KONSUMSI MINYAK DAN TREND JANGKA PANJANG
PENGHEMATAN KONSUMEN TERBESAR (US)
BUBBLE DAN SPEKULASI DI BURSA BERJANGKA
SAATNYA JATUH?
KRISIS DAN KESEMPATAN
Seperti biasanya, pemerintah Indonesia melakukan ketidak bijaksanaan lagi. Akhirnya presiden SBY dan kabinetnya menaikkan harga eceran bensin dan beberapa BBM lainnya. Anda tahu dimana letak ketidak bijaksanaannya yang terbesar? Bukan mengurangi subsidi, tetapi penentuan waktunya yang sangat salah. (Kata sangat salah sebenarnya salah, karena salah tidak punya gradasi. Yang ada adalah salah saja, yang berarti lawannya benar). Kenapa pemerintah salah dan akan kelihatan tolol? Karena harga minyak punya peluang turun.
Bayangkan kalau harga minyak mentah dunia turun sampai 50% (saya berandai-andai), maka orang akan melihat betapa gobloknya mentri keuangan kita yang saya pikir cantik juga. Ada opini yang mengatakan bahwa kecantikan berbanding terbalik dengan intelektualitas. Itu opini, bukan suatu kebenaran. Seperti halnya keputusan untuk meninggalkan OPEC (yang seharusnya sudah dilakukan 3 tahun lalu), ketidak bijaksanaan menaikkan harga BBM terlambat. Mungkin kita bisa menjadikan keputusan pemerintah sebagai contrarian indicator.
KONSUMSI MINYAK DAN TREND JANGKA PANJANG
Katanya kemajuan suatu negara tercermin dari konsumsi minyaknya. Masyarakat US mengkonsumsi sekitar 25.5 bbl per tahun per kapita. Konsumsi per kapita per tahun untuk Jepang 15 bbl hampir sama dengan Hong Kong dan Korea sedikit di bawah 18 bbl (lihat Chart-1). Sedangkan Cina dan India sebagai negara yang baru bangkit, konsumsinya masih di bawah 3 bbl.
Konsumsi minyak meningkat tajam pada saat sebuah negara berubah tingkat ekonominya menjadi lebih makmur. Kemudian relatif konstan. Secara statistik hubungan antara GDP per kapita dan konsumsi minyak per kapita bisa dilihat di Chart-2. Pada Chart-2 ini data dari negara Saudi, dihilangkan karena adanya distorsi. Saudi, karena produsen minyak dan bahan bakar disubsidi maka pemakaian BBM sangat tinggi dibandingkan GDPnya. Luxemburg, konsumsinya juga tinggi. Variasi pada GDP negara maju yaitu sekitar $40,000 terjadi variasi yang besar US, Canada konsumsi minyaknya relatif tinggi karena rendahnya pajak minyak. Sedangkan Inggris dan Norway dimana pajak BBM tinggi dan transportasi umum bagus, orang cenderung berhemat.
Chart 1 (Klik untuk memperbesar)
Chart 2 (Klik untuk memperbesar)
Konsumsi minyak sejalan dengan GDP per kapita suatu negara, sampai GDP $50,000. Di atas $ 50,000, konsumsi minyak cenderung tetap antara 11 – 27 bbl per kapita per tahun. Angka yang rendah (11-15 bbl per kapita) adalah di Eropa dimana pajak BBM tinggi dan transportasi umum bagus. Sedang angka yang tinggi biasanya di negara yang transportasi umumnya jelek dan pajak BBM rendah.
PENGHEMATAN DI US
Department of Energy US mengatakan bahwa produk-produk turunan minyak bumi yang diekspor oleh negara penghasil minyak turun 2.5%, tahun 2007 lalu walaupun ada kenaikan harga minyak sebesar 57%. Nampaknya hal ini akan terulang kembali pada tahun ini. Apakah ini karena penurunan supply? Atau pelemahan US dollar?
Menurut Department of Transportation US, masyarakat US telah mengurangi penggunaan mobilnya setara dengan 11 milyar mile terhitung dari Maret 2007 ke Maret 2008. Penurunan yang cukup tajam dimulai pada bulan November 2007 lalu. Angka 11 milyar mile kalau dikonversikan ke barrel minyak adalah 3500 juta barrel. Atau sekitar 3.4% (0.9 barrel) dari pemakaian per kapita per tahun. Saya perkirakan untuk jangka waktu pendek, konsumsi ini masih bisa turun lagi menjadi 6%-10% dari pemakaian per kapitanya. Ini berarti penghematan 7,000 – 10,000 juta bbl per tahunnya. Apakah kenaikan konsumsi di Cina dan India bisa mengimbangi penurunan ini, mengingat penduduk India dan Cina sangat besar dan pertumbuhan konsumsi minyaknya naik?
Konsumsi minyak Cina sekitar 2.5 bbl per kapita per tahun dan India 1.5 bbl. Dengan penduduk India 1.1 milyar dan Cina 1.3 milyar, konsumsi BBM masing-masing hanya 3,000 juta bbl dan 1,700 juta per tahun. Konsumsi Cina dan India secara bersama-sama sebesar 4,700 juta bbl per tahun masih lebih kecil jika dibandingkan potensi penghematan pemakaian BBM di US sebesar 6% - 10% (7,000 – 10,000 juta bbl per tahun). Jadi walaupun pertumbuhan konsumsi minyak di Cina dan India naik masing-masing 7.5% dan 5.5%, bahkan 100%, tidak akan mampu mengimbangi potensi penghematan di US. Orang masih mimpi kalau berharap harga minyak akan naik terus akibat permintaan Cina dan India yang katanya haus minyak.
US merupakan konsumen terbesar minyak dunia. US melahap 22 juta bbl per hari sekitar 25% dari produksi minyak dunia. Kalau dilihat dari konsumen terbesar (US), konsumen yang tinggi pertumbuhannya maka jelas penghematan di sudut konsumen terbesar (US) lebih dominan. Jadi kalau US mengalami resesi maka harga minyak harusnya turun, kalau mekanisme pasar bekerja. Supply masih cukup. Jangan heran kalau mentri Saudi Arabia enggan menaikkan produksinya.
BUBBLE DAN SPEKULASI DI BURSA BERJANGKA
Jadi apa yang menyebabkan harga minyak naik dari $50 ke $136 per bbl selama 1.5 tahun ini? Kalau sekedar karena penurunan nilai US dollar, tidak mungkin. Karena penurunan US dollar selama 1.5 tahun ini hanya 18%. Ini jauh lebih kecil dari kenaikan harga minyak. Ada yang lebih berpengaruh dari sekedar penurunan nilai uang.
Ketidak bijaksanaan the Fed lah memicunya. Jelas kenaikan ini adalah bubble. Selama ini the Fed memindahkan bubble dari sektor perumahan ke sektor komoditi. Adanya pemain baru di pasar kamoditi berjangkan telah diungkapkan. Beberapa waktu lalu, tepatnya 20 May 2008, Michael Masters seorang manager hedge fund memberikan keterangan dihadapan Congressional Committee on Homeland Security and Governmental Affairs US . Michael mengatakan bahwa ada kelompok pemain baru di pasar komoditi berjangka yang disebutnya sebagai Index Speculator. Index Speculator ini menggunakan dana pensiun, dana abadi universitas, dana individual, Sovereign Wealth Fund dan lain lain untuk bermain di pasar komoditi berjangka. Menurut Michael Masters Index Spekulator ini berbeda dengan spekulator tradisionil. Kalau spekulator tradisionil melakukan transaksi jual dan beli. Sedangkan Index Spekulator hanya membeli dan roll-over posisinya. Jadi tidak pernah melakukan transaksi jual. Kenaikan liquiditas tidak terlalu banyak walaupun dana yang masuk cukup banyak. Akibatnya harga komoditas naik terus (karena tidak ada yang melakukan aksi jual, melainkan hanya aksi beli saja). Masuknya dana ini semakin agressif setelah tahun 2004 sehingga harga bahan komoditi naik secara parabolik (Chart-3). S&P GSCI adalah S&P Goldman Sachs Commodity Index. Tahun 2003 dana Index Speculator yang masuk hanya $13 milyar dan pada bulan Maret 2008 sudah menjadi $200 milyar. Jadi jangan heran kalau harga bahan komoditi naik tidak karuan.
Chart 3 (Klik untuk memperbesar)
Masuk dana ini ke pasar komoditi berjangka disebabkan karena rendahnya suku bunga membuat dana-dana ini mencari tempat spekulasi yang baru. Sebenarnya dana-dana ini biasanya mangkal di bond-bond terutama bond pemerintah. Tetapi saat ini yield riil dari bond yang kecil (negatif), beresiko dan berpotensi memasuki bond secular bear market maka otomatis membuat dana-dana ini mencari tempat baru. Di samping itu, saya pikir para Index Speculator melihat bahwa nilai interinsik dari barang komoditi lebih tinggi dari dari nilai yang sekarang. Dengan kata lain, kepercayaan mereka terhadap uang kertas menurun. Asset riil lebih berharga dari pada asset kertas yang bisa dipermainkan oleh bank sentral.
SAATNYA JATUH?
Meningkatnya harga minyak selama 1.5 tahun ini bisa disebut parabolik. Jadi punya peluang yang tinggi untuk jatuh. Seperti bursa saham Cina atau Vietnam beberapa bulan lalu, yang sekarang mengalami koreksi brutal, sekitar 50%. Demikian juga beberapa bahan komoditi seperti gandum dan beras, sektor minyak juga berpeluang jatuh. Paling tidak akan mengalami koreksi.
Chart 4 (Klik untuk memperbesar)
Walaupun minyak belum menampakkan parabolic run yang ekstrim (Chart-6), tetapi ada beberapa alasan fundamental yang membuat peluang harga minyak akan jatuh.
Pertama konsumsi yang turun. Minyak berbeda dengan bahan pangan seperti gandum dan beras. Orang bisa mengurangi frequensi berpergian, tetapi sulit mengurangi makan. Walaupun dalam keadaan resesi sekalipun, permintaan makanan akan tetap. Sedangkan untuk berpergian akan sangat mudah dikurangi.
Chart 5 (Klik untuk memperbesar)
Chart 6 (Klik untuk memperbesar)
Kedua adalah merupakan jawaban atas pertanyaan: “Kemana perginya tanker?”.
Saya melihat bahwa sektor pengiriman bahan dengan kapal mengalami rebound yang luar biasa. Baltic Dry Index (Chart-7) telah rebound dan kencapai rekor tertinggi baru. Pada Frontline Thought nya John Mauldin tanggal 24 Mei 2008 lalu membahas mengenai Index Speculator ini. Ada pengamatan yang menarik ialah, selama beberapa minggu ini Iran telah menyewa banyak tanker untuk menampung produksinya. Sepertinya sedang mempersiapkan suatu perang. Itu lah yang menyebabkan harga sewa kapal naik. Dari pada berpikir bahwa Iran mempersiapkan perang, lebih baik berpikir bahwa Iran sedang menalami kesulitan menjual minyaknya karena permintaan menurun akibat resesi (perlambatan ekonomi). Refinery di Asia mengurangi kapasitasnya dalam rangka menghadapi perlambatan ekonomi.Di samping Iran, banyak spekulator yang berharap harga minyak akan naik sampai $150 sehingga mereka menahan minyaknya dalam tanker.
Iran dan para spekulator tidak bisa menahan minyaknya dalam tanker terlalu lama. Ongkos sewa semakin mahal. Pada saatnya mereka tidak tahan lagi, dan melepas minyaknya dengan harga dibanting.
Chart 7 (Klik untuk memperbesar)
KRISIS DAN KESEMPATAN
Setiap kiris selalu ada kesempatan. Jatuhnya harga minyak akan menyungsepkan reputasi SBY karena sudah menaikkan harga BBM, ternyata kemudian harga minyak dunia turun. Kemudian, harga energi alternatif juga akan terkena upper cut sehingga KO.Pokoknya lebih parah. Apalagi saham-saham supergrowth sampai PER sampai di atas 100. Itu akan terjengkang keluar ring. Ingat PEIX (Pacific Ethanol), saham produsen alkohol, jebol dari $ 44.5 ke $3.5 sekarang. Silahkan cek sendiri.
Sayangnya saya tidak tahu kapan harga minyak akan nyungsep. Bisa saja malah naik sampai $200 per bbl. Jadi dalam memanfaatkan kejatuhan harga minyak ini harus punya strategi. stop-loss, profit taking, average up/down dan kendaraan apa yang akan digunakan sudah harus dalam rencana. Saya akan jelaskan dua (2) permainan/kedaraan yang saya mainkan. Pertama yang tidak agressif dan permainan kedua adalah yang agressif.
Permainan/kendaraan yang tidak aggressif bisa menggunakan MACRO shares Oil Down Tradeable (DCR) - semacam ETF. Karena DCR ini semacam ETF maka fluktuasinya mengikuti (tetapi berlawanan arah) harga minyak. Kalau harga minyak naik 2% maka DCR turun 2%. Begitulah. Untuk DCR, saya masih berani bertahan di posisi long DCR (atau short oil) kalau jatuh sampai 50% dari modal. Bahkan average down ketika jatuh 30%. Bagusnya DCR tidak punya expiry date, jadi bisa ditahan berlama-lama.
Kendaraan yang ke dua adalah saham energi alternatif First Solar Inc., FSLR. Statistiknya buruk sekali. Typical saham spekulasi bagi pemimpi growth yang tinggi. Tetapi ada bahayanya yaitu, perusahaan ini hutangnya sedikit dan cash flownya bagus. Tetapi kalau harus bersaing dengan minyak murah...., entahlah. Put Option dengan strike price $260, expiry date Jan 2009 (LLGMW) adalah pilihan saya. Untuk put option ini saya cenderung menggunakan analisa teknikal untuk keluar dan masuk, karena put option cenderung volatile. Harga tanggal 30 Mei 2009 adalah $51 - $53 per kontrak. Ini cukup mahal oleh sebab itu bermain dengan option ini harus berhati-hati.
(Klik untuk memperbesar)
Statistik FSRL
Semoga anda beruntung dan jaga diri anda, investasi anda dan tabungan anda baik-baik.
Jakarta 31 Mei 2008