Figur Kartini adalah produk ikonisasi yang diperlukan untuk mempromosikan suatu ide dan norma, yaitu (katanya) kesetaraan dan anti poligami. Kalimat terakhir ini saya beri tambahan “(katanya)”, karena slogan kesetaraan adalah taktik yang deceptive untuk mencapai mencapai tujuan-tujuan politik. Kartini menjadi ikon bukan karena dia pantas menjadi ikon dan teladan.
Kali ini kita tidak membahas mengenai Kartini sebagai ikon, tetapi norma yang menunggangi Kartini, yaitu poligami, monogami dan diperluas ke prilaku seksual manusia.
Bagi manusia, apakah poligami pada manusia adalah kodrat yang memiliki nilai kebenaran? Pertanyaan itu jarang sekali, bahkan mungkin tidak pernah anda dengar. Karena tinjauan masalah poligami, monogami, homosexual, seks bebas selalu dari sudut pandang norma, selera, hak azasi manusia, “keadilan” dan kesetaraan. Kata “keadilan” sengaja saya beri tanda kutip, karena kemungkinan definisi masyarakat dan orang waras berbeda. Karena tolok ukur yang digunakan dasarnya adalah perasaan, emosi atau dasar-dasar non-rasio lainnya maka perdebatan monogami, poligami, free-sex, orgy tidak akan titik temu.
Alam tidak perduli dengan opini masyarakat. Alam mempunyai hukum dan aturan yang harus ditaati. Alam akan menghukum pelanggar hukumnya, walaupun tidak selalu seketika. Bagi orang waras yang rasionil jalan/norma keselamatan ditentukan dengan akal. Akal adalah alat utama untuk menentukan norma dan aturan-aturan hidupnya, bukan perasaan. Penentuan masalah poligami, monogami, prilaku seksual adalah masalah akal. Yang menarik kalau anda beragama Islam, adalah adanya ayat Quran mengenai akal dan perasaan yang berbunyi:
“.....dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.” [Q 10:100]
“Andai kata kebenaran itu menuruti perasaan hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” [Q 23:71]
Ayat pertama menunjukkan betapa Islam mengagungkan menggunaan akal. Dan ayat ke dua menunjukkan bahwa jika norma dan hukum-hukum (termasuk hukum alam) dilandasi perasaan, dan dorongan nafsu (impulse), maka alam ini akan kacau. Anda bisa merenungkannya. Kalau hal ini berkaitan dengan ilmu alam, secara matematik, tidak akan ada singularity. Renungkanlah.
Tentang akal, tidak ada satu ayatpun di Quran yang mengatakan bahwa akal bisa menyesatkan. Bahkan tidak ada kata-kata yang berarti “mentuhankan akal”. Jadi bisa disimpulkan bahwa kalau ada ulama muslim yang menuduh kami terlalu mentuhankan akal, maka dia harus diingatkan bahwa di Quran tidak ada konsep dan istilah mentuhankan akal. Sedang untuk istilah mentuhankan perasaan nafsu, bisa dijumpai banyak, misalnya Q 45:23.
Ayat yang terakhir [Q 23:71] adalah peringatan kalau manusia dan masyarakat dikendalikan oleh perasaan, norma-normanya tanpa dilandasi oleh akal. Tulisan kali ini adalah pembahasan rasionil mengenai sebuah norma perilaku seksual dan keluarga.
Kalau saat ini masyarakat tidak bisa menggunakan metode empiris untuk menetapkan norma, maka sekarang sudah waktunya kita melakukannya.
Mana Yang Jantan/Betina?
Dibawah ini ada beberapa foto primata (homo sapiens sapiens, orang utan, siamang dan gorilla) berpasangan, jantan-betina. Coba terka yang mana yang jantan dan yang mana yang betina.
Kalau untuk Gibbon/Siamang anda mengalami kesulitan menerka jenis kelaminnya, anda tidak perlu berkecil hati. Walaupun saya beri 2 foto siamang, tidak akan membantu.
Kecuali gambar homo sapiens, pada semua foto ini, yang betina ada di sebelah kiri. Dan dalam kaitannya dengan poligami/monogami, orang utan dan gorilla adalah hewan poligami sedang siamang monogami sehidup semati sampai tua.
Nah sekarang, apakah anda sudah bisa menentukan apakah homosapiens adalah makhluk monogami atau poligami atau makhluk free-sex.
Corak Keluarga
Gorilla jantan yang beratnya kira-kira 150 kg, besarnya kira-kira 2 kali betinanya. Disamping badannya yang lebih besar, gorilla jantan mudah dikenali karena bulu punggungnya berberwarna ke-perak-perakan. Oleh karena itu gorilla jantan dewasa (yang dominan, kepala keluarga) disebut silver back. Gorilla hidup berkelompok secara poligami. Seekor (eh...gorilla tidak punya ekor), jadi kita sebut saja sekera gorilla jantan mempunyai 5-10 harem yang hidup dan membesarkan anak-anaknya secara bersama-sama. Seperti A’a Gym (hanya saja A’a Gym punya istri-harem- dua), atau kelompok Darul Arqam, yang semua istri-istri dan anaknya tinggal serumah membentuk one happy family. Anak-anak mereka dibesarkan bersama. (Asyik juga ya).
Sama halnya dengan orang utan. Ukuran jantannya bisa mencapai dua (2) kali ukuran betinanya. Mukanya lebar, sehingga mudah dikenali. Corak keluarga orang utan lebih mirip dengan Hamzah Has atau Sukarno. Hamzah Haz mempunyai istri (kalau tidak salah) di Cinere, Jonggol, dan beberapa tempat lainnya. Juga Sukarno semasa hidupnya. Inggit di Bandung, Hartini di Bogor, Fatmawati di Kebayoran, Dewi di Wisma Yaso, Haryati di Menteng, jalan Madiun.
Sekera (seekor) orang utan jantan memiliki 5-10 harem. Tetapi harem-harem ini tidak hidup bersama membentuk satu kesatuan big happy family dalam membesarkan anak-anaknya. Mereka hidup agak terpencar disebuah lingkungan yang dikuasai si jantan. Secara periodik, si jantan menggilir (menengok secara bergilir) para haremnya. Tanggung jawab membesarkan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya kepada betinanya.
Manusia, homo sapiens, jantannya berkumis dan punya bulu dimukanya. Sedang betinanya mempunyai kelenjar susu yang menyolok besarnya dibanding jantannya. Biasanya, ukuran rata-rata jantannya sedikit lebih besar dari betinanya. Kalau ada makhluk dari luar angkasa mempelajari kehidupan primata, maka ia bisa menyimpulkan bahwa manusia adalah makhluk poligami ringan, artinya haremnya antara 1-6 saja.
Ukuran Badan Dan Ukuran Poligami
Ada korelasi antara perbandingan besar-badan jantan:betina dengan besarnya poligami. Misal gibbon yang ukuran badan betina dan jantannya sama, mereka adalah makhluk monogami. Lain hanlnya dengan gorilla silver back (jantan) berat mempunyai berat 150-180 kg sedang betinanya hanya 70-100 kg saja. Besarnya poligami adalah betina:jantan antara 5-10. Sekarang bandingkan dengan gajah laut (elephant seal), yang jantanya rata-rata berukuran 2.3 ton sedang betinanya hanya 650 kg. Gajah laut jantan bisa mempunyai harem 40-50 ekor!!!
Besar badan dan kekuatan sangat menentukan jumlah harem yang bisa dimiliki olehnya. Semakin kuat maka semakin banyak harem yang bisa dipertahankan. Ini diturunkan dari hipotesa bahwa telur yang diproduksi betina pada mamalia dan primata adalah langka. Seekor primata (atau mamalia umumnya) hanya memproduksi kurang lebih satu (1) sampai beberapa telur selama 1 siklusnya yang bisa mencapai beberapa bulan. Sedang sperma bukan barang langka. Sekali ejakulasi, bisa jutaan bahkan milyaran sperma dilepaskan. Untuk bisa survive, sperma harus berkompetisi memperebutkan telur. Tidak hanya sperma itu sendiri yang saling berkompetisi memperebutkan telur, tetapi produsen sperma (jantan) juga harus bersaing dengan jantan lain untuk memperebutkan produsen telur (betina). Intinya sebenarnya bukan semata-mata ukuran/besar badan, tetapi kemampuan untuk berkompetisi memperebutkan harem dan mempertahankannya. Pada manusia (homo sapiens) didapati banyak poligami pada jantan yang mempunyai kekuasaan dan karisma. Raja-raja, bangsawan dan orang kaya biasanya punya istri banyak. Dalam hal ini si jantan tidak perlu berbadan besar untuk memperebutkan dan mempertahankan haremnya, tetapi cukup mengupah orang lain atau mempertahankan haremnya denga karismanya. Jadi jangan heran kalau orang terkenal, punya karisma atau/dan punya power seperti A’a Gym, Sukarno, Hamzah Haz berpoligami walaupun harus melawan arus masyarakat.
Kalau anda masih ragu tentang adanya korelasi antara ukuran relatif antara jantan vs betina, kita bisa ambil contoh lain, yaitu laba-laba dimana jantannya jauh lebih kecil (1/3) dari betinanya. Dalam kasus laba-laba, biasanya si jantan dimakan betinanya setelah berhubungan seks. Oh sadis. Dan si betina bisa menerima jantan baru dikemudian hari.
Chimpanzee, Orgy, Promiscuity dan Ukuran Testikel
Orgy atau pesta sex bukanlah hal yang mustahil di alam ini. Primata yang melakukan orgy adalah chimpanzee. Struktur “keluarga” chimpanzee terdiri dari kelompok betina bersama dengan anak-anaknya dan dipimpin oleh seekor (tetapi tidak punya ekor) betina matriak. Jantan dewasa membentuk klub bujang dan hidup di sekitar keluarga matriak tadi. Jantan-jantan dewasa ini tidak punya keterikatan apa-apa dengan keluarga matriak. Bila ada diantara betina yang receptive (birahi), siap kawin, siap melakukan kopulasi, maka klub bujang ini berpesta orgy. Si betina akan diantri bergantian oleh para anggota klub bujang. Hanya chimpanzee dan Bonobo (saudara dekat chimpanzee) menjalami hidup yang promiscous (berpasangan seks bebas).
Anatomi chimpanzee dan bonobo menunjukkan bahwa mereka adalah hewan yang hidup dengan norma promiscuity, artinya betina dan jantan dalam masyarakatnya boleh berhubungan tanpa mengenal arti pasangan tetap. Chimpanzee jantan mempunyai testikel (buah zakar) yang sangat besar dibandingkan dengan ukuran badannya. Seekor chimp jantan yang beratnya 60 kg mempunyai testikel sebesar bola tenis. Jika dibandingkan dengan manusia (homo sapiens), maka manusia bukan apa-apanya. Testikel homo sapiens hanya sebesar bakso biasa!!!
Besarnya testikel chimp juga ada kaitannya dengan persaingan dalam mengembangkan gen nya. Jantan yang bisa sukses menurunkan gen nya dengan membuahi telur adalah jantan yang bisa menyemburkan sperma sebanyak-banyaknya. Testikel yang besar adalah untuk menghasilkan sperma yang banyak.
Kejantanan dan Prilaku Sex Homo Sapiens
Kalau kejantanan diukur dengan besarnya nyali (testikel) maka anda jangan merasa macho dibandingkan dengan chimp. Anda harus merasa rendah diri. Ukuran nyali (testikel) anda tidak ada apa-apanya. Tetapi jika anda berhadapan dengan gorilla yang sangar atau orang utan, anda boleh berbangga. Gorilla punya hanya separo atau sepertiga punya anda!!! Harus diingat bahwa baik gorilla atau orang utan hanya melakukan kopulasi (hubungan seks) paling sering setahun sekali. Dan anda....., seminggu 2-5 kali. Mereka tidak perlu barang yang besar.
Kalau ukuran penis dijadikan tolok ukur kejantanan, maka kita perlu berbangga. Untuk ukuran berat 60 kg – 90 kg (saya anggap yang lebih dari 100 kg adalah obese) senjata kita bisa sampai 15 – 20 cm. Dibandingkan dengan punya gorilla (berat seekor silver back adalah 150 kg) hanya 5 – 10 cm, sebesar kelingking. Kalau senjata kita hanya sebesar punya gorilla, jangan harap ada wanita yang mau dengan kita. Tidak bisa memuaskan.!!
Bagi homo sapiens (manusia) seks bukan saja sebagai sarana reproduksi, mungkin juga untuk hiburan dan mempererat hubungan suami-istri. Manusia melakukan kopulasi (hubungan seks) tidak selalu dengan betina yang sedang receptive (diIndonesiakan menjadi reseptif). Bahkan betinanya sendiri sudah tidak mewartakan prihal kondisi reseptifnya lagi.
Saya akan terangkan perihal “mewartakan kondisi reseptif”. Pada hewan mamalia, bila betinanya pada kondisi reseptif (siap melakukan kopulasi karena telurnya sudah matang), maka secara fisik akan mewartakan pada jantannya. Pada beberapa monyet dan kera, pewartaan itu berupa membengkaknya alat kelamin betinanya sampai ke pantat. Warnanya menjadi merah menyolok. Kalau anda ke kebun binatang melihat baboon atau kera lain mempunyai pantat merah dan bengkak, maka betina itu sedang masa reseptif. Pada hewan lain, pewartaan ini dilakukan dengan aroma yang khas. Hal ini akan disambut jantan dengan gembira. Biasanya akan membuat jantan menjadi sangat bernafsu dan tidak bisa mengendalikan diri lagi.
Pada homo sapiens (betina), memampuan mewartakan masa reseptif sudah hilang. Suksesnya homo sapiens dalam menguasai bumi ini salah satunya dikarenakan hilangnya pewartaan masa reseptif. Kerja sama antar anggota kelompok dalam masyarakat homo sapien menjadi sangat effektif, paling effektif diantara semua makhluk di dunia. Hal ini mustahil tercapai jika pewartaan masa reseptif betina homo sapien masih ada.
Misalnya kasus seorang wanita bernama Wulan dan bersuamikan Dani. Seperti semua wanita dalam hipotesa ini, jika ia mengalami masa reseptif hidungnya berubah menjadi merah, dada dan bodynya menjadi sangat seksi. Sangat sangat sangat merangsang lawan jenisnya. Ia tidak perlu goyang bor ala Inul atau goyang gergaji ala Dewi Persik. Ketika dia akan berangkat ke kantor, suaminya, Dani, cemas kalau-kalau hal ini membuat pria lain mencoba mengejar-ngejar istrinya dan menodainya. Ketika tiba dikantor Dani menjadi resah memikirkan hal ini.
Betul juga, ketika Wulan sampai dikantor, kolega prianya, Joni, Maman, Anton, Johan tidak bisa mengendalikan diri lagi dan mulai mengejar-ngejar Wulan dengan mata nanar. Warna hidung yang merah, body yang seksi adalah undangan untuk melakukan hubungan seks. Tentu saja semua pria jadi tidak tahan. Suasana kantor menjadi kacau. Tidak hanya itu, di tempat lain Dani akhirnya tidak tahan lagi, kemudian dia menyusul ke kantor Wulan dan mendapati istrinya sedang dikejar-kejar kolega prianya. Dani menjadi marah......., akhirnya terjadi perkelahian.
Sukses homo sapiens dalam mengarungi hidup ini, dibanding dengan species lain, antara lain, karena kerja sama sesama anggota masyarakat. Dan ini tidak bisa tercapai kalau sifat pewartaan masa reseptif pada wanita masih ada. Pewartaan masa reseptif atau undangan melakukan seks dalam masyarakat harus ditekan untuk keharmonisan kerja sama manusia.
Hilangnya sifat pewartaan masa reseptif pada homo sapiens betina berarti homo sapiens jantan tidak lagi bisa mengetahui kapan saat terbaik untuk berkopulasi. (Catatan: tidak hanya homo sapiens jantan yang tidak tahu masa reseptif betinanya, tetapi juga betina itu sendiri juga tidak tahu jika hanya mengandalkan tanda-tanda fisik, kecuali dengan melakukan perhitungan siklus mensturasi. Kemampuan menghitung ini berkembang setelah ilmu pengetahuan berkembang). Akhirnya homo sapiens berevolusi sebagai makhluk yang beraktifitas seksual yang lebih intense. Tidak seperti hewan lainnya yang hanya aktif pada masa kawin (setahun sekali), homo sapiens melakukan hubungan seks lebih rutin, ini untuk memperbesar peluang terjadinya pembuahan.
Catatan Akhir
Secara deduksi manusia (homo sapiens) adalah makhluk poligami.Yang menarik adalah ayat Quran tentang hal ini:
“...kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja...” [Q 4:3]
Homo sapiens bukan makhluk promiscuos. Alam telah membuat pagarnya. Bagi pelaku tindak promiscous telah disediakan oleh alam berbagai penyakit. Dulu syphilis, kemudian Vietnam rose (gonorrhea yang tahan antibiotik), kemudian Herpes dan sekarang AIDS. Oleh alam, manusia yang berprilaku promiscous dikurangi peluangnya untuk melanjutkan keturunannya, bahkan juga umurnya. Pelacur dan pelanggannya tidak perlu diberi simpati, karena alampun tidak bersimpati. Andaikata masyarakat promiscous punah, karena alam tidak sejalan dengan mereka. Walaupun seks adalah juga hiburan bagi manusia (dan juga bagi chimpanzee dan bonobo), tetapi promiscuity bukan jalan hidup manusia. Testikel manusia kecil untuk mengambil jalur promiscuity. Lagi pula pagar penyakit juga menghadang. Kalau anda memilih sebagai pecundang, silahkan, lawanlah alam. Atau anda bisa berdoa supaya anda jadi chimpanzee atau bonobo. Mereka tidak mengenal AIDS atau penyakit kelamin lainnya yang mematikan. Tetapi saya jamin doa anda tidak akan terkabul. Alam tidak mau didikte nafsu perasaan anda.
Dalam subjek berbusana, di masyarakat ada dua kubu. Kubu yang berjibab dan kubu porno grafi, Iniul dan Dewi Persik. Memang sensitifitas dan respons terhadap rangsangan seksual pada homo sapiens jantan telah berkurang, tetapi rangsangan seksual (melalui pengelihatan) pada homo sapiens jantan bisa menimbulkan agresifitas dan kekacauan. Kasus Wulan, Dani Anton, Joni, yang diceritakan di atas, peluangnya hampir tidak ada. Tetapi kenyataan bahwa kesuksesan homo sapiens di alam ini karena kerja sama yang baik, kalau hal ini masih mau dipertahankan maka chastity, wanita harus dipertahankan. Seorang suami tidak perlu memberi istrinya chastity belt, seperti bangsawan Eropa pada jaman dulu sebelum mereka pergi ke medan perang. (Chastity belt adalah sabuk pengaman daerah terlarang, yang dikenakan wanita ketika suaminya harus pergi jauh untuk waktu yang lama). Cukup lah mereka (wanita) menggunakan pakaian yang tertutup.
Saat ini banyak masalah yang berkaitan dengan keluarga dan seks. Perceraian meningkat (tinggi), disfungsional ereksi, ejakulasi dini. Bukan tidak mungkin persoalan ini timbul karena masyarakat telah mengambil jalur monogami yang seharusnya poligami. Kalau suami anda mempunyai problem ejakulasi dini, saya anjurkan anda mendukung dia memiliki istri lagi. Mungkin itu obatnya. Juga kalau anda dan suami anda sudah diambang cerai, istri kedua dan ketiga bagi suami anda mungkin solusinya. Monogami tidak berarti keluarga bahagia. Kalau memang monogami identik dengan keluarga bahagia, maka di negara pelopor kesetaraan gender, pelopor monogami seperti US dan negara-negara Eropa barat, perceraian akan sedikit. Nyatanya lebih banyak dibanding negara-negara dimana poligami menjadi hal yang biasa. Meningkatnya perceraian di Indonesia, bisa diasosiasikan dengan ikon Kartini, pemaksaan kearah kultur monogami oleh negara dan masyarakat dan penekanan poligami. Masyarakat yang melawan kodrat alam, maka akan menerima akibatnya. Sayangnya alam tidak bisa tunduk terhadap kemauan manusia, tetapi sebaliknya. Manusialah yang harus menyesuaikan diri dengan alam.
Poligami bukan monopoli konsep dari timur. Di barat (US) praktek poligami masih berlangsung, terutama di Utah. Foto di bawah ini adalah foto keluarga "plural family" dengan 3 istri dan 21 anak yang hidup se atap. Cerita dan pengakuan mereka bisa dilihat di link ini.
Akhirnya untuk menutup tulisan ini ada suatu pertanyaan, kenapa kelenjar susu (mamae) pada homo sapiens sangat besar dibandingkan dengan primata lainnya (lihat foto di bawah). Apakah fungsinya hanya sekedar sebagai alat untuk menyusui anak-anaknya atau ada lagi fungsi yang lain.
Jakarta 27 April 2008