URSA MAJOR KEMBALI?
Topik kali ini:
UNITES SOCIALIST BANANA STATES OF AMERICA
KEMELARATAN GLOBAL MENINGKAT
MARKET UPDATE: URSA MAJOR KEMBALI?
Dua minggu lalu saya berniat untuk menghentikan tulisan berseri MONITORING KRISIS EKONOMI ini karena ada kemungkinan pasar sedang/akan mengalami bear market rally. Walaupun gambaran ekonomi global (US) tidak berubah, masih suram, tetapi pasar modal bisa saja terjadi rally. Harus diingat bahwa manusia tidak rasionil. Tetapi karena ada beberapa perkembangan maka seri MONITORING KRISIS EKONOMI ini saya angkat kembali.
UNITES BANANA SOCIALIST STATES OF AMERICA
USA, Amerika sekarang lebih pantas disebut USSA, United Socialist States of America. Penyelamatan Bear Stearns, usaha-usaha menolong pemegang kredit perumahan yang macet, mencegah menyitaan asset debitur adalah typical sifat negara sosialis. Akan lebih tepat lagi kalau ditambahi kata Banana menjadi United Socialist Banana States of America. Karena negara-negara bagiannya dan pemerintahan pusat (federal)nya selalu mengalami defisit belanja, defisit berjalan, peraturan yang berubah-ubah, pelanggaran konstitusi. The Fed sebelum kasus Bear Stearns hanya boleh berurusan dengan bank-bank bukan prime dealer seperti Bear Stearns. Walaupun melalui JP Morgan, tetapi esensinya tetap bahwa the Fed menolong Bear Stearns. Merubah-ubah peraturan dengan seenak udelnya ini adalah ciri dari negara pisang goreng (Banana Republic). Jadi namanya USBSA, United Socialist Banana States of America, dan benderanya ditambahi palu arit.
Seperti Banana Republic atau Socialist Republic, biasanya akan berakhir dengan kemelaratan dan kemudian terjadi pembalikan arah. Russia dan Cina untuk bisa maju saat ini harus melakukan transformasi menjadi pasar bebas. Hak kepemilikan, kebenasan berusaha dan pengurangan campur tangan pemerintah dalam ekonomi menjadi dasar tercapainya kemakmuran. Deng Xiong Ping merubah Cina pada dekade 70an. Juga Mikhail Gorbachev melakukan glastnost dan perestroika pada dekade 80an. Hasilnya baru nampak sekarang.
Perilaku sosialisme dan intervensi pemerintah dalam sektor ekonomi adalah perilaku sistem yang menghambat terbentuknya kemakmuran. Sosialisme membebani pelaku ekonomi yang produktif dan menghadiahi/menolong pelaku ekonomi yang salah dan tidak produktif. Insentif untuk berbuat benar dan produktif menjadi berkurang. Bear Stearns jelas melakukan tindakan busines yang salah dan terlalu agresif dalam pengelolaan resiko, sudah sewajarnya Bear Stearns ambruk. Menolong Bear Stearns, atau Northern Rock atau perusahaan lainnya dari kebangkrutan bukan berarti pemerintah (the Fed dalam hal ini badan yang terkait dekat dengan pemerintah) yang membantu Bear Stearns, tetapi pembayar pajak, penabung, pemegang US dollar yang berkorban untuk Bear Sterns. Nilai US dollar dan mata uang kertas lain pada umumnya akan mengalami erosi. The Fed dan bank-bank sentral tidak tahu secara pasti dampak tindakannya (ke-tidak-bijaksanaannya). Apa yang dilakukan the Fed adalah usaha-usaha reflasi, dengan memasok good money/kredit yang liquid (US treasury) untuk menggantikan bad kredit/money (ABS, Asset Backed Securities) yang tidak liquid. Beberapa bahan komoditi yang beberapa waktu lalu sudah menunukkan gejala bearish dan akan mengalami koreksi, seperti tembaga, selama 2-3 minggu ini menunjukkan gejala bullish kembali dan membuat rekord harga tertinggi baru $4000/lb. Demikian juga dengan Aluminium. Saya tidak yakin hal ini karena meningkatnya permintaan, melainkan hanya aksi spekulasi saja. Karena logam dasar lainnya seperti nikel, seng (zinc), tidak membuat rekord harga baru.
Pengglontoran liquiditas yang dilakukan oleh the Fed bersama bank-bank sentral dunia memicu spekulasi tidak hanya di sektor real estate tidak hanya di US dan di banyak negara di dunia tetapi juga tindakan spekulasi beresiko lainnya. Hedging yang tujuan awalnya sebagai usaha mengurangi resiko berubah menjadi usaha spekulasi yang penuh resiko karena leverage yang digunakan terlalu tinggi. Kasus subprime mortgage di US adalah buah dari pengglontoran liquiditas oleh Greenspan yang dimulai dari tahun 2003. Korbannya tidak hanya di US, tetapi mengglobal. Terakhir adalah Opes Prime, Australia kolaps. Komentar terakhir di artikel ini: "The poor old Opes Prime investors have done nothing wrong except pick the wrong margin lender."
Masih berita yang sama: “David Regenspurger is the personal face of the Opes Prime collapse. He turns 40 in a few weeks, has a wife and two children under five, and in the past week watched his net worth sink from more than $400,000 to $5000.”
Nasib investor Opes Prime sama dengan nasib para penabung, pemilik uang rupiah tahun 1998-1999. Daya beli rupiah turun dan tersisa hanya 20%nya saja hanya dalam kurun waktu 1 tahun.
Hari Jumat 11 April 2008, pasar jatuh. Dow Industrial turun -256.7 poin. Pasalnya keuntungan General Electric (GE) meleset dari perkiraan dan GE juga menurunkan target pemerimaan untuk tahun depan. CEO GE, Immelt, menyalahkan situasi di pasar modal:
Immelt blamed the earnings decline on a seize-up in capital markets that forced GE to write down the value of loans and Chinese securities it held and thwarted some asset sales in the quarter's final two weeks. The situation worsened after the Federal Reserve announced a rescue of Bear Stearns Cos. on March 14, the day after he had confirmed his annual earnings forecast on a Webcast with investors.
The Fed's action created "a different world" in financial markets, Immelt said today. GE is trying to sell its U.S. credit card and Japanese consumer finance divisions.
Komentarnya mengenai the Fed: “The Fed's action created “a different world” in financial markets”, entah apa maksudnya.
GE seperti halnya GM (General Motor), GE sudah berubah. GE tidak lagi hanya bergerak dalam bidang pembuatan mesin-mesin tetapi juga dalam bidang finansial dan bidang-bidang lainnya.
Warna the Fed dan para kandidat presiden US, apa itu Obama, Hillary Clinton, MacCain sama, yaitu pendukung sosialisme. Program-program yang ditawarkan sangat kental berbau sosialisme: perumahan murah, bantuan untuk penunggak kredit perumahan, kesejahteraan sosial. Hidup menjadi tidak nyaman lagi di US bagi mereka yang mencari the American Dream. Pajak dan beban-beban lainnya akan semakin berat bagi mereka yang produktif. Regulasi semakin banyak (seperti Indonesia, atau Soviet). Di masa depan, saya yakin akan semakin banyak orang yang produktif akan berimigrasi keluar US. Beberapa teman saya, expatriate, sudah memilih Thailand sebagai tempat pensiunnya. Alasannya karena masalah finansial. Bagi saya sudah jelas, karena US akan menjadi United Banana Socialist States of America.
KEMELARATAN GLOBAL MENINGKAT
Selama 2-3 minggu terakhir ini banyak demonstrasi protes atas kenaikan harga pangan dan ke-tidak-bijakan pemerintah atas pangan secara global. Di Haiti ada 6 orang mati tertembak. Mesir dan Argentina. Walaupun tidak bisa dikategorikan protest atas kenaikan harga pangan, demonstrasi di Tibet bisa jadi dilatar belakangi oleh tekanan hidup yang semakin sulit. Larangan eksport beras/pangan di Filipina, Myanmar, Vietnam, Argentina diberlakukan oleh pemerintah negara-negara tersebut dalam merenspon kenaikan harga pangan. Indonesia memberlakukan domestic market obligation untuk minyak sawit.
Demonstrasi-demonstrasi ini tidak ada kaitannya secara langsung dengan penyelamatan Bear Stearns oleh the Fed. Tetapi lebih banyak karena ke-tidak-bijaksanaan pemerintah dunia melakukan ekspansi kredit dan subsidi pangan dimasa lalu. Selama bertahun-tahun sektor pertanian menjadi sektor usaha yang tidak menarik dan perlahan-lahan ditinggalkan para pelaku ekonomi (petani) yang lebih suka melakukan urbanisasi mencari kerja di kota. Dan akhirnya inilah akibatnya. Tetapi itu hanya sebagian kecil dari penyebabnya. Yang paling besar adalah turunnya kemakmuran dan daya beli kelas menengah dan bawah dari masyarakat akibat nilai gaji/penghasilannya menurun karena tidak bisa mengimbangi inflasi (pertambahan jumlah uang yang beredar). Perkebunan kelapa sawit terus berkembang pesat dan produksi juga meningkat, tetapi harga tetap naik. Ada faktor non-pasar yang mempengaruhi, yang tentunya inflasi.
Pemerintah-pemerintah dunia tidak bisa belajar, atau memang tidak perduli bahwa mereka tidak bisa menciptakan kemakmuran. Lebih baik tidak memperburuk keadaan dengan membuat birokrasi dan struktur politik yang meraksasa dan tidak produktif. Tentunya hal ini akan membebani kelompok masyarakat yang produktif. Semakin dikontrol, diregulasi, semakin memburuk keadaan. Ambil contoh masalah BBM rakyat di Indonesia. Tataniaga BBM diregulasi, dimonopoli oleh pemerintah. Awalnya minyak tanah adalah BBM murah untuk rakyat. Ini berlangsung sudah beberapa dekade. Kemudian dianjurkan pindah ke LPG karena “subsidinya” semakin berat. Saya beri tanda kutip pada kata subsidi, karena pemerintah tidak pernah memberikan subsidi; yang disebut subsidi hanyalah menyamarkan uang pengembalian pajak. Dicabutnya subsidi minyak tanah ini karena, pemerintah ingin menggunakan penerimaan pajak ke arah kegiatan lain yakni berkaitan dengan membengkaknya birokrasi akibat demokrasi dan desentralisasi. Ketika ketidak-bijakan PLG diterapkan, di Jakarta dan sekitarnya, minyak tanah langka dan LPG juga langka.
Kalau campur-tangan pemerintah dalam sistem yang diregulasi bisa memberikan kemakmuran, maka Kuba sudah lama menjadi negara yang makmur. Kalau subsidi bisa memberikan kemakmuran, Indonesia, Soviet dan negara-negara komunis dulu bisa makmur. Negara-negara komunis seperti Cina, Russia, Polandia malah memilih deregulasi dan pasar bebas setelah tahun 1980an untuk mencapai kemakmuran. Sayangnya, di sistem demokrasi pada calon “pemimpin” harus menjanjikan sesuatu supaya bisa terpilih. Janji seperti: “Kemakmuran dan nasib anda ada di tangan anda sendiri. Kalau saya jadi presiden saya tidak bertanggung jawab atas kemakmuran anda”, tidak akan laku. Anda tidak akan terpilih kalau mengatakan yang sebenarnya. Dan sebenarnya para politikus calon pemimpin itu tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah kemakmuran. Kalau mereka tahu, semua negara demokrasi seperti India, sudah makmur sejak tahun 1950. Herannya Indonesia mengikuti jejak India itu, bukan Hong Kong di tahun-tahun 1970 – 1990; masa kemakmurannya atau Singapore.
Foto 2 Demonstran di Argentina melakukan pembakaran gedung
Foto 3 Demo di Mesir
Foto 5 Kerusuhan pangan di Haiti
Foto 6 Setelah aksi protes di Haiti
Foto 7 Memunguti makanan yang tercecer di Iraq
Foto 8 Protes di Indonesia (Kompas)
Foto 9 Protes makanan di Bangladesh
Foto 10 Protes Tortila 2007 di Mexico
Foto 11 Protest Pangan di Benggala Barat India. Mana pertumbuhan yang spektakuler itu?
Tidak semua tempat/lokasi mengalami kesulitan ekonomi. Masyarakat yang terisolasi dari sistem pemerintahan, tidak akan mengalami kesulitan pangan. Masyarakat Badui Banten, yang tidak punya dan tidak perduli anggota DPRD, Bupati; perekonomiannya relatif terisolasi dari pengaruh bank sentral dan uang kertas, tidak akan terpengaruh oleh gejolak harga pangan. Puun, atau pemimpin masyarakat Badui, masih ikut bertani, tidak perlu dikawal atau hidupnya dibiayai oleh anggota masyarakatnya. Ini tidak seperti para bupati, gubernur dan presiden atau anggota DPR(D). Pengaruh uang kertas dalam ekonomi masyarakat seperti ini sangat sedikit. Sebagian besar kegiatan ekonomi dilakukan dengan asset riil, bukan uang kertas yang bisa dipermainkan para politikus.
MARKET UPDATE: URSA MAJOR KEMBALI?
Pekembangan bursa saham nampaknya akan kembali bearish, Ursa Major (Big Bear) mulai menunjukkan aksinya kembali pada hari Jumat tanggal 11 April 2008 lalu. Bear market rally nampaknya telah gagal karena Ursa Major sudah bankit dari tempat istirahatnya. Hal ini yang menyebabkan saya kembali memunculkan artikel berseri MONITORING KRISIS EKONOMI ini.
Kalau kita perhatikan Chart-1, pada penutupan hari Jumat 11 April 2008 lalu, indeks Dow Industrial turun lebih dari 2% dan telah menembus support koridor up-trend nya dan MA50Dnya. RSI juga sudah mengarah ke bawah dan lagging indikator MACD sudah menunjukkan adanya pembalikan arah. Kejatuhan indeks Dow Industrial yang cukup besar dan dibarengi oleh volume trading di hari Jumat itu cukup besar, bisa disimpulkan bahwa pembalikan arah ini decisive. Oleh sebab itu perkiraan saya, empat minggu ke depan pasar saham akan bearish.
Indeks volatility VIX juga mengalami rebounce dari supportnya (Chart-2). Kalau rebound ini berlanjut maka akan mendukung perkiraan kembalinya Ursa Major.
Chart 1
Chart 2
Koreksi kali ini diperkirakan akan lebih lama. Siklus tahunan mengatakan: “Sell in May and go away”. Maksudnya antara May dan September, biasanya para pialang dan fund manager akan berlibur musim panas. Dan mereka lebih baik meliquidasi portfoli mereka. Apa lagi dalam situasi ekonomi yang masih belum menentu dan volatilitas masih tinggi. Mereka tidak ingin mempunyai posisi selama liburan dan menemukannya sudah hancur ketika kembali dari liburan.
Yen juga sudah berbalik arah menguat (Chart-3). Penguatan Yen biasanya diasosiasikan dengan koreksi di bursa saham; carry trade melakukan deleveraging. Fakta ini juga menunjang bearish mood di bursa saham.
Chart 3
Untuk jangka panjang mungkin investor harus mempertimbangkan pembentukan multi head&shoulder pada indeks Dow Industrial (Chart-4). Kalau skenario ini terjadi maka target yang menjadi potensi adalah 10,000. Berarti koreksi sekitar 30%. Dengan kata lain bear market kali ini masih lama. Oleh sebab itu judul yang saya berikan adalah Ursa Major (Beruang Besar).
Indeks Dow Transportation juga membentuk pola Head&Shoulder yang besar (Chart-4). Pola ini bisa membawa Indeks Transportasi ke level 3500, koreksi sebesar 30%. Secara fundamental, jika US mengalami resesi, angkutan barang akan semakin berkurang dan berdampak negatif terhadap sektor transportasi. Apalagi jika harga minyak tidak turun. Saat ini hanya sub-sektor penerbangan saja yang sudah mengalami pukulan telak. Sub-sektor transportasi lainnya belum.
Chart 4
Catatan: Fitch sudah menurunkan rating salah satu perusahaan Bond Insurance besar di US MBIA, dari AAA ke AA. Ini akan membuat kebekuan pasar kredit lebih lama. Tetapi minggu depan adalah minggu ke III bulan April, kemungkinan short squeeze sangat besar. Pasar berpeluang naik dan merupakan kesempatan mengambil posisi short.
Chart 5
Sektor emas, sepertinya menjalani siklus tahunannya (Chart-6). Selama bulan April sampai September akan mengalami kosolidasi. Tahun 2008 ini emas dan perak tidak mengalami parabolic run. Tetapi bagusnya koreksinyapun tidak terlalu dalam sampai saat ini. Berita bahwa IMF akan menjual 150 ton cadangan emasnya tidak membuat pasar emas panik. Ini berita yang bagus. Investor nampak yakin akan harga emas tetap bullish.
Perak juga mengalami tren yang sama (Chart-7). Strategy yang terbaik antara April dan September ini untuk emas dan perak adalah trading diantara koridor konsolidasinya.
Chart 6
Chart 7
Jakarta 12 April 2008.
4 comments:
Artikel di blog Anda sangat menarik dan berguna sekali. Anda bisa lebih mempopulerkannya lagi di infoGue.com dan promosikan Artikel Anda menjadi topik yang terbaik bagi semua pembaca di seluruh Indonesia. Tersedia plugin / widget kirim artikel & vote yang ter-integrasi dengan instalasi mudah & singkat. Salam Blogger!
http://www.infogue.com/
http://www.infogue.com/bisnis_keuangan/monitoring_krisis_ekonomi_xxviii/
Saya ibu empat anak (12,10,8,3). Saya beli reksadana saham ketika indeks 2800. Saya menggolongkan diri "mama san", seperti ibu2 di jepang, berinvestasi jangka panjang utk masa depan keluarga saya. Kami adalah investor kecil, dari keluarga menengah. Saya masih dalam tahap belajar, karena itu saya sering membaca blog bapak. Ketika situasi bursa tidak menentu seperti ini, apa yang harus saya lakukan dengan investasi saya? Apakah keluar (dijual rugi)? Atau ditambah? Sungguh, saya tidak mau lima atau sepuluh tahun ke depan, investasi saya tidak berkembang, bahkan hilang... seperti yang pernah dialami real mama san di jepang atau di tempat2 lain. Strategi yang tepat seperti apa Pak? Terima kasih.
Bu Fenny,
Mungkin seri terakhir Monitoring Krisis Ekonomi bisa menjawab pertanyaan ibu.
Sebaiknya anda berkonsultasi dengan investment advisor anda untuk membuat portofolio, berapa untuk reksa dana, emas. Juga anda bisa mendiskusikan reksadana yang mana yang cocok untuk menghadapi situasi sekarang ini.
Bung IS,
Saya adalah pekerja dalam middle management di bahan Semifinished Good product plastic. Disaat sekarang ( di lini produksi ) terutama di kuartal satu ini terjadi "pertumbuhan yang tidak diperkirakan" dimana sebelumnya diprediksi akan stagnant karena tekanan ekonomi/inflasi ternyata naik hingga 30% dalam beberapa case di customer ada yang naik hingga 2x lipat sampai2 level director terheran2 melihat kondisi anomali ini. Walaupun harga2 sudah dinaikkan masih datang saja new order ( 80% untuk lokal market ). Hal yang sangat menggelitik adalah beberapa customer yang berhasil dicollect infonya mereka percaya trend harga terus naik dan mereka spekulasi di inventory material jauh diatas kebutuhan riilnya.
Kira2 sampai kapan kondisi ini ( spekulasi ) akan bertahan mungkinkah sampai akhir tahun?
Post a Comment