Cicero: Politician: lives happily on the account of all ten
Sebagai pembukaan saya akan
ambilkan ucapan bijak dari Cicero, seorang filosof yang hidup di 106 – 43 SM.
1.
The poor: work and work,
2.
The rich: exploit the poor,
3.
The soldier: protects both,
4.
The taxpayer: pays for all three,
5.
The wanderer: rests for all four,
6.
The drunk: drinks for all five,
7.
The banker: robs all six,
8.
The lawyer: misleads all seven,
9.
The doctor: kills all eight,
10.
The undertaker: buries all nine,
11. The Politician: lives happily on the
account of all ten.
Walaupun apa yang dikatakannya
sudah lebih dari 21 abad, tetapi masih valid,
masih sahih, masih relevan. Politikus hidup senang di atas semuanya dan menjadi
beban semua lapisan masyarakat. Dan lucunya Ceciro yang nama lengkapnya Marcus
Tullius Cicero adalah seorang politikus selain juga seorang filosofer.
Di samping itu ada kalimatnya
yang sering juga disitir yaitu: "Cui
Bono" – siapa yang diuntungkan? Ungkapan ini sering menjadi kalimat
argumen yang ampuh untuk membongkar/mempertanyakan adanya motive lawan politik
yang tersembunyi. Politikus selalu punya motive yang tersembunyi.
The Beatles Taxman, the Rolling Stones
Pindah dulu ke topik lain.
Sekarang adalah mengenai lagu, penyanyi dan pengarangnya. Walaupun nampaknya
antara lagu dan Cicero tidak ada hubungannya, tetapi akan terlihat nanti di
bagian akhir tulisan ini, bagaimana Cicero, lagu dan ayat Quran ada
hubungannya. Seperti biasanya EOWI suka menghubung-hubungkan sesuatu yang
nampak tidak berhubungan.
Jujur saja, saya bukan penggemar
the Beatles. Mungkin tidak ada lagunya yang saya sukai. Ucapan itu mungkin agak
berlebihan, oleh sebab itu saya ralat menjadi “tidak banyak lagunya yang saya
sukai.” Kebanyakan lagunya sederhana. Tidak rumit. Secara vocal the Beatles
juga tidak istimewa. Ambil contoh saja, Ian Gillan dari Deep Purple, dia mempunyai suara dengan oktaf yang rentangnya lebar. Artinya dia bisa menyanyi
dengan nada rendah sampai ke nada tinggi. Demikian juga permainan gitar,
Ritchie Blackmore dari Deep Purple, jauh lebih baik. Kalau anda tidak percaya,
kita dengarkan satu lagu dari the Beatles, dengan judul Taxman.
Kemudian liriknya, saya
persilahkan anda menilai sendiri.
Let
me tell you how it will be
There's
one for you, nineteen for me
'Cause
I'm the taxman, yeah, I'm the taxman
Should
five per cent appear too small
Be
thankful I don't take it all
'Cause
I'm the taxman, yeah I'm the taxman
If
you drive a car, I'll tax the street,
If
you try to sit, I'll tax your seat.
If
you get too cold I'll tax the heat,
If
you take a walk, I'll tax your feet.
Don't
ask me what I want it for
If
you don't want to pay some more
'Cause
I'm the taxman, yeah, I'm the taxman
Now
my advice for those who die
Declare
the pennies on your eyes
'Cause
I'm the taxman, yeah, I'm the taxman
And you're working for no one but me.
Terlepas apakah lirik dan lagu
the Beatles di atas itu bagus atau tidak, ada hikmah yang bisa diambil.
Pertama, dalam pandangan George Harrison yang mendudukan dirinya sebagai pemerintah bahwa menurut pemerintah (politikus) bahwa semua (rakyat) bekerja
untuk mereka. Lihat bait terakhir - And you're working for no one but me.
Menurut pemerintah, kita semua adalah budak-budak mereka. Menurut mereka
(politikus), adalah wajar kalau mereka mengambil sebagian besar dari menghasil
penghasilan dan harta kita. Katanya - There's one for you, nineteen for me. Satu
(1) bagian untuk mu dan 19 bagian untuk pajak. Dan apa yang dikatakan oleh the
Beatles, memang terjadi di Inggris di tahun 1960an, pada saat pemerintahan
partai Buruh di bawah perdana menteri Harold Wilson.
Di tahun 1963 dan 1964, banyak
lagu-lagu the Beatles yang melejit sangat populer. “Please Please Me”, “From Me
to You”, “I Want to Hold Your Hand”,
“She Loves You,” adalah sebagian
diantaranya. Tentunya mereka (the Beatles) mengharapkan kantong tabungan mereka
menjadi tebal dari hasil kerja mereka sebagai penulis lagu dan penyanyi. Tetapi
kenyataannya tidak demikian. Pajak progressive
mencapai 98% - itu maksud bait There's
one for you, nineteen for me.
Hal inilah yang membuat George
Harrison berang dan menulis lagu Taxman ini. Mereka marah karena secara de
facto mereka adalah budak negara dan politikus.
Kalau the Beatles hanya marah,
the Rolling Stones lebih marah lagi. Walaupun mereka berhasil menjual banyak piringan
hitam (lagu) sepanjang dekade 60an, akibat management yang buruk dan pajak yang
tinggi mengakibatkan the Rolling Stones bangkrut di tahun 1971. Bayangkan jika mereka memperoleh 100, kemudian
90 diambil pemerintah, sebagai pajak, bagaimana bisa membayar hutang, bayar
hipotek, bayar cicilan modal? Belum lagi orang-orang disekitarnya yang suka morotin dan juga pola hidupnya yang
ugal-ugalan. Lengkap sudah.
The Rolling Stones akhirnya
hengkang dari Inggris ke Prancis selatan untuk menghindari pajak.
Kemudian....., ini yang menarik, mereka memayungi penghasilan mereka di bawah
sebuah perusahaan di Belanda. Itu untuk menghidari pajak di Inggris yang tinggi
dengan membayar pajak di Belanda.
Ternyata bukan saja the
Rolling Stones, tetapi juga David Bowie dan Marc Bolan pindah ke Switzerland, Cat
Stevens ke Brazil, Rod Stewart and Bad Company ke California, Ringo Starr kabur ke Monte Carlo, John Lennon ke
US. Semuanya melarikan diri dari Inggris untuk menghindari pajak yang tinggi.
Keputusan the Rolling Stones
(dan juga artis-artis UK lainnya) ternyata tepat sekali. Mereka secara
finansial menjadi sukses (karena penghasilan mereka tidak diporotin pemerintah) dan juga kreativitas mereka meningkat.
Seperti Cat Stevens akhirnya
kembali ke Inggris dan mengelola Islamic School. Tetapi banyak artis seperti
Mick Jagger dan Keith Richards, tetap menjadi pelarian pajak sampai lebih dari
40 tahun kemudian...., sampai sekarang. Mick Jagger hidupnya keliling di tempat
tinggalnya di Prancis, di West Indies dan London. Dia secara hukum boleh
tinggal di London untuk beberapa bulan. Keith Richards tinggal di Connecticut,
US. John Lennon sampai ia ditembak mati, tinggal di New York. David Bowie
akhirnya menetap di New York sampai ia mati di awal tahun 2016 lalu. George
Harrison juga akhirnya meninggal Beverly Hill California US di tahun 2001.
Artis-artis di atas adalah
artis-artis Inggris, UK. Cara menghindari pajaknya cukup hengkang dari
negaranya. Lain lagi dengan warga negara Amerikan. Mereka harus menanggalkan
kewarganegaraannya. Yang paling terkenal adalah John Templeton, orang kaya US
yang menanggalkan kewarganegaraan US nya tahun 1964 untuk menghindari $100 juta
yang seharusnya dibayarkan sebagai pajak. Dia kemudian menjadi warga negara
Bahama dan Inggris dan menetap di Bahama untuk menghindari pajak di Inggris.
John Templeton termasuk dermawan yang sangat pemurah yang kemudian
mengendalikan investasinya dari Bahama.
Orang terkenal yang baru-baru
ini meninggalkan kewarganegaraan US adalah salah satu pendiri Facebook, Eduardo
Saverin. Ia melepaskan kewarganegaraan US sebelum Facebook melakukan IPO tahun
2012, semata-mata untuk menghindari pajak. Eduado Saverin yang mempunyai 4%
saham Facebook yang pada waktu IPO ditaksir bernilai $3.84 milyar, menetap di
Singapore dan hidup disana. Singapore dijadikan pilihannya karena Singapore
tidak menerapkan pajak bagi capital gain.
Jumlah orang kaya yang
menanggalkan kewarganegraannya terus meningkat akhir-akhir ini, tahun 2015
adalah 4,279 orang yang menigkat 25% dari 3,415 di tahun 2014. Padahal untuk
tahun 2008 hanya sekitar 250 orang saja.
Surga Untuk Pembayar Pajak (Tax Haven)
Ada ayat Quran yang
mengatakan:
[2:188] Dan janganlah
sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,
supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
[4:29] Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu......
Kedua ayat tersebut
menyiratkan bahwa:
- Larangan untuk mengambil harta orang dengan cara-cara yang bathil, termasuk melakukan legalisasinya
- Jalan yang benar adalah melalui perniagaan atas dasar suka sama suka, tidak ada paksaan antara satu dengan yang lain.
Dari ayat di atas itu,
nyata-nyata bahwa pajak adalah yang dilarang oleh Quran. Karena pajak memenuhi
unsur, pemaksaan (pajak adalah iuran yang memaksa untuk keperluan negara menurut UUD 45 Amendemen pasal 23A) dan
pajak bukan perniagaan atas dasar suka sama suka. Apapun namanya, apakah pajak
atau palak masuk kedalam kategori ini. Haram.
Ketika disebutkan pajak adalah iuran yang memaksa untuk keperluan negara dan yang
dimaksud dengan negara adalah politikus maka jelaslah
hubungan antara sitiran ucapan Cicero (Politician:
lives happily on the account of all ten), lagu the Beatles (Taxman), pelarian pajak dan Quran.
Quran yang mengakunya dari
Tuhan pencipta alam, sudah sepatutnya sejalan dengan sifat alamian dari
manusia. Ada yang mau berbuat bathil, dan ada yang tidak mau dibathili. Wajar
kalau orang menghindari dari pajak. Karena pajak adalah wujud dari kebathilan
terutama jika dikaitkan dengan ucapan Cicero - Politician: lives happily on the account of all ten.
Banyak cara untuk menghindari
pajak secara legal. Ya....., benar....., hukum banyak lubang-lubangnya. Dan
lubang-lubang inilah yang digunakan oleh potensi pembayar pajak. Pemerintah Amerika
Serikat tidak bisa memajaki warga negara Cina, Indonesia atau semua warga
negara selain warganya sendiri. Ketika, seseorang melepaskan warga negara
Amerika, maka banyak pajak Amerika yang bisa dihindari.Amerika juga tidak bisa
memajaki perusahaan yang bukan
perusahaan Amerika atau tidak terdaftar sebagai perusahaan Amerika.
Banyak negara yang menjadi
tujuan penghindar pajak. Masing-masing punya karakteristik sendiri. Bahama tempat
parkir milyuner John Templeton, bagus karena tidak ada pajak capital gain,
pajak warisan, pajak penghasilan. Untuk orang yang hidupnya dari investasi
portofolio dan/atau orang tua kaya, Bahama merupakan surga. Mereka bisa
mewariskan hartanya kepada anak cucunya tanpa dikenai pajak.
Monako, yang berpopulasi
36,000 jiwa ini punya prosentase milyuner yang tinggi. Satu dari 3 penduduk
Monako adalah milyuner. Bagi mereka yang punya kewarganegaraan Monako sebagai
kewarganegaraan utamanya, tidak dikenai pajak pendapatan, walaupun punya
kewarganegaraan lain. Ini membuat Monako menjadi salah satu surga bagi orang
kaya.
Singapore yang dekat dengan
Indonesia, tidak bisa dikatakan sebagai tax
haven. Singapore lebih cocok disebut low-tax
haven karena rendahnya pajak disana. Memang kerahasiaan nasabah bank sangat
dilindungi oleh undang-undang Singapore. Mungkin dana seperti ini yang diincar
oleh amnesti pajak Indonesia untuk bisa direpatriasi ke Indonesia. Bagi bisnis,
yang utama, adalah rendahnya pajak di Singapore. Banyak, kalau tidak mau di
sebut ada, perusahaan Indonesia yang
mempunyai subsidiary di Singapore karena masalah pajak. Misalnya Kalbe, punya
Innogene Kalbiotech, yang merupakan perusahaan Singapore yang bergerak dalam bidang obat-obatan kanker, pengobatan sel, vaksin, serta beroperasi di
Singapore. Sebabnya...., pajaknya lebih murah.
Tax-haven lainnya adalah, pulau
Cayman. Dengan bantuan tenaga professional, pulau Cayman, bisa menjadi surga
bagi individual atau perusahaan multi nasional untuk memarkir uangnya tanpa
dikenai pajak. Banyak perusahaan dunia punya asset di pulau Cayman. Apa lagi
bank, rasanya kurang lengkap kalau tidak memarkir sebagian assetnya di pulau
Cayman.
Secara singkat, surga pajak adalah
tempat untuk menguragi tagihan pajak anda. Apakah untuk individual atau untuk
perusahaan. Bagi individual yang punya duit
nganggur, tidak ada istilah duit
nganggur disana, kalau mau. Duit
nganggur bisa diinvestasikan melalui trust atau perusahaan legal yang
bercokol di surga pajak seperti Bahama, Singapore, Monako, Cayman. Misalnya
Mauritius dikenal sebagai pintu masuk dana yang akan diinvestasikan ke India.
Singapore, bisa jadi adalah pintu masuk dana ke wilayah sekitarnya, termasuk
Indonesia dan Malaysia. Semuanya legal
dalam arti tidak melanggar undang-undang. Jadi istilah duit nganggur sebenarnya tidak ada. Yang ada hanya pilihan
investasi.
Amnesti Pajak – Suatu Pelajaran
Pemerintah Indonesia akan memberlakukan
amnesti pajak. Harapannya pemerintah akan memperoleh pendapatan untuk menutupi
lubang-lubang defisit budgetnya dan juga mengundang uang investor untuk masuk
ke Indonesia.
Materi amnesti pajak yang
konkrit masih belum jelas, tetapi hingar-bingar sudah kemana-mana. Bursa
Jakarta pun sudah berkomentar “siap menampung dana repatriasi”. Hmmm....., menarik.
Suatu pelajaran yang bisa
diambil dari US yang punya banyak orang kaya dan kriminal kaya. US tahun 2012 lalu juga melakukan semacam pengampunan pajak untuk uang
yang diparkir di luar US. Yang diperolehnya $5 milyar. Di bandingkan dengan GDP
nya yang $ 16.2 trilliun dan pengeluaran pemerintah yang $ 3.5 trilliun, jumlah
yang $5 milyar ini seperti menggarami air laut, hanya 0.14% dari belanja
pemerintah. Di samping itu juga pengampunan pajak juga tidak meredakan
hengkangnya para jutawan dan milyader dari US.
Dengan adanya perusahaan di
surga-surga pajak yang bisa mengelola dana untuk diinvestasikan di berbagai
tempat di belahan dunia, pengampunan pajak menjadi tidak menarik. Lagi pula
bagi yang punya duit, negara menjadi tidak relevan. Lupakan patriotisme. Mick
Jagger, Kieth Richards, David Bowie, tidak pernah menetap kembali di UK.
Demikian juga John Templeton menetap di Bahama dan Eduardo Saverin menetap di Singapore.
Mungkin pembaca perlu juga bertanya
kepada Kalbe Farma, apakah mereka akan memindahkan Innogene dari Singapore ke
Indonesia? Saya meragukannya mau melakukannya, kecuali sistem perpajakan Indonesia bisa bersaing
dengan Singapore.
Program pengampunan pajak
sebagai sarana untuk menarik dana ke Indonesia, adalah tindakan yang putus asa
dan tidak effektif. Banyak jalan lain yang pemerintah tidak akan mau
menempuhnya. Kalau pajak perusahaan dan pajak penghasilan di bawah 5% dan
persyaratan berbisnis dipermudah, atau peraturan-peraturan bisnis bisa semudah
pulau Cayman atau Bahama, otomatis dana akan masuk dengan sendirinya.
Amnesti pajak terlalu
digadang-gadang, seperti halnya yuan digadang-gadang untuk melejit harganya
ketika yuan mau masuk menjadi bagian dari SDR (Special Drawing Right).
Kenyataannya sejak masukknya yuan ke dalam SDR pada 30 November 2015, nilai
tukar yuan telah turun 5%. Padahal mata uang negara berkembang seperti Brazil
mengalami penguatan hampir 15%.
Pilihan Hidup
Tempat dimana seseorang
dilahirkan bukanlah pilihan yang bersangkutan. Demikian juga orang tuanya serta
kewarganegaraan orang tuanya. Adik saya lahir di Indonesia, dari orang tua yang
berkewarganegaraan Indonesia. Tidak berarti pilihannya adalah tinggal di
Indonesia serta berkewarganegaraan Indonesia. Demikian juga salah satu ipar
saya. Ipar saya memilih melepaskan kewarganegaraan Indonesia dan menggantinya
dengan kewarganegaraan US. Adik saya, belum sampai kesitu. Tetapi ada satu yang memilih London sebagai
tempat tinggal untuk hari tuanya. Adik yang lain, mungkin memilih kembali ke
Indonesia, sedangkan anak-anaknya ingin tetap di UK.
Istri saya, kalau bisa, lebih
senang hidup di Malaysia. Alasannya, biaya hidup lebih murah dari pada di
Jakarta. Dengan kata lain, Malaysia lebih murah untuk hidup dan menghabiskan
uang pensiun. Disamping itu di Malaysia, banyak rumah sakit yang bagus dan
murah. Lengkaplah kebutuhan untuk para pensiunan.
Saya juga suka Malaysia.
Dengan program second home, kita bisa
tinggal disana. Yang menarik bagi saya adalah bahwa penghasilan yang diperoleh dari luar
negri tidak dikenai pajak. Warisan juga tidak dikenai pajak. Kalau saya punya
uang banyak,.... Malaysia akan saya jadikan pilihan.
Saya banyak kenal dengan
warganegara Indonesia yang hidup di Australia, punya bisnis di Australia, ada
yang punya realestate di Australia. Mereka lebih suka tinggal dan hidup di
Australia. Itu adalah pilihan mereka. Bagi mereka Indonesia tidaklah sesuatu
yang istimewa. Hanya kebetulan saja mereka lahir dan punya orang tua Indonesia,
dan itu bukan pilihan mereka.
Jadi......, bagaimana
kira-kira dengan hasil program pengampunan pajak? Anda bisa membayangkan
sendiri.
Saya akan mengakhiri tulisan
ini dengan satu ayat Quran:
[4:97] Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri. (Kepada
mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?".
Mereka menjawab : "Adalah kami orang-orang yang tertindas di bumii".
Para malaikat berkata : "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat
berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
Pajak adalah pungutan yang memaksa. Seperti kata the Beatles And you're working for no one but me, pemerintah berpikir seperti itu, dan pajak adalah suatu bentuk penindasan. Pajak juga bukan
perniagaan atas dasar suka sama suka (ridho). Dan menurut Quran, bagi mereka yang tertindas,
pilihannya hanya......., hijrah atau masuk neraka. Bukankah bumi Allah itu luas?
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.