Tidak seperti biasanya, magrib
itu anak saya minta supaya kami sholat bersama. Rupanya dia besoknya ada
ulangan pelajaran agama dan salah satu materi yang diujikan adalah mengenai
ritual setelah sholat. Oleh sebab itu dia minta supaya dia diperbolehkan untuk
membaca beberapa “bacaan” setelah
sholat.
Ketika dia melafaskan “bacaan” setelah sholat, saya menyadari
bahwa yang sedang dilakukannya adalah ritual sufi. Setelah dia selesai, saya
menerangkan bahwa kami adalah penganut mazhab Wahabi atau salafi atau
Muhammadiyah. Setidaknya dekat dengan ketiganya yang sangat tidak suka kepada
tahayul, bidah dan khurafat (ejaan lama churafat)
yang sering disingkat TBC. Perbedaannya dengan ketiga golongan tersebut, kami
anti juga pada kepada tafsir non-sense, tafsir israiliyat.
Dalam pendidikan agama, untuk
ranah TBC, saya suruh anak saya mengkonfrontir menanyakan langsung ke guru
agamanya, tetapi untuk tafsir israiliyat, saya akan menanganinya secara
langsung, karena tidak banyak yang mengerti mengenai hal ini. Bahkan golongan
rasionil dan terpelajar seperti Muhammadiyah masih banyak yang percaya pada
tafsir non-sense, kecuali mereka yang punya pendidikan tinggi.
Tuhan yang
menyebut dirinya sebagai al Haq (the ultimate reality) adalah merupakan
realitas yang objektif. Tetapi persepsi kita tentang Tuhan (sering kali)
subjektif. Persepsi manusia tentang Tuhan adalah hasil dari otak kita mengolah
pengalaman dan imajinasi kita yang mencoba menproyeksikan realitas Tuhan atau firman
Tuhan. Itu subjektif.
Dan ada lagi hal yang
EOWI mau namakan sebagai "subjek yang tidak riil". Hal seperti ini adalah hasil imajinasi
manusia saja tanpa didasari dan deduksi dari pengalaman dan pengamatan. Subjek
yang tidak riil tentu saja bukan berasal dari Tuhan, bahkan tidak mengandung
kebenaran. Serta banyak tercampur ke dalam agama.
EOWI kali ini akan
mengupas salah satu subjek yang tidak riil (tidak benar) dengan gaya humor
EOWI. Kami harap tidak ada pembaca yang tersinggung. Kami menganjurkan untuk
merenungkannya. Siapa tahu anda juga memperoleh pencerahan dari kisah humor
sardonik ini.
Kisah Ringkas Adam, Hawa dan Anak-Anaknya
Bagian dari pendidikan agama anak saya
adalah mengenalkannya kepada kisah nabi-nabi yang buku-bukunya dapat dibeli di
toko-toko buku. Selain itu juga dia, anak saya
disekolahkan di sekolah yang berbasis agama (Islam). Sehingga jika saya
berdiskusi dan membuat analisa mengenai suatu persoalan agama, bisa nyambung. Jadi mengenai Adam dan Hawa,
dia (anak saya) tahu sekali kisahnya.
Beginilah ringkasan kisah Adam
dan Hawa.
Tuhan menciptakan
Adam sebagai manusia pertama dari tanah liat seperti seorang pematung
membuat patung porselen keramik. Kemudian Adam dihidupkan. Di Quran disebutkan
bahwa, sebelum penciptaan Adam ada dialog antara Tuhan dan malaikat, yang
intinya keraguan malaikat terhadap inisiatif Tuhan, karena mahluk yang akan
diciptakanNya hanyalah akan membuat pertumpahan darah dan kerusakan di muka
bumi. Hal ini dibantah oleh Tuhan.
Ketika Adam sudah
tercipta, maka malaikat disuruh Tuhan untuk hormat kepada Adam. Dan semuanya
patuh kecuali Iblis (Lucifer dalam Kristen). Akibatnya Iblis dikutuk Tuhan.
Adam hidup di
surga yang semuanya tersedia. Ketika Adam tertidur, Tuhan mengambil satu tulang
rusuk Adam untuk dijadikan Hawa, pasangan Adam.
Adam dan Hawa
hidup nyaman di sorga. Mereka diperbolehkan makan semua buah yang ada di sorga,
kecuali ada satu buah yang disebut buah terlarang.
Semua berjalan
dengan baik, sampai pada suatu hari Hawa bertemu dengan ular-Iblis. Hawa
mungkin sangat naif, sehingga dia tidak takut pada ular, setan, atau Iblis.
Bahkan diajak ngobrol dan bergossip. Kalau
hal itu terjadi pada istri saya…, dia akan lari terbirit-birit. Prempuan mana
sih yang tidak takut melihat setan, ular.
Hawa juga bukan
orang Cina (sorry joke rasis nih). Kalau dia orang Cina, ular itu langsung
diparang dan dibuat cap-cay (dan Adam dan Hawa tidak pernah dibuang ke bumi dan
tidak ada dosa asal). Ternyata Hawa bukan manusia biasa. Dia bukan juga seorang penakut.
Dengan setan dan ularpun tidak takut.
Pada kesempatan
itu Iblis menawarkan buah terlarang. Katanya, buah tersebut bisa membuat
manusia tahu segalanya. Dan dengan tenangnya Hawa menerima, bahkan
menawarkannya kepada Adam.
Hawa sedang bergossip dengan ular Iblis
Akhirnya perbuatan
(dosa) Adam dan Hawa ketahuan Tuhan dan keduanya dibuang ke bumi, yang tentu
saja pada masa itu bumi masih liar. Mereka diperbolehkan makan hewan apa saja. Ular
dikutuk sehingga berjalan dengan perutnya dan makan debu sepanjang hidupnya.
Di bumi, hidup,
katanya, tidak seenak di sorga. Mereka punya anak. Diantaranya bernama Kabil
(Cain, Qayin, Qabil) sebagai anak pertama dan Habil (Abel, Hevel) anak ke dua
Adam dan Hawa.
Pada suatu hari
Habil yang petani dan Kabil yang peternak membuat persembahan atau qurban
kepada Tuhan. Rupanya Tuhan suka kepada Habil, sehingga qurbannya diterima
sedang Kabil tidak. Hal ini membuat Kabil tidak suka. Maka dia membuat rencana
untuk membunuh Habil.
Kabil membunuh Habil
Ternyata persoalan
Kabil tidak selesai setelah berhasil membunuh Habil. Pertanyaan yang menjadi
persoalan Kabil adalah: mau diapakan mayat Habil dan bagaimana menyembunyikan
kejahatannya. Dipercayai bahwa pembunuhan ini adalah pembunuhan pertama dan
kematian pertama sehingga Kabil tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Rupanya setan
membantu Kabil dengan memperlihatkan seekor gagak yang berhasil membunuh
temannya, kemudian ia menguburkan bangkai temannya yang mati itu. Kejadian ini
menginspirasi Kabil untuk mengubur adiknya, Habil.
Demikian kisah
Adam, Hawa dan anaknya. Saat ini ada mesjid di perbukitan barat wilayah
Damaskus yang diberi nama mesjid Habil, karena dipercaya bahwa disitulah Habil
dikuburkan. Mesjid yang didirikan oleh gubernur Ottoman di Damaskus Ahmad Pasha
di tahun 1599 ini banyak dikunjungi peziarah.
Mesjid Habil di perbukitan di barat
Damaskus Syria, dipercayai Habil anak Adam dikubur disini
Dilema Kisah Manusia Pertama
Kita tinggalkan gambaran Adam di surga, dan
langsung pada episode Adam dan Hawa sudah diusir dari surga dan jatuh ke dunia.
Perubahan hidup dari surga ke
bumi, bisa dibayangkan bak perubahan hidup di kota besar di masa kini ke hutan
belantara. Seperti digambarkan pada program-progam TV kabel Naked and Afraid. Untuk bisa survive, diperlukan keterampilan. Dan
keterampilan tersebut diperoleh dari pengalaman hidup. Menyemplungkan Adam dan Hawa ke dunia, seperti menyemplungkan 2 orang kota yang
biasa hidup nyaman ke hutan belantara. Absurd.
Sejak lama konsep manusia
pertama atau sepasang manusia pertama sangat mengganggu pikiran banyak orang
sehingga mereka menjadi agnostik atau atheis. Pertanyaan yang paling mendasar
adalah: bisakah pasangan ini hidup menghadapi semua kesulitan hidup, menghadapi
bahaya, mencari makan dan minum. Ketika Adam dan Hawa tidak lagi hidup di
surga, terlalu naif jika membayangkan bahwa dunia itu seperti kebun raya
atau..., kebun binatang dimana ada yang merawat. Kalau mau makan, tinggal
memetik saja buah-buah yang bergantungan di dahan yang rendah tanpa harus
memanjat. Rumput-rumput secara berkala dipotong, rapi, tidak ada alang-alang
dan semak belukar dan penuh duri. Banyak binatang-binatang herbivora (pemakan
tumbuhan) seperti kijang, kambing liar, jinak-jinak, mudah ditangkap untuk
disantap. Tidak perlu disembelih (Adam tidak punya pisau untuk menyembelih).
Dagingnya pun tidak perlu dimasak (Adam tidak bisa membuat api, karena Tuhan
tidak membekalinya korek api). Jadi kalau mau makan daging...., mungkin harus
seperti harimau atau singa. Kijang yang malang harus digigiti hidup-hidup.
Mungkin akan meronta-ronta. Kasihan…, sadis juga Adam itu ya.
Kalau anda masih ngotot bahwa kondisi di dunia dulu berbeda
dengan di dunia dalam hal buah-buahan dan ketersediaan makanan. Apakah di dunia
ini tidak ada binatang pemangsa seperti harimau, singa, serigala, hyena,
beruang (pembaca bisa sebutkan sisanya yang lain)? Bagaimana mempertahankan
diri dari binatang buas. Tuhan tidak membekali Adam dengan parang, senapan
berserta pelurunya, atau panah untuk berburu. Untuk membuat perangkap binatang pun
akan sangat sulit tanpa alat yang memadai.
Bagaimana dengan nyamuk,
lalat, lintah, pacet, agas, sederet serangga yang menjadi pengganggu dan
pembawa penyakit? Kulit Hawa (dan Adam) akan penuh dengan bekas gigitan nyamuk,
bentol-bentol dan kalau digaruk
terlalu banyak akan berubah menjadi gudig.
Silahkan pergi ke Bintuni, Papua Barat, kalau mau coba rasanya hidup dengan
agas. Pulang-pulang anda penuh gudig,
dan kalau nasib kurang beruntung, anda juga membawa pulang malaria. Masih
untung kalau di Papua, kalau di Amerika Selatan, ada yang namanya botfly yang
larvanya masuk ke bawah kulit dan hidup di bawah kulit memakan daging anda.
Atau di Afrika dengan lalat tsetse dengan penyakit tidur yang membuat anda
tidur selamanya. Belum lagi nyamuk pembawa cacing filaria. Dokter bisa membuat
daftar yang panjang mengenai penyakit yang ditularkan melalui serangga.
Dan untuk Hawa yang naif dan
tidak takut kepada ular atau binatang buas, kalau seandainya bertemu dengan
seekor harimau, mungkin bukannya lari, tetapi malah memanggil harimau itu: “Hallo kitty, kitty…., come here kitty, come
to mama….cudly kitty” Dia pikir harimau enak untuk dipeluk dan dielus-elus.
Umur Hawa niscaya akan pendek karena kenaifannya. Kalau umur Hawa pendek….,
maka manusia tidak bisa beranak pinak. Diperlukan 2 jenis kelamin atau 1 wanita
(untuk perkembang-biakan partenogenesis)
untuk bisa beranak pinak.
Ada yang beragumen bahwa
hewan-hewan pemangsa seperti harimau pada masa itu masih naif juga, karena
sebelumnya mereka tidak makan daging melainkan pemakan tumbuh-tumbuhan seperti
sapi. Sehingga Hawa akan dicuekin aja.
Persoalannya, dari penggalian arkeologi dibuktikan bahwa binatang pemangsa
sudah ada jauh sebelum manusia ada. Umur fossil manusia homosapiens tertua yang
pernah ditemukan saat ini, adalah 160,000 tahun. Fossil itu dari Herto, Ethiopia. Sedangkan
T-Rex binatang pemangsa yang terkenal itu sudah ada 67 juta tahun lalu. Jadi
hewan pemangsa bukan hal yang baru dan tidak akan mencuekin Hawa yang gemuk, empuk dan lezat.
Lalu bayangkan salah satu dari
Adam dan/atau Hawa terluka karena duri belukar. Atau karena luka garukan karena
gatal bekas digigit serangga, atau karena tidak mandi berhari-hari. Luka itu
menjadi gangrene (membusuk seperti
luka pada orang kena diabetes). Ini juga akan membawa kematian.
Adam dan Hawa yang tidak punya
alat untuk membuat api. Pada malam hari mereka akan kedinginan…., bisa mati
karena hypothermia. Setidaknya
terkena masuk angin. Lalu tidak bisa
cari makan dan akhirnya mati kelaparan.
Andaikata Adam dan Hawa tidak
kena hypothermia atau heatstroke, dehidrasi, tidak disantap
harimau, tidak terkena malaria, gangrene,
bisa melewati melewati minggu-minggu pertama dengan susah payah, bisa
memperoleh makan dari udang, siput, di sungai-sungai. Minum juga dari sungai.
Amankah sumber hidup dari sungai? Tanpa dimasak, siput, kepiting kecil dan
udang kecil, crustacea lainnya dari sungai punya resiko membawa parasit seperti
cacing nematoda, paragonimus, dan dokter masih bisa membuat daftar yang
panjang. Belum lagi kolera dan desentri dari air minum yang tidak dimasak.
Peluang Adam dan Hawa untuk
bisa hidup sangat kecil. Apa lagi di minggu-minggu pertama. Kalau anda tidak
percaya, silahkan mencobanya. Pergi ke hutan, tanpa membawa pisau/parang,
panci, tenda, kail, korek api, senapan, ......bahkan kalau perlu tanpa busana.
Kalau bisa hidup lebih dari 1 bulan, anda hebat sekali. Dan beruntung sekali
jika anda pulang tanpa membawa “oleh-oleh” dari hutan.
Mungkin anda tidak perlu
mencobanya sendiri. Di TV kabel ada beberapa program, salah satunya adalah Naked and Afraid yang menceritakan
bagaimana sulitnyanya hidup di alam liar. Dalam Naked and Afraid, peserta masih dibekali alat pembuat api (sejenis
korek api), parang dan tas. Kadang-kadang kelambu. Alat-alat itu memudahkan
peserta untuk membuat shelter (tempat
berteduh dan tidur) dan api. Kedua alat tersebut sangat essensial untuk survival, berjuang untuk hidup di
belantara. Bayangkan hidup di hutan tanpa peralatan itu.
Sampai sejauh ini, pertanyaan
bagaimana Adam dan Hawa bisa hidup lama di belantara masih belum bisa terjawab.
Tidak perlu bertanya berapa jumlah anak Adam. Itu terlalu jauh. Lalu tentang
Adam dan Hawa sebagai manusia pertama…….kesimpulannya……, silahkan ditarik
sendiri.
Dilema Kisah Persembahan Qurban Habil dan Kabil (Abel dan Cain)
Kisah Habil dan Kabil punya persoalan
tersendiri dengan hasil penggalian arkeologi dan kajian antropologi. Berikut
ini daftar ketidak konsistenannya dengan hasil penggalian arkeologi:
-
Habil
dan Kabil yang telah menguasai teknik pertanian dan peternakan
-
pembunuhan
Kabil sebagai pembunuhan pertama.
-
cikal
bakal mengubur mayat sebagai kultur manusia
Fossil tertua manusia species
homosapiens seperti manusia modern sekarang berasal dari 160,000 tahun yang
lalu ditemukan di Herto, Ethiopia. Jadi, homosapiens sudah ada sebelum itu. Sedangkan
budaya pertanian baru muncul sekitar 12 ribu tahun lalu, 10,000 Sebelum Masehi
(SM). Selama 1500 abad (bukan 1500 tahun lho), kemana saja Habil dan Kabil?
Apakah Hawa mengandung Habil dan Kabil selama 150,000 tahun?
Silahkan dipikirkan bagaimana
menerangkan jurang waktu ini. Yang pasti EOWI menyerah dan tidak bisa
menjelaskannya.
Tinjauan Quran: Adam Bukan Manusia Pertama
Harus diakui bahwa dalam banyak hal EOWI
berbeda dengan para mufassir (ahli
tafsir) Quran. Kami di EOWI tidak suka mentafsir-tafsirkan Quran karena
kemungkinan salah besar sekali. Yang kami lakukan adalah mencari terjemahannya,
melihat sains dan melakukan deduksi. Perbedaan yang mendasar antara deduksi
(menurunkan) dan mentafsirkan adalah, bahwa yang pertama hanya memerlukan necessary conditions dan yang kedua
memerlukan cukup satu sufficient
condition. Maaf karena menggunakan jargon logika dan matematik.
Banyak para ulama agama Islam
yang beropini bahwa Quran hanya mengangkat masalah yang umum dan merupakan
garis besar saja. Opini semacam itu dibantah oleh Quran dan salah satunya di
ayat berikut ini:
[6:114] Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada
Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (al Quran) kepadamu dengan jelas sekali (dan terperinci)?
Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui
bahwa Al Quraan itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah
kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.
[6:115] Telah sempurnalah
kalimat Tuhanmu (al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak
ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Pengarang Quran memilih setiap
kata yang digunakan dengan sangat cermat dan pesannya sempurna. Tentu saja arti
sempurna adalah tidak perlu tambahan atau asessori lain untuk bisa dimengerti. Apa
yang tertulis mencerminkan hal yang sesungguhnya, bukan metaphor. Tafsir tanpa
pengamatan, kaidah ilmu akan salah.
Mari saya tunjukkan contohnya.Contoh ini untuk menunjukkan kesalahan tafsir dan bagaimana deskriptif nya kata-kata yang digunakan oleh pengarang Quran.
Dalam tafsir (terjemahan)
Quran yang banyak beredar saat ini, mengenai penciptaan manusia, ada kata
alaqa. Manusia berasal dari alaqa ( علق).
Kata alaqa kalau anda lihat di google-translate atau kamus Arab-Indonesia, berarti lintah (Inggris:
leech) atau sesuatu yang
menggantung/menempel (seperti lintah, Inggris: leech-like, hang, dangle, cling). Tetapi kata alaqa
diterjemahkan sebagai “segumpal darah“. Ini tidak terjadi pada terjemahan
bahasa Indonesia saja, tetapi juga bahasa lainnya seperti Inggris, yaitu “blood-cloth“ yang artinya sama dengan
“segumpal darah“.
Saya tidak tahu kenapa para
mufassir klasik menterjemahkan alaqa
sebagai “segumpal darah“. Mungkin karena pandangan di masa lalu bahwa
terjadinya manusia adalah akibat percampuran antara darah mensturasi dan
sperma. Sperma membuat darah mensturasi menggumpal dan selanjutnya menjadi janin. Tentu saja pandangan
tersebut hanyalah spekulasi (hipotesa tanpa pengamatan ilmiah) dan salah.
Saya berani mengatakan bahwa
terjemahan kata alaqa salah, pertama karena dari segi bahasa tidak cocok
(silahkan gunakan google translate untuk mengeceknya) dan yang ke dua, tidak ada perwujudan embryo yang
seperti gumpalan darah. Yang ada adalah perwujudan embryo yang mirip lintah, yaitu tahapan
Carnegie ke 10 - 11 pada hari
ke 26 - 30 setelah konsepsi. Untuk jelasnya anda bisa baca topik
mengenai human embryology di google atau Wikipedia.
Walau tidak bisa disebut banyak, ada terjemahan Quran yang punya problem
seperti ini. Dan salah satunya adalah tentang Adam. Penafsiran ayat-ayat
tentang Adam, banyak yang dibelokkan ke arah kisah Adam dan Hawa di masa itu
(seperti halnya terjemahan kata alaqa).
Di dalam Quran, kata Adam
disebutkan sebanyak 25 kali. Dan tidak satupun mengatakan bahwa Adam adalah
manusia pertama misalnya sebagai awwalun
insan, atau awwalun naas, awwalun
basyiran. Jadi tidak ada penyataan secara eksplisit di Quran yang
mengatakan Adam sebagai manusia pertama. Seperti pernyataan Quran Q 6:114-115,
bahwa ayat-ayat Quran jelas dan sempurna. Maka, seandainya Adam adalah manusia
pertama, seharusnya akan disebutkan secara jelas, supaya tidak ada
keragu-raguan lagi. Demikian pula jika ada yang disebut sebagai manusia pertama,
siapapun dia, akan disebutkan sebagai manusia pertama dengan kata-kata yang
jelas, yaitu manusia pertama.
Tentang Adam, deskripsi yang ada adalah bani
Adam yang artinya anak/cucu/keturunan Adam.
Para mufassir klasik menterjemahkan (lebih
tepatnya mentafsirkan) kata bani Adam ini bahwa Adam adalah manusia pertama. Kalau umat
manusia saat ini disebut bani Adam
yang artinya anak-cucu (keturunan) Adam maka Adam adalah moyang manusia. Saya akan tunjukkan bahwa kata bani Adam yang merujuk pada umat manusia
tidak serta-merta bisa diartikan sebagai Adam adalah manusia pertama.
Tafsir kata bani Adam untuk
Adam sebagai manusia pertama, tidak mempunyai kondisi cukup (sufficient condition). Sebagai contohnya
adalah: saya dan sepupu saya dari pihak ayah saya termasuk keluarga besar bani Sayidi. Eyang Sayidi punya 12 anak
dan 11 diantaranya menikah dan punya suami/istri. Sehingga eyang Sayidi setidaknya punya 11
pasang besan. Salah satunya adalah eyang saya dari pihak ibu yaitu eyang Hamidi.
Hal yang sama berlaku untuk
Adam dan Hawa. Adam punya besan. Dengan kata lain: ada manusia lain
selain Adam yang hidup dimasa yang sama dan berinteraksi dengan Adam.
Setidaknya menjadi besannya.
Kalau seluruh umat manusia yang sekarang disebut anak-cucu Adam, tidak
juga serta merta membuat Adam sebagai manusia pertama. Misalnya saja, anak-anak
dan cucu-cucu Adam, sebut saja klan Adam, doyan
kawin dan beranak pinak serta semua keturunannya mempunyai gen yang baik
sehingga bisa survive. Mereka ini
akan menyusupkan gen mereka (gen
Adam) ke semua keluarga yang sedang
hidup di dunia ini. Akibatnya semua yang lahir ke dunia ini menjadi klan Adam,
atau secara genetik membawa gen Adam.
Dengan kata lain, secara singkat, bahwa kata bani Adam tidak punya kondisi yang cukup untuk bisa ditafsirkan
bahwa Adam sebagai manusia pertama.
Kemudian mufassir mentafsirkan rangkaian ayat berikut untuk bisa menyimpulkan
bahwa Adam adalah manusia pertama. Tetapi pada ayat-ayat tersebut justru punya
pengertian ketidak-mungkinan kesimpulan bahwa Adam sebagai manusia pertama.
[2:30]
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mengagungkan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."
Di surah ke 2, al Baqarah, ayat 30 - 39 adalah kisah penciptaan Adam,
kedengkian Iblis terhadap Adam sampai Adam berbuat dosa dan seterusnya.
Kemudian kisah seperti ini juga ada di surah al Hijr ayat 25 – 45.
Untuk mengklaim Q 2:30 – 39 sebagai episode penciptaan manusia pertama
ada beberapa problem. Pertama, Adam tidak pernah disebutkan sebagai manusia
pertama dan Hawa tidak disebutkan dari rusuk Adam seperti pada dongeng-dongeng
tentang Adam dan Hawa.
Kedua, Adam disebut sebagai khalifah. Kalau anda tanyakan
apakah seorang khalifah hidup sendirian? Pertanyaan itu sama saja dengan
pertanyaan “apakah seorang pemimpin klan hidup sendirian”. Seseorang tidak bisa disebut
pemimpin atau khalifah kalau tidak ada yang dipimpin atau diatur. Ketika Adam diciptakan, sudah seharusnya
bersama dengan orang-orang yang akan dipimpinnya. Adam bukan akan dijadikan khalifah
monyet.
Ketiga, malaikat sudah tahu
bahwa seorang khalifah punya kecenderungan untuk menumpahkan darah baik secara
langsung atau melalui tangan orang lain, serta membuat kerusakan dimuka bumi. Untuk
bisa mnengatakan bahwa seorang khalifah adalah pembuat kerusakan dan pembuat
pertumpahan darah di bumi, tentunya Khalifah bukan hal yang baru bagi malaikat.
sebelum Adam sudah ada khalifah lain dan Adam bukan khalifah pertama di muka
bumi. Sebelumnya sudah khalifah ada lain dan malaikat sudah pernah melihat
prilakunya.
Ada yang tetap bersikukuh
bahwa Adam adalah manusia pertama karena Adam terbuat dari tanah, yaitu pada
ayat berikut ini. Al Hijr 25 – 45, bercerita suatu episode yang mirip
dengan al Baqarah 30 – 39. Sehingga godaan untuk menganggap kedua potongan
surah bercerita hal yang sama.
[15:26]
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Arab: insaana) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur yang diberi bentuk.
[15:28]
Dan, ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia (Arab: basyiran) dari tanah liat kering dari lumpur
yang diberi bentuk“.
Pertanyaannya adalah apakah manusia (basyiran atau/dan insaan) pada kedua
ayat ini merujuk kepada Adam? Mungkin juga bukan. Kalau kata-kata “diberi
bentuk“ diinterpretasikan dan dipresepsikan seperti seperti seorang seniman
membuat patung keramik dari tanah liat, lalu bagaimana dengan ayat di bawah
yang mengatakan bahwa manusia diciptakan dari air?
[25:54] Dan Dia (pula) yang menciptakan
manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah
dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
Mufassir akan menterwakan kalau
ada yang mengatakan bahwa manusia diciptakan seperti pemahat es membuat patung
es. Dan ketika patung es tersebut kena panas akan meleleh. Ini tafsir yang mentertawakan. Tetapi, mereka mungkin bisa menerima kenyataan bahwa sel yang membentuk
manusia terdiri dari kurang lebih 80% air.
Selanjutnya, kita tidak sulit
jika mentafsirkan bahwa manusia memang mengandung unsur tanah, mineral, baik
itu pada tulangnya, darahnya, dan bagian-bagian lainnya. Proses
terbentuknya manusia dari tanah (dan air) melalui proses yang panjang. Dari
mulai mineral yang diserap oleh tumbuhan, kemudian dimakan oleh manusia dan
hewan. Hewan kemudian dimakan manusia juga yang akhirnya digunakan untuk tumbuh
dewasa dan berkembang biak. Dengan kata lain penciptaan dari tanah bukan
monopoli Adam. Sampai sekarangpun penciptaan
manusia bisa dikatakan dari unsur-unsur tanah, mineral (dan air).
Ada juga argumen lain yang
digunakan untuk mendukung konsep creation
dari Adam, sebagai manusia pertama. Yaitu kelahiran/penciptaan Adam istimewa. Ayat
berikutnya tentang penciptaan Adam kadang dijadikan rujukan bahwa penciptaan
Adam adalah istimewa.
[3:59] Sesungguhnya kemiripan/kesamaan (penciptaan) 'Isa
di sisi AllAh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakannya dari
tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah", maka jadilah
dia.
Pada ayat ini, dikatakan bahwa
penciptaan Adam adalah istimewa, tetapi tidak unik. Setidaknya Isa diciptakan
dengan cara yang sama. Ayat ini malah menunjukkan bahwa Adam bukan manusia pertama seperti
halnya Isa yang bukan manusia
pertama. Isa punya ibu. Yang tidak
dimilikinya adalah bapak. Kalau penciptaan Adam sama dengan penciptaan Isa,
maka Adam masih punya ibu. Sama seperti Isa. (Catatan: Isa juga punya komponen dari tanah
seperti Adam). Dengan kata lain, ayat ini mengatakan bahwa Adam tidak bapak
tetapi punya ibu. Adam tetap produk procreation,
bukan creation.
Para pendukung konsep manusia pertama
(creation) yang masih ngotot biasanya mengajukan lagi ayat-ayat
Quran yang lain yang mengatakan bahwa manusia berasal dari 1 orang yang disebut
nafsin wahidatin (Q 4:1; Q 6:98; Q
7:189; Q 31:29; Q 39:6). Contohnya adalah ayat berikut ini.
[4:1] Hai sekalian manusia (teks Arabnya: naas),
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri (teks
Arabnya: nafsin wahidatin – bentuk feminin), dan dari padanya (dari nafsin
wahidatin itu) Allah menciptakan pasangannya (teks Arabnya: zaujaha, - bentuk maskulin, artinya
suami); dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki (rijaal) dan perempuan (arhama)
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Para mufassir ini menterjemahkan
kata nafsin wahidatin sebagai Adam
dan zaujaha sebagai istrinya. Mungkin
karena mufassir ini laki-laki dan tafsir-tafsir mereka masih kental dengan
nuansa male-chauvinist. Mengenai nuansa male-chauvinist dalam tafsir, saya tidak
terlalu heran kalau banyak tafsir Quran yang isinya mengatakan bahwa nanti di
sorga semua akan memperoleh istri-istri yang cantik atau bidadari yang bermata
besar. (Bagaimana dengan wanita? Harus ber-lesbiankah?)
Mari kita lihat struktur kata-kata pada ayat di
atas. Kata pertama yang berarti manusia adalah naas (bentuk maskulin plural) walaupun bentuknya maskulin plural, naas digunakan untuk mewakili non-gender
(semua, baik laki-laki dan prempuan). Tetapi kemudian ketika mengacu pada
manusia-asal/induk manusia/cikal bakal manusia, digunakan kata nafsin wahidatin yang
morphologi katanya adalah feminin-singular. Oleh mufassir kata ini menterjemahkan sebagai
Adam (yang jelas-jelas maskulin). Kemudian pasangannya, zaujaha, yang bentuk morphologinya maskulin-singular, diterjemahkan sebagai istrinya (Hawa?). Dari
sinilah para mufassir kemudian mengatakan bahwa Hawa berasal dari (tulang rusuk) Adam, setelah gendernya dibalik-balik.
Kalau mau jujur
pada morphologi kata, maka seharusnya zaujaha
(Adam yang laki-laki) berasal dari nafsin
wahidatin (Hawa yang prempuan). Adam berasal dari Hawa. Saya sendiri tidak mau mentafsirkan nafsin wahidatin sebagai Hawa dan zaujaha sebagai Adam. Karena peluang
bahwa Adam hidup di jaman yang sama dengan nafsin
wahidatin sangat kecil. Saya cenderung untuk mengatakan bahwa nafsin wahidatin punya keturunan secara partenogenesis yang aseksual seperti Maryam (bunda
Isa). Dan dari sini prokreasi berlanjut secara seksual.
Skenario seperti
mudah dicerna oleh sains modern. Partenogenesis
(perkembang-biakan tanpa pembuahan, reproduksi aseksual) sangat umum terjadi
pada invertebrata seperti serangga, lebah, dan cukup umum terjadi pada binatang
bertulang belakang seperti beberapa species reptil, kadal, termasuk komodo. Pada mamalia, riset-penelitian laboratorium mengenai subjek
ini masih berjalan. Tahun 1936, Gregory Goodwin Pincus melaporkan bahwa ia
berhasil memicu kelinci untuk melakukan partenogenesis.
Tahun 2004, ilmuwan di Tokyo University of Agriculture menciptakan tikus-tanpa
bapak dengan cara partenogenesis.
Usaha-usaha untuk melakukannya pada manusia juga ada tetapi terbentur oleh
masalah etika.
Hasil dari partenogenesis bisa jantan dan bisa juga
betina. Jadi bukan tidak mungkin proses partenogenesis
terpicu secara alamiah pada nafsin
wahidatin, ketika sekelompok wanita terisolasi karena suatu kejadian alam
atau karena tersesat. Dari proses partenogenesis
ini, dimulailah kelompok masyarakat baru yang lengkap, laki-laki dan prempuan
seperti yang dijelaskan pada Quran surah an Nisa ayat 1. Tidak hanya itu,
mereka ini mampu beranak pinak yang banyak seperti dikatakan dalam ayat
ini.
Kalau anda ingin
mendalami hal-hal ilmiah seperti partenogesis, genetic mapping, dan lainnya yang didiskusikan di atas, bisa melihatnya di internet.
Catatan Akhir
Untuk menjawab pertanyaan bagaimana
terjadinya manusia, mungkin masih perlu perjalanan yang panjang. Mungkin juga
tidak dalam arti sains saat ini sudah punya jawabannya, hanya saja umat Islam
enggan melihatnya. Tetapi untuk mengatakan bahwa dulunya hanya ada 1 manusia,
umat manusia dimulai dengan hanya 1 manusia, laki-laki sebagai manusia pertama, sulit
untuk bisa diterima. Quranpun tidak pernah mengatakan “manusia pertama“, hanya
para penafsir (mufassir) saja yang mengatakan demikian. Quran hanya mengatakan
bahwa manusia berasal dari 1 sumber keturunan, yaitu nafsin wahidatin (kata ini pun gendernya feminin), yang artinya
(prempuan) hidup yang satu. Yang kedua bahwa Adam adalah bapak umat manusia.
Dengan prinsip
razor oxam, hipotesa yang bisa ditarik bahwa baik Adam dan nafsin wahidatin hidup bersama dengan
klannya dan bangsanya masing-masing. Kemungkinan Adam dan nafsin
wahidatin hidup pada masa yang berbeda. Dan nafsin wahidatin lebih tua dari Adam. Untuk nafsin wahidatin, kemungkinan skenarionya adalah bahwa dari
manusia-manusia yang hidup dimasanya hanya keturunannya saja yang bisa survive sampai saat ini karena punya kemampuan
bereproduksi secara cepat untuk menghasilkan keturunan yang kuat sehingga banyak
keturunannya yang bisa terus berkembang biak.
Sedangkan untuk
Adam, skenario yang masuk akal bisa ada beberapa skenario, yaitu: Skenario pertama,
bahwa hanya keturunan Adam saja yang bisa survive
sampai saat ini, atau skenario kedua, anak turun Adam yang laki-laki mendominasi dunia dan
mengawini banyak (semua) wanita yang ada. Ini ciri khas khalifah, raja, kepala suku, yang kecenderungannya punya istri banyak.
Hipotesa ini
mempunyai implikasi bahwa pada mitochondria (informasi genetik yang diturunkan
dari ibu) ada genetic marker yang sama yang dimiliki oleh semua orang di dunia ini, laki-laki atau prempuan. Dan genetic marker ini mengarah ke satu
individu dimasa lalu. Yaitu nafsin
wahidatin.
Implikasi ke dua,
ialah bahwa pada chromosom Y, ada genetic
marker yang dimiliki semua laki-laki. Dan genetic marker ini adalah sisa-sisa informasi genetik dari masa
lalu (Adam) yang belum mengalami mutasi. Silahkan cari informasi tentang genetic marker ini dengan google untuk mengkonfirmasi hipotesa EOWI ini.
Sekian dulu....,
jaga kesehatan anda baik-baik. Semuga anda bisa hidup panjang umur seperti Nuh
dan sehat, kuat serta tidak membebani anak cucu.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.