___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Wednesday, July 2, 2008

CHILDREN OF MAN: GLOOM DOOM DARI DEKADE 70AN

MOOD MASYARAKAT DEPRESSI
Apakah kita akan atau sudah memasuki masa depressi ekonomi global atau masa yang lebih parah dari sekedar resesi? Saya tidak akan menjawab pertanyaan itu. Saya sekedar mau bercerita tentang mood (suasana hati) pada masa dimana terjadi tekanan ekonomi global, yaitu tahun 1970an. Lebih tepatnya perfilman. Tentu saja bukan film lokal tetapi di US.

Ada sebuah film yang sifatnya futuristik di tahun 70an yang patut dicatat, yaitu Soylent Green (Sebenarnya ada satu lagi yaitu Blade Runner, tetapi kurang mengigit dibandingkan Soylent Green. Film ini menceritakan tentang dunia di tahun 2022. Spirit pesimisme Robert Maltus (laju pertumbuhan pangan dan energi tidak cukup cepat untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk) cukup dominan di film ini. Pada masa itu dunia mengalami kehancuran ekologi, ledakan populasi, pemanasan global dan krisis energi yang menjalar menjadi krisis pangan. Kota New York pada tahun itu berpopulasi 40 juta jiwa, sudah berubah menjadi kota yang terbagi dua; yang kumuh –dihuni oleh kebanyakan orang dan yang elite dihuni oleh sebagian kaum kaya.

Pemanasan global telah melanda dunia sehingga tamanan sulit hidup dan dunia menjadi gersang. Pangan menjadi problem utama dimasa itu. Pemerintah US yang nampaknya bersifat totalitarian dikuasai oleh para kapitalis memperkenalkan makanan yang disebut soylent green. Itulah yang menjadi makanan pokok manusia yang katanya dari ganggang. Secara tidak sengaja seorang detektif yang sedang menangani kasus pembunuhan menemukan bahwa soylent green ternyata berasal dari mayat, bukan ganggang.

Film ini adalah gambaran dystopia (lawan dari utopia) yang dalam, hidup yang sangat menekan, pessimis, kekacauan, oppressi dan pemerintah yang totalitarian. Film ini diakhiri dengan suatu pemandangan, ketidak perdulian terhadap pengungkapan bahwa sebenarnya soylent green yang menjadi makanan pokok dimasa itu berasal dari mayat. Mayat diciduki dengan buldozer untuk dijadikan soylent green.

Banyak hal di dalam cerita soylent green yang tidak sesuai dengan data empiris. Biasanya ledakan populasi, tekanan hidup dan kekurangan pangan akan menyulut pembrontakan dan huru-hara. Jarang sekali kaum kaya bisa selamat dari penjarahan dan pembantaian. Apakah itu revolusi Prancis, revolusi Bolsvic, atau revolusi sosial Sumatra Utara. Di film Soylent Green hal ini tidak terjadi. Terlepas dari ilmiah atau tidaknya Soylent Green, film ini adalah cermin mood masyarakat US dan dunia pada umumnya, kecuali negara-negara penghasil minyak termasuk Indonesia pada waktu itu yang luput dari tekanan ekonomi akibat hyperinflasi.

(Klik gambar untuk memperbesar)

Soylent Green tidak pernah menjadi film yang melegenda dan dibuat sequelnya seperti The God Father, Star War dan Alien. Mungkin karena tidak banyak yang bisa menghargai film semacam ini. Ramalan Soylen Green pun banyak yang luput. Dengan kontrasepsi yang semakin populer, revolusi hijau dan penemuan minyak di Laut Utara, membuat pesimissme Robert Maltus terkubur......, paling tidak sampai tahun 2007.

Saya baru saja melihat di TV kabel trailer sebuah film berjudul children of man. Pesimismenya mirip dengan Soylent Green. Film ini mengambil setting di tahun 2027. Karena suatu hal manusia menjadi mandul. Tidak ada kelahiran selama 18 tahun. Pemerintahan-pemerintahan di dunia runtuh. Satu-satunya negara yang masih tegak adalah Inggris. Jutaan pengungsi meluruk ke Inggris untuk mencari tempat yang lebih aman. Inggris menjadi totalitarian berusaha mengendalikan pendatang haram.

Dari segi mood masyarakat, banyak persamaannya dengan Soylent Green. Pemicunya pun sama harga kebutuhan pokok naik dan termanivestasi dengan ketidak puasan serta demonstrasi dimana-mana. Orang terbuang dari rumahnya. Hanya saat ini faktor yang melatar belakangi berbeda. Mood yang sekarang dilatarbelakangi oleh ketakutan atas ancaman yang terlihat saat ini yaitu ancaman demografi dunia yang menua. Ketakutan atas kelangkaan generasi muda untuk mensupport generasi pensiunan – baby boomer yang notabene yang selama hidupnya enak. Pertanyaannya apakah mood masyarakat kini sudah sama dengan masyarakat di tahun 70an. Atau mungkin seperti tahun 30an, dimasa the great depression. Entahlah.

Itu cerita film. Yang menarik ialah kinerja bursa saham US tahun 2008 merupakan kinerja terburuk setelah crash 1929. Tahun 2008 ini di bulan Juni, indeks Dow jatuh 10.2% dibandingkan masa the great depression 1930 Dow jatuh 18%. Sepanjang January-Juni DAX (Jerman) jatuh -20%; CAC Prancis -22%; FTSE -15%; Shanghai -50%; Vietnam 65%. Harga-harga makanan dan bahan pokok terbang. Tiga (3) juta orang di US tidak mampu mencicil rumahnya. Menyusul Inggris. Bank of Scotland mengumumkan bahwa keadaan ekonomi akan semakin memburuk, bahkan akan ada crash di bursa saham. Bank for International Settlement dalam laporan tahunannya mengatakan bahwa ekonomi akan jauh lebih buruk dari pada yang diperkirakan pakar ekonomi. Begitulah beritanya. Tidak salah kalau membuat depressi. Protes dan demonstrasi merebak di banyak belahan dunia. Sektor finansial yang merupakan nadi dan darah kehidupan ekonomi mengalami tekanan. Bank-bank besar seperti Citigroup harga sahamnya sudah berada di bawah $20 dan menjadi Shittygroup. Lehman Brothers juga terpuruk. Bear Stearns. Sektor perbankan US terpangkas lebih dari 50% selama 1.5 tahun ini. Apakah ini tidak membuat jiwa tertekan, terutama untuk yang hidup di US, Inggris dan hal ini akan menjalar kemana-mana, kalau skenarionya seperti the great depression tahun 1930.


Chart 1 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 2 (Klik Chart untuk memperbesar)

Kita lihat saja sampai tahun 2011 nanti, bagaimana perkembangan dunia ini.


DOW MENEMBUS SUPPORT PENTINGNYA
Tekanan jual di bursa saham memaksa indeks DJIA (Dow Industrial Average) menembus dengan meyakinkan support level yang menahannya pada sell-off bulan Maret lalu (Chart 3). Ini pertanda tidak baik. DJIA bisa turun lagi mencoba menembus level 10750. Minggu lalu peluang untuk rebound cukup besar, sekitar 75%. Dengan jatuhnya pertahanan di support 11750, maka peluang untuk turun lebih lanjut ke 10750 menjadi besar. Saham-saham berkapitalisasi besar yang membentuk indeks DJIA akan terus memperoleh tekanan pada hari-hari mendatang.

Sisi cerahnya ialah indeks S&P500 yang cakupannya lebih luas dari DJIA, masih di atas support bulan February-Maret lalu (Chart 4) demikian juga indeks Nasdaq. Atmosfir pasar nampaknya belum menunjukkan rasa ketakutan yang mencekam. Indeks VIX (Chart 5) masih berada di level 23. Angka ini belum apa-apa dibandingkan level di bulan July 2007, November 2007, Februari 2008 dan Maret 2008 yaitu di atas 30. Sehingga pasar masih belum mencapai level bearish yang ekstrim. Peluang untuk turun lagi cukup besar sebelum adanya rally yang cukup berarti. Apa lagi minggu depan adalah minggu pendek di US karena ada libur hari kemerdekaan US.


Chart 3 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 4 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 5 (Klik Chart untuk memperbesar)

Sektor perbankan US mengalami tekanan hebat. Indeks Bank US (BKX) jatuh ke level terendah sejak 2002 (Chart 6). Level BKX berikutnya adalah 54. Jika level ini terlewati maka indeks dengan mudah akan jatuh ke level 30an yaitu level di tahun 1995 dan sebelumnya. Kalau hal ini terjadi maka akan merupakan kejatuhan telak, dari 120 ke 30 (75% terpangkas).


Chart 6 (Klik Chart untuk memperbesar)

Indeks Bull Percentage sektor finansial (BPFINA) menunjukkan level terendah setelah level di bulan Januari 2008 lalu (Chart 7). Sedangkan BPSPX untuk S&P500 tidak seburuk sektor finansial (Chart 8), tetapi tetap sudah menunjukkan sangat bearish. Dalam kondisi pasar seperti ini, resiko down-sidenya sudah tidak banyak lagi. Oleh sebab itu shorting sangat berbahaya. Walaupun Shitty Group betul-betul akan menjadi shit, tetapi tidak sekarang.


Chart 7 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 8 (Klik Chart untuk memperbesar)


SEKTOR ENERGI YANG OVERSOLD
Harga minyak dan energi (batu bara) menanjak secara parabolik dan secara teknikal tidak mau turun (Chart 9). Sudah sejak lama berada pada posisi over-bought. Pada bull market, pasar bisa over-bought dalam waktu yang lama. Shorting harus pandai-pandai. Harga minyak dan energi.

Walaupun harga minyak dan energi-energi lain (batu bara) mengalami parabolic run, banyak sahamnya sudah enggan ikut. Saham yang saya pantau (karena saya punya posisi short) Suncor (SU), sudah menampakkan koreksi (Chart 10). Target saya adalah di sekitar $ 52.


Chart 9 (Klik Chart untuk memperbesar)

Sedangkan saham batu bara ACI masih belum menunjukkan tanda-tanda mulai koreksi (Chart 11). MACRO shares Oil Down Tradeable (DCR) mencapai nilai NOL. Nampaknya DCR sudah kehabisan dana untuk melakukan short sehingga nilai ETF nya menjadi NOL. Sebelumnya saya memang sudah peringatkan bahwa kita harus punya strategy dalam melakukan short bull market. Saya masih akan tunggu untuk bisa masuk di agressive short oil ETF lain yang masih hidup DUG.

Saham energi lain yang pernah diulas di EOWI, ICO – International Coal, harga sahamnya sudah naik 300%, dari $4 ketika diulas dan sekarang $12. Saya akan meliquidasi saham ini kalau masih punya.


Chart 10 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 11 (Klik Chart untuk memperbesar)

Selain shorting langsung ke minyaknya, saham refinery juga bisa dijadikan back-door untuk memanfaatkan kejatuhan harga minyak. Pilihan saya adalah SUN, VLO dan TSO. Indeks S&P Refining mempunyai PER 6. Murah. Dengan turunnya harga minyak mentah, margin saham refinery akan naik.

SEKTOR EMAS MULAI RALLY
Sektor emas, baik emasnya dan juga sahamnya (indeks HUI) menunjukkan gejala akan rally (Chart 12 dan Chart 13). Segitiga bullish-wedge berhasil ditembus. Sebenarnya saat ini masih terlalu pagi bagi sektor emas untuk melakukan rally tahunannya. Biasanya rally terjadi pada bulang Agustus/September sampai Maret/May tahun berikutnya. Saat ini masih July. Apakah rally emas tahun ini datang lebih awal? Kita lihat saja nanti.


Chart 12 (Klik Chart untuk memperbesar)

Dalam situasi seperti ini, saya akan terus mengurangi posisi short (sektor finansial, perumahan dan automotif) dan saya dan beralih ke emas yang kelihatannya akan memasuki fase rally. Saya akan mempertimbangkan untuk membeli GFI (Gold Field). Saham ini mengalami tekanan jual karena persoalan harga energi yang membuat tambang-tambang GFI di Afrika Selatan tersendat produksinya karena pemadaman listrik. Korelasi antara harga minyak dan GFI terlihat di Chart 14. Harga minyak West Texas Intermidiate (WTIC) dibanding GFI (WTIC/GFI) menanjak secara parabolik. Ini secara alamiah tidak stabil. GFI akan naik cepat atau harga minyak turun.

Minggu depan saya mau liburan dulu. Saya tidak yakin bisa membuat ulasan pasar atau artikel untuk minggu depan.


Chart 13 (Klik Chart untuk memperbesar)


Chart 14 (Klik Chart untuk memperbesar)

Jakarta 1 Juli 2008

2 comments:

Blue said...

Mas IS,
Kali ini saya setuju dengan mas IS. Bahkan saya pikir ini saatnya emas mengalami parabolic run. Di kitco.com bahkan ada yang berani menyebutkan US$ 2300 sebagai target price. Kalau terjadi bisa meledak mas IS. Ayo..ayo..

Imam Semar said...

Hati-hati over-confident can kill. Pakai strategy.