Pada minggu terakhir bulan Ramadhan ini EOWI ingin menampilkan topik mengenai tatanan ekonomi dan sosial Islam. Seperti biasanya kami akan mengetengahkan hal-hal yang berlawanan dengan opini umum. Dengan bukti-bukti tentunya. Opini umum belum tentu benar. EOWI ingin meneruskan tradisi para nabi. Nabi yang katanya berasal dari “naba”, ceritanya berarti seseorang yang berdiri lalu menyanggah. Menyanggah kebiasaan yang salah itulah tradisi yang hendak EOWI teruskan.
Peran Islam dalam suatu negara memang tidak banyak diceritakan di Quran atau di hadist. Contoh tokoh teladan yang diberikan di Quran yang berkenaan dengan kenegaraan hanya ada tiga, yaitu nabi Sulaiman, nabi Musa dan nabi Yusuf. Sedang untuk nabi Muhammad sendiri, beliau hanya sempat meletakkan dasar-dasar agama dan dasar-dasar bernegara. Oleh sebab itu sangat sulit untuk mencari hadist yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan bernegara. Pada saat Umar, sistem kenegaraan bisa dimapankan. Negara yang dipimpin Umar berkembang dari sekitar Madinah – Mekkah, menjadi membentang dari Afrika Utara sampai ke Asia Tengah dalam waktu kurang dari 10 tahun. Apa yang dilakukan Umar, bukan saja ekspansi militer, tetapi membangun sistem pemerintahan. Diantara ekspansinya, ekspansi ke arah barat adalah yang menarik karena relatif tidak berdarah. Rakyat tempatan mendukung Amru bin As (pemimpin yang berekspansi ke barat) untuk menentang Romawi. Jadi kehendak rakyat tempatan sendirilah untuk bergabung dengan kekhalifahan Umar yang menyebabkan Romawi terusir.
Kita akan mulai dari kisah nabi Yusuf dulu.
YUSUF PENIMBUN DAN SPEKULAN
Opini umum yang mengaku bernafaskan Islam, mengutuk penimbun dan spekulan. Persepsi orang Islam yang umum bahwa Islam adalah identik dengan sosialisme bagi-bagi makanan gratis seperti pada waktu Iedul Fitri (pembagian zakat fitrah) dan Iedul Adha (pembagian daging qurban). Dan bagi-bagi makanan gratis ini harus dilakukan sepanjang masa, kalau bisa. Apalagi kalau dalam masa sulit. Kami tekankan kata masa sulit. Bukankah pada masa sulit kita harus menolong orang dengan membagi-bagikan makanan? Kalau perlu negara/khalifah ikut memaksakan praktek ini. Kurang lebih sama dengan cara yang dianut juga oleh faham sosialisme. Bagaimana menurut Quran? Kami akan meneropong masalah ini dengan kasus di Quran, tepatnya di surah Yusuf. Dalam kisah ini ada unsur, spekulasi, penimbunan dan perdagangan, bukan pemberian jatah beras/gandum ala “raskin”, sosialisme.
Cerita Yusuf a.s. menempati porsi yang cukup panjang di dalam Quran dan juga di Perjanjian Lama. Kisah kita dimulai dengan episode berikut ini. Suatu saat Yusuf yang pada waktu itu dipenjara, diminta oleh raja untuk menterjemahkan mimpi raja. Terjemahan Yusuf adalah ialah akan ada 7 tahun masa subur dan kemudian disusul dengan 7 tahun masa paceklik. Selama percakapan itu raja tertarik atas kecerdasan Yusuf kemudian mengangkat Yusuf sebagai bendahara negara yang salah satu tugasnya mengurusi hal tersebut.
Yusuf yang diberi kekuasaan dan mandat membangun gudang-gudang penyimpanan bahan makanan. Dalam bahasa kapitalisnya, Yusuf melakukan investasi. Pada masa melimpah, Yusuf membeli kelebihan bahan pangan, yang tentunya harganya murah. Walaupun tidak diceritakan di Quran atau Perjanjian lama, dapat dipastikan Yusuf melakukan managemen stock yang baik. Barang-barang di gudangnya dijaga kualitasnya dengan penyegaran stock yang lama.
Setelah masa melimpah berakhir, maka datanglah masa paceklik. Pada saat bahan makanan langka, tentu saja harganya akan naik. Yusuf mulai menjual bahan-bahan makanan dan komoditas lainnya yang selama ini ditimbunnya. Yusuf tidak membagikan dengan cuma-cuma. Ini bisa kita simak dari Quran 12:62 dan 12:65, suatu episode ketika saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli bahan makanan.
[12:62] Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya: "Masukkanlah barang-barang (yang dipakai sebagai penukar/pembelian bahan makanan) ke dalam karung-karung mereka (saudara-saudara Yusuf), supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi".
[12:65] Tatkala mereka (saudara-saudara Yusuf) membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: "Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita, dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)".
Kedua ayat ini jelas secara implisit menerangkan bahwa saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli bahan makanan, bukan untuk minta sedekah. Ini juga berlaku untuk yang lain, rakyat Mesir ataupun yang datang ke Mesir.
Kami akan menggunakan bahasa para kapitalis (yang dianggap busuk oleh masyarakat kita) untuk menjelaskan tindakan Yusuf. Dengan bermodal mimpi yang diceritakan Fir’aun, Yusuf a.s. melakukan investasi dalam jumlah yang sangat besar bisa dikatanagn sangat berani. Tidakan ini bukan hanya sekedar tindakan spekulatif tetapi tindakan spekulasi yang sangat berani. Kami katakan spekulasi karena pemicunya adalah mimpi yang diceritakan Fir’aun. Fir’aum bisa bohong, bisa tidak tepat menceritakannya dan bisa juga takwil mimpinya salah. Tidak ada di Quran yang menyebutkan bahwa mimpi Fir’aun itu wahyu dari Allah. Jadi tindakan Yusuf a.s. itu murni spekulasi, seperti EOWI berspekulasi bahwa harga emas akan naik – tanpa wahyu dari Tuhan. Hanya ilmu dari Tuhan yang setiap orang bisa mempelajarinya.
Dalam hal timbun menimbun bahan pangan, Yusuf yang berasal dari Kanaan merupakan hal yang biasa karena Kanaan tidak dialiri oleh sungai yang besar seperti Nil. Fluktuasi musim di Kanaan bisa ekstrim. Lain halnya dengan Mesir yang dialiri oleh sungai Nil. Tanah Mesir subur dan fluktuasi di masa panen raya dan masa paceklik tidak terlalu besar. Oleh sebab itu keahlian menimbun pangan, mengelola inventori, penyegaran stok tidak dimiliki oleh orang Mesir. Hal ini dimengerti oleh Yusuf yang selama beberapa tahun tinggal di Mesir. Oleh sebab itu ketika berhadapan dengan Firaun, Yusuf mengajukan diri untuk menangani masalah penimbunan dan spekulasi pangan ini.
[12:55] Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."
RENUNGAN
Banyak orang membenci spekulan, pengijon, tengkulak karena mereka ingin menimpakan kesalahan mereka kepada orang lain. Seorang petani menjual padinya ketika masih muda dengan harga murah tidak selalu rugi. Kalau dia bisa meramalkan bahwa akan ada hama, mengijonkan padinya adalah keputusan yang terbaik. Artinya petani itu memindahkan resiko kepada tengkulak pengijon. Kalau petani itu memutuskan untuk mengijonkan padinya untuk membiayai kebutuhan rumah-tangganya, itu adalah keputusan yang buruk. Jangan salahkan kesengsaraannya kepada tengkulak. Membeli/mejual padi ketika masih hijau adalah bentuk spekulasi.
Berbeda dengan opini banyak orang, ternyata Quran mengajarkan berspekulasi seperti yang dikisahkan dalam surah Yusuf. Membangun gudang yang dapat menimbun pangan untuk persediaan selama 7 tahun diperlukan kapital yang tidak sedikit. Bagaimana kalau ternyata takwil mimpi Firaun itu salah dan masa paceklik yang dinanti-nantikan tidak pernah datang. Gudang-gudang yang dibangun itu menjadi tempat pembusukan gandum dan bahan makanan. Pengeluaran kapital yang demikian banyaknya menjadi sia-sia.Yusuf pasti digantung oleh Firaun karena dianggap penipu. Itu spekulasi, yang kebetulan keadaan berpihak pada Yusuf.
Peran Islam dalam suatu negara memang tidak banyak diceritakan di Quran atau di hadist. Contoh tokoh teladan yang diberikan di Quran yang berkenaan dengan kenegaraan hanya ada tiga, yaitu nabi Sulaiman, nabi Musa dan nabi Yusuf. Sedang untuk nabi Muhammad sendiri, beliau hanya sempat meletakkan dasar-dasar agama dan dasar-dasar bernegara. Oleh sebab itu sangat sulit untuk mencari hadist yang ada kaitannya langsung dengan kehidupan bernegara. Pada saat Umar, sistem kenegaraan bisa dimapankan. Negara yang dipimpin Umar berkembang dari sekitar Madinah – Mekkah, menjadi membentang dari Afrika Utara sampai ke Asia Tengah dalam waktu kurang dari 10 tahun. Apa yang dilakukan Umar, bukan saja ekspansi militer, tetapi membangun sistem pemerintahan. Diantara ekspansinya, ekspansi ke arah barat adalah yang menarik karena relatif tidak berdarah. Rakyat tempatan mendukung Amru bin As (pemimpin yang berekspansi ke barat) untuk menentang Romawi. Jadi kehendak rakyat tempatan sendirilah untuk bergabung dengan kekhalifahan Umar yang menyebabkan Romawi terusir.
Kita akan mulai dari kisah nabi Yusuf dulu.
YUSUF PENIMBUN DAN SPEKULAN
Opini umum yang mengaku bernafaskan Islam, mengutuk penimbun dan spekulan. Persepsi orang Islam yang umum bahwa Islam adalah identik dengan sosialisme bagi-bagi makanan gratis seperti pada waktu Iedul Fitri (pembagian zakat fitrah) dan Iedul Adha (pembagian daging qurban). Dan bagi-bagi makanan gratis ini harus dilakukan sepanjang masa, kalau bisa. Apalagi kalau dalam masa sulit. Kami tekankan kata masa sulit. Bukankah pada masa sulit kita harus menolong orang dengan membagi-bagikan makanan? Kalau perlu negara/khalifah ikut memaksakan praktek ini. Kurang lebih sama dengan cara yang dianut juga oleh faham sosialisme. Bagaimana menurut Quran? Kami akan meneropong masalah ini dengan kasus di Quran, tepatnya di surah Yusuf. Dalam kisah ini ada unsur, spekulasi, penimbunan dan perdagangan, bukan pemberian jatah beras/gandum ala “raskin”, sosialisme.
Cerita Yusuf a.s. menempati porsi yang cukup panjang di dalam Quran dan juga di Perjanjian Lama. Kisah kita dimulai dengan episode berikut ini. Suatu saat Yusuf yang pada waktu itu dipenjara, diminta oleh raja untuk menterjemahkan mimpi raja. Terjemahan Yusuf adalah ialah akan ada 7 tahun masa subur dan kemudian disusul dengan 7 tahun masa paceklik. Selama percakapan itu raja tertarik atas kecerdasan Yusuf kemudian mengangkat Yusuf sebagai bendahara negara yang salah satu tugasnya mengurusi hal tersebut.
Yusuf yang diberi kekuasaan dan mandat membangun gudang-gudang penyimpanan bahan makanan. Dalam bahasa kapitalisnya, Yusuf melakukan investasi. Pada masa melimpah, Yusuf membeli kelebihan bahan pangan, yang tentunya harganya murah. Walaupun tidak diceritakan di Quran atau Perjanjian lama, dapat dipastikan Yusuf melakukan managemen stock yang baik. Barang-barang di gudangnya dijaga kualitasnya dengan penyegaran stock yang lama.
Setelah masa melimpah berakhir, maka datanglah masa paceklik. Pada saat bahan makanan langka, tentu saja harganya akan naik. Yusuf mulai menjual bahan-bahan makanan dan komoditas lainnya yang selama ini ditimbunnya. Yusuf tidak membagikan dengan cuma-cuma. Ini bisa kita simak dari Quran 12:62 dan 12:65, suatu episode ketika saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli bahan makanan.
[12:62] Yusuf berkata kepada bujang-bujangnya: "Masukkanlah barang-barang (yang dipakai sebagai penukar/pembelian bahan makanan) ke dalam karung-karung mereka (saudara-saudara Yusuf), supaya mereka mengetahuinya apabila mereka telah kembali kepada keluarganya, mudah-mudahan mereka kembali lagi".
[12:65] Tatkala mereka (saudara-saudara Yusuf) membuka barang-barangnya, mereka menemukan kembali barang-barang (penukaran) mereka, dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata: "Wahai ayah kami apa lagi yang kita inginkan. Ini barang-barang kita, dikembalikan kepada kita, dan kami akan dapat memberi makan keluarga kami, dan kami akan dapat memelihara saudara kami, dan kami akan mendapat tambahan sukatan (gandum) seberat beban seekor unta. Itu adalah sukatan yang mudah (bagi raja Mesir)".
Kedua ayat ini jelas secara implisit menerangkan bahwa saudara-saudara Yusuf datang untuk membeli bahan makanan, bukan untuk minta sedekah. Ini juga berlaku untuk yang lain, rakyat Mesir ataupun yang datang ke Mesir.
Kami akan menggunakan bahasa para kapitalis (yang dianggap busuk oleh masyarakat kita) untuk menjelaskan tindakan Yusuf. Dengan bermodal mimpi yang diceritakan Fir’aun, Yusuf a.s. melakukan investasi dalam jumlah yang sangat besar bisa dikatanagn sangat berani. Tidakan ini bukan hanya sekedar tindakan spekulatif tetapi tindakan spekulasi yang sangat berani. Kami katakan spekulasi karena pemicunya adalah mimpi yang diceritakan Fir’aun. Fir’aum bisa bohong, bisa tidak tepat menceritakannya dan bisa juga takwil mimpinya salah. Tidak ada di Quran yang menyebutkan bahwa mimpi Fir’aun itu wahyu dari Allah. Jadi tindakan Yusuf a.s. itu murni spekulasi, seperti EOWI berspekulasi bahwa harga emas akan naik – tanpa wahyu dari Tuhan. Hanya ilmu dari Tuhan yang setiap orang bisa mempelajarinya.
Dalam hal timbun menimbun bahan pangan, Yusuf yang berasal dari Kanaan merupakan hal yang biasa karena Kanaan tidak dialiri oleh sungai yang besar seperti Nil. Fluktuasi musim di Kanaan bisa ekstrim. Lain halnya dengan Mesir yang dialiri oleh sungai Nil. Tanah Mesir subur dan fluktuasi di masa panen raya dan masa paceklik tidak terlalu besar. Oleh sebab itu keahlian menimbun pangan, mengelola inventori, penyegaran stok tidak dimiliki oleh orang Mesir. Hal ini dimengerti oleh Yusuf yang selama beberapa tahun tinggal di Mesir. Oleh sebab itu ketika berhadapan dengan Firaun, Yusuf mengajukan diri untuk menangani masalah penimbunan dan spekulasi pangan ini.
[12:55] Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan."
RENUNGAN
Banyak orang membenci spekulan, pengijon, tengkulak karena mereka ingin menimpakan kesalahan mereka kepada orang lain. Seorang petani menjual padinya ketika masih muda dengan harga murah tidak selalu rugi. Kalau dia bisa meramalkan bahwa akan ada hama, mengijonkan padinya adalah keputusan yang terbaik. Artinya petani itu memindahkan resiko kepada tengkulak pengijon. Kalau petani itu memutuskan untuk mengijonkan padinya untuk membiayai kebutuhan rumah-tangganya, itu adalah keputusan yang buruk. Jangan salahkan kesengsaraannya kepada tengkulak. Membeli/mejual padi ketika masih hijau adalah bentuk spekulasi.
Berbeda dengan opini banyak orang, ternyata Quran mengajarkan berspekulasi seperti yang dikisahkan dalam surah Yusuf. Membangun gudang yang dapat menimbun pangan untuk persediaan selama 7 tahun diperlukan kapital yang tidak sedikit. Bagaimana kalau ternyata takwil mimpi Firaun itu salah dan masa paceklik yang dinanti-nantikan tidak pernah datang. Gudang-gudang yang dibangun itu menjadi tempat pembusukan gandum dan bahan makanan. Pengeluaran kapital yang demikian banyaknya menjadi sia-sia.Yusuf pasti digantung oleh Firaun karena dianggap penipu. Itu spekulasi, yang kebetulan keadaan berpihak pada Yusuf.
Spekulan dibutuhkan di dalam ekonomi. Bisa dibayangkan bagaimana parahnya jika Yusuf tidak melakukan spekulasi dan penimbunan pangan. Kelaparan akan melanda Mesir dan daerah sekitarnya. Spekulasi memerlukan modal dan beresiko menanggung kerugian. Jadi wajar-wajar saja kalau ada ambil untung. Mungkin saja banyak. Pasar akan membuat kesimbangan. Kalau sektor ini menjanjikan keuntungan yang besar, maka banyak yang akan terjun menekuni sektor ini. Akhirnya, harga ditentukan oleh pasar. Spekulan tidak bisa mengambil untung terlalu banyak.
Muslim disuruh menyantuni dan melindungi orang miskin, anak yatim dan musafir. Ketiganya adalah orang orang lemah. Anak yatim tidak punya ayah (orang tua) yang melindunginya atau memberikan wawasan hidup. Orang miskin tidak punya harta untuk melindunginya, membayar pengacara ketika berhadapan hukum, membayar dokter ketika sakit. Musafir, sering kali tidak punya access terhadap hartanya, tidak tahu tempat-tempat mana yang bahaya (catatan: banyak pendatang dari desa yang menjadi korban kejahatan di terminal bus). Ketiga jenis manusia ini sangat rentan terhadap kejahatan. Menolong mereka adalah tindakan yang sewajarnya. Bukan menunjukkan sifat yang mengarah ke sosialisme.
Sampai nanti....., selamat menjalankan puasa. – Spekulasi dan menimbun barang tidak haram dan tidak buruk. Hanya tidak disukai oleh politikus karena mereka ingin terlihat berjasa.
Jakarta 26 September 2008
Sampai nanti....., selamat menjalankan puasa. – Spekulasi dan menimbun barang tidak haram dan tidak buruk. Hanya tidak disukai oleh politikus karena mereka ingin terlihat berjasa.
Jakarta 26 September 2008
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
15 comments:
Ketika terjadi krisis seperti ini, wajar jika para politisi sering mencari kambing hitam! Padahal penyebabnya adalah mereka sendiri. Jadi ini ibarat "maling teriak maling".
Apakah Pak IS tidak mudik? kok masih menulis.
@Giy,
Ada yang mudik dan ada yang udiknya di Jakarta...... :D
Siap!
Risk = reward.
Spekulan BERANI menanggung risk, jadi dia harus dapat reward.
Setuju Pak! (I hate politicians!)
Bulog itu tugasnya untuk menjadi spekulan juga to Pak IS?
Kalau BULOG adalah spekulan, maka BULOG tidak dilindungi oleh pemerintah. Importir dan pemimbun beras swasta harus dibebaskan dan dibiarkan bersaing dengan BULOG.
BULOG adalah tangan-tangan sosialisme yang bisa menjelma menjadi fasisme.
Jadi BULOG bukan spekulan tetapi bagian dari birokrat.
Kalau spekulan itu tidak menggunakan UU untuk memaksa orang, dan tidak menggunakan dana pajak untuk 'spekulasi'.
sekali lagi BULOG bukan spekulan, mereka adalah KRIMINAL yang menggunakan paksaan dan dana PAJAK untuk membeli beras petani biar dianggap BAIK.
Sifat-sifat itu bukan spekulan, tapi birokrat yang berlindung di bawah payung Undang-undang untuk MEMBUNUH petani. Dan menggembar nggemborkan bahwa dia itu berniat baik dan memiliki manfaat bagi petani.
Justru sebaliknya, merekalah PEMBUNUH para petani!
spekulan untuk kepentingan iindividu kl nabi yusuf a.s tidak.
1. Karena Nabi Yusuf A.S mendapat mimpi dari Allah swt, berarti mimpinya 100 % benar. Jadi yang dilakukan Nabi Yusuf A.S bukan spekulasi. Kalau spekulan biasa masih ada kemungkinan dia rugi, sedangkan Nabi Yusuf A.S tidak.
2. Siklus boom dan bust saat jamannya Nabi Yusuf itu bukan siklus yang pertama. Soalnya siklus itu terjadi karena kejadian alam, bukannya seperti sekarang yang siklus boom dan bust ditentukan oleh besar dan kecepatan pemberian kredit
@mandrivalover,
Letak spekulasinya ialah:
1. Mimpi itu diceritakan Firaun, dimana Firaun bisa bohong atau tidak lengkap ceritanya.
2. Nabi Yusuf tidak tahu apakah mimpi itu merupakan inspirasi dari Tuhan atau bukan. (setidaknya Quran dan Perjanjian lama tidak menyebutkan bahwa mimpi itu adalah inspirasi dari Tuhan). Kalau mimpi itu hanya bunga tidur, maka akan salah semua.
Ya, mimpinya dari Firaun, maaf, my mistake.
1. Seorang nabi itu pikiran dan perkataannya selalu dibimbing oleh Allah swt, jadi dalam menafsirkan mimpi Firaun pun dia pasti dibantu oleh Allah swt (walaupun di dalam Al-Quran tidak disebutkan) karena itu tafsirannya pasti 100% benar.
2. Yang namanya spekulan itu dalam setiap keputusannya harus selalu menghitung tingkat resiko, sedangkan Nabi Yusuf tidak, karena masa paceklik itu sudah dibenarkan akan terjadi oleh Allah swt kepada Nabi Yusuf. Coba bayangkan kalau hal itu terjadi kepada anda sekarang, dan anda tidak dibantu oleh Allah swt. Apakah anda mau menimbun bahan makanan selama 7 tahun (itu susah lho) kalau dilihat dari risk:reward? Anda yang spekulan pasti tahu jawabannya.
@ mandrivalover,
1. Kalau semua nabi selalu dibimbing dan diberi petunjuk olah Allah SWT, maka nabi Adam tidak pernah tergoda oleh Iblis.
2. Kami sudah menibun emas dari tahun 2003. Kami akan bertahan sampai krisis ini berlalu. Menimbun memang susah, dan perlu syaraf baja dalam menghadapai ups and downs. Nabi Muhammad sebagai pelaku eksport-import, juga bukan tidak menhadapi resiko perampokan barangnya diperjalanan.
(Catatan: kami percaya bahwa nabi Muhammad kaya, dilihat dari mahar untuk istri-istrinya - misalnya untuk Khadijah adalah 200 ekor onta yang sama dengan 2 milyar rupiah sekarang. Zakat dan sedekahnya nabi juga besar. Beliau ini pasti kaya).
@abecede2009,
Spekulan berguna bagi spekulan itu sendiri dan juga masyarakat. Monopoli oleh pemerintah melalui BULOG, BPPC, tata niaga jeruk - semua ini pernah terjadi - membuat sengsara pihak pihak tertentu. Untuk ke tiganya yang dirugikan adalah petani.
1. Sesuatu yang terjadi pada Nabi Adam dan Hawa adalah sesuatu yang sudah direncanakan oleh Allah.
2. Menimbun emas dan menimbun bahan makanan kan lain pak. Emas tidak bisa membusuk, sedangkan bahan makanan pasti bisa. Kalau tidak ya jamuran.
3. Nabi Muhammad saw kan berdagang, bukan spekulan. Dia juga tidak bekerja jadi pedagang lagi kok setelah diangkat menjadi nabi.
4. Yang kaya itu pamannya, Abu Thalib. Kalau Nabi Muhammad saw memang kaya, harusnya warisannya berupa harta yang banyak. Kenyataannya warisan Nabi Muhammad hanya Al-Quran dan Hadist.
@mandrivalover,
M (mandrivalover): 1. Sesuatu yang terjadi pada Nabi Adam dan Hawa adalah sesuatu yang sudah direncanakan oleh Allah.
IS: Kalau ini prinsipnya maka nasib anda, saya dan semua orang apakah ke neraka atau sorga, sudah direncanakan Allah. Lagi pula, kalau itu benar maka Allah tidak melarang Adam untuk mendekati pohon larangan dan memakan buah larangan. Mungkin ayatnya menjadi: "hai Adam, makanlah buah larangan supaya Aku punya alasan untuk mengeluarkan engkau dari jannah".
M: 3. Nabi Muhammad saw kan berdagang, bukan spekulan. Dia juga tidak bekerja jadi pedagang lagi kok setelah diangkat menjadi nabi.
4. Yang kaya itu pamannya, Abu Thalib. Kalau Nabi Muhammad saw memang kaya, harusnya warisannya berupa harta yang banyak. Kenyataannya warisan Nabi Muhammad hanya Al-Quran dan Hadist.
IS: Nabi saw masih bekerja dan masih kaya setelah diangkat menjadi rasul. Tanahnya dimana-mana, di Fadak, Khaibar dan di sekitar Madinah. Ada hadisnya yang mengindikasi demikian.
Sahih Buhari Volume 4, Book 53, Number 325:
Narrated 'Aisha:
(mother of the believers) After the death of Allah 's Apostle Fatima the daughter of Allah's Apostle asked Abu Bakr As-Siddiq to give her, her share of inheritance from what Allah's Apostle had left of the Fai which Allah had given him. Abu Bakr said to her, "Allah's Apostle said, 'Our property will not be inherited, whatever we (i.e. prophets) leave is Sadaqa (to be used for charity)." Fatima, the daughter of Allah's Apostle got angry and stopped speaking to Abu Bakr, and continued assuming that attitude till she died. Fatima remained alive for six months after the death of Allah's Apostle.
She used to ask Abu Bakr for her share from the property of Allah's Apostle which he left at Khaibar, and Fadak, and his property at Medina (devoted for charity). Abu Bakr refused to give her that property and said, "I will not leave anything Allah's Apostle used to do, because I am afraid that if I left something from the Prophet's tradition, then I would go astray." (Later on) Umar gave the Prophet's property (of Sadaqa) at Medina to 'Ali and 'Abbas, but he withheld the properties of Khaibar and Fadak in his custody and said, "These two properties are the Sadaqa which Allah's Apostle used to use for his expenditures and urgent needs. Now their management is to be entrusted to the ruler." (Az-Zuhrl said, "They have been managed in this way till today.")
Kalau lihat lagi bahwa nabi saw memberikan mas kawin 200 onta (ekivalen dengan Rp 2 milyar uang 2008) kepada Khadijah, dan paling sedikit 1800 dirham (Rp 20 jutaan uang 2008). Belum lagi ketika umrah pertama nabi saw membawa 70 ekor (banyak) hewan qurban.
Dari mana uangnya kalau bukan dari bekerja, karena nabi saw dan keluarganya tidak berhak menerima zakat. Setelah beliau meninggal, siapa yang memelihara istri-istrinya, bukankah keluarga nabi tidak boleh menerima zakat?
Ayat Quran (?) yang mengatakan bahwa nabi tidak mewariskan harta melainkan Quran dan Hadis harus diterjemahkan bahwa warisan nabi yang utama adalah ajaran Quran dan hadis.
Abu Thalib tidak kaya. Anaknya, Ali, dititipkan kepada nabi saw.
apa yang dilakukan Yusuf kan sepeti Bulog. Kalau itu disebut spekulan tentu harus dilihat dari sisi mana definisi spekulasi itu diterapkan. misalkan kalau dari sisi tujuan, spekulan jelas orientasi profit, jangka pendek, dan biasanya terjadi pada kondisi yang tidak stabil atau rentan, sehingga memicu ketidakpastian. Kalau dari dasar tindakannya, biasanya spekulasi di dasarkan asumsi yang probabilitas kesalahan dan kebenarannya sama.
Taruhlan pengertian no. 2 itu mungkin sebab jika pengetahuan Yusuf atas mimpu bukan pengetahuan mutlak, maka tindakan itu disebut spekulasi. tapi jika itu mutlak kebenarannya dan didasarkan pengatahuan atas bimbingan Tuhan, maka tentu tidak bisa disebut spekulasi.
Saya setuju jika itu disebut sebagai Investasi atau tabungan, atau mungkin stabilisasi.
Post a Comment