GOOD NEWS IS NOT GOOD ENOUGH -II
Ringkasan Latar Belakang:
Setelah market crash tahun 1987 dimana Alan Greenspan baru saja diangkat menjadi gubernur bank sentral US, the Fed, dunia diguyur dengan likwiditas dan ekspansi kredit dengan menyediakan kredit murah dan mudah. Di dalam ekonomi selalu ada siklus boom-bust, penggembungan bubble-dan-pecah. Dan sudah menjadi ketidak-bijaksanaan Greenspan (dan juga banyak bank sentral lainnya) untuk mengguyurkan kredit yang kemudian membuat bubble berikutnya menjadi semakin besar. Spekulasi semakin lama semakin marak karena leverage yang dimungkinkan oleh tersedianya kredit yang mudah. Krisis moneter Nikkei bubble dan real-estate Jepang pecah (1990), Peso Mexico dan effek Taquila (1994), krisis Asia (1997), krisis finansial Russia (1998), LTCM (1998), krisis moneter Argentina (1999-2002), Panic Y2K, pecahnya Tech Bubble (2000), krisis demi krisis silih berganti. The Fed, bank sentral Jepang dan bank-bank sentral lainnya mengguyurnya dengan likwiditas. Ini bagai menyiram api dengan bensin. Kobarannya semakin besar. Dan terakhir adalah bubble di sektor rumah hunian dan real-estate, yang terjadi tidak hanya di US tetapi juga di UK, Eropa, Timur Tengah, Cina. Sebenarnya tidak hanya sektor real-estate, tetapi juga komoditi, saham emerging market dan lain sebagainya. Hanya ada satu ungkapan untuk menggambarkan hal ini, yaitu “credit bubble”. Spekulasi di semua sektor yang digerakkan oleh ekspansi kredit yang pengucurannya mudah dan sembrono.
Ketika bubble pecah, konsumen tidak mampu berhutang lagi dan tidak mampu melakukan konsumsi (yang ditunjang hutang/kredit). Konsumen dan juga sektor bisnis, tidak lagi berekspansi, melainkan mulai membayar hutangnya. Terjadilah kontraksi kredit. Pemerintah tidak suka hal ini dan secara global beramai-ramai melakukan “penyelamatan” dan stimulus ekonomi. Kali ini pemerintahlah yang melakukan konsumsi atau “bagi-bagi uang”. Tetapi apa yang dilakukan pemerintah, masih kalah cepat dibandingkan kecepatan kontraksi kredit. Akibatnya secara netto, kredit tetap berkontraksi. Pada episode ini cash is king, karena cash dicari untuk membayar hutang. Cash disini berarti US dollar karena kebanyakan kredit adalah dalam dollar.
Paket stimulus memberi effek plasebo. Optimisme bahwa ekonomi nampak membaik muncul dimana-mana (sepanjang Maret – Desember 2009) padahal data menunjukkan bahwa kredit masih mengalami kontraksi. Bagaimana selanjutnya?
Paket stimulus bak doping terhadap penyakit deflasi, ekonomi akan kembali kepada trend deflasinya semula pada saat effek stimulusnya habis. Dan pemerintah-pemerintah dunia harus memberikannya lagi. Kalau dulu, effeknya bisa bertahan sampai 5 tahun, sekarang akan lebih pendek dan dosisnya pun harus lebih tinggi. Dananya darimana? Sumber dana pemerintah tidak jauh dari pajak dan penerbitan surat hutang yang untuk pembayaran nantinya akan dibebankan pada pemasukkan pajak dimasa datang. Pemerintah (di negara mana saja) punya pilihan lain, yaitu menekan budget, mengurangi pegawai dan aktifitasnya, meniadakan stimulus ekonomi, menstop penyelamatan bank yang kolaps dan berusaha untuk surplus anggaran. Dengan demikian hutang negara berkurang. Skenario ini bisa dikatakan bukan pilihan politikus.
Episode berikutnya setelah masa deflasi adalah pada masa dimana hutang yang harus dibayar pemerintah sudah menumpuk. Pada saat itu pemerintah punya beberapa pilihan. Pertama menaikkan pajak sampai membuat warga memberontak; mencetak uang, menjatuhkan nilai riil hutang dan mengobarkan api hiper-inflasi atau harus mengemplang. Pilihan yang paling mungkin karena paling disukai politikus adalah skenario hiper-inflasi. Yang sebenarnya sama buruknya dengan menaikkan pajak hingga mencekik. Pada episode ini cash is trash, karena pemerintah dengan sengaja menurunkan nilai riilnya.
Pada seri Menyonsong Krisis Ekonomi 2010 – 2011 ini, EOWI (Ekonomi Orang Waras dan Investasi) akan mengulas hal-hal yang berkaitan dengan krisis mendatang, terutama kelanjutan dari proses deflasi yang dimulai sejak krisis tahun 2007.
POSISI MODAL EOWI
Primary, Stock: P3 wave down sudah dimulai sejak tgl. 19 Januari 2010 (sifatnya brutal)
Intermideate: Intermediate Wave 2 naik dangkal kemungkinan selesai
Dollar: Trend naik dan Rupiah masuk kembali ke long term bearish
Short term: Stock Oversold
Strategy:
Conservative Strategy:
Semua cash dalam bentuk US dollar, sisakan rupiah untuk kebutuhan bulan ini.
Posisi emas harus sudah dilikuidasi
Agak Aggressive: masuk posisi short
Cukup Aggressive: masuk posisi ultrashort 2X
Sangat Aggressive: masuk posisi ultrashort 3X dan option (sedang dicari)
GOOD NEWS IS NOT GOOD ENOUGH
Hari Jumat tanggal 5 Februari 2010, angka pengangguran untuk US keluar beritanya. Beritanya bagus, angka pengangguran turun. Untuk orang awam, artinya pengangguran di US menurun. Lebih banyak orang dapat kerja. Begitu pengertian orang awam. Tetapi arti yang sebenarnya bagaimana?
Anda tahulah BLS (Bureau of Labor Statistics), yang lebih tepatnya bernama BulL Shit. Pasar langsung meresponsnya dengan negatif, tidak perduli bahwa ekonomi membaik, versi BLS. Good news is not good enough. Di akhir perdagangan pasar modal rebounce karena sudah oversold akibat aksi jual 2 hari sebelumnya. Diakhir perdagangan ada perubahan sentimen (lihat Chart-1)
Chart 1 (klik chart untuk memperbesar)
Saya pikir, pasar punya potensi rebounce sedikit – sekitar 1%-2% dan kemudian turun lagi. Saya akan gunakan kesempatan ini untuk secara bertahap masuk short lagi. Kali ini dengan kekuatan penuh. Nampak gerakan indeks adalah 5-3-5 waves (Chart-2). Wave minuettes (1) sampai (5), kemudian disusul dengan a-b-c. Berikutnya masih minuettes (1) dan (2). Minuettes (2) masih bisa ke 1075 atau 1080 yang kurang lebih 1% - 2% rebounce.
Saya yakin bahwa P2 sudah selesai dan P3 sedang berlangsung. Kejatuhan indeks saham dari titik tertingginya, cukup tajam. Hal ini sesuai dengan karakter P3. Perjalanan bear market (kejatuhan harga saham) biasanya lebih cepat dari bull market. Untuk P3 ini, kemungkinan berlari lebih cepat dari P1. Kalau P1 berjalan dari Oktober 2007 sampai Maret 2009 (17 bulan), maka P3 akan berlari antara 8.5 - 11 bulan. Itu berdasarkan angka Fibonacci 0.5 dan 0.618. Jadi akhir dari P3 ini sekitar bulan Oktober 2010 sampai November 2010. Itu target idealnya. Bisa juga yang terjadi bukanlah yang idealnya. Tidak ada batasan yang membuatnya tidak boleh.
Sebenarnya timing berakhirnya P3 nampak sekali di koreksi harga perak yang sangat brutal. Dalam waktu 10 minggu harga turun 25%, dari $19.5 ke $14.7. Itu brutal. Hal ini akan berlaku juga terhadap saham. Jadi berhati-hatilah kalau masih punya posisi long.
Chart 2 (klik chart untuk memperbesar)
Kembali pada rebound jangka pendek, secara teknikal hal ini didukung juga oleh sektor Finansial yang lebih volatile (Chart-3). Kemungkinan bisa rebound sampai 2%.
Chart 3 (klik chart untuk memperbesar)
NON-PERFORMING LOAN DI CINA TRILLIUNAN YUANBerita dari Bloomberg tentang Non Performing Loan di Cina mencapai trilliunan Yuan. Dan gagal bayar meningkat. Berita buruk, tetapi sudah menjadi rahasia umum.
China Defaulting Loans Soar, Insolvency Lawyer Says
China Defaulting Loans Soar, Insolvency Lawyer Says (Update1)
By Shelley Smith
Feb. 5 (Bloomberg) -- Non-performing loans in China have risen into the “trillions of renminbi” because of poor lending practices, an insolvency lawyer said.
“We work really closely with SASAC, the state-owned enterprise regulator in China, and there are literally trillions and trillions of renminbi of, frankly, defaulting loans already in China that no one is doing anything about,” Neil McDonald, a Hong Kong-based business restructuring and insolvency partner with Lovells LLP, said at an Asia-Pacific Loan Market Association conference yesterday. “At some point there’s going to be a reckoning for that.”
China’s government is tightening controls, including banks’ reserve ratios, to prevent record lending from fueling inflation. The Shanghai office of the China Banking Regulatory Commission warned yesterday that a 10 percent fall in property values would treble the number of delinquent loans in the city. Liu Mingkang, chairman of the CBRC, said Jan. 4 that loans were channeled into stock and property speculation last year, which China has been taking measures to stop. CBRC’s press officer is not immediately available for comment today.
Chinese banks issued a record 9.6 trillion yuan ($1.4 trillion) of new loans last year as part of a 4 trillion yuan stimulus package aimed at bolstering growth through the global financial crisis.
“At some point in China, maybe it will be two, three or five years, but at some point there will be in the property markets and in the markets generally, there will be rationalization of very poor lending practices,” McDonald said during the panel discussion on restructuring and refinancing at the Global Loan Market Summit in Hong Kong.
Bad Loan Ratio
Over the past decade China’s government has spent more than $650 billion bailing out state banks after years of government- directed lending caused bad loans to balloon. The average non- performing loan ratio at Industrial & Commercial Bank of China Ltd., China Construction Bank Corp. and Bank of China Ltd. dropped to about 1.6 percent as of Sept. 30 from more than 20 percent before each bank was bailed out, according to earnings reports.
New loans last year helped ignite a Chinese real-estate boom, with prices in 70 cities rising at the fastest pace in 18 months in December.
Should property prices fall 10 percent in Shanghai, China’s second-most-expensive property market, the ratio of delinquent mortgages would almost triple for the city’s banks to 1.18 percent, according to the Shanghai branch of the CBRC yesterday, citing a stress test based on Sept. 30 figures. A 30 percent decline would cause the ratio to jump almost fivefold, the agency said.
Fitch Ratings said Dec. 17 that Chinese banks’ capital strength is probably more “strained” than it appears as lenders use more off-balance sheet transactions to make room for loans.
It was the first time the CBRC announced estimates for how much a property-market slump in Shanghai would hurt banks, underscoring the government’s concern that real-estate speculation may spur bad debts.
The regulator reiterated that banks should monitor property loans more closely and curb lending to developers with weak capital.
The State-Owned Assets Supervision and Administration Commission supervises and manages state-owned assets.Ini adalah berita buruk, tetapi tidak terlalu buruk. Banyak orang tahu bahwa bubble kredit di Cina seribu kali di Dubai. Menurut berita itu disebutkan bahwa uang kredit mengalir juga ke bursa saham. Ini juga sudah jadi rahasia umum.
Chart-4 menunjukkan kemungkinan interpretasi Elliott Wave nya. Datanya di Yahoo hanya ada dari tahun 2000. Kemungkian, dari karakteristiknya, pasar Cina mengalami bull market. Tahun 2005 pertengahan adalah akhir dari wave 4 nya. Kemudian disusul wave 5. Saya agak meragukannya karena wave 5 nampak pendek saja. Setelah wave 5, koreksi A-B-C berlangsung, dan saat ini wave C sedang dalam perjalanan turunnya. Target idealnya adalah antara 1000 – 1450.
Chart 4 (klik chart untuk memperbesar)
RUPIAH DAN KOMODITISaya agak gemas juga terhadap rupiah yang masih bertahan. Untuk menerka kapan rupiah mulai ikut jatuh dengan cepat, saya plot rupiah dengan komoditi indeks, CRB (Chart-5). Alasannya karena sumber pemasukan Indonesia adalah bahan komoditi. Sebenarnya saya ingin mem-plot antara indeks bursa saham Jakarta dengan rupiah, tetapi mengalami banyak kesulitan. Jadi saya batalkan. Alasannya ialah karena bursa saham Jakarta adalah tempat spekulasi, dan uang yang masuk ke Indonesia diduga adalah uang untuk spekulasi.
Walaupun tidak terlalu ketat korelasi antara CRB dan rupiah, tetapi garis besarnya ada. Saat ini komoditi sudah mulai turun. Harapannya rupiah juga akan turun.
Chart 5 (klik chart untuk memperbesar)
Baru-baru ini ada yang menanyakan tentang bursa Jakarta dan berapa target nya. Dibawah ini ada chartnya yang agak terpotong. IHSG sampai tahun 2008 mengalami masa sekular bull market. Hanya dari tahun 1998 – 2002 berada pada fase wave 4 yang bertele-tele. Pertanyaannya, apakah rekord di awal 2008 itu adalah akhir dari wave 5 sekular bull market. Kenapa wave – 5 nya kok pendek sekali. Hanya 5 tahun, dibandingkan dengan wave 4 nya juga 5 tahun. Andaikata akhir wave 5 ada di awal tahun 2008, maka koreksi A-B-C sedang berlangsung. Dan saat ini adalah wave C menurun. (Chart-6). Kemungkinan lain ialah, bahwa wave 5 (merah), masih jauh. Yang dilabeli wave 5 (merah) sebenarnya fraktal yang lebih kecil yaitu wave (biru). Dan saat ini IHSG sedang pada wave 3 (biru) naik atau bullish.
Saya lebih percaya pada alternatif pertama, bahwa saat ini adalah fasa koreksi A-B-C. Dan bukan kelanjutan dari wave 5 (merah). Jika koreksi A-B-C benar maka targetnya adalah sekitar 700 – 1000 yang akan dicapai pada akhir tahun 2010.
Chart 6 (klik chart untuk memperbesar)
Sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik. Sampai nanti.
Jakarta 7 Februari 2010.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.