(KETIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT MENJADI GILA I)
Saya sedang memikirkan, asset apa yang akan cemerlang, bullish untuk 5 tahun ke depan. Pertanyaan lain ialah: apakah strategi investasi dalam 1-2 tahun kedepan masih strategi short ataukah harus berubah? Apakah emas masih akan berjaya? Apakah ekonomi mengalami deflasi atau inflasi, mengingat banyaknya uang dan monetesasi kredit. Bisakah uang yang tercipta ini masuk ke ekonomi dan membuat inflasi. Banyak sekali pertanyaan di kepala saya dan jawabnya harus menggunakan perhitungan dan analisa kualitatif.
Artikel minggu ini dan minggu depan merupakan artikel berseri dengan judul dasar: KETIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT MENJADI GILA. Saya tidak tahu apakah cocok atau tidak, tetapi saya maunya seperti itu. Agak sedikit memaksa. Sebelumnya saya minta maaf karena artikel kali ini harus bukan artikel santai. Anda akan mengalami kesulitan untuk merangkaikan antara satu cerita degan cerita lainnya. Tetapi itulah ciri dari Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI). Mari kita mulai saja.
REPUBLIK SINETRON INDONESIA
Di koran Media Indonesia, edisi hari Jumat 25 Desember 2008, kolom Editorial dibuka dengan kalimat: Suara rakyat adalah suara tuhan sudah lama dikalahkan suara pimpinan partai yang menentukan nomer urut calon legislatif. (catatan: di Media Indonesia tuhan ditulis dengan T huruf besar, saya ganti menjadi t kecil karena saya tidak ingin menghina Tuhan).
Tuhan saya berbeda dengan tuhannya Media Indonesia, yang bisa dikalahkan oleh pimpinan partai dan untuk pemilu tahun 2009 tuhannya Media Indonesia punya potensi berbuat salah. Yaitu memilih (mentakdirkan) orang yang tidak kompeten untuk menduduki jabatan kenegaraan.
Dalam artikel berjudul: RIAU, NAURU DAN TAHI BURUNG [link], kami mengatakan: Persoalan yang mendasar dari sistem demokrasi adalah bahwa kualitas pemerintahan yang dihasilkannya tidak lebih tinggi dari kualitas rakyatnya.
Karena UU Pemilu 2009, maka nomer urut sudah tidak berlaku, dan pemilu akan menjadi arena kontes popularitas. Siapa yang populer akan terpilih jadi anggota parlemen. Dan peluang terbesar akan jatuh ketangan para bintang film/sinetron, pembawa acara, penyanyi dan sebangsanya. Kami memperoleh data-data bintang hiburan yang menjadi calon legislatif. Akurasi data ini tidak dijamin EOWI karena sumbernya juga bukan sumber resmi dan EOWI tidak mengecek satu persatu tentang kebenarannya. Kami juga tidak tahu persis siapa mereka ini, karena kami bukan penggemar sinetron dan panggung hiburan. Yang kami kenal kebanyakan penyanyi jadul, seperti Nikki Astria dan Achmad Albar. Selebihnya tidak begitu kenal.
Partai PAN : Wulan Guritno, Marini Zumarnis, Eko Patrio, Ikang Fawzi, Derry Drajat, Adrian Maulana, Raslina Rasyidin , Tito Soemarsono, Maylaffayza, Mandra, Mara Karma, Cahyono, Henidar Amroe, Eka Sapta, Lucky Artadipraja, Intan Sevilla, Poppy Maretha, Krishna Mukti dan Irene Librawati.
Partai HANURA : David Chalik, Gusti Randa, Dimas Andrean, Azizah Rahma dan Anwar Fuady
Partai PDI-P : Rike Dyah Pitaloka, Dedy ‘Miing’ Gumelar, Edo Kondologit dan Sonny Tulung
Partai PPP : Icuk Sugiarto, Mat Solar, Denada, Marrisa Haque, Emilia Contessa, Evie Tamala, Lyra Virna, Ferry Irawan, Okky Asokawati, Ratih Sanggarwati.
Partai Golkar : Jeremy Thomas, Tantowi Yahya, Nurul Arifin
Partai Patriot : Camelia Malik
Partai PKB : Teuku Firmansyah, Didi Kempot
Partai Demokrat : Adji Massaid, H. Qomar, Angelina Sondakh, Venna Melinda, Tere, Inggrid Kansil
Partai Damai Sejahtera: Thessa Kaunang, Ricky Jo, Tamara Geraldine, Ronny Pangemanan.
Partai Demokrasi Pembaruan : Luna Maya
PBR : Peggy Melati Sukma, Paramitha Rusady
Yang menarik ialah banyaknya bintang panggung hiburan yang mendukung PAN. Mungkin PAN bisa diplesetkan menjadi Partainya Artis Nusantara.
Kalau kami lihat-lihat, kami di EOWI meragukan kemampuan Luna Maya, Wulan Guritno atau Evie Tamala untuk mengatur negara. Kami tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa, tetapi hanya meragukannya. Kami lebih suka Tamara Bleszynski, Ria Irawan, Inul atau Sophia Latjuba yang hot, yang ternyata tidak ada di list. Kalau ada, fansnya makin banyak. Maaf kalau EOWI (Imam Semar, IS) berpandangan sexist bias ke wanita, karena IS laki-laki. Kalau IS wanita mungkin akan nanar matanya melihat Ade Ray (barang kali).
Pembaca EOWI yang waras, anda pasti setuju bahwa panggung pentas dan sinetron tidak sama dengan DPR dan panggung politik. Seharusnya demikian, walaupun selama saya hidup dan semenjak mengerti membaca koran, pada kenyataannya antara panggung pentas, sandiwara dan sinetron tidak berbeda dengan panggung politik, pemainnya berpura-pura dan untuk itu mereka dibayar. Selama ini politikus menjadikan panggung politik menjadi panggung sandiwara, panggung penipuan. Tentu saja ada perbedaannya, yaitu pada panggung sinetron dan film biaya yang dikeluarkan penontonnya hanya sebatas harga karcis kalau nonton di bioskop, atau nol kalau nonton tv di rumah. Sedangkan panggung sandiwara politik biaya yang dikeluarkan penontonnya bisa jauh lebih mahal kalau para pemainnya berlaku gila. Mereka bisa membawa rakyatnya ke lembah inflasi seperti Mugabe, atau perang seperti Hitler. Kedua orang ini dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis.
Saat ini untuk Indonesia, yang kami kuatirkan keadaan menjadi lebih parah karena panggung politik dipenuhi dengan pemain sandiwara sungguhan (pemain sinetron dan film). Jangan tanyakan apakah mereka punya latar belakang ekonomi dan hukum, memikirkan hal tersebut saja mungkin tidak. Memberi kekuasaan kepada orang yang bukan ahlinya akan membawa kepada kesengsaraan.
Itulah yang membuat EOWI prihatin. Bukan itu saja, tetapi General Election 2009 nanti Indonesia betul-betul akan memilih retired generals untuk menjadi presidennya. Dengan visi-visi dan target-target yang sudah disiapkan oleh kabinet yang sekarang, Indonesia akan mengalami penderitaan dalam melewati depresi global 2009, karena parlemennya sudah menjadi parlemen sinetron.
PEMAHAMAN ATAS KRISIS 2009
Pandangan EOWI tentang krisis ekonomi saat ini adalah sebagai berikut: kredit lunak dan sembrono telah membuat konsumsi meningkat. Kapasitas produksi ditingkatkan untuk memasok permintaan (demand) konsumsi yang berlebihan dan tidak wajar levelnya serta disokong oleh hutang. Pada saat hutang itu sudah mencapai batas hidung (figuratif) maka hutang harus berhenti. Akibatnya konsumsi harus turun, bahkan harus di bawah level wajar, karena konsumen harus membayar hutang dan menabung. Oleh sebab itu terjadi kelebihan kapasitas produksi yang harus dipangkas. Banyak kapasitas industri dan mesin-mesin ekonomi harus terpangkas. Ini terjadi dimasa depresi. Depresi sehat.
Kami sempat menanyakan kepada orang yang mengalami dan hidup di masa depresi 1930 di Jawa. Gambaran ringkasnya ialah: harga-harga turun, barang banyak tetapi tidak ada yang beli. Harga sepeda mulanya sampai 40 gulden bisa turun sampai 8 gulden.
Pengertian seperti ini nampaknya tidak dimengerti pelaku ekonomi/bisnis di Indonesia. Jangan tanya lagi pada para bintang pentas calon legislatif. Kami tidak yakin mereka memahaminya. Kita lihat beberapa cuplikan berita dari koran.
Kompas [link]:
Saya sedang memikirkan, asset apa yang akan cemerlang, bullish untuk 5 tahun ke depan. Pertanyaan lain ialah: apakah strategi investasi dalam 1-2 tahun kedepan masih strategi short ataukah harus berubah? Apakah emas masih akan berjaya? Apakah ekonomi mengalami deflasi atau inflasi, mengingat banyaknya uang dan monetesasi kredit. Bisakah uang yang tercipta ini masuk ke ekonomi dan membuat inflasi. Banyak sekali pertanyaan di kepala saya dan jawabnya harus menggunakan perhitungan dan analisa kualitatif.
Artikel minggu ini dan minggu depan merupakan artikel berseri dengan judul dasar: KETIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT MENJADI GILA. Saya tidak tahu apakah cocok atau tidak, tetapi saya maunya seperti itu. Agak sedikit memaksa. Sebelumnya saya minta maaf karena artikel kali ini harus bukan artikel santai. Anda akan mengalami kesulitan untuk merangkaikan antara satu cerita degan cerita lainnya. Tetapi itulah ciri dari Ekonomi Orang Waras dan Investasi (EOWI). Mari kita mulai saja.
REPUBLIK SINETRON INDONESIA
Di koran Media Indonesia, edisi hari Jumat 25 Desember 2008, kolom Editorial dibuka dengan kalimat: Suara rakyat adalah suara tuhan sudah lama dikalahkan suara pimpinan partai yang menentukan nomer urut calon legislatif. (catatan: di Media Indonesia tuhan ditulis dengan T huruf besar, saya ganti menjadi t kecil karena saya tidak ingin menghina Tuhan).
Tuhan saya berbeda dengan tuhannya Media Indonesia, yang bisa dikalahkan oleh pimpinan partai dan untuk pemilu tahun 2009 tuhannya Media Indonesia punya potensi berbuat salah. Yaitu memilih (mentakdirkan) orang yang tidak kompeten untuk menduduki jabatan kenegaraan.
Dalam artikel berjudul: RIAU, NAURU DAN TAHI BURUNG [link], kami mengatakan: Persoalan yang mendasar dari sistem demokrasi adalah bahwa kualitas pemerintahan yang dihasilkannya tidak lebih tinggi dari kualitas rakyatnya.
Karena UU Pemilu 2009, maka nomer urut sudah tidak berlaku, dan pemilu akan menjadi arena kontes popularitas. Siapa yang populer akan terpilih jadi anggota parlemen. Dan peluang terbesar akan jatuh ketangan para bintang film/sinetron, pembawa acara, penyanyi dan sebangsanya. Kami memperoleh data-data bintang hiburan yang menjadi calon legislatif. Akurasi data ini tidak dijamin EOWI karena sumbernya juga bukan sumber resmi dan EOWI tidak mengecek satu persatu tentang kebenarannya. Kami juga tidak tahu persis siapa mereka ini, karena kami bukan penggemar sinetron dan panggung hiburan. Yang kami kenal kebanyakan penyanyi jadul, seperti Nikki Astria dan Achmad Albar. Selebihnya tidak begitu kenal.
Partai PAN : Wulan Guritno, Marini Zumarnis, Eko Patrio, Ikang Fawzi, Derry Drajat, Adrian Maulana, Raslina Rasyidin , Tito Soemarsono, Maylaffayza, Mandra, Mara Karma, Cahyono, Henidar Amroe, Eka Sapta, Lucky Artadipraja, Intan Sevilla, Poppy Maretha, Krishna Mukti dan Irene Librawati.
Partai HANURA : David Chalik, Gusti Randa, Dimas Andrean, Azizah Rahma dan Anwar Fuady
Partai PDI-P : Rike Dyah Pitaloka, Dedy ‘Miing’ Gumelar, Edo Kondologit dan Sonny Tulung
Partai PPP : Icuk Sugiarto, Mat Solar, Denada, Marrisa Haque, Emilia Contessa, Evie Tamala, Lyra Virna, Ferry Irawan, Okky Asokawati, Ratih Sanggarwati.
Partai Golkar : Jeremy Thomas, Tantowi Yahya, Nurul Arifin
Partai Patriot : Camelia Malik
Partai PKB : Teuku Firmansyah, Didi Kempot
Partai Demokrat : Adji Massaid, H. Qomar, Angelina Sondakh, Venna Melinda, Tere, Inggrid Kansil
Partai Damai Sejahtera: Thessa Kaunang, Ricky Jo, Tamara Geraldine, Ronny Pangemanan.
Partai Demokrasi Pembaruan : Luna Maya
PBR : Peggy Melati Sukma, Paramitha Rusady
Yang menarik ialah banyaknya bintang panggung hiburan yang mendukung PAN. Mungkin PAN bisa diplesetkan menjadi Partainya Artis Nusantara.
Kalau kami lihat-lihat, kami di EOWI meragukan kemampuan Luna Maya, Wulan Guritno atau Evie Tamala untuk mengatur negara. Kami tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa, tetapi hanya meragukannya. Kami lebih suka Tamara Bleszynski, Ria Irawan, Inul atau Sophia Latjuba yang hot, yang ternyata tidak ada di list. Kalau ada, fansnya makin banyak. Maaf kalau EOWI (Imam Semar, IS) berpandangan sexist bias ke wanita, karena IS laki-laki. Kalau IS wanita mungkin akan nanar matanya melihat Ade Ray (barang kali).
Pembaca EOWI yang waras, anda pasti setuju bahwa panggung pentas dan sinetron tidak sama dengan DPR dan panggung politik. Seharusnya demikian, walaupun selama saya hidup dan semenjak mengerti membaca koran, pada kenyataannya antara panggung pentas, sandiwara dan sinetron tidak berbeda dengan panggung politik, pemainnya berpura-pura dan untuk itu mereka dibayar. Selama ini politikus menjadikan panggung politik menjadi panggung sandiwara, panggung penipuan. Tentu saja ada perbedaannya, yaitu pada panggung sinetron dan film biaya yang dikeluarkan penontonnya hanya sebatas harga karcis kalau nonton di bioskop, atau nol kalau nonton tv di rumah. Sedangkan panggung sandiwara politik biaya yang dikeluarkan penontonnya bisa jauh lebih mahal kalau para pemainnya berlaku gila. Mereka bisa membawa rakyatnya ke lembah inflasi seperti Mugabe, atau perang seperti Hitler. Kedua orang ini dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis.
Saat ini untuk Indonesia, yang kami kuatirkan keadaan menjadi lebih parah karena panggung politik dipenuhi dengan pemain sandiwara sungguhan (pemain sinetron dan film). Jangan tanyakan apakah mereka punya latar belakang ekonomi dan hukum, memikirkan hal tersebut saja mungkin tidak. Memberi kekuasaan kepada orang yang bukan ahlinya akan membawa kepada kesengsaraan.
Itulah yang membuat EOWI prihatin. Bukan itu saja, tetapi General Election 2009 nanti Indonesia betul-betul akan memilih retired generals untuk menjadi presidennya. Dengan visi-visi dan target-target yang sudah disiapkan oleh kabinet yang sekarang, Indonesia akan mengalami penderitaan dalam melewati depresi global 2009, karena parlemennya sudah menjadi parlemen sinetron.
PEMAHAMAN ATAS KRISIS 2009
Pandangan EOWI tentang krisis ekonomi saat ini adalah sebagai berikut: kredit lunak dan sembrono telah membuat konsumsi meningkat. Kapasitas produksi ditingkatkan untuk memasok permintaan (demand) konsumsi yang berlebihan dan tidak wajar levelnya serta disokong oleh hutang. Pada saat hutang itu sudah mencapai batas hidung (figuratif) maka hutang harus berhenti. Akibatnya konsumsi harus turun, bahkan harus di bawah level wajar, karena konsumen harus membayar hutang dan menabung. Oleh sebab itu terjadi kelebihan kapasitas produksi yang harus dipangkas. Banyak kapasitas industri dan mesin-mesin ekonomi harus terpangkas. Ini terjadi dimasa depresi. Depresi sehat.
Kami sempat menanyakan kepada orang yang mengalami dan hidup di masa depresi 1930 di Jawa. Gambaran ringkasnya ialah: harga-harga turun, barang banyak tetapi tidak ada yang beli. Harga sepeda mulanya sampai 40 gulden bisa turun sampai 8 gulden.
Pengertian seperti ini nampaknya tidak dimengerti pelaku ekonomi/bisnis di Indonesia. Jangan tanya lagi pada para bintang pentas calon legislatif. Kami tidak yakin mereka memahaminya. Kita lihat beberapa cuplikan berita dari koran.
Kompas [link]:
Pemerintah Harus Berdayakan Kapasitas Industri yang Menganggur
JAKARTA, JUMAT 26 Desember 2008 — Kalangan industri meminta pemerintah untuk mempercepat belanja modal dengan mempercepat proyek pengadaan pemerintah dan memanfaatkan kapasitas industri yang menganggur akibat dampak krisis finansial global.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Jumat, mengimbau pemerintah pusat maupun daerah mempercepat proyek-proyek pembangunan yang melibatkan industri dalam negeri.
Komentar EOWI: Kita lihat opini pelaku bisnis. Persoalannya adalah kelebihan kapasitas. Dan kelebihan kapasitas secara alami akan terpangkas dalam masa depresi. Mencoba mempertahankannya hanya akan memperlama kesengsaraan dan membuang-buang kapital. Kapital harus diarahkan ke sektor lain atau untuk membagun kapasitas baru, jika depresi memangkas terlalu banyak kapasitas. Kenyataanya, konsumen cenderung untuk mengurangi konsumsinya seperti berita di bawah.
Kompas [link]:
JAKARTA, JUMAT 26 Desember 2008 — Kalangan industri meminta pemerintah untuk mempercepat belanja modal dengan mempercepat proyek pengadaan pemerintah dan memanfaatkan kapasitas industri yang menganggur akibat dampak krisis finansial global.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi, di Jakarta, Jumat, mengimbau pemerintah pusat maupun daerah mempercepat proyek-proyek pembangunan yang melibatkan industri dalam negeri.
Komentar EOWI: Kita lihat opini pelaku bisnis. Persoalannya adalah kelebihan kapasitas. Dan kelebihan kapasitas secara alami akan terpangkas dalam masa depresi. Mencoba mempertahankannya hanya akan memperlama kesengsaraan dan membuang-buang kapital. Kapital harus diarahkan ke sektor lain atau untuk membagun kapasitas baru, jika depresi memangkas terlalu banyak kapasitas. Kenyataanya, konsumen cenderung untuk mengurangi konsumsinya seperti berita di bawah.
Kompas [link]:
Sabtu, 27 Desember 2008 07:47 WIB
Menabung untuk Kondisi Darurat
Survei MasterCard menyatakan, konsumen di Asia Pasifik kini lebih menggiatkan dirinya menabung guna mengantisipasi dampak krisis finansial global.
Komentar EOWI: Jadi kalau Sofian Wanadi atau pemerintah mau mempertahankan kapasitas produksi, siapa yang mau beli produknya?
Ketidak-mengertian pemerintah atas krisis ekonomi yang terjadi bisa dilihat dari target yang dipatok untuk penerimaan pajak meningkat sebesar 21%, harga BBM ritel Indonesia yang masih tinggi dan himbauan untuk mempertahankan kelebihan kapasitas yang ada.
Kompas [link]:
Menabung untuk Kondisi Darurat
Survei MasterCard menyatakan, konsumen di Asia Pasifik kini lebih menggiatkan dirinya menabung guna mengantisipasi dampak krisis finansial global.
Komentar EOWI: Jadi kalau Sofian Wanadi atau pemerintah mau mempertahankan kapasitas produksi, siapa yang mau beli produknya?
Ketidak-mengertian pemerintah atas krisis ekonomi yang terjadi bisa dilihat dari target yang dipatok untuk penerimaan pajak meningkat sebesar 21%, harga BBM ritel Indonesia yang masih tinggi dan himbauan untuk mempertahankan kelebihan kapasitas yang ada.
Kompas [link]:
Target Penerimaan Pajak Tumbuh 21 Persen
Rabu, 11 Juni 2008 22:07 WIB
JAKARTA, RABU - Penerimaan pajak pada tahun 2009 ditargetkan akan meningkat 21 persen di atas realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008. Itu dimungkinkan karena nominal produk domestik bruto atau PDB diperkirakan akan meningkat dari Rp 4.484,2 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 5.275,9 triliun di tahun 2009. Ini menjadi salah satu sumber penerimaan pajak penghasilan atau PPh, sehingga kondisi itu diperkirakan dapat mendorong penerimaan seluruh jenis pajak tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hal tersebut dalam Rapat Kerja dengan Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Rabu (11/6) petang.
Ortax [link]:
Dalam APBN 2009, penerimaan pajak ditargetkan mencapai Rp640,1 triliun atau 20,5% lebih besar daripada target penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp534,53 triliun. Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) Rp357,4 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) Rp249,5 triliun, PBB Rp28,9 triliun, dan pajak lainnya Rp4,3 triliun.
Komentar EOWI: Ilmu ekonomi manapun, tidak mengajarkan peningkatan penarikan pajak selama resesi dan depresi. Beban sudah berat, kemudian ditambah dengan hisapan pajak. Apakah itu PPh atau PPN atau bea masuk, sama saja, akan membuat harga tinggi dan pendapatan pekerja tersunat dan daya beli makin turun. Makin hancur dan sengsara saja.
Republika [link]:
Presiden Imbau Parpol Pesan Banyak Kaos dan Spanduk
Minggu, 21 Desember 2008 pukul 19:11:00
JAKARTA -- Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat (AS) turut dirasakan dampaknya oleh Indonesia karena menurunnya jumlah pesanan ekspor akibat volume perdagangan dunia yang menciut.Salah satu sektor industri yang lebih dulu terkena dampaknya adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang selama ini melayani pesanan ekspor ke AS dan Eropa. Bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hiruk- pikuk kampanye yang sudah dimulai oleh para partai politik (parpol) menjelang Pemilu 2009 merupakan berkah tersendiri untuk menghadapi dampak krisis keuangan global, terutama di sektor tekstil.
"Para ketua partai politik, lebih banyak lagi pesan kaos, lebih banyak lagi pesan spanduk," ujar Presiden di sela-sela pidatonya dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) V Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Balai Sidang Jakarta Jakarta , Minggu.
Komentar EOWI: Katakanlah dengan adanya pembelian kaos dan spanduk membantu industri tekstil dan produk tekstil untuk bertahan selama ada kampanye pemilu. Setelah itu bagaimana? Siapa yang mau beli? Bukankah konsumen di luar negri sedang berhemat untuk membayar hutang-hutangnya dan menabung untuk masa pensiunnya? Jadi mau tidak mau persoalan lama yaitu pemusnahan sebagian kapasitas kembali harus dihadapi. EOWI agak heran membaca anjuran presiden SBY. Dengan gelar doktor di bidang ekonomi, seakan tidak mengerti masalah ekonomi. Mungkin akreditasi IPB perlu dipertanyakan.
KREDIT MACET MENINGKAT
Pada masa resesi yang bersifat deflasi, kapasitas produksi akan terpangkas. Sebagian perusahaan yang lemah, kinerjanya buruk akan bangkrut. Kreditnya akan macet. Sedangkan perusahaan yang punya strategi yang baik, perusahaan yang kuat akan bertahan. Pada masa ini terjadi seleksi alam.
Di bawah ini adalah cuplikan beberapa berita koran tentang kredit macet. Di tahun 2009, kemungkinan besar berita senada akan makin sering termuat di koran-koran. Karenanya bank-bank akan mengalami kesulitan keuangan juga.
KOMPAS [link]:
Bank Agro Rencanakan "Right Issue" Rp 150 Miliar
Rabu, 24 Desember 2008 12:53 WIB
JAKARTA, RABU — Rasio ketersediaan modal capital adequacy ratio (CAR) PT Bank Agroniaga (Agro) turun menjadi 13,39 persen hingga September 2008 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15,44 persen.
[link]:
Senin, 22 Desember 2008 22:13 WIB
Besarnya Bunga Pinjaman, UKM Banyak Gulung Tikar
Sulitnya Usaha Kecil Menengah (UKM) mengembalikan pinjaman dari bank disebabkan besarnya bunga yang dibebankan.
Rabu, 11 Juni 2008 22:07 WIB
JAKARTA, RABU - Penerimaan pajak pada tahun 2009 ditargetkan akan meningkat 21 persen di atas realisasi penerimaan pajak pada tahun 2008. Itu dimungkinkan karena nominal produk domestik bruto atau PDB diperkirakan akan meningkat dari Rp 4.484,2 triliun di tahun 2008 menjadi Rp 5.275,9 triliun di tahun 2009. Ini menjadi salah satu sumber penerimaan pajak penghasilan atau PPh, sehingga kondisi itu diperkirakan dapat mendorong penerimaan seluruh jenis pajak tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan hal tersebut dalam Rapat Kerja dengan Panitia Anggaran DPR di Jakarta, Rabu (11/6) petang.
Ortax [link]:
Dalam APBN 2009, penerimaan pajak ditargetkan mencapai Rp640,1 triliun atau 20,5% lebih besar daripada target penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp534,53 triliun. Penerimaan tersebut terdiri dari penerimaan pajak penghasilan (PPh) Rp357,4 triliun, pajak pertambahan nilai (PPN) Rp249,5 triliun, PBB Rp28,9 triliun, dan pajak lainnya Rp4,3 triliun.
Komentar EOWI: Ilmu ekonomi manapun, tidak mengajarkan peningkatan penarikan pajak selama resesi dan depresi. Beban sudah berat, kemudian ditambah dengan hisapan pajak. Apakah itu PPh atau PPN atau bea masuk, sama saja, akan membuat harga tinggi dan pendapatan pekerja tersunat dan daya beli makin turun. Makin hancur dan sengsara saja.
Republika [link]:
Presiden Imbau Parpol Pesan Banyak Kaos dan Spanduk
Minggu, 21 Desember 2008 pukul 19:11:00
JAKARTA -- Krisis keuangan global yang berawal di Amerika Serikat (AS) turut dirasakan dampaknya oleh Indonesia karena menurunnya jumlah pesanan ekspor akibat volume perdagangan dunia yang menciut.Salah satu sektor industri yang lebih dulu terkena dampaknya adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang selama ini melayani pesanan ekspor ke AS dan Eropa. Bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, hiruk- pikuk kampanye yang sudah dimulai oleh para partai politik (parpol) menjelang Pemilu 2009 merupakan berkah tersendiri untuk menghadapi dampak krisis keuangan global, terutama di sektor tekstil.
"Para ketua partai politik, lebih banyak lagi pesan kaos, lebih banyak lagi pesan spanduk," ujar Presiden di sela-sela pidatonya dalam acara pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) V Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Balai Sidang Jakarta Jakarta , Minggu.
Komentar EOWI: Katakanlah dengan adanya pembelian kaos dan spanduk membantu industri tekstil dan produk tekstil untuk bertahan selama ada kampanye pemilu. Setelah itu bagaimana? Siapa yang mau beli? Bukankah konsumen di luar negri sedang berhemat untuk membayar hutang-hutangnya dan menabung untuk masa pensiunnya? Jadi mau tidak mau persoalan lama yaitu pemusnahan sebagian kapasitas kembali harus dihadapi. EOWI agak heran membaca anjuran presiden SBY. Dengan gelar doktor di bidang ekonomi, seakan tidak mengerti masalah ekonomi. Mungkin akreditasi IPB perlu dipertanyakan.
KREDIT MACET MENINGKAT
Pada masa resesi yang bersifat deflasi, kapasitas produksi akan terpangkas. Sebagian perusahaan yang lemah, kinerjanya buruk akan bangkrut. Kreditnya akan macet. Sedangkan perusahaan yang punya strategi yang baik, perusahaan yang kuat akan bertahan. Pada masa ini terjadi seleksi alam.
Di bawah ini adalah cuplikan beberapa berita koran tentang kredit macet. Di tahun 2009, kemungkinan besar berita senada akan makin sering termuat di koran-koran. Karenanya bank-bank akan mengalami kesulitan keuangan juga.
KOMPAS [link]:
Bank Agro Rencanakan "Right Issue" Rp 150 Miliar
Rabu, 24 Desember 2008 12:53 WIB
JAKARTA, RABU — Rasio ketersediaan modal capital adequacy ratio (CAR) PT Bank Agroniaga (Agro) turun menjadi 13,39 persen hingga September 2008 dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15,44 persen.
[link]:
Senin, 22 Desember 2008 22:13 WIB
Besarnya Bunga Pinjaman, UKM Banyak Gulung Tikar
Sulitnya Usaha Kecil Menengah (UKM) mengembalikan pinjaman dari bank disebabkan besarnya bunga yang dibebankan.
[link]:
Waduh... Kredit Program Perbankan Banyak yang Macet
Rabu, 17 Desember 2008 11:05 WIB
JAKARTA, RABU — Berbagai kredit program yang mengalir melalui perbankan Indonesia banyak yang macet. Hingga akhir Oktober nilai bermacam skema pinjaman yang disalurkan melalui bank sebesar Rp 45,6 triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 9,1 triliun di antaranya berstatus macet.
PENUTUP
Pada tulisan berikutnya kita akan membahas mengenai paket-paket stimulus yang menurut pendapat EOWI adalah tidak berguna dan tidak effektif. Pemangkasan kapasitas produksi dan seleksi alam akan terjadi di dunia bisnis. EOWI akan berusaha menjawab apakah paket stimulus serta monetesasi hutang akan berdampak inflasi atau tidak. Apakah akan ada asset yang akan menjadi bubble. Kalau memang demikian, aset mana yang berikutnya akan membentuk bubble.
Jaga kesehatan, tabungan dan investasi anda baik-baik. Selamat tahun baru.
Jakarta 28 Desember 2008.
Waduh... Kredit Program Perbankan Banyak yang Macet
Rabu, 17 Desember 2008 11:05 WIB
JAKARTA, RABU — Berbagai kredit program yang mengalir melalui perbankan Indonesia banyak yang macet. Hingga akhir Oktober nilai bermacam skema pinjaman yang disalurkan melalui bank sebesar Rp 45,6 triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 9,1 triliun di antaranya berstatus macet.
PENUTUP
Pada tulisan berikutnya kita akan membahas mengenai paket-paket stimulus yang menurut pendapat EOWI adalah tidak berguna dan tidak effektif. Pemangkasan kapasitas produksi dan seleksi alam akan terjadi di dunia bisnis. EOWI akan berusaha menjawab apakah paket stimulus serta monetesasi hutang akan berdampak inflasi atau tidak. Apakah akan ada asset yang akan menjadi bubble. Kalau memang demikian, aset mana yang berikutnya akan membentuk bubble.
Jaga kesehatan, tabungan dan investasi anda baik-baik. Selamat tahun baru.
Jakarta 28 Desember 2008.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.