Gejolak 2014 – 2020: Sepuluh Potensi Pemicu Krisis (Dollar Bull Market)
Penghembusan Bubble US Dollar
Ada pembaca
EOWI bertanya, kenapa emas tidak melambung harganya ketika terjadi krisis yang
dinamakan EOWI sebagai Gejolak 2014 – 2020?. Dan ini sudah terasa. Harga emas
tertekan, lebih-lebih ketika US dollar mengalami rally.
Ada baiknya
pembaca EOWI kembali membaca laman Gejolak 2014 – 2020 lagi dan mencoba
mencerna isinya. Perlu diperhatikan bahwa krisis kali ini adalah bagian dari
siklus yang rentangnya seumur manusia. Kalau umur rata-rata manusia saat ini
adalah 71 tahun, maka rentang siklus ini adalah 71 tahun. Oleh sebab itu krisis
ini hanya dialami oleh seseorang sekali seumur hidupnya, kecuali ia berumur
panjang seperti nabi Nuh, yang konon umurnya mencapai 900 tahun. Dalam sejarah
keuangan, uang kertas, termasuk US dollar, selalu berakhir ke nilai
interinsiknya, yaitu nol, tetapi pada
krisis ini US dollar belum akan menjadi nol.
Memang hal ini sulit dicerna karena beberapa tahun lalu, tahun 2000 – 2010,
masyarakat terpelajar dijejali doktrin bahwa US dollar akan menjadi nol nilainya. Banyak buku-buku terbit
pada periode ini bertemakan US dollar menjadi nol. Tetapi sekali lagi EOWI katakan, US dollar akan menjadi nol nilainya pada suatu masa nanti,
tetapi saat ini belum masanya.
Sayangnya untuk
studi kasus, analogi tidak bisa diambil, karena untuk menengok ke belakang
sajarah masa lalu, memang sepengetahuan EOWI belum pernah terjadi krisis deflationary di dalam sistem uang fiat. Akan
tetapi, hal tersebut bukan menjadi halangan bagi EOWI untuk mengkajinya,
melakukan analisa dan menyimpulkan outcome
nya. Bagi pembaca yang masih penasaran mengenai mekanisme krisis dan kenapa
emas bukan safe-haven pada krisis
kali ini, silahkan baca kembali laman Gejolak 2014 – 2020.
US dollar
sudah mengalami rally sejak tahun 2011, ketika secular bull market di sektor komoditi berakhir. Tetapi pemerintah,
para pelaku pasar dan bisnis di Indonesia baru tersadar ketika rally dollar
mengalami percepatan di tahun 2014. Segala macam komentar serta opini pakar di media membeokan apa yang
disiarkan di media US. Dollar menguat karena the Fed mau menaikkan suku bunga. Entah sejak kapan issue the Fed mau menaikkan
suku bunga. Terlalu lama untuk diingat, kata kuncinya “mau”, dan sampai
sekarang kata “mau” masih digunakan. Dan entah kapan kata “mau” diganti menjadi
“sudah”. Dari 8 poin hasil rapat komite the Fed yang keluar minggu lalu (20
Maret 2015), belum nampak kapan kata “mau” diganti dengan “sudah” dalam
kaitannya dengan menaikkan suku bunga. Inilah poin-poin yang dimaksud dan
artinya:
- The Committee continues to see the risks to the outlook for economic activity and the labor market as nearly balanced.
Maknanya: kalau sudah mencapai
keseimbangan, artinya bisa njomplang
lagi ke kiri atau ke kanan. Kalau dipaku secara kokoh, baru tidak bisa njomplang.
- The Committee continues to monitor inflation developments closely.
Maknanya: The Fed masih belum
tahu apa yang terjadi dan tidak bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi. Kalau sudah tahu, tentunya punya rencana dan
bertindak.
- The Committee judges that an increase in the target range for the federal funds rate remains unlikely at the April FOMC meeting.
Maknanya: The Committee (Fed) tidak tahu apa yang terjadi, maka jangan harap
the Fed akan mengambil tindakan apa-apa. Tunggu saja sampai kami (the Fed) tahu
apa yang terjadi.
- Just because we removed the word “patient” from the statement doesn’t mean we are going to be impatient.
Maknanya: Walaupun the Fed sudah
menghilangkan kata “patient”
(“sabar”) bukan berarti menjadi tidak sabar dalam menaikkan suku bunga.
Dikira-kira sendiri saja lah...
- While it is still the case that we consider it unlikely that economic conditions will warrant an increase in the target range at the April meeting, such an increase could be warranted at any later meeting, depending on how the economy evolves.
Maknanya: Walaupun the Fed tidak
akan menaikkan suku bunga sampai April, bukan berarti setelah itu akan menaikkan
suku bunga. Dikira-kira saja sendiri saja lah...
- Well, when an economy is operating at the so-called zero lower bound, it creates a situation where there are asymmetric risks. It is possible if the economy proves stronger than is expected to respond to that by tightening policy. If there are adverse shocks to demand that tend to push inflation and economic performance in an adverse direction it's not possible to lower rates.
Maknanya: Kami (the Fed) tahu
kalau ekonomi masih sontoloyo, walaupun suku bunga sudah nol. Oleh sebab itu,
mungkin kami (the Fed) akan menaikkan suku bunga, sehingga nantinya bisa kita
turunkan lagi. Dengan demikian kami (the Fed) kelihatannya bekerja.
- In some corporate debt markets, we do see evidence of unusually low spreads.
Maknanya: Siapa sih yang begitu
tolol membeli corporate bond dengan yield
seperti treasury bond, hanya 5%?
- The global experience shows that giving central banks independence to make monetary policy decisions that they think are in the best interest of the country and consistent with their mandates leads to lower inflation and more stable macroeconomic outcomes.
Maknanya: Bank-bank sentral di
dunia ini hebat, terutama dengan perannya membuat bubble dan membuat siklus boom
& bust makin hebat sampai hampir menghancurkan sistem finansial global
dan memberikan impresi bahwa dunia masih memerlukan bank sentral dan kami (bank
sentral) punya pekerjaan yang penting.
Dari
pernyataan-pernyataan the Fed pada rapat tanggal 17 – 18 Maret 2015, nampaknya
the Fed sedang mengkondisikan pelaku pasar agar siap terhadap kenaikkan suku
bunga. Pasalnya, kalau tidak dinaikkan maka the Fed tidak punya kerja. Dengan
suku bunya yang nyaris nol, the Fed tidak punya kerja dan nampak sepertinya
impoten, tidak punya kekuatan lagi untuk memperbaiki ekonomi. Oleh sebab itu
the Fed suku bunga akan dinaikkan supaya ada ruang untuk menurunkannya kembali.
Jadi the Fed nampak punya kerja....sibuk dan bukan kelihatan nganggur.
Teknikal dan Target Rally Dollar
Apakah the
Fed mau menaikkan suku bunga atau tidak, bukanlah hal yang penting dan tidak
menjadi urusan EOWI. Ekonomi sudah berjalan dengan auto-pilot. Ketiadaan bank sentral sebenarnya lebih baik. Oleh
sebab itu, EOWI tidak merasa perlu melihat keputusan the Fed. Teknikal dari US
dollar akan punya peran dalam mendikte gerak US dollar.
Berikut ini
adalah traded US dollar index (simbol
DXY) sebut saja US dollar indeks walaupun ada beberapa jenis US dollar index.
Tetapi yang akan digunakan adalah traded
US dollar index. Chart ini saya ambil dari situs Trading Economic. Terlihat
adanya bentuk formasi bullish falling
wedge yang sangat besar (jangka lama) dari tahun 1980 dan US dollar indeks
berhasil menembusnya ke atas pada tahun 2014. Saat ini US dollar index di
sekitar 100 (antara 96 – 100).
Chart- 1
Seorang
analis teknikal biasanya tahu target pattern falling wedge ini. Jika antara tahun 1980 sampai 1984 rally membawa
US dollar indeks dari 82 ke 162 (naik 80 poin atau hampir 100%), maka rebound
kali ini akan sebesar 80 poin dihitung dari resistance
nya (di 90). Oleh sebab itu 170 adalah target rebound dari pattern falling wedge besar ini.
Kalau anda
ingin tahu lebih lanjut mengenai falling
wedge, kami anjurkan untuk mencarinya di internet.
Situs http://www.forex-tribe.com/Falling-Wedge.php
menyajikan beberapa data statistik dari falling
wedge.
- Ada 92% peluang untuk menembus resistance nya dan rebound ke arah target.
- Jika resistance nya sudah tertembus, maka peluangnya mencapai target adalah 63%.
- Ada peluang sebesar 27% akan terjadinya false breakout.
- Target rebound panjangnya sama dengan rally pertama di pattern falling wedge. Untuk kasus DXY (US dollar indeks), besarnya adalah 80 poin. Oleh sebab itu target rally US dollar indeks adalah 170. Artinya kalau sekarang DXY ada di kisaran 96 – 100, maka kenaikan harga dollar akan mencapai 70%.
Mungkin
pembaca mengatakan bahwa US dollar tidak mungkin rally sebesar itu. Pembaca
yang skeptis harus menengok 34 ke belakang, tahun 1980 – 1984. Indeks 82 sampai
162. Kenapa sekarang tidak bisa. Bahkan kalau sekarang seharusnya bisa lebih
banyak lagi.
Jika US
dollar bisa menguat 70% lagi (indeksnya rally dari 100 ke 170), maka dalam
rupiah, US dollar bisa rally dari Rp 13,000 ke Rp 22,000. Seperti perkiraan
kasar EOWI tentang target US dollar rally beberapa waktu lalu yaitu antara Rp
17,000 sampai Rp 25,000, sekarang secara teknikal bisa dijelaskan.
Apakah benar
US dollar akan mencapai Rp 22,000......tinggal tunggu waktunya saja. Dengan
waktu, akan dibuktikan apakah EOWI isinya hanyalah crackpot yang suka teler dan menghayal atau target Rp 22,000
sesuatu yang akan menjadi keniscayaan.
Hallo, Imam
Semar bangun!!.......Indonesia sudah dikeluarkan dari the fragile five lho!!!
Pembaca EOWI
yang setia, krisis kali ini adalah krisis yang belum pernah dilihat oleh
manusia yang masih hidup saat ini yang juga masih belum bau tanah. Keluar dari
the fragile five tidak berarti lepas dari keterikatan terhadap US dollar dan
keterkaitan dengan ekonomi dunia. Norwegia yang bukan anggota the fragile five juga bisa jatuh mata
uangnya.
Opsi Long US Dollar
Ada pembaca
yang menanyakan bagaimana cara menyimpan US dollar cash? Perlu EOWI tekankan kembali, dimasa krisis deflationary, US dollar cash is the king, bukan US dollar kredit. Karena kredit diciptakan oleh bank-bank dari
kenihilan. Istilahnya kredit adalah creatio
ex nihilo. Oleh sebab itu ketika ada krisis (deflationary), kredit akan menguap, puffff....hilang menjadi nihil
lagi. Oleh sebab itu yang harus kita miliki adalah cash, yaitu uang yang bisa dipegang, dilipat, dimasukkan
dompet,.......
Bagaimana
cara menyimpannya, karena semua akan mengincar cash anda, apa lagi perampok.
Begitulah pertanyaan banyak orang.
Bagi yang
melakukan investasi di emas pada dekade 2000an (2000 – 2011), tentunya tahu
bagaimana menyimpan asset tangible
seperti emas. Mereka ini tentunya sudah
punya jawaban bagaimana menyimpan US dollar cash.
Bahkan untuk US dollar, opsinya lebih banyak dari pada emas batangan. Mari kita
lihat satu persatu.
- Deposito berjangka US dollar: cara ini punya kelemahan, yaitu ketika krisis mulai mengalami eskalasi (percepatan), dan depositonya belum jatuh tempo, maka asset kita tertahan di bank. Hal yang demikian membuat tabungan menjadi rentan terhadap segala ketidak-bijakan pemerintah (pembekuan asset, konversi paksa ke rupiah dengan nilai tukar yang buruk, dll) serta jika bank bangkrut maka milik kita ikut menguap bersamanya. Sedangkan keuntungannya adalah perolehan bunga deposito. Deposito berjangka hanya bagus kalau kita tahu bahwa krisis masih lama meletusnya.
- Tabungan US dollar: Resiko dan keuntungannya hampir sama dengan deposito berjangka. Tetapi tabungan US dollar mempunyai keunggulan bahwa asset ini bisa dicairkan lebih cepat tanpa kena penalty. Sehingga pada saat krisis mengalami eskalasi, asset kita di bank kemungkinan besar bisa cair. Harus diingat bahwa kita tidak boleh terlambat. Pengalaman tahun 1997, beberapa bulan sebelum krismon 1998, saya akan pindah ke Scotland dan mengalami kesulitan menukarkan uang rupiah saya ke poundsterling di money changer. Tetapi tidak sulit membuat demand draft poundsterling.
- Cash di safe deposit box (SDB): anda bisa menyewa safe deposit box di bank sebuah bank untuk menyimpan cash di sana. Bagi yang pernah berinvestasi di emas pada dekade 2000an, cara ini adalah cara yang aman untuk menyimpan dan bertransaksi emas. Saya dulu biasanya melakukan transaksi emas di bank. Bank dengan safe deposit box (SDB) digunakan sebagai tempat rendezvous dan bertransaksi. Emas langsung dimasukkan ke SDB dan transfer pembayaran dilakukan ditempat yang sama.
Untuk US dollar cash, kita bisa ambil di bank counter kemudian dimasukkan ke SDB. Resiko
dirampok menjadi kecil. Cara ini aman dan sederhana. Mungkin tidak sesederhana
itu. Setidaknya saya masih punya pertanyaannya:
a.
Pada masa krisis dan bank kena rush, apakah SDBnya masih
buka dan uang yang kita simpan disana masih bisa di-access (diambil)?
b.
jika banknya bangkrut, apakah SDBnya akan ditutup sampai
proses peleburan dsb selesai?
Kedua pertanyaan ini saya tidak
bisa menjawabnya, karena pada masa krismon 1997 – 1998, walaupun saya mempunyai
SDB di bank Bumi Daya di Jakarta, tetapi saya tinggal di Scotland. SDB saya yang berisi
perhiasan istri tidak pernah dibuka sampai kami kembali ke Jakarta tahun 2000.
- Deposit Box/Brankas (di rumah): Cara yang paling sederhana untuk menyimpan US dollar cash atau barang-barang berharga lainnya adalah dalam brankas atau lemari (kotak) besi. Hanya saja, cara ini rentan terhadap perampokan. Apa lagi jika banyak orang keluar-masuk rumah kita (domestic helpers) yang kurang kita percayai. Terkadang otak kejahatan adalah orang dalam. Resiko dari cara ini akan berkurang jika tidak ada yang tahu bahwa anda punya brankas di rumah.
Ada baiknya
anda membuat rencana bagaimana cara menyimpan asset-asset anda sebelum krisis,
menjelang krisis dan di masa krisis. Masing-masing punya resiko yang berbeda sehingga cocok untuk saat yang berbeda. Ketika
krisis masih jauh, menyimpan uang US dollar sebagai deposito adalah
yang terbaik. Semakin dekat ke arah krisis, berangsur-angsur deposito
dikonversikan ke (ditukar dengan) tabungan/giro, selanjutnya ke SDB atau
brankas.Diskusi dan buat rencana dengan pasangan anda. Apakah meminta saran dan adivs dari
konsultan investment anda adalah hal baik? Saya tidak tahu. Sebab opsi no.4,
sebaiknya tidak banyak orang yang tahu.
Suatu hal
yang perlu diingat, bahwa pada puncak krisis moneter, cash bisa lebih berharga
dari pada kredit. Pada saat ATM tutup, bank tutup (tidak bisa bertransaksi), kartu
kredit/debit tidak laku, orang-orang kaya mau ke luar-negri, maka harga/nilai lembaran dollar bisa lebih tinggi
dari pada dollar digital elektronik. Itu pernah terjadi baru-baru ini di Venezuela, Argentina,
Ukraina bahkan dulu juga pernah terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu punya cash di tangan berarti punya peluang untuk memperoleh keuntungan.
EOWI
mengatakan bahwa eskalasi rally dollar akan memicu krisis, karena......,
bayangkan para dollar carry traderers
mulai menyadari bahwa meminjam US dollar untuk diinvestasikan kedalam mata uang
emerging market untuk memperoleh
selisih bunga ternyata sudah tidak menguntungkan lagi, karena tergerus oleh
depresiasi mata uang negara emerging
market, maka kemudian mereka keluar. Sebagai akibatnya terjadi akselerasi
appresiasi dollar. Hal ini bisa diperparah jika spekulan ikut masuk ke posisi long dollar dengan leverage. Maka US
dollar akan naik secara parabolik. Ini akan membuat debitur dollar kelabakan karena beban hutangnya semakin
berat. Selanjutnya bisa terjadi gagal bayar, yang kemudian dilanjutkan dengan
tertutupnya aliran kredit.
EOWI
menempatkan appresiasi dollar sebagai pencetus krisis nomor 2, karena proses
appresiasi dollar sudah berjalan. Hanya menunggu terjadinya akselerasi sehingga
membuat para dollar carry traders panik
masuk kandang, spekulan ikut terjun meramaikan pesta dan akhirnya para debitur
(yang berdenominasi US dollar) yang akan terbantai tidak bisa bayar hutang, dan
selanjutnya kran kredit tertutup.
Sekian dulu
sampai kisah lanjutannya.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.