di harian Inggris The Independent:
The demise of the dollar
By Robert Fisk
Tuesday, 6 October 2009
In the most profound financial change in recent Middle East history, Gulf Arabs are planning – along with China, Russia, Japan and France – to end dollar dealings for oil, moving instead to a basket of currencies including the Japanese yen and Chinese yuan, the euro, gold and a new, unified currency planned for nations in the Gulf Co-operation Council, including Saudi Arabia, Abu Dhabi, Kuwait and Qatar.
Secret meetings have already been held by finance ministers and central bank governors in Russia, China, Japan and Brazil to work on the scheme, which will mean that oil will no longer be priced in dollars.
The plans, confirmed to The Independent by both Gulf Arab and Chinese banking sources in Hong Kong, may help to explain the sudden rise in gold prices, but it also augurs an extraordinary transition from dollar markets within nine years.
Iran bulan sebelumnya mengatakan bahwa akan mengganti cadangan luar negrinya dari dollar ke euro.
Apakah dollar akan jebol, dibuangi orang? Kemudian hiper-inflasi di US dollar? Di Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI), data dan akal sehat akan lebih berperan. Misalnya untuk pertanyaan apakah US dollar sebagai mata uang dunia akan segera ditinggalkan?
Jawabnya “tidak”. Pound sterling dahulunya adalah mata uang dunia seperti US dollar. Karena dulu Inggris adalah dengan ekonomi terbesar di dunia. Melaui revolusi Industri, produk-produk Inggris membanjiri dunia, pada waktu itu. Proses peralihan dari pound sterling berlangsung secara perlahan. Di akhir perang dunia I, tahun 1918, Inggris yang terbebani hutang akibat perang, ekonominya mengalami kemunduran. Industri pindah ke US, Dominasi Inggris di ekonomi dunia secara perlahan digantikan oleh US. Demikian juga dengan mata uang dunia, secara perlahan beralih ke US dollar. Dalam perjanjian Bretton Wood tahun 1944, pound sterling masih disebutkan sebagai mata uang yang bisa dipakai untuk cadangan devisa. Adalah wajar kalau mata uang dunia adalah mata uang yang ekonominya mendominasi dunia dimasa itu. Oleh sebab itu, kalau sekarang ada keputusan untuk mengganti dollar dalam perdagangan dunia, selama US masih mendominasi ekonomi dunia, maka keputusan itu sudah mengabaikan nilai-nilai kepraktisan. Coba renungkan, jika perusahaan minyak (negara, BUMN) Venezuela, Iran, Cina, Saudi, Kuwait, ketika harus mengganti suku cadang peralatannya dari Weatherford, Halliburton, atau Baker Hughes, apakah pemasok suku cadang ini akan menerima riyal Saudi, rial Iran, remimmbi, bolivar Venezuela, real Brazil? Apakah Caltex, Conoco Phillips, Cheveron, BP, Microsoft atau IBM mau menggunakan bolivar atau rial Iran? Kalau mau membuat ‘basket currency’, yang mana saja. Apakah remimmbi? Bukankah lebih baik bagi Cina kalau remimmbi lemah sehingga tenaga kerja Cina murah dan produk-produk Cina terjaga murah dan banyak yang beli? Negara-negara yang ekonominya berbasis ekspor seperti Cina, Jepang, penguatan mata uangnya akan menjadi problem. Kecuali kalau ekonomi mereka sudah tidak tergantung pada ekspor seperti Nowegia, Denmark, Swiss.
INFLASI DI US?
Latar belakang dari ribut-ribut tentang gossip tenggelamnya dollar dari perdagangan minyak sebenarnya karena dugaan bahwa US memutar mesin cetak uangnya dengan kecepatan penuh. Sehingga akan membuat nilai dollar akan melemah terus. Tetapi hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Berikut ini pertanyaan yang perlu dipikirkan:
1. Bagaimana dengan negara lain. Apakah mereka tidak melakukan competitive devaluation?
2. Apakah benar US mengalami inflasi, jumlah uang di perekonomian naik?
Untuk pertanyaan pertama, selama banyak negara yang mengandalkan eksport, maka competitive devaluation tidak bisa dielakkan. Ini sudah disinggung sebelumnya. Oleh sebab itu kita akan fokus pada pertanyaan berikutnya, tetapi juga akan menyinggung pertanyaan pertama.
Betul bahwa selama krisis ini the Fed telah menambah supply uang dasarnya (lihat Chart-1). Itu terjadi pada tahun 2008 ketika terjadi penyelamatan institusi-institusi keuangan yang sakit di US. M1 naik drastis tahun 2008 (Chart-2), juga M2 (Chart-3) walaupun tidak sedrastis M1. Tetapi supply M2 tidak naik selama 2009 (Chart-3).
Chart 2 (klik Chart untuk memperbesar)
Chart 3 (klik Chart untuk memperbesar)
Di sudut total kredit dan M3, sejak November 2008 sudah menunjukkan perlambatan dan akhirnya menjadi kontraksi pada bulan Juni 2008 (Chart-4 dan Chart-5). Dimana inflasinya?
INFLASI DI INDONESIA? - UNTUK APA ITU PECAHAN RP 2000?
Bagaimana dengan Indonesia? Inflasikah atau deflasi?
Chart-5 menunjukkan supply uang M2 di Indonesia. Dari tahun 2005 tingkat inflasi M2 di Indonesia menunjukkan antara 15%-20%. Dan sampai sekarang belum nampak adanya perlambatan sehingga melewati 15% (turun di bawah 15%). Inflasi atau deflasi? Anda bisa menjawabnya sendiri.
Bagaimana dengan kredit? Juga masih dalam trend menanjak untuk jangka panjang & menengah. Jangka pendek memang melambat. Tetapi masih di atas 18%. Bahkan menjelang tahun baru 2009, kredit sempat melonjak di atas 25%. Itu bisa-bisa hiper-inflasi. Jangan heran kalau harga-harga masih akan terus menanjak pada tahun-tahun mendatang. Rupiah masih akan terus berekspansi. Kalau dilihat perbandingan antara M2 dan kredit saat ini masih Rp 2000 triliun untuk M2 dan Rp 1300 triliun untuk kredit. Jadi kredit masih 0.7 kali M2. Dibandingkan dengan US kredit adalah 5.5 kali M2. Untuk Indonesia masih ada ruang untuk ekspansi kredit.
Chart 6 (klik Chart untuk memperbesar)
Chart 7 (klik Chart untuk memperbesar)
Untuk Indonesia, ada yang mengganggu pikiran saya, yaitu penerbitan uang kertas pecahan Rp 2000 dan diberlakukan pajak barang mewah. Ini yang akan memicu inflasi harga dan moneter. Barang-barang yang harganya Rp 1000 akan naik ke Rp 2000 karena segi praktisnya saja. Kalau denominasi terendah pecahan uang kertas adalah Rp 2000, maka untuk mudahnya orang akan menetapkan harga barang minimum adalah Rp 2000, supaya tidak ada uang kembali. Itu saja.
Bagaimana dengan kredit? Juga masih dalam trend menanjak untuk jangka panjang & menengah. Jangka pendek memang melambat. Tetapi masih di atas 18%. Bahkan menjelang tahun baru 2009, kredit sempat melonjak di atas 25%. Itu bisa-bisa hiper-inflasi. Jangan heran kalau harga-harga masih akan terus menanjak pada tahun-tahun mendatang. Rupiah masih akan terus berekspansi. Kalau dilihat perbandingan antara M2 dan kredit saat ini masih Rp 2000 triliun untuk M2 dan Rp 1300 triliun untuk kredit. Jadi kredit masih 0.7 kali M2. Dibandingkan dengan US kredit adalah 5.5 kali M2. Untuk Indonesia masih ada ruang untuk ekspansi kredit.
Chart 6 (klik Chart untuk memperbesar)
Chart 7 (klik Chart untuk memperbesar)
Untuk Indonesia, ada yang mengganggu pikiran saya, yaitu penerbitan uang kertas pecahan Rp 2000 dan diberlakukan pajak barang mewah. Ini yang akan memicu inflasi harga dan moneter. Barang-barang yang harganya Rp 1000 akan naik ke Rp 2000 karena segi praktisnya saja. Kalau denominasi terendah pecahan uang kertas adalah Rp 2000, maka untuk mudahnya orang akan menetapkan harga barang minimum adalah Rp 2000, supaya tidak ada uang kembali. Itu saja.
INFLASI DI CINA?
Bagaimana dengan Cina, deflasikah? Atau inflasi?
Yang pasti M2 masih naik sebesar 16% year-to-date (Tabel-1) atau 25%-26% per tahunnya. Bandingkan US yang kontraksi 2%. Indonesiapun kalah cepat dalam hal ini.
Tabel-1 (klik tabel untuk memperbesar)
Balance sheet dari bank dan institusi keuangan juga naik 15.5% (Tabel-2). Artinya bank masih menyalurkan kredit. Pertumbuhan kredit masih 25%-26% per tahunnya.
INFLASI = STRATEGY STIMULUS EKONOMI NEGARA PENGEKSPORT
Negara-negara, terutama yang ekonominya tergantung dari perdagangan luar negri, khususnya negara berbasis eksport, punya strategi untuk menyembuhkan diri dari krisis ekonomi, yang tidak dapat ditolak lagi, yaitu competitive devaluation. Inflasi harus lebih cepat dari kenaikan gaji dan biaya produksi. Mata uang harus dijatuhkan supaya produk yang dieksportnya kompetitif. Itulah yang dilakukan oleh Indonesia dan lebih-lebih Cina. Jangan heran kalau Cina enggan membiarkan yuan menguat kalau bisa. Bagi pemerintah Cina, melakukan hal ini (kebijakan uang longgar) jauh lebih mudah dari pada US. Pemerintah Cina bisa memberi perintah kepada bank-bank plat merahnya untuk menyalurkan kredit. Di US, mana bank plat merah? Di Indonesia masih ada bank plat merah yang besar. Dan ini terbukti dengan ekspansi M2 dan kredit di Cina yang mencapai 25%-26% per year untuk tahun 2009 ini.
Sulit dibayangkan bagaimana akhir dari drama ini. Pemerintah Cina, Indonesia, Jepang dan negara-negara berbasis ekonomi eksport berusaha melakukan competitive devaluation dengan harapan produknya laku dan mesin-mesin produksi tetap berjalan. Tetapi konsumennya enggan membeli. Tidak Amerika, tidak juga Eropa. Konsumer Jepang juga tidak. Konsumer Cina? Mungkin nanti beberapa dekade lagi. Bagaimana akhir dari drama ini? Yang pasti jika ada yang punya ide untuk menganjurkan agar yuan dibiarkan free-float, kemungkinan besar yuan akan terjun bebas, kalau dilihat kecepatan mesin cetaknya.
FOO TIAO XIANG
Minggu lalu saya mengobrol dengan seorang keponakan yang bekerja di Bank Permata di bagian forex. Saya katakan bahwa dalam 8 - 18 bulan kedepan US dollar akan menguat. Dia mentertawakan saya, karena saat ini Cina akan melepas peg yuan terhadap dollar secara penuh. Di samping itu perdagangan dunia akan mulai menggunakan yuan, dan meninggalkan US dollar. US dollar akan jatuh karena mesih cetaknya bekerja dengan kecepatan penuh.
Ternyata antara data dan berita, persepsi, sama sekali tidak sinkron. Data menunjukkan bahwa mesin cetak US dollar sudah berhenti, sedangkan mesin cetak yuan atau rupiah (juga lainnya) masih berputar dengan cepat. Tetapi persepsinya adalah sebaliknya. Bahkan seorang pembaca EOWI juga ada yang bertanya, dengan bertambahnya monetary base di US apa tidak bisa uang itu keluar dan menyebabkan inflasi. Sulit dipercaya bahwa uang itu harus ngendon di bank dan tidak bisa keluar, untuk spekulasi misalnya. Persoalannya ialah, bahwa frational reserves banking adalah Ponzi scheme, bisnis piramida. Suatu saat akan ambruk. Di US kondisinya sudah membengkak terlalu besar. Misalnya saja, untuk kasus anthorium, maukah anda membeli anthorium untuk menggairahkan spekulasi yang sudah masuk kubur. (Catatan: beberapa tahun lalu terjadi mania di sektor pohon anthorium yang melambungkan valuasi pohon ini sampai Rp 500,000 per lembar. Harganya divaluasi dengan jumlah daunnya!!). Di akhir mania psikologi massa berubah.
Akhirnya saya ajak keponakan saya untuk bertaruh. Tahun depan jika US dollar tidak mencapai kisaran Rp 13000 – Rp 15000 saya akan mentraktir Foo Tiao Xiang. Sebaliknya jika target ini tercapai, dia yang akan mentraktir saya.
Foo Tiao Xiang atau dalam bahasa Inggrisnya “Buddha Jump Over the Wall” atau Indonesianya “Buddha Melompati Pagar” adalah sup yang isinya kebanyakan sea-food. Ada scallop, sirip ikan hiu, kerang, abalon, telur puyuh, dan jamur. Kami tidak makan babi dan ayam, jadi keduanya tidak akan kami masukkan dalam list. Sup ini demikian sedapnya, konon ketika ada seorang pengelana sedang memanaskan sup ini di dekat biara Buddha, sang Buddha mencium aroma yang sedap dan tidak tahan lagi. Dia (Buddha) langsung melompati pagar dan untuk meminta mencicipinya. Dia juga lupa bahwa dia seorang vegetarian.
Harganya? Bervariasi antara $ 20 - $ 75 per porsi. Cukup mahal Rp 200,000 sampai Rp 750,000. Ada yang mau coba?
Jakarta 10 Oktober 2009.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
31 comments:
Yang dipermasalahkan orang mungkin adalah karena perhitungan orang bahwa pemerintah federal Amerika tidak mungkin melanjutkan anggaran mereka tanpa mencetak uang secara masif.
Memperhitungkan pemasukan dan pengeluaran mereka, mereka pada dasarnya adalah organisasi yang sudah bangkrut. Itulah sebabnya dolar jatuh, jadi bukan masalah inflasi-deflasi secara umum.
Trigger lain adalah antisipasi gagal bayar kontrak soya dan gula akhir tahun ini. Memang tidak pasti akan default, tapi kalau sampai benar-benar terjadi, gelombang para pembeli kontrak future untuk menuntut delivery di kontrak komoditi lain & logam mulia akan meningkat. Harga komoditi secara umum bisa melonjak, itu semua tidak akan membantu dolar. Anyway, yang terakhir ini hanyalah rumor, kita just wait & see aja.
Thanks.
Menurut pemikiran saya yang simpel ini:
USD memang 'sengaja' dibikin melemah oleh the fed supaya eksport US lebih competitive & masyarakat berhemat karena harga barang2 import akan naik.
Hutang adalah hutang yang harus dibayar, konsumen US sudah kebanyakan hutang, sekarang saatnya membayar.
@IS
Bagaimana anda bisa memperkirakan bahwa waktu penguatan dollar AS? Fractional reseve banking memang ponzi scheme dan semua ponze scheme akan ambruk dengan sendirinya. Tapi waktunya siapa yang tahu? Sedangkan data-data yang anda pakai adalah data-data masa lalu. Kenapa tidak bilang saja 1 bulan lagi atau 10 tahun lagi? Lagipula ada apa 8-18 bulan lagi? Apakah anda tahu?
Pak Imam, sup Foo Tao Xiang bisa dinikmati di restoran mana di jakarta?
Menurut saya, prediksi bahwa dalam waktu 8 bulan ke depan rupiah akan melemah itu bisa saja terjadi. Tapi dalam 8 bulan ke depan, harga emas dan perak juga bisa jadi akan ada kenaikan.
Jadi sebenarnya dalam hitungan investasi, apabila kita menginvestasikan dalam emas atau perak akan mendapat 2 kali gain. Pertama harga emas/perak itu sendiri dan harga konversi emas/perak dari dollar ke rupiah.
Untuk ke depannya sebaiknya transaksi dari uang kertas ke komoditi (baca emas/perak) sebaiknya dihindari. Marilah kita berdagang yang lebih real yaitu komoditi dengan komoditi yang mempunyai nilai setara :)
Wass
halo bung IS...lama sy tak posting...
apa sy bole berdiskusi? utk ke depannya sistem perekonomian mau mengarah kemana?
fiat money >> dirham (back to gold)
or
fiat money >> digital money
klo saja negara2 pengekspor tdk menjatuhkan nilai mata uangnya sendiri, bisa jd the Fed akan hilang dri muka bumi ini. Sy yakin pertemuan G-20 adl cara halus untk memastikan negara berkembang ikut menjatuhkan nilai mata uangnya dan negara yg tdk sepakat siap2 diteror US
filling sy sebentar lagi fiat money akan ditinggalkan, kalau sistem beralih ke digital money...
maka seluruh umat manusia didunia ini bekerja utk mengejar kekayaan yg berupa ILUSI
Bung Lucas, pemahaman saya : selama era digital money masih bersandarkan sistem perbankan dan sistem riba makan sebenarnya sama saja. Bahkan lebih parah nantinya.
Mari kita ciptakan masa depan, dengan menciptakan sistem yg berdasarkan non riba. Penggunaan koin emas/perak yg didukung oleh sistem IT justru akan makin memudahkan selama didukung penuh oleh fisik koin emas/perak dan tidak hanya berupa byte-byte komputer :)
@mahendra iya mmg benar bentuk fiat money ataupun digital money kalau TIDAK di back up dgn emas yg senilai dgn nilai uang yg beredar itu sm saja PONZI SCHEME.
tetapi utk kembali ke uang logam emas/perak rasanya koq tdk mungkin krn mslh kepraktisan, yg mungkin adl fiat/digital money di back up dgn emas atau perak.
Yg sy tdk mengerti knp fiat money bisa lepas dari back up emas sejak breton woods? alasanya apa si ada yg bisa bantu?
@lucas : saya belum mengerti kalau ada masyarakat yg lebih memilih hartanya tergerus oleh inflasi (saya lebih senang dengan menyebut harta masyarakat itu dirampok di siang bolong di depan mata sendiri, daripada istilah para ekonom e.g inflasi) atau forex atau apapun ketimbang masalah kepraktisan :)
Kenapa fiat money bisa lepas dari backup emas ? ya sederhananya , USA tidak punya cadangan emas yg cukup sedangkan negaranya defisit dalam perdagangan. Kalau semua dollar bisa dikonversi dalam emas, maka sudah bangkrut dari tahun 1970.
Karena tidak ada backup emas lagi, maka USA dengan ringan hati mencetak dollar semau maunya. Dollar yg hanya kertas dan dicetak semau maunya, bisa ditukarkan dengan hasil bumi indonesia : minyak, hasil hutan, hasil bumi, dsb.
Lucunya lagi, para ekonom Indonesia dengan bangga menerima uang kertas itu. Mereka merasa kaya apabila jumlah tabungan dollarnya meningkat. Padahal itu hanya kertas :) Parahnya lagi kita dengan sukarela menyerahkan hasil alam itu dengan kertas :)
@wilsonindra,
Coba telp restoran Samudra di Menara BRI di Sudirman atau
'No Sign Board' di Pacific Place.
Di Restoran Samudra Menara BRI setahu saya ada makanan exotic seperti lidah bebek (nggak enak)atau beggar chicken.
Kalau di 'No Sign Board' makanannya enak-enak. Cuma saya tidak ingat apa mereka menyajikan makanan exotic atau tidak....
Kalau anda dapat, tolong kasih tahu saya. Supaya saya bisa ikut mencoba lain kali.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan rekan-rekan minggu ini (kalau bisa). Soalnya kemungkinan saya akan cuti 1 bulan, mau melakukan perjalanan yang berbahaya. Doakan saya selamat dan tidak menderita....
Salam,
Rekans,
Masalahya bukan fiat money vs emas/perak saat ini, tetapi hutang.
Kalau saya sempat tulisan y.a.d adalah 2 buah tulisan. Yang satu menggunakan kata uamng (US$) dan yang lain (tulisan yang sama) dengan dinar/emas/dirham.
Dalam kasus seperti itu, antara dinar dan US$ sama saja....
Sampai nanti..
@Bung Mahendra:
Kekuatan USD memang tidak di back up dgn emas sjk thn 70an, patut dicatat bukan US yang pertama meninggalkan Bretton Woods, tapi Jerman Barat. Hasil positive yg didapat Jerman Barat menginspirasi bank central negara2 lain utk meninggalkan gold standard.
Sekarang kekuatan USD di back up dengan asset seluruh negara US. Karena ukuran ekonomi US paling besar di planet ini, maka dipandang tidak ada mata uang lain yang lebih cocok utk perdagangan global.
Kalau dibilang pemerintah US mencetak uang lantas dibelanjakan di negara lain utk menguras hasil alam/kekayaan negara itu. Saya rasa kurang fair. Prakteknya eksportir2 kita apa mau dibayar dengan baht thailand jika mereka eksport ke thailand? Sebaliknya apabila kita impor mesin dari korea selatan, memangnya mereka mau dibayar dengan rupiah?
Euro dipandang sebagai alternatif thd USD. Namun Euro adalah mata uang kolektif, artinya apabila ada demand yang sangat tinggi, atau apabila ada penjualan besar2an, mereka akan sulit mengambil keputusan (karena harus melalui mekanisme yang berbelit2).Lain dengan USD, semua dimonitor oleh the fed & treasury - pengambilang keputusan tidak terlalu ber belit2. Oleh karena itulah Euro dipandang kurang stabil dibanding USD.
USD memang tidak sempurna. Namun tidak ada alternatif lain.
Harga emas menurut saya jangka pendek / menengah masih OK. Namun jangka panjangnya sudah diulas oleh Imam Semar. Saya cenderung setuju. Emas tidak mempunyai nilai tambah selain sebagai perhiasan / bahan industri (inipun jarang yang pakai karena harganya yg melangit). Nilai tertinggi emas sebagai storage of value. Masalahnya ongkos produksi emas di bawah US$500 / ounce. Dibutuhkan hanya satu kali penurunan (misal turun 10% dalam 3 hari) untuk menimbulkan kepanikan. Logikanya di harga US$800 pun produsen emas masih meraup margin sekitar 60% dari ongkos produksi mereka. Mereka tetap akan jualan.
@Isantoso : soal fair atau tidak fair, anda bisa baca tulisan di web ini ttg : Ilusi dan Kemakmuran. Semoga ditulisan itu anda bisa lebih paham :)
Untuk soal pilihan USD dan tidak ada pilihan lain, menurut saya kenyataan saat ini malah justru banyak pilihan. Cina malah membuka diri perdagangannya dengan renimbi. Hubungan dagang Indonesia - Jepang juga banyak dilakukan dengan Yen.
Untuk pasar lokal, saat ini malah sudah banyak pedagang yang menerima barter sukarela dengan koin dinar emas dan dirham perak.
Jadi tidak perlu takutkan :)
@mahendra
gimana kalau melakukan perdagangan dgn Zimbabwe?,apa kita harus menutup rapat2 hubungan perdagangan dgn negara yg mata uangnya tidak stabil?
saya setuju dgn yg diatas $ adalah opsi terbaik untuk skrg
karena bretton woods tidak bisa lagi diaplikasikan pada sistem keuangan masa kini,emas sudah tidak dapat mengimbangi jumlah peredaran uang di dunia,kalau dgn komoditi lain,saya kira blm ada yg cocok
@anonim : saya kira kita tidak harus menutup hubungan dagang. Yang saya maksudkan adalah kita berdagang dengan konsep yg adil.
Contoh : hasil minyak bumi kita dijual ke luar negeri namun kita mensyaratkan pembayaran dengan produk lain (sapi atau beras atau gula atau emas, dsb).
Konsep ini lebih adil karena ukurannya jelas. Minyak bumi, wujud barangnya itu2 aja dari dulu sampai sekarang. Sapi, juga wujudnya itu2 saja dari dulu sampai saat ini. Tidak ada yg berubah. Let's say 1 barrel minyak bumi = 100 sapi potong, maka bisa diperkirakan selama ribuan tahun mendatang, harga 1 barrel minyak bumi = 100 sapi potong. Apabila ada perubahan maka itu disebabkan oleh supply demand yg nanti akan kembali ke titik keseimbangan.
Permasalah apakah bisa mengimbangi peredaran uang kertas saat ini, bisa diliat pada teori uang M.V = P.Q. Selama jumlah M terus ditambah sedangkan V dan Q hampir konstan maka harga akan terus naik. Inflasi katanya.
Dengan menggunakan emas, maka diharapkan harga stabil karena jumlah emas relatif konstan (pertambahannya lambat). Apabila produksi meningkat maka otomatis harga akan turun. Silahkan meng-explore lebih lanjut persamaan M.V=P.Q
Semoga bisa menjawab :)
@mahendra
anda lebih setuju dgn sistem barter begitu?
sistem barter memang ada bagusnya,tapi lebih banyak kelemahannya dan sudah lama ditinggalkan karena justru pada akhirnya malah membuat roda ekonomi tidak berjalan maksimal
contoh : kalau kita mendatangkan tenaga ahli dari LN,apa Dia musti dibayar dgn sapi?,rasanya tidak pas deh
sapi dan emas nilainya tidak selalu tetap,seperti yg anda katakan tergantung dari S&D,apabila S&D terganggu maka roda ekonomipun terganggu dan bukan berarti meninggalkan fiat money masalah ekonomi seperti inflasi dan deflasi akan hilang begitu saja seperti yg banyak diteorikan
kendala perdagangan menggunakan sistem barter sbg contoh
kalau negara A punya beras,dan negara ini membutuhkan komputer dan tidak membutuhkan minyak
komputer diproduksi oleh B,tapi B tidak menginginkan beras,B menginginkan minyak
minyak diproduksi oleh negara C,C tidak membutuhkan komputer,C membutuhkan beras
itu baru contoh kasus dari A-C,pada penerapannya kasusnya bisa sangat rumit,dari A-Z
rumit sekali sistem seperti ini dan kita tidak mau kembali pada sistem kuno zaman dulu walau kelihatannya benar
negara2 yg berbasis perdagangan seperti Singapore ga bisa bangun apartemen lagi deh,krn semua lahannya musti dibangun gudang2 semua,hehehe
saya mengerti maksud anda tentang keadilan,Anda tidak setuju dgn kelakuan AS yg mencetak uang dengan gratis,begitu bukan?
sebenarnya hal itu terjadi bukanlah dari kelemahan sistem,melainkan akibat dari sebuah oknum
jadi sistem tidak perlu diganti,hanya sistem perlu diawasi dan dijalankkan dgn benar
contoh,pejabat suka korupsi,bukan berarti pejabat harus ditiadakan,melainkan pejabat harus ditertibkan
contoh Negara China yang sukses menekan tingkat korupsi walaupun tidak semua tuntas,yaitu dgn cara hukum mati,nah...itulah yang harus kita pikirkan dan perjuangkan bersama,bukan dgn cara kudeta atau kembali ke sistem kuno yang terbukti tidak bermanfaat
jumlah pertambahan emas apakah sebanding dgn jumlah pertambahan manusia?
lalu apa sebanding dgn jumlah pertambahan konsumsi manusia?
dulu manusia sudah cukup puas dgn sepeda,tapi apabila ekonominya bertambah makmur maka Dia tidak puas hanya dgn sepeda,maka Dia membeli 1 motor,3 mobil
apa jumlah emas dapat mengimbanginya?,lagipula emas adalah SDA yang pada akhirnya akan habis,sedang konsumsi manusia dan jumlah pertumbuhan manusia apakah pernah habis?
untuk sekarang komoditas tidak dapat dilekatkan pada sistem keuangan,IMF sedang membahas mata uang bersama,kita tunggu saja kelanjutannya gmn
@anonim (namanya siapa ya ?) : you missed my point :)
Yang ingin saya anjurkan disini adalah kebebasan memilih medium exchange. yang saja anjurkan adalah Freedom. Freedom to choose our own media exchange.
Dalam perdagangan real tentunya tidak akan se-"rigid" itu. Akan terjadi banyak negosiasi mengenai jenis media pertukarannya. Kebetulan contohnya minyak dengan sapi :) bisa saja nanti ahli luar negeri dibayar dengan emas atau perak :)
Negara Singapore memang akan terlikuidasi dengan sendiri (enggak perlu kudeta..heheh) apabila sudah banyak negara yang menerapkan pola seperti ini. Lha wong mereka enggak punya apa2 :)
Indonesia justru yang akan menjadi negara kaya raya karena hampir semua hasil bumi tersedia.
Makanya negara Singapore dan negara2 yg sejenis pasti akan mati-matian menolak konsep seperti ini. Mulai dari cara mengancam sampai menakut-nakuti bahwa sistem ini akan gagal dan sama saja dengan uang kertas.
semoga menjawab :)
@mahendra
nama sy beny
bukankah dengan menggunakan fiat money,kita tetap bisa mendapatkan "freedom" itu?
contoh dulu Indonesia pernah menukarkan pesawat dgn hasil pertanian dgn Vietnam
dan tidak ada negara lain yg keberatan dan menentang kebijakan itu kok
pertanyaannya kenapa sistem ini tidak dilanjutkan oleh kedua pihak? ,mnrt saya sistem itu sudah pasti lebih rumit
ahli diluar negeri dibayar pake emas atau perak?,sedangkan dinegara asalnya emas dan perak bukanlah medium of exchange,tentu saja dia akan menolak emas dan perak
kalau sapi sudah pasti orang India ga akan menerimanya,haha
tentang negara singapore
lho mengapa Singapore harus terlikuidasi?,kalau sistemnya benar harusnya Singapore ga akan terlikuidasi,karena Singapore itu dikategorikan mengandalkan jasa,jasa itu adalah ekonomi yg real
ekonomi bukan hanya bicara produksi dan konsumsi bung,tapi bagaimana caranya produksi dan konsumsi itu berjalan
tampaknya malah lebih menunjukan kegagalan sistem baru ini deh,hehe
sejauh ini yg saya lihat sistim ini memang akan menuju kegagalan yg fatal kok,kok sistem ekonomi harus kembali ke sistem kuno,sistem yg sekarang adalah sistem yg terbaik,hanya saja penerapannya yg harus diperbaiki,bukan berarti mengganti sistem dgn sistem kuno maka persoalan akan selesai
Bung Mahendra,
Saya bisa menangkap maksud anda bahkan cenderung setuju dengan anda ttg ke tidak adilan. Namun menurut saya ketidak adilan ini terjadi karena 'kita' sendiri. Bukan karena 'mereka'.
Tapi ini topik lain. Kembali ke fokus:
Sebenarnya 'freedom' yang anda maksud itu sudah kita miliki. Namun begitu pula dimiliki orang2 lain sehingga anda tidak bisa memaksa mereka untuk menggunakan medium yang anda pilih.
Faktanya mayoritas pelaku pasar memilih USD sebagai mata uang.
Kalau mata uang china... prakteknya renminbi selalu ditekan oleh pemerintah sendiri. Begitu nilainya naik, mereka beli USD. Dengan mata uang lain saya kira juga akan begitu, begitu renminbi naik mereka beli rupiah supaya turun. Karena mereka punya cadangan devisa lebih besar kita nggak akan mungkin bisa mengimbangi. China merasa 'ditipu' oleh US yang selalu mencetak uang, solusinya mereka berusaha 'menipu' negara2 lain yang devisanya lebih kecil dengan cara berdagang dengan mata uang mereka.
Untuk emas/dinar. Sulit dilakukan, misal transfer ke provinsi / kota lain. Apa harus dikirim lewat kurir? Kalau bank emas misalnya, bisa dimainkan karatnya. Sulit lho membedakan emas 24 karat dengan 18 karat yang disepuh 24 karat. Beda dengan uang kartal. Juga rawan pencurian. Kalau emas bisa dicuri. Kalau uang giral di bank, gimana nyolongnya? wong semuanya data yang tercatat.
Emas ditinggalkan karena tidak praktis. Kalau sekarang kembali ke emas sebentar juga orang2 sadar begitu sulitnya. Hanya cocok untuk investasi, itupun sifatnya spekulatif karena harga naik turun. Lain dengan obligasi / deposito yang pasti naik.
Masalahnya bukan jenis uangnya, uang kertas atau emas, tapi seperti yang dikatakan Imam Semar, semua uang adalah hutang. Hutang cenderung tidak punya limit real. Limitnya hanya janji bayarnya saja. Selama seseorang mampu meyakinkan kreditur bahwa dia bisa membayar hutang + bunga, maka selama itu pula uang baru dalam bentuk hutang akan terus tercipta.
Kalau ingin keluar dari semua masalah ini, manusia harus punya pandangan berbeda tentang uang. Uang bukan buatan dewa, tapi buatan manusia, dan uang hanyalah ide. Oleh karena itu uang bisa berbentuk apapun yang manusia inginkan. Dengan begitu uang akan jadi pelayan manusia, bukan sebaliknya.
@beny : Sampai detik ini saya tidak melihat adanya freedom. Bahkan untuk transaksi domestik, saya mengetahui pemerintah melarang untuk menggunakan dollar dan wajib menggunakan rupiah. Kalo memang ada freedom, tentunya transaksi dollar meskipun sifatnya transaksi antar perusahaan di dalam indonesia tentunya tidak akan dilarang :)
Untuk ahli luar negeri : masyarakat luas dimanapun dapat menerima emas dan mengakui emas sebagai barang berharga. Bahkan suku2 pedalaman di irian jayapun juga mengakui emas. Jadi kalo ada ahli dari luar negeri menerima emas, mereka bisa menukarkan ke dalam uang kertas lokal di negara mereka sendiri, kalo mereka ingin. Itu tidak masalah kan :)
Singapore : saya tidak bilang harus terlikuidasi. Saya ingin mengatakan bahwa negara2 seperti singapore yg tidak mempunya sumber daya alam bisa jadi akan tersingkirkan dan terlikuidasi dengan sendirinya. Soal jasa ? indonesia bisa saja mengambil alih peran jasa itu. Kita ada Batam kan :)
@isantoso : soal freedom sudah saya jawab di posting sebelumnya :)
transfer emas/perak antar kota : bagaimana pendapat anda kalau kalo ada institusi yg bisa menyediakan jasa transfer emas/perak antar kota atau antar provinsi ? tentunya tidak akan masalah bukan :)
semoga menjawab :)
@maintenis : kalo masih berbicara soal bunga atau riba ya tidak akan ketemu dan masalah akan makin ruwet :)
Bayangkan apabila kita menerapkan bunga riba 1% per tahun untuk emas, maka berapa ton emas dalam setahun yg dibutuhkan untuk menutupi riba 1%.
Apabila periodenya diperpanjang menjadi 20 tahun, bisa jadi emas yg dibutuhkan seberat 2 kali berat bumi kita :)
Berbeda dengan uang kertas, bunga riba berapa persen pun tidak masalah karena uang kertas bisa dicetak tanpa batas :) Meskipun pada prakteknya uang itu hanya berbentuk byte2 komputer. Jadi bisa dibayangkan suatu bank di rush sudah pasti akan collapse karena memang enggak ada uangnya :)
@Mahendra
Ternyata anda tidak paham sedikitpun tulisan saya. :D Tapi sudahlah, baca saja lagi baik-baik. :)
Btw, anda bilang tidak masalah ada riba berapapun persennya. Tapi hak monopoli pencetakan uang ada di bank. Artinya yang menentukan anda bisa membayar hutang + bunga adalah bank, bukan anda. Selain itu uang untuk membayar hutang + bunga lama diciptakan dengan cara yang sama yaitu dengan hutang juga. Lebih banyak uang berarti lebih banyak hutang, lebih banyak hutang berarti lebih banyak bunga yang harus dibayar ke bank.
@maintenis : hahaha .. iya sepertinya saya tidak menangkap tulisan anda :) Mohon maaf :)
Bisa diperjelas maksud tulisan anda :)
@Mahendra & Maintenis,
Kalau saya lihat anda sealiran, hanya cabang nya yang berbeda. Jangan kuatir..., lama-lama anda berdua akan mengerti bahwa anda berdua sebenarnya sealiran.....
:D
@mahendra: Saya pernah ditawari emas batangan oleh satu toko emas. Saya tanya harganya berapa? dijawab mau emas london atau lokal? Bedanya apa saya tanya: Kalau London ada sertifikat internasional dan sedikit lebih mahal. Kalau lokal hanya ada sertifikat diterbitkan oleh toko itu. Saya jadi berpikir, memangnya kalau emas London lebih murni dari lokal?? Kalau karatnya sama ya seharusnya harganya sama. Prakteknya tidak begitu. Juga kalau kita beli 1 kg dibanding 1 ons lain harganya. Lebih murah kalau beli banyak.
Ini adalah perbedaan mendasar antara uang dan emas. Uang tidak peduli bentuk fisiknya nilai nominalnya tetap sama. Emas di lain pihak nilai intrinsiknya sangat tergantung bentuk fisiknya. Uang yang sobek sedikit tidak masalah. Tapi kalau emas batangan yang pecah nilainya turun.
Institusi yang menyediakan jasa penyimpan & pengiriman emas. Saya kira akhirnya kembali juga ke masalah kepercayaan. Bagaimana saya bisa yakin institusi itu menggunakan emas yang saya simpan dengan semestinya. Misal satu institusi punya 1000 nasabah dengan masing2 1 kg emas. Prakteknya kecuali kita cek khazanah mereka kita nggak akan bisa tau bahwa emas yg 1000kg itu tetap ada. Bisa jadi pemilik 'meminjam' 100kg emas. Tidak akan ketahuan kecuali nasabah ramai2 menarik emasnya.
Oleh karena itu saya berpendapat bahwa penggunaan emas sebagai alternatif dari fractional reserve system tidak menyelesaikan masalah.
@Mahendra
Bagian mana yang anda tidak mengerti? Saya akan dengan senang hati menjelaskannya kembali :)
@isantoso
Masalah sertifikat ini hanya masalah kepercayaan. Sertifikat yang dikeluarkan toko itu berguna untuk meyakinkan pembeli bahwa emas itu kemurniannya sekian. Pertanyaannya, apakah sertifikat toko itu bisa dipercaya? Bisa jadi karat yang tertulis di sertifikat keluaran toko itu tidak sama dengan aslinya. Karena itu mintalah sertifikat emas dari badan yang terpercaya, setahu saya sih sertifikat yang dikeluarkan Antam cukup bisa dipercaya.
Sertifikat internasional lebih mahal? Karena lebih sulit mengurusnya mungkin?
@isantoso : soal sertifikat itu hanya brand saja dan berhubungan dengan kepercayaan.
Uang kertas saat ini diberi nilai berdasarkan konsep Legal Tender. Kertas yg bernilai 100 perak perlembar, kemudian diberi otoritas yg berwenang akan menjadi uang. Dengan kertas yg sama tapi dengan cap atau gambar yg berbeda (50 ribu kah, 100 ribu kah atau 100 dolar kah) akan mempunyai nilai yg berbeda2.
Bayangkan apabila sang otoritas tiba2 bangkrut atau collaps dan mengumumkan bahwa kertas yg sudah diberi cap dinyatakan tidak berlaku :)
Emas sudah pasti dinilai berdasarkan berat dan kadarnya. Otomatis apabila beratnya berkurang (karena retak atau cuil) maka nilainya pun akan berkurang.
Emas sebagai mata uang adalah satu masalah, sedangkan FRB itu adalah masalah lain. Jadi meskipun emas dipergunakan namun FRB masih berjalan maka sama saja.
Yg ingin saya sampaikan adalah apabila ingin menciptakan masyarakat yg bebas riba, maka salah satu jalan adalah menghapuskan prakter FRB, menghapuskan bunga bank dan kembali menggunakan ke mata uang sejati (emas/perak)
@maintenis : sepertinya kita lebih seru dan menyenangkan kalo main tenis aja ya ...hahahaha
Post a Comment