___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Sunday, July 5, 2015

Bursa Cina Crash?



Gejolak 2014 - 2020



Tidak Belajar

(Kekayaan Lenyap per Minggu Setara 1 Tahun GDP Indonesia)

Ada kata-kata bijak dari Kong Hu Cu:
Ada tiga cara untuk belajar dan menjadi bijak.
  1. Pertama dengan perenungan yang dalam dan matang, ini adalah cara yang paling mulia dan kerén.
  2. Kedua dengan mencontoh, ini adalah cara yang paling mudah.
  3. Dan ketiga adalah dari pengalaman, ini adalah yang paling menyedihkan dan menyengsarakan. EOWI menambahkan: Untuk mengerti kok harus menderita dulu.
EOWI menambahkan lagi:
  1. kalau orang tidak bisa belajar dari pengalaman......, entah apa namanya. Quran menyebutnya sebagai asfala safiliin. Keledai saja yang bodoh tidak akan jatuh di lubang yang sama, bagaimana manusia yang tidak bisa belajar dari pengalaman?
Banyak orang (Cina) mungkin masuk pada kategori 4.
Bursa saham Cina boleh dikata crash. Indeks komposit Shanghai jatuh 26% dari top (puncak)nya dalam 3 minggu. Dari level 5,178 interday high tanggal 12 Juni 2015 ke 3,837 closing tanggal 3 Juli 2015. Bursa Shanghai dan Shenzhen yang mempunyai kapitalisasi pasar total sekitar $ 10 – 11 trilyun pada awal bulan Juni 2015, kehilangan hampir $ 3 trilyun. Ini 3 kali GDP Indonesia!! Wow....!
Dalam 1 tahun terakhir ini, bursa saham Cina kebanjiran peminat. Orang Cina seperti sudah kehabisan obyek untuk dispekulasikan setelah harga properti mendingin. Indeks saham Shanghai melonjak 2.5 kali lipat hanya dalam kurun waktu 1 tahun. Dengan crash seperti ini, mungkin pesta sudah berakhir. Dan target akhir untuk indeks Shanghai di sekitar 1,750. Uups.

Chart- 1
Ini mengingatkan saya pada saham BUMI yang dulu sampai mencapai di atas Rp 8000 dan sekarang masuk kategori saham gopek-an. Kasihan yang beli di harga Rp 8000an itu.
Walaupun Cina punya Kong Hu Cu dengan segala kata-kata bijaknya, tetapi mereka, orang Cina tidak bisa belajar. Yang pasti mereka yang ikut berpartisipasi dan rugi di bursa ini bukan manusia kategori 1 dari mampu merenung, berpikir yang jernih untuk bisa memperoleh pencerahan dan kebijakan.
Mereka juga bukan kategori 2. Seharusnya mereka bisa belajar dari tetangga mereka, yaitu Jepang. Jepang mengalami boom ekonomi di tahun 1980an. Kemudian menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke 2 setelah US. Pertumbuhan ekonominya demikian pesatnya, sampai-sampai banyak yang berpikir bahwa Jepang akan menyusul US dan rajai ekonomi dunia. Bubble di sektor properti. Bubble di bursa saham.
Tetapi apa yang terjadi di tahun 1990?
Crash!......., sektor properti crash......., saham juga crash. Setelah 25 tahun, indeks Nikkei masih tersisa 50% nya saja. Kalau dinilai dengan memperhitungkan inflasi selama 25 tahun itu, entah berapa nilainya.

Chart- 2
Padahal jarak antara bursa Nikkei di Tokyo dan dan bursa Shanghai hanya 1760 km (2 kali Bandung – Denpasar). Toh orang-orang di bursa Shanghai tidak bisa belajar.
Apakah mereka ini masuk pada kategori 3, yang hanya bisa belajar dari pengalaman sendiri?
Tidak juga.........., 7 – 8 tahun yang lalu, bursa Shanghai mengalami crash. Mereka sudah lupa.
Mungkin ingatan mereka tidak terlalu bagus untuk mengingat kejadian yang lebih lama dari 5 tahun lalu. Sakit seperti alzheimer. Tetapi ada hal yang baru...., mungkin kurang dari 1 tahun. Baru saja orang-orang Cina ini, investor retail, anggota masyarakat awam ini terjerumus ke dalam spekulasi properti yang membubble., yang kemudian membeku. Turun perlahan-lahan, yang membuat banyak spekulator berdoa.......moga-moga naik lagi. Tetapi yang ditunggu tidak naik-naik. Dan kejadian ini sudah dilupakan....., atau pura-pura lupa.
Mungkin mereka ini pendatang baru, yang belum berpengalaman. Mungkin. Mungkin akhirnya menyesal seperti mereka yang membeli BUMI di bursa Jakarta. Mungkin juga orang bego...., yang tidak bisa belajar dari pengalamannya sendiri. Siapa perduli...!

Goreng Terus Sampai Hangus

Jangan salah sangka......, tidak semua orang Cina bego. Ada juga yang pintar, mungkin juga banyak. Iya......banyak terutama insider alias orang-orang dalam, pemilik perusahaan, jajaran managemen atasnya. Contohnya adalah Li Hejun, CEO dari Hanergy Thin Film Power Group http://www.hanergy.com yang usahanya di bidang energi terbarukan (termasuk hidro-elektrik).
Setahun lalu harga saham Hanergy yang perdagangkan di bursa Hongkong hanya berkisar $0.18. Kemudian beberapa bulan lalu melonjak ke $7.5. Apakah kenaikkan ini karena digoreng oleh para insider, entahlah. Perlahan-lahan mereka menjual sahamnya. Dan akhirnya setelah digoreng sampai hangus, saham dijatuhkan. Perdagangan saham Hanergy kemudian disuspensi. Dengar-dengar harga saham di pasar negosiasi hanya $0.18 saja, kembali ke harga awal. Spekulan retail yang terperangkap seperti ikan teri yang digoreng hidup-hidup.

Chart- 3
Di samping Hanergy, ada lagi Goldin Financial Holding. Awalnya sahamnya hanya berkisar di $4 Hongkong. Beberapa bulan lalu melesat sampai ke $29, untuk kemudian dijatuhkan kembali ke $8.

Chart-4
Kejatuhan Hanergy dan Goldin bersama-sama membukukan kerugian spekulan sebesar $ 36 milyar (Hongkong tentunya). Dan..... keuntungan $36 milyar untuk para penggorengnya, seperti Li Hejun. Sudah kaya....menjadi semakin kaya lagi.
Sepertinya, banyak yang digoreng hidup-hidup dan ini membuat saya ingat kasus BUMI. Bedanya, BUMI digorengnya dengan api kecil, membuat sakitnya dan siksaannya berkepanjangan. Dari saham pekceng ke saham gocap memakan waktu 7 tahun.

Renungan

Uang sebesar 3 kali GDP Indonesia menguap dalam waktu 3 minggu. Itu jumlah yang besar dan dalam waktu yang pendek. Artinya uang sebesar yang dihasilkan oleh ekonomi Indonesia 1 tahun lenyap hanya dalam 1 minggu. Itu terjadi di bursa Cina.
Apakah tidak akan merambat ke sektor lain, ekonomi misalnya. Kemudian disusul spill-over ke negara-negara lain? Seperti Jepang, Korea, tetangganya. Atau partner dagangnya seperti US, Iran, Australia,.......Indonesia.
Ingat Jepang dulu di tahun 1980an. Bukankah banyak kemiripan dengan Cina sekarang? Pertumbuhan ekonomi yang cepat, yang melesat menjadi ekonomi ke 2 dunia setelah US. Diramalkan akan menyusul US..........entah apa lagi. Bukankah tidak mungkin akan bernasib seperti Jepang. Crash di bursa saham dan properti, disusul dengan resesi dan pertumbuhan ekonomi yang marginal selama 25 tahun. Stimulus selama 25 tahun tidak mempan.
Tadi disebutkan Indonesia? Yang mungkin kena dampaknya. Mmmmm..... Indonesia..., Indonesia. Skenario yang paling berpeluang terjadi adalah, harga komoditi bahan tambang (dan minyak) turun lagi, karena karena resesi di Cina. Pendapatan pemerintah dari sektor ini turun lagi. Pemerintah mengejar-kejar orang untuk membayar pajak. Kantor pajak akan berburu di kebun binatang, menembak gajah yang ada disana – itu kiasan untuk lebih membebani pembayar pajak yang taat. Perlambatan ekonomi. Rupiah perlahan-lahan melemah.
Secara implisit, skenario di atas mengatakan bahwa ekonomi Cina akan melambat dan resessi. Tentu saja ada skenario lain. Misalnya crash landing, dana asing keluar secara berbondong-bondong, atau/disertai pembersihan politik. Ini akan merambat dengan cepat kemana-mana dan credit line akan beku. Itu yang parah. Harga properti di kota-kota yang menjadi tujuan jutawan Cina seperti Toronto, Vancouver, Singapore, Melbourne.......akan crash. Selanjutnya bisa anda bayangkan sendiri. Pada saat credit line tutup, credit mengering dana asing tergesa-gesa keluar, maka rupiah juga akan crash.
EOWI tidak yakin skenario ke 2 akan terjadi. Ketika tahun 1990 Jepang mengalami crash dan Uni Soviet secara bersamaan runtuh; dunia tidak banyak terpengaruh. US kena resesi dari bulan Juli 1990 sampai February 1991. Kecuali sedikit perampingan di perusahaan-perusahaan Amerika, dan indeks DOW turun 20% dari 2,999.8 di bulan July 1990 ke 2,408 dibulan Oktober 1990 yang kemudian rebounce. Bukan crash ala bursa Shanghai sekarang. Pada waktu itu, kecuali bursa Tokyo, selebihnya di tahun itu biasa saja. 

Jadi, kalau mengambil analogi bursa Tokyo tahun 1990, kemungkinan crash di bursa Shanghai di tahun 2015 in tidak banyak berpengaruh ke bursa lainnya. Entahlah kalau kali ini situasinya berbeda. Artinya....., US mengalami resesi, bursa Wall st. ikut-ikutan turun sampai 20% dan berlanjut terus. Entah lah.
Sekian dulu. Semoga cerita ini ada hikmahnya bagi anda. Ini adalah doa EOWI yang secara implisit berbuny: “Semoga pembaca EOWI setidaknya ada pada kategori 2 dan 1 menurut pembagian Kong Hu Cu”. Itu doa kami untuk pembacanya. Dan semoga anda termasuk yang selamat bahkan memperoleh keuntungan selama Gejolak 2014 – 2020 ini. Amiiiiiiin.
EOWI sedang melakukan kampanye untuk menaikkan jumlah follower nih. Supaya lebih kerén. Kalau anda belum jadi follower EOWI, silahkan klik link untuk jadi follower, supaya EOWI jadi kerén, karena banyak followernya. Dan anda juga jadi kerén karena membaca secara rutin situs ekonomi alternatif yang terbaik di Indonesia.
 



Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

1 comment:

Ryo Kusumo said...

Wis gak perlu saya laik laik laikan segala, pokoke wis masuk di list blog favoritku, lebih manteb tho