Bagian I
Entah kenapa,
kalau kita perhatikan banyak negara demokrasi saat ini sudah menjadi atau dalam
perjalanan menjadi negara kakistokrasi. Contohnya US, Prancis, Inggris, Jerman,
Jepang, Itali, Venezuela, Indonesia…., dan ada bisa cari yang lain.
Apa itu
kakistokrasi atau kakistocracy.
Jawabnya bisa anda cari di internet dengan Google. Tapi meme berikut ini bisa
menggambarkan makna kakistokrasi. Yang pasti tidak ada kaitannya dengan kaki
dan secara etimologi bukan dari bahasa Indonesia.
Kalau itu masih
belum jelas, mungkin meme merikut ini
bisa lebih menjelaskan.
Kalau sebuah
negara dijalankan oleh orang-orang yang di dalam populasi menempati strata
paling bawah dalam hal kemampuan untuk menjalankan pemerintahan maka negara itu
cepat atau lambat akan berantakan. Contohnya Trump, Bush Jr. Macron, Theresa
May. Tanpa orang-orang seperti ini, Prancis tidak akan ada demonstrasi yang
besar seperti sekarang. Juga Indonesia, tidak akan ada 212, reuni 212 dan
sebagainya. Demonstrasi di Prancis bukan sekedar dilatar-belakangi oleh
kenaikkan pajak diesel, tetapi masalah tekanan hidup. Buktinya ketika pajak
diesel dibatalkan, demonstrasi tetap berjalan terus. Apakah 212 atau reuni 212
juga dilatar-belakangi masalah tekanan hidup. Sangat mungkin, walaupun
statistik ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan semuanya
baik-baik saja dan berita-berita dari media massa (hampir) semua memberi
gambaran yang cantik.
Berita minggu lalu
tentang rakyat berpesta ketika pemimpinnya ditangkap untuk sebagai tersangka.
Kecintaan terhadap pemimpin saat ini sudah tipis, bahkan lebih condong ke arah
benci. Bupati Cianjur ditangkap dan dijadikan tersangka, malah rakyatnya pesta
di jalan-jalan. Banyak yang memberi sumbangan makan dan minum gratis dalam
pesta itu, karena rasa suka cita bupati yang dipilihnya ditangkap.
Pesta
Rakyat Cianjur
Di Indonesia
memang ada polarisasi yang tajam antara yang mendukung pemerintah dan pengkritik
pemerintah. Cebong dan kampret istilah dunia maya. Pertentangan merekapun
tajam. Dalam satu rumahpun mereka sering bersitegang. Pecari rejeki, seperti seorang
bapak biasanya kampret pengkritik kalau akhir-akhir ini dia mengalami kesulitan
menghidupi keluarganya. Istri atau anak-anaknya bisa jadi pendukung pemerintah,
kecebong, terutama kalau mereka tidak mau tahu tentang makin sulitnya mencari
rejeki. Istri saya termasuk kecebong karena dia tahunya menghabiskan uang
bulanan dan selalu terima tepat waktu. Sedang saya anti pemerintah, karena
melihat tahungan pelan-pelan mengempis selama 3 tahun terakhir ini. Sering saya
bilang ke istri, kalau dia masih memuji-muji pemerintah atau dalam pemilu nanti
tidak memilih opposisi, saya akan kasih kenaikan uang bulanannya seperti
data-data pemerintah. Terutama inflasinya. Dengan kata lain, kenaikan uang
bulanannya akan sekitar 3% dan dia harus bisa memperoleh barang kebutuhan yang
sama, tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas. (Biar tahu rasa dia.)
Istri saya adalah
penonton TV, sedang saya mengolah data. TV hampir semuanya pro-pemerintah
sehingga yang para emak-emak pengangguran yang kerjanya cuma nonton TV dan minta
duit dari suami tahunya adalah ekonomi versi pemerintah. Tidak tahu ekonomi
yang riil.
Apakah ekonomi
yang riil? Bagaimana prestasi pemerintah yang riil. EOWI akan tunjukkan angka-angka
yang dikeluarkan pemerintah dengan penampilan yang agak berbeda, bukan penampilan dari BPS atau media massa. Tetapi
sebelumnya EOWI akan bertanya mengenai kandidat wakil presiden dan DPR serta
KPU, kemudian silahkan jawab sendiri. Pertanyaan ini bukan untuk menghina atau
melecehkan tetapi untuk membuka realita yang ada di negara ini.
Apakah
calon ini punya kemampuan untuk memimpin negara?
Bagaimana
dengan ini?
Kardus
digembok?? Apa tidak ada yang lebih gila dari ini? Design ini konon disetujui
DPR. Kardus dan gembok adalah kombinasi yang menarik.
Siapakah
pemilih kakistikrasi? Apa dari golongan ini?
Apakah nantinya hasil
pemilu bisa diharapkan bukan negara kakistokrasi? Kalau belum bisa menjawab
dengan alasan belum jelas, mungkin banyak hal-hal yang yang tersamar dan perlu
pengetahuan untuk mengetahui ciri-ciri bahwa negara ini sudah pada kategori
kakistokrasi.
Beberapa waktu
lalu muncul video di media sosial mengenai komentar ketua team sukses
Jokowi-Ma’ruf yaitu Erick Thohir isinya tentang strategi kelompoknya dalam
membangun negara dengan hutang. Ini adalah video yang dimaksud.
Erick mengatakan
bahwa mengelola negara itu seperti mengelola bisnis. Dan selama ini, sebagian
modalnya dari hutang. Dan dia tidak bisa mengerti bagaimana menjalankan bosnis
atau negara tanpa hutang.
Opini Erick Thohir
mewakili opini group Jokowi yang sekarang berkuasa. Dan applikasi opini itu
kita bisa lihat dari meroketnya hutang BUMN dan hutang pemerintah.
Kalau saya ada di
depan Erick saya waktu itu akan mengatakan: “Matamu Erick. Memangnya yang siapa akan membayar hutang itu?....apa kamu?”
Pembaca EOWI yang
cerdas……, perusahaan, bisnis, tidak sama dengan negara. Hutang perusahaan yang
membayar adalah pemilik perusahaan. Direktur, pemilik bisnis yang membikin
hutang akan mempertanggung jawabkan pembayaran hutangnya. Bahkan bisa
dipengadilankan kalau ngemplang dan ada kesalahan hukum.
Lain halnya dengan
negara. Yang akan mengurusi pembayaran hutang itu adalah presiden atau
pemerintahan 1 – 2 periode berikutnya bahkan bisa 5 periode berikutnya. Bukan
pemerintahan yang membuat hutang yang mempertanggung jawabkan hutangnya. Dan yang
membayar adalah orang-orang yang ketika
hutang itu dibuat masih anak-anak dan belum bisa ikut pemilu. Bukan semua
orang-orang yang memilih dia. Sebagian orang-orang yang memilih dia mungkin
sudah mati. Jadi pemerintahan yang mengandalkan hutang untuk
pembangunan-pembangunan dan penjalankan pemerintahannya adalah orang-orang yang
licik. Mereka yang bikin perkara dan orang lain yang harus bertanggung jawab.
Oleh sebab itu pemerintah yang hidupnya dari hutang adalah dholim, apalagi
hutangnya bukan hutang yang self
liquidating.
Ayo kita Ini data.
Ketika JKW jadi
presiden thn 2014:
GDP : $890.8 milyar
Hutang Pemerintah : $220.7 milyar
Tahun 2017
GDP : $1015.5 milyar
Hutang Pemerintah : $291.5 milyar
Selama 4 tahun
Kenaikan GDP : $124.7 milyar
Kenaikan hutang : $70.7 milyar
Kenaikkan GDP
murni tanpa hutang: $54 milyar.
Dalam %: 54/890.8
= 6.06% dalam 4 tahun atau 1.48% per tahun.
Pembaca bisa menambahkan
data hutang swasta, terutama BUMN, karena BUMN bekerja atas perintah
pemerintah. Ini akan membuat pertumbuhan yang dikarenakan oleh bukan-hutang
lebih kecil lagi.
Saya memilih cara
ini untuk menilai kinerja pemerintah karena pemerintah bisa saja membuat hutang
sebesar-besarnya dan membangun apa saja, baik yang berguna atau yang sama
sekali tidak berguna seperti jembatan di perbatasan wilayah Tangerang Selatan-Depok-Jakarta,
seperti terlihat pada gambar berikut ini. Saya juluki the bridge to nowhere. Saya tidak mengada-ada. Jembatan ini bisa
dijumpai di jl. Mars Raya, Cinere Mas. Dan ada berapa banyak pembangunan
infrastriktur seperti ini. Yang pasti Trans-Papua akan jadi a road with little use. Dari 3.5 juta
penduduk Papua, ada berapa orang yang punya mobil sih?
The
Bridge to Nowhere Cinere
Pemerintah juga
bisa membuat proyek-proyek yang sama sekali absurd seperti kereta cepat,
bullet-train, Sorong-Merauke di Papua, duitnya pinjam Cina dan pekerjanya didatangkan
dari Cina. Mungkin Cina mau memberi pinjaman cukup besar seperti $ 1 trilliun
asal semua didatangkan dari Cina. Dengan demikian Cina bisa memberi lapangan
kerja bagi rakyatnya dan produk-produknya bisa dipasarkan. Dan itu sudah
dilakukannya di Sri Langka, Pakistan dalan proyek One Road – One Belt.
Pertumbuhan yang
besarnya 100% ini, dalam perhitungan GDP bisa disebut pertumbuhan GDP
Indonesia, walaupun uangnya, orangnya dan materialnya dari Cina. Karena kegiatannya
ada di Indonesia. Jadi Indonesia mempunyai pertumbuhan 100% yang menembus rekor
manapun dan tidak berguna sama sekali. Tidak ada uang yang masuk ke Indonesia,
tidak ada orang Indonesia yang memperoleh pekerjaan dari proyek-proyek
tersebut. Akan tetapi tidak berguna, proyek seperti itu cukup membanggakan. Apa
bullet train trans Papua tidak membanggakan?. Setidaknya bukan seperti the bridge to nowhere Cinere. Untuk
proyek seperti bullet train Papua, pemerintah akan dapat applause yang meriah
sekali.
Untuk pencitraan
proyek semacam itu bagus. Hanya orang-orang yang waras matanya bisa melihat bencana
dimasa datang. Membuat hutang jangka panjang, dengan masa tenor 20 - 30 tahun,
adalah bencana. Artinya pemerintah akan mewariskan bencana yang serius kepada
orang-orang yang tidak/belum punya hak pilih, bukan pemilih mereka. Licik.
Kita sudahi dulu sampai
disini untuk bagian pertama. Berikutnya EOWI akan menjelaskan, kenapa membuat
hutang jangka panjang adalah kekejaman kepada kanak-kanak yang belum punya hak
suara. Jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik. Sampai nanti, insya Allah.
Jakarta 24
Desember 2018
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.