___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Saturday, January 12, 2008

DEFLASI, HYPERINFLASI, STAGFLASI DAN SONTOLOYO?

Kali ini kita akan membahas beberapa kasus kondisi ekonomi yang tidak nyaman. Deflasi, hyper-inflasi, stagflasi dan ekonomi sontoloyo. Topik ini kami munculkan karena ada beberapa pertanyaan apakah bahan komoditi, minyak, bahan pangan, base metal dan lain-lain juga akan nyungsep pada saat krisis ekonomi sekarang ini? Pendekatan uraian ini adalah menjelaskan mekanisme krisis, jenis krisisnya dan konsekwensinya serta akibat-akibatnya. Dan akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana strategi investasi dalam menghadapi kondisi flasi-flasi.

Untuk mengurangi topik diskusi, kita akan singkirkan stagflasi. Istilah stagflasi tidak dikenal dalam mazhab ekonomi klasik Austrian. Yang disebut dengan stagflasi ialah istilah untuk menggambarkan kondisi ekonomi dimana pertumbuhan tidak ada/lambat (resesi) dibarengi dengan inflasi yang tinggi. Stagflasi yang terkenal adalah periode 70an di US. Belanja negara US tinggi untuk perang (hal-hal yang tidak produktif) dan mengakibatkan defisit belanja negara. Dan defisit ini didanai dari mencetak uang (membuat hutang). Kemakmuran riil tidak bergerak karena gerak ekonomi tidak mengarah pada kemakmuran melainkan ke perang.

Istilah ekonomi sontoloyo adalah istilah saya sendiri. Kalau anda melakukan google search untuk kata Muddling Through, dan anda banyak menjumpai kata ini berdampingan dengan John Mauldin, nah itu yang saya maksud dengan ekonomi sontoloyo. Ekonomi dimana tidak tumbuh tetapi juga tidak sekarat, sedangkan tingkat inflasi harga bahan konsumen (CPI, Consumer Price Index) agak tinggi. Jadi kasus ini sebenarnya kasus inflasi. Jadi tidak perlu kita bahas lagi secara khusus.

Kalau seandainya tulisan ini tidak sama dengan dengan text-book dan teori-teori yang diajarkan disekolah, mohon dimaklumi. Opini dan teori yang ada di blog ini adalah semata-mata hasil pemikiran orang waras dan objektif.


INFLASI
Inflasi adalah keadaan ekonomi dimana terjadi ekspansi kredit dan uang. Akibat ekspansi kredit, nilai mata uang (yang mengalami ekspansi) akan menurun atau harga-harga akan mengalami kenaikan. Inflasi bukan karena naiknya harga-harga, tetapi kenaikan harga-harga adalah gejala yang diakibatkan oleh inflasi.

Penyebab inflasi banyak. Pertama, adanya pelaku ekonomi yang tidak produktif hidup sebagai parasit besar pasak dari pada tiang (defisit) dan memenuhi kebutuhannya dengan berhutang (tentu saja ada yang memberi hutangan). Jika yang defisit itu pemerintah yang punya hak mencetak uang, bisa (sering) melakukan ekspansi moneter melalui pencetakan uang. Bisa juga melalui penerbitan bond (surat hutang).

Hiper-inflasi, inflasi yang sangat tinggi paling sering dimotori oleh pemerintah. Zimbabwe pada saat ini, Indonesia tahun 1945-1950, 1964-1967, Jerman tahun 1922-1923, US tahun 1970an, US pada masa perang saudara 1861-1865. Pemerintah dalam keadaan perang baik dengan musuh eksternal atau internal akan mengalami defisit yang gila-gilaan. Perang dengan musuh eksternal seperti antara Indonesia-Belanda (1945-1950; 1960-1965); antara US-Vietnam (1964-1973) atau perang internal (pemerintah resmi memerangi banyak lawan-lawan politiknya), seperti Mugabe - Zimbabwe saat ini, Sukarno - Indonesia tahun 1960an. Karena perang, pajak tidak bisa ditarik (semua orang sulit bisa kerja) sehingga mau tidak mau penerbitan bond dan/atau pencetakan uang menjadi alternatif untuk menutup defisit pembiayaan hal-hal yang tidak produktif (perang, konflik internal/eksternal). Karena pada dasarnya pencetakan uang adalah pajak terselubung pada saat pajak resmi tidak bisa ditarik sebagai akibat tidak berjalannya fungsi penarikan pajak atau pemerintah takut akan kemarahan rakyat kalau menarik pajak secara resmi.


Uang yang dibikin untuk mainan dimasa Weimar hyperinflation
(Klik untuk memperbesar)


Lebih murah uang kertas dari pada kayu bakar untuk memanaskan ruangan (Weimar hyperinflation (Klik untuk memperbesar)

2oo milyar Mark pada masa Weimar Hyperinflasi.

Penyebab inflasi yang kedua adalah karena kredit murah yang dipakai untuk spekulasi dan bisa berlanjut dengan pemberian kredit yang sembrono. Pada awal kebangkitan ekonomi, penyaluran kredit diperlonggar. Pada tahap ini kredit yang tersalur masih mengalir ke aktivitas yang produktif. Inflasi juga menyebabkan nilai mata uang turun dan orang akan cenderung beralih asset riil sebagai tindakan yang defensif. Harga asset riil akan naik. Lama kelamaan bisa kebablasan aktivitas yang defensif akan mengarah pada aktivitas spekulatif. Akibatnya barang yang dispekulasikan harganya naik dan menjadi bubble. Pada akhirnya penyaluran kredit tidak lagi mampu mempertahankan bubble.


DEFLASI
Secara sederhana yang disebut deflasi adalah kondisi ekonomi dimana jumlah kredit dan uang yang beredar mengalami pengkerutan (berkurang). Ekonomi yang dijangkiti penyakit deflasi akan menunjukkan gejala-gejala: harga-harga, gaji dan upah yang menurun. Dalam ekonomi yang mengalami deflasi jangan mengharapkan kenaikan (penyesuaian) gaji. Kalau ada yang disebut penyesuaian gaji maka artinya penurunan gaji. Tentu saja dalam sejarah hidup anda mungkin anda tidak pernah mengalaminya. Apa lagi kalau yang anda lihat hanya Indonesia. Tetapi bisa juga anda tidak mengamatinya dengan cermat.

Deflasi didahului oleh masa ekspansi kredit yang besar dan masa boom ekonomi. Seperti biasanya, ekspansi kredit di samping untuk peningkatan konsumsi, juga akan berujung di peningkatan aktifitas-aktifitas spekulasi, mal-investement. Akibatnya akan terjadi bubble, penggembungan harga pada objek yang dispekulasikan. Objek yang dispekulasikan yang bisa real-estate, bisa pula saham, atau apa saja. Proses spekulasi dan bubble ini tidak bisa berlangsung terus. Ekspansi kredit yang diperlukan semakin lama semakin besar dan harus lebih cepat untuk mempertahankan bubble itu sendiri. Akhirnya, ekspansi kredit tidak lagi bisa memenuhi tuntutan untuk bisa mempertahankan bubble dan bubble akan mengempis atau pecah. Misalnya untuk real-estate. Mula-mula harga masih terjangkau. Makin banyak orang ikut berspekulasi menimbulkan permintaan (semu) meningkat dan akan memicu kenaikan harga. Pelaku ekonomi di sektor real-estate merespons dengan makin menjamurnya pembangunan perumahan dan apartement. Tenaga kerja yang terserap di sektor ini semakin banyak. Harga terus meningkat, akhirnya harga rumah menjadi tidak terjangkau lagi dan banyak orang tidak mampu membeli. Dengan kata lain pada harga tersebut penawaran lebih tinggi dari permintaan. Dengan kata lain: oversupply. Kalau bubble itu terjadi di sektor industri, tahap ini adalah tahap over kapasitas. Pada saat ini ada dua alternatif. Yaitu, aktivitas spekulasi ini harus berhenti dan bubble mengepis karena pasokan rumah /apartemen melebihi permintaan. Atau ekspansi kredit terus berjalan dengan memberikan kesempatan kredit kepada orang yang tidak mampu. Dan ini akan membuat bubble semakin membesar tetapi pada hakekatnya suatu saat akan berhenti bila tidak ada lagi yang bisa/mau mengambil kredit. Artinya bank tidak mau mengambil resiko untuk memberikan kredit dan konsumen/spekulator tidak berani mengambil kredit karena resiko gagal dan peluang berinvestasi sangat beresiko. Nasib dari semua bubble akhirnya akan sama saja. Kata kuncinya adalah yang disebut spekulasi adalah membangun kapasitas dan supply diluar jangkauan permintaan. Dengan kata lain: over kapasitas, over supply.

Gagal bayar banyak terjadi pada akhir dari bubble. Aktifitas spekulasi terhenti, dan para pelaku ekonomi mulai menyelesaikan hutang-hutangnya, baik dengan cara membayar atau dengan cara menyatakan bangkrut dan ngemplang hutang (default). Babak berikutnya secara umum harga barang (terutama barang yang tadinya dispekulasikan) mulai menurun karena permintaan lebih kecil dari penawaran, stok melimpah sebagai akibat ulah spekulasi dimasa boom. Karena harga cenderung menurun, maka orang merespon dengan menahan diri untuk menunda konsumsinya/pembelian. Pikirannya ialah bahwa nanti harganya toh lebih murah. Dengan demikian kecenderungan menabung meningkat. Keadaan seperti lingkaran setan, harga turun memicu orang semakin menunda pembelian; dan penundaan pembelian semakin membuat harga turum. Persoalan menjadi semakin parah.

Tadi dikatakan bahwa secara umum harga-harga turun, karena tidak semua barang harganya turun. Uang, emas (uang sejati), bond yang bagus (bond pemerintah yang didukung tabungan rakyat yang tinggi misalnya) nilainya naik.

Secara ringkas proses deflasi yang paling sering terjadi diawali dengan ekspansi kredit (inflasi), dilatar belakangi dengan banyak unsur spekulasi. Tetapi spekulasi tidak bisa berlangsung terus dan akhirnya spekulasi berhenti karena dibangun diluar jangkauan permintaan dan para pelaku ekonomi harus bersih-bersih, sebagian kapasitas harus dimusnahkan. Hutang harus diselesaikan; baik dengan dibayar atau dengan pemutihan alias gagal bayar (default), artinya inflasi berbalik arah menjadi deflasi, kontraksi kredit.


INFLASI TANPA DEFLASI
Apakah kasus inflasi harus diakhiri dengan deflasi? Saya melihat beberapa kasus inflasi yang tidak diakhiri dengan (gejala) deflasi yaitu penurunan harga secara umum. Kasus ini banyak terjadi di negara-negara dan bangsa yang kurang berbudaya dengan politikus yang korup.

Awalnya inflasi terjadi karena dipicu oleh ke(tidak)bijakan pemerintah untuk mencetak uang. Untuk Zimbabwe pada dekade 2000 ini uang itu dipakai untuk memperbanyak pegawai negri yang bisa mendukung pemerintah. Juga pada jaman rejim Suharto, dimana jumlah pegawai negri meningkat untuk mendukung partai yang berkuasa (anggota KORPRI identik dengan GOLKAR). Kasus Jerman tahun 1922-1923 agak berbeda. Pencetakan uang digunakan untuk membayar pampasan perang dunia I.

Dikatakan bahwa inflasi ini diakibatkan karena ulah pemerintah yang tidak berbudaya dan politikus yang korup karena pada dasarnya pemerintah telah merubah fungsi uang dari “surat yang mewakili barang dan jasa” menjadi alat perampokan tabungan rakyat.
Selembar uang kertas bukan sekedar secarik kertas bergambar pahlawan yang sudah mati. Selembar uang kertas adalah secarik kertas yang bernilai seperti yang tertera padanya (nilai nominalnya). Nilai interinsiknya bisa jauh lebih rendah dari nilai nominalnya. Pada saat kita membeli kambing, bukan berarti seekor kambing ditukarkan dengan beberapa carik kertas bergambar pahlawan yang sudah mati. Yang berharga adalah nilai yang diwakili oleh lembaran kertas yang bergambar pahlawan yang sudah mati itu. Lembaran kertas yang disebut uang hanya berharga kalau didukung oleh undang-undang. Uang kertas kuno yang sudah dinyatakan tidak berlaku sebagai alat tukar, tidak mempunyai nilai sesuai dengan nilai nominalnya. Bisa lebih tinggi kalau dikategorikan langka dan antik (ada kesalahan cetak misanya), bisa juga kembali pada nilai interinsiknya yang tidak lebih dari bungkus kacang atau wall-paper.

Dalam sistem “pseudo gold”, uang yang beredar didukung dengan cadangan emas. Artinya jumlah uang yang beredar sebanding dengan cadangan emas/perak yang dimiliki badan yang menerbitkannya. Dalam sistem uang fiat, uang yang beredar tidak didukung oleh asset yang riil, bahkan tidak didukung apa-apa. Pemerintah bisa mencetak uang dengan seenak udelnya saja untuk perang atau untuk memperkuat posisi partainya. Kalau ini terjadi maka nilai uang akan turun. Harga harga barang akan naik. Ekonomi juga tidak kemana-mana karena ekspansi uang tidak digunakan untuk kegiatan yang produktif. Pada dekade 70an, dimana US mengeluarkan biaya banyak untuk perang Vietnam, sistem pseudo-gold dihapuskan, pemerintah US melakukan ekspansi kredit semacam ini, akibatnya inflasi tinggi dan resesi secara bersamaan. Kata stagflasi muncul untuk menggambarkan situasi itu.

Inflasi seperti ini biasanya akan berakhir dengan tumbangnya rejim. Hanya itulah yang biasanya bisa menghentikan inflasi seperti ini. Yang ada adalah kenaikan harga-harga yang melambat atau berhenti naik.

Untuk kasus Indonesia tahun 1945-1950, 1964-1967, US di awal 1970an, Jerman 1922-1923, Zimbabwe dekade 2000, yang terjadi adalah inflasi tanpa diakhiri dengan deflasi. Sebabnya tidak ada unsur spekulasi di dalamnya. Mungkin untuk kasus US pada dekade 70an agak berbeda. Pada saat itu akibat kepercayaan terhadap dollar menurun orang memburu emas, akhirnya situasi berubah menjadi spekulasi di sektor emas. Akibatnya emas menjadi bubble dan akhirnya harus mengalami masa bearish selama hampir 2 dekade.


Uang Yugoslavia Bosnia dimasa Perang saudara.

Kata kunci untuk inflasi tanpa diakhiri dengan deflasi adalah tidak adanya over-supply dan over-kapasitas.

Tulisan di atas diharapkan bisa memberikan dasar berpikir tentang deflasi dan inflasi. Dan minggu depan kita akan menerapkannya dalam menganalisa situasi krisis ekonomi yang terjadi saat ini. Sampai minggu depan.


Jakarta 11 Desember 2008

4 comments:

Anonymous said...

saya memiliki lembar uang yang anda maksud,uang pada jaman perang saudara senilai 500000000000

saya ingin bertanya, apakah uang yang saya miliki ini dapat ditukarkan?

Samuel said...

saya memiliki uang senilai 500000000000 pada jaman perang saudara
saya ingin bertanya, apakah saya dapat menukarkan uang tersebut?

Samuel said...

jikalau anda tertarik ini no telp saya 081319135114

herizal alwi said...

Referensi :
Zimbabwe
http://id.wikipedia.org/wiki/Zimbabwe

Redenominasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi

Kebijakan moneter
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_moneter

Resesi
http://id.wikipedia.org/wiki/Resesi

Sejarah teori ekonomi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_teori_ekonomi

Keynesianisme
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Keynesian

Uang Beredar (Miliar Rupiah), 2003-2013
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=13&notab=8