___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Saturday, January 3, 2015

Gejolak 2014 – 2020: Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian III)



 Bagian III: ……..Kisahnya Belanjut  Bisa Semakin Tragis
Pembaca mungkin heran kenapa EOWI kok tertarik pada sejarah, padahal menurut Ambrose Bierce sejarah adalah:
History is an account, mostly false, of events, mostly unimportant, which are brought about by rulers, mostly knaves, and soldiers, mostly fools.

Tentu saja sejarah yang disodorkan oleh EOWI berbeda dengan sejarah-sejarah resmi yang diajarkan di sekolah-sekolah. EOWI setuju dengan Ambrose Bierce, bahwa sejarah-resmi adalah kejadian yang tidak penting, tidak jelas yang ditulis oleh penguasa. Oleh sebab itu sejarah yang dibaca oleh EOWI adalah sejarah yang lain dan tidak ditulis oleh badan resmi. Sejarah yang disodorkan oleh EOWI adalah merupakan kejadian yang penting dan bisa diambil hikmahnya. Tetapi kesimpulannya masih tidak bersifat pasti, dan sifatnya sebagai hipotesa yang tidak lain adalah dugaan yang terstruktur.

Dongeng Hutang, Kewahaman dan Petaka
Dimasa lalu, awal dekade 1980, tepatnya pertengahan tahun 1981 sampai akhir tahun 1982, di dunia barat mengalami keterpurukan dan resesi disaat harga minyak sedang jatuh. Apakah hal ini akan berulang? Apakah ada kaitan antara jatuhnya harga minyak dengan resesi dimasa itu. Mungkin. Dan itu akan kita lihat keterkaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Yang pasti, waktu itu, di tahun 1982, dampak resesi di Amerika Utara kemana-mana. Salah satu yang dampaknya mengenai diri saya adalah dihapuskannya subsidi sekolah bagi pelajar asing di Canada.
Berakhirnya secular bull market periode lalu (1970 – 1980), diikuti dengan resesi di dunia barat. Resesi berekor turunnya pendapatan pemerintah yang salah satunya negara bagian Ontario Canada tempat saya bersekolah waktu itu. Resesi menyebabkan pemerintah harus mengetatkan budgetnya. Universitas yang uang sekolahnya disubsidi, terpaksa memilah-milah lagi, kepada siapa subsidi itu diberikan. Akhirnya pelajar asing (termasuk saya) terpaksa membayar uang sekolah $7,000, sedangkan pelajar lokal hanya dikenakan uang sekolah $2,000 per tahunnya. Andaikata saya datang ke Canada di tahun sebelumnya, saya hanya bayar uang sekolah $ 2000 per tahunnya. Nasib memang belum berpihak kepada saya.
Jatuhnya harga minyak di awal dekade 1980 membawa resesi di banyak negara, termasuk Canada dan Amerika Serikat. Di samping PHK bagi pekerja-pekerja minyak, juga ada ancaman kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan kecil yang memproduksi minyak serta penyedia jasa di sektor perminyakan, serta perusahaan eksplorasi minyak.
Cuma untuk Indonesia, kisah tragis itu tidak perlu menunggu sampai puncak harga minyak. Dalam waktu hanya 3 tahun perjalanan secular bull market dekade 1970, yaitu tahun 1973, BUMN minyak Indonesia, yaitu Pertamina, sudah terlilit hutang. Sejak lahirnya secular bull market dekade 70an, Pertamnia sudah memperoleh kepercayaan dari kreditur. Mungkin karena publisitas pertumbuhan Indonesia yang pesat akibat liberalisasi setelah jatuhnya Orde Lama merupakan tambahan penyedap bagi secular bull market di sektor minyak itu sendiri. Booming minyak waktu itu masih awal, tetapi bisa membuat Pertamina punya nama besar, dan menjadi 200 perusahaan yang terbesar di dunia. Bisa dibayangkan bagaimana hotnya sektor minyak dimasa itu. Minyak, walaupun masih di awal secular bull market dekade 70an memang sedang hot, naik daun, mudah untuk memperoleh kucuran kredit. Dengan kredit Pertamina berekspansi ke bidang-bidang bukan core-business nya (non minyak) seperti rumah sakit, hotel, restoran, maskapai penerbangan, guest-house, dan bahkan sepertinya juga ikut berpartisipasi dalam membangun salah satu landmark kota Jakarta. Saya tidak tahu siapa yang sebenarnya membiayai pembuatan patung Pizza-man di bundaran persimpangan jln. Jen. Sudirman – jln. Sisingamangaraja dan jln. Senopati di depan Ratu Plaza, Jakarta. Kalau diperhatikan wajah patung Pizza-man yang setengah telanjang, berteriak karena tangannya kepanasan membawa pizza panas itu, mirip dengan wajah Ibnu Sutowo, direktur Pertamina pada masa itu. Patut diduga bahwa yang membiayai pembangunan patung Pizza-man adalah Pertamina, c.q. Ibnu Sutowo. Itu hanya dugaan, yang nilai kebenaran tidak jauh dari nilai kebenaran sejarah.
Hutang Pertamina meningkat, sehingga di tahun 1973, kreditur sepert IMF sadar akan kesembronoan Pertamina, dan memberi tekanan agar Pertamina hanya diperbolehkan untuk memperoleh pinjaman jangka pendek saja. Akibatnya hutang jangka pendek Pertamina meningkat drastis, sampai mencapai $1.5 milyar dari hutang totalnya yang berjumlah $10.5 milyar. Sebagai perbandingan adalah cadangan devisa Indonesia waktu itu adalah $1.49 milyar (1974) dan budget pemerintah adalah sekitar $8.6 milyar. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan keguncangan ekonomi negara. Dan saatnya tiba ketika Pertamina men-default-kan hutangnya kepada krediturnya dari US dan Canada.
Pertamina harus melakukan perampingan-terpaksa. Yang paling populer adalah harus ditutupnya restoran Ramayana milik Pertamina di Rockefeller Center, New York. Restoran? Apa tidak salah? Tentu saja tidak salah. ‘Kan tadi sudah dikatakan bahwa busines Pertamina merambah ke sektor-sektor yang bukan core-businessnya. Penyanyi yang sekarang sudah gaek Bob Tutupoli pernah menjadi public relation restoran ini
Kisah Pertamina pada periode dekade 1970an adalah kisah-kasih salah urus dan korupsi. Salah satu kasus yang terkenal karena terungkap karena keserakahan anggota-anggota keluarga koruptor. Karena arena persengketaannya ada di Singapura, kasus ini tidak bisa ditutupi dan dipeti es-kan oleh pemerintah Indonesia. Kasus yang dimaksud adalah kasus korupsi H. Thahir, Asisten Umum Direktur Utama Pertamina. Dia mati dan meninggalkan uang di Bank Sumitomo Singapura bernilai US$ 35 juta. Persengketaan terjadi antara Kartika (istri ke-4 Thahir) dan anak-anaknya dari istri yang lainnya. Kemudian pemerintah ikut nimbrung dan mengklaim bahwa uang tersebut adalah hasil korupsi dan harus kembali ke Pertamina. Akhirnya, setelah 16 tahun perkara ini berlangsung, pada tanggal 25 Agustus 1992, Pengadilan Tinggi Singapura memutuskan bahwa Pertamina berhak atas uang deposito H. Thahir.
Itu cerita dari kultur korup yang ada, tetapi sumber kekuatan yang menghancurkan Pertamina adalah hutangnya. Euphoria membuat kreditur menjadi lebih berani berspekulasi dan mengucurkan dana hutangan ke Pertamina. Pertamina bisa memperoleh hutang karena agunannya adalah nilai perusahaan minyak itu. Korupsi seperti yang dilakukan Thahir tidak marak kalau tidak ada proyek-proyek yang merebak karena kucuran kredit.
Sejarah berlanjut, akhirnya Pertamina keluar dari 200 korporasi terbesar dunia karena salah urus dan korupsi. Dan hutangnya ditanggung oleh pembayar pajak, melalui Bank Indonesia.
Hikmah dari dongeng ini adalah, bahwa investor sering buta, mengucurkan kredit ke sektor yang beresiko (dalam kasus Pertamina adalah memberi kredit kepada perusahaan yang sembrono) karena illusi yang tercipta di benaknya. Padahal kemakmuran di sektor itu hanyalah semu, sesemu fatamorgana sebagai penampakan air di gurun pasir. Kasus kredit hipotek subprime di Amerika Serikat tahun 2008 juga kasus yang sama. Manusia memang pelupa.

Freaking Fucking Fracking (3F) = Pemicu Krisis?
Kasus shale oil/gas tidak mutlak sama dengan kasus Pertamina. Kalau mau dipaksakan untuk diambil hikmahnya sebagai pembanding, maka kasus shale oil/gas punya kemiripan, tetapi minus korupsinya. Motor yang menggerakkan sama, kreditur dengan mudah mengucurkan uangnya karena daya tarik investment yang sedang hot, euphoria dan delusion. Jadi faktor yang tersisa adalah korupsi dan salah urus.
Shale oil/gas mungkin sektor yang paling hot selama 4 tahun terakhir ini di sektor minyak bumi. Fracking dibayangkan banyak orang sebagai panacea (obat segala penyakit) bagi sumur minyak yang tidak mau mengalir. Boss saya yang secara teknik tidak tahu apa-apa terpengaruh oleh hype (promosi gencar di masyarakat minyak) mengusulkan beberapa proyek fracking yang tidak tepat yaitu di sumur-sumur yang tidak bisa di-fracking. Walaupun dengan berat hati saya lakukan yang diinginkannya dengan tujuan sebagai education untuk para manager. Hal yang sama saya lakukan sekitar 9 tahun lalu di Malaysia untuk memberi pendidikan bagi 19 orang engineers yang sedang saya bina kemampuannya.
Sejak tahun 2009, investor tidak punya pilihan banyak untuk menempatkan uangnya. The Fed dengan suku bunganya yang rendah, memaksa yield (bunga) high quality bond tertekan di level yang rendah. Bunga deposito juga rendah. Pilihan investor tidak banyak, yaitu saham dan junk-bond yang beresiko. Rupanya aksi para investor ini direspon dengan baik oleh para emiten. Banyak korporasi mengeluarkan bond untuk memperoleh dana dari investor. Ada yang menggunakan dana dari penjualan bond untuk ekspansi. Tetapi banyak juga emiten sontoloyo menggunakan untuk melakukan buy-back saham. Biasanya para petinggi di perusahaan punya saham hasil pembagian dan bonus. Dan buy-back biasanya dilatar belakangi usaha mendongkrak asset-asset para CEO dan petinggi perusahaan. Ini sedikit atau banyak adalah prilaku yang korup.
Inilah bubble terbaru yang disponsori oleh the Fed, yaitu bubble junk-bond. Bubble ini dalam 4 tahun terakhir, tumbuh tidak kalah besarnya dengan bubble-bubble lain yang disponsori oleh the Fed. Nama bubble baru ini adalah junk-bond bubble. Dalam kurun waktu 5 tahun, jumlah junk-bond meningkat dari sekitar $ 100 milyar di tahun 2008 menjadi $600 milyar di tahun 2013. Ini adalah bubble. Bandingkan dengan hutang subprime mortgage dari $50 milyar di tahun 2000 menjadi $335 milyar pada puncaknya di tahun 2005. Menurut perkiraan sekitar 25% (sekitar $ $150 milyar) dari junk-bond ini berasal dari bisnis fracking. Selain mencari dana dari pasar bond, perusahaan-perusahaan fracking ini juga .mengambil kredit sekitar $350 milyar dari luar pasar bond. Jadi total-jendral ada $500 milyar hutang di sektor fracking shale oil/gas. Angka ini cukup freaking big (besar) jika dilihat sektor ini adalah sektor yang lemah dan banyak ancamannya. Kita akan bahas ancamannya. Ingat namanya saja sudah junk-bond. Kata itu sudah bisa menggambarkannya dengan jelas.
Masih ingat kisah siklus minyak (silahkan baca bagian I, kisah ini), secular bull market dan secular bear market datang silih berganti dengan segala sebabnya. Secular bull market di sektor minyak selalu diakhiri dengan over-capacity yang biasanya memerlukan 20 tahun untuk memangkasnya. Dan sekarang yang paling rentan kena pangkas adalah di sub-sektor fracking shale oil/gas.
Ladang shale oil/gas  memerlukan pengeboran sumur-sumur baru, karena lapangan dengan permeability rendah ini setiap sumurnya punya area pengurasan yang kecil saja, dan satu sumur hanya berumur 3-5 tahun sehingga diperlukan pengeboran/pembuatan sumur produksi secara terus menerus. Untungnya harga sumurnya hanya berkisar antara $1.5 – 2.5 juta saja.
Tingkat balik-pokok dari proyek shale oil rata-rata ada pada harga minyak $60 per bbl. Dengan harga minyak di bawah $60 per bbl, proyek shale oil menjadi tidak ekonomis. Pengeboran sumur-sumur baru tidak punya justifikasi lagi. Tetapi untuk menghentikan program pengeboran bukan seperti membalikkan telapak tangan. Dalam melakukan pengeboran sumur, operator (perusahaan) produksi minyak punya kontrak dengan perusahaan pengeboran dan jasa-jasa penunjang pengeboran serta jasa-jasa data acquisition. Dalam kontrak pengeboran sumur produksi shale oil biasanya mencakup beberapa sumur karena pertimbangan ekonomis. Artinya, perusahaan pemilik ladang minyak terikat kewajiban untuk melakukan pengeboran sejumlah sumur sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda-tangani. Tidak hanya itu, sumur yang sudah dibor kemudian harus dipasangi perlengkapan produksi dan distimulasi melalui proses fracking. Proses menjalani program kontrak seperti ini bisa berlangsung 1 – 3 tahun. Artinya, sumur-sumur shale oil masih akan terus bermunculan, sampai kontrak-kontrak pengeborannya habis. Jadi, walaupun kontrak-kontrak pengeboran sumur-sumur baru senadainya sudah dihentikan, over-supply kegiatan drilling (pengeboran), completion (melengkapi sumur dengan peralatan produksi) dan stimulasi fracking masih berlanjut sampai 2 - 3 tahun ke depan. Ini adalah jaminan dalam kurun waktu 3 tahun ke depan harga minyak akan masih tertekan karena over-capacity. Jangan harap OPEC akan menurunkan produksinya untuk mendongkrak harga minyak. Karena Saudi ingin sektor fucking freaking fracking oil mati. Yang menurut EOWI tidak akan terjadi. Yang terjadi adalah 3F oil akan masuk hibernasi untuk kemudian bangun pada saat harga minyak kembali tinggi, yang waktunya entah kapan.
Apa arti harga minyak di bawah $60 per bbl? Yang pasti, harga minyak di bawah $60 per bbl akan memangkas kemampuan para produser shale oil untuk membayar hutangnya. Jangan heran kalau jatuhnya harga minyak di bawah $60 per bbl membuat investor junk-bond menjadi nervous, kalau mereka cukup sehat akalnya.
Kalau ada waktu, kita akan membahas krisis di sektor F3 oil secara terpisah, karena dampaknya bisa memukul negara yang perekonomiannya terbesar di dunia, yaitu US. Jika US bersin-bersin, dan Cina batuk, maka yang lain harus diopname di rumah sakit.

Kehancuran OPEC (Defisit Anggaran Pembunuh)
Apakah OPEC akan hancur? Kami di EOWI tidak punya jawabannya. Lalu kenapa judul bagian ini Kehancuran OPEC? Alasannya adalah supaya pembaca tertarik untuk membaca kelanjutan cerita ini. Dan jawaban ini akan membuat pembaca penasaran. Memang kondisi penasaran itu yang kami inginkan. EOWI selalu suka membuat pembacanya penasaran. Apapun hasilnya, dalam arti pembaca penasaran atau tidak, EOWI tidak keberatan untuk menuntun pembacanya pada alur sejarah masa lalu yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Saya akan mensitir kembali paragraf pembukaan tulisan ini: Pembaca mungkin heran kenapa EOWI kok tertarik pada sejarah yang menurut Ambrose Bierce adalah:
History is an account, mostly false, of events, mostly unimportant, which are brought about by rulers, mostly knaves, and soldiers, mostly fools.

Tentu saja sejarah yang disodorkan oleh EOWI berbenda dengan sejarah-sejarah resmi yang diajarkan di sekolah-sekolah. EOWI setuju dengan Ambrose Bierce, bahwa sejarah-resmi adalah kejadian yang tidak penting, tidak jelas yang ditulis oleh penguasa. Oleh sebab itu sejarah yang dibaca oleh EOWI adalah sejarah yang lain, yang tidak resmi. Sejarah yang disodorkan oleh EOWI adalah merupakan kejadian yang penting, bisa diambil hikmahnya, tetapi kesimpulannya masih tidak pasti, karena sifatnya adalah hipotesa. Hipotesa bukanlah kebenaran, melainkan dugaan yang terstruktur. Beginilah sejarah yang akan diceritakan oleh EOWI:
Ketika subprime oil shock (anjloknya harga minyak sebagai imbas dari kasus subprime) 2008 lalu, Libya bergolak, pembrontakan meletus dan Presiden Muamar Qaddafy dijatuhkan, tertangkap, diarak dan di eksekusi di jalan raya. Video episode yang tragis ini tersebar di internet.
Kemudian Dubai ditinggalkan penduduknya dan untuk beberapa bulan menjadi kota hantu. Supaya lebih dramatis silahkan lihat: Dubai Calon Kota Hantu. Mesir yang bukan negara kaya, juga bergolak dan Husni Mubarak dijatuhkan oleh massa yang menuduh dirinya korupsi. Bahrain yang negara kaya, ikut-ikutan bergojak. Tetapi untuk Bahrain, gejolak ini bisa diredakan sebelum merebak menjadi pembrontakan yang sukses.
Peristiwa tersebut di atas terjadi pada tahun yang sama dengan kasus subprime di US. Apa hubungan hutang hipotek dengan gejolak politik di Timur Tengah?
Ketika kasus subprime merebak, selanjutnya diikuti oleh bekunya kredit. Dan hal ini membuat para spekulan cepat-cepat masuk kandang. Spekulan minyak, melikwidasi posisinya sehingga menyebabkan harga minyak anjlok, runtuh. Kata runtuh dan anjlok adalah tepat sekali, karena di tanggal 3 Juli 2008 harga minyak mentah (WTI) masih $145.31 per bbl, dan pada tanggal 23 Desember 2008 jatuh ke level $30.28 per bbl. Kata apa yang paling tepat untuk menggambarkan kejatuhan harga sebesar 79% dalam waktu kurang dari 6 bulan kalau bukan kata anjlok atau runtuh.
Negara-negara Timur Tengah yang notabene kebanyakan adalah anggota OPEC dan hidupnya tergantung dari ekspor minyak, akan mengalami defisit ketika harga minyak anjlok. Belanja negara mereka punya porsi untuk subsidi. Kalau negara-negara ini mengikuti sunatullah, mengikuti hukum-hukum Tuhan, masalah tidak akan timbul. Persoalan akan timbul jika pemerintahnya ingin menjadi saingan Tuhan sebagai al Razak, pemberi rejeki (penghidupan). Pemerintah memberi subsidi melimpah dengan cara yang melebihi cara-cara kasih Allah. Sebagai perbandingan, Allah memberi udara, tetapi manusia harus menghirupnya. Allah memberi air, tetapi manusia harus mengambilnya dan mengolahnya (menyaring, menghilangkan kuman-kuman yang ada dengan merebusnya atau cara yang lain). Allah tidak menyodorkan rizki yang diberikan kepada manusia sampai di depan hidung mereka!
Ada hikmah yang bisa diambil dari suatu kisah di dalam Quran, surat Maryam 23 – 26, dimana seorang ibu bernama Maryam baru saja melahirkan ditempat yang terpencil dan tidak ada orang/tidak berpenghuni. Dalam keadaan yang masih lemah itu, kalau ia mau makan dan minum, dia (Maryam yang baru melahirkan itu) disuruh mengambil sendiri air di sungai di dekat tempatnya dan disuruh menggoyang-goyang pohon kurma untuk merontokkan buahnya, supaya buahnya jatuh. Tuhan yang paling pengasih (ar Rahman) itu tidak mengirimkan malaikat atau seseorang atau pegawai dinas sosial untuk membantu ibu Maryam yang masih lemah karena baru melahirkan itu dengan mengantarkan makanan dan minuman kepadanya.
Bandingkan bagaimana usaha pemerintah untuk menyaingi Allah, ar-Rahman (sang Pengasih), dengan memberi subsidi pangan dan kebutuhan rakyatnya. Apakah cara-cara Allah memberi rizki mahluknya masih kurang baik sehingga politikus menciptakan sistem subsidi? Bukankah Allah telah memberikan kemampuan usaha bagi ciptaannya (dari semut, bakteri sampai ke manusia) untuk mengusahakan rizki dari Nya. Allah tidak suka disaingi! (Atau dihina karena dianggap kurang pengasih). Oleh sebab itu sewaktu-waktu negara-negara sosialis ini akan diingatkan, kemudian/bahkan dilaknat oleh Allah. Diingatkan Allah dengan menyumbat sumber rizkinya, secara alami bukan secara magis dan sulapan. Ketika kucuran rizki dari para penguasa negara berhenti, rakyat sadar bahwa mereka ini bukan Tuhan yang sebenarnya. Luapan kemarahan terkadang berlebihan dan dimanifestasikan dalam bentuk yang sangat brutal seperti yang terjadi pada Muamar Qaddafy. Kasihan...., tuhan-tuhan kecil menemui ajalnya secara tragis.
Bila minyak dijadikan andalan budget negara, sebenarnya tidak akan menjadi masalah. Yang menjadi masalah adalah politikus pemerintahan yang bego. Mereka tidak bisa mengambil hikmah kisah nabi Yusuf yang intinya ada masa subur untuk menabung dan membuat persiapan, kemudian ada masa paceklik, dimana tabungan itu dipakai untuk hidup selama periode paceklik itu. Sederhana bukan? Politikus bego terlalu dungu atau tidak punya interest untuk mencerna kisah nabi Yusuf dan membuat budget negara defisit atau mengabaikan untuk menabung selama masa subur. Dan ketika masa paceklik kelabakan. Ketika para politikus ini kelabakan, rakyat menjadi marah melihat dewa-dewa sesembahannya ternyata hanyalah mahluk-mahluk pembohong dan lemah seperti mereka.
Bagi EOWI, masalah dewa-dewa sosialis bukan urusan EOWI. Yang penting adalah mengetahui:
1.    Sejauh mana dewa-dewa ini bisa mempertahankan statusnya sebagai dewa.
2.    Melihat dampaknya ketika kedok para dewa ini terungkap.

Kedua hal ini lebih penting karena menyangkut hidup manusia.
Berikut ini adalah tabel dari data World Bank dan IMF yang menunjukkan tingkat harga minyak yang membuat budget negara pengekspor minyak menjadi seimbang. Artinya di bawah harga itu, negara tersebut akan mengalami defisit budget negara.

 Table-1

Negara
Harga untuk Budget 2015 Break-even
Produksi, juta bbl/hari
Revenue Ekspor Minyak, $ juta
GDP, $ juta
Ekspor Minyak, % GDP
Cadangan Devisa, juta $
Rasio Cadangan Devisa & GDP, %
Norway
$40.00
1.9
104,520
513,000
20%
66,969
13%
Kuwait
$54.00
2.9
108,482
184,031
59%
34,350
19%
Qatar
$60.00
0.7
62,519
202,172
31%
43,496
22%
UAE
$77.30
2.8
126,307
396,235
32%
58,040
15%
Ecuador
$79.70
0.5
14,103
93,577
15%
2,625
3%
Kazakhtan
$90.00
1.6
54,600
224,000
24%
28,312
13%
Congo
$95.10
0.3
7,155
30,630
23%
5,239
17%
Angola
$98.00
1.7
67,829
120,509
56%
37,940
31%
Azerbaijan
$100.00
1.0
26,315
73,560
36%
13,080
18%
Iraq
$100.60
0.9
89,402
229,327
39%
71,240
31%
Saudi Arabia
$106.00
9.6
321,723
745,273
43%
742,459
100%
Venezuela
$117.50
2.8
85,861
373,978
23%
21,150
6%
Russia
$117.80
10.3
322,000
2,097,000
15%
398,900
19%
Nigeria
$122.70
1.8
89,314
515,787
17%
39,521
8%
Algeria
$130.50
1.2
44,458
223,857
20%
192,500
86%
Iran
$130.70
2.7
61,923
366,259
17%
68,060
19%
Libya
$184.10
0.9
40,163
73,755
54%
120,900
164%
Mexico

2.9
45,370
1,261,000
4%
197,026
16%
 

Dari table ini terlihat bahwa dengan harga minyak yang saat ini di level $53 per bbl, kecuali Norway, semua negara-negara yang ada pada table di bawah akan mengalami defisit dalam budget pemerintahnya. Bagi negara yang cadangan devisanya rendah seperti Venezuela sudah babak-belur. Yang menjadi sebabnya adalah kemampuan tidak ada dan maunya banyak; salah urus dan karena program-program sosial kemanusiaannya yang berusaha menyaingi tingkat kasih Tuhan, yang pada akhirnya membuat orang (rakyatnya) kurang berusaha untuk mengusahakan rizki dari Tuhan. Mereka tidak/kurang menghasilkan barang yang bisa dijual di pasar dunia dan memperoleh mata uang dunia (US dollar atau sejenisnya) yang bisa dipakai untuk membeli (barter) dengan barang kebutuhan lainnya yang mereka tidak bisa produksi sendiri. 
Perekonomian Venezuela goyah, mata uang bolivar terpuruk. Walaupun sebelumnya sudah pernah didevaluasi dari VEF 2 per US dollar ke VEF 4.25 tahun 2010, kemudian ke VEF 6.25 tahun  2013, tetapi ternyata saat ini di pasar gelap mencapai VEF 41 di bulan September 2014, kemudian VEF 102 di bulan November 2014,  dan VEF 150 per US dollar di akhir tahun 2014. Artinya, nilai Bolivar Venezuela hanya 4.2%  dari nilai riilnya.
Untuk memberi gambaran bagaimana enaknya rakyat Venezuela adalah harga bensin yang dipatok VEF 0.097 per liter. Dalam kurs resmi saja sudah murah, sekitar Rp 250 per liter (kurs 1 US$ = VEF 6.25 dan Rp 12,500 = US$1). Itu dengan kurs resmi yang sudah sangat murah. Dalam dollar riil (pasar bebas) adalah US$0.00065 atau 0.065 sen US atau Rp 8 per liter. Ini sama saja dengan gratis. Tuhan tidak menyukai pemerintah yang memberikan sesuatu yang gratis, tanpa usaha. Hukuman Tuhan adalah rakyat Venezuela mengalami kesulitan untuk membeli barang impor dan memperoleh kepercayaan kredit dari investor. Bisnis hengkang. Enak? Babak-belur kok enak......
EOWI pernah menyinggung mengenai Venezuela secara singkat bulan November 2014 lalu. Mungkin dilain waktu akan dibahas lebih panjang mengenai negara Nicolas Maduro yang memberi kehidupan sorga bagi rakyatnya.
Venezuela memproduksi 2.8 juta bbl minyak mentah per hari. Sekitar 1/3nya adalah untuk konsumsi dalam negri. Artinya 2/3nya untuk ekspor. Perusahaan minyak nasional Venezuela PDVSA sejak terjadinya pembangkangan terhadap presiden Hugo Chavez tahun 2002 – 2003, menjadi lebih jinak terhadap pemerintah. Hampir separo pegawai disingkirkan dan digantikan dengan orang-orang yang pro-pemerintah. Oleh sebab itu PDVSA saat ini tidak lebih sebagai cash-cow dari pemerintah.  Untuk menyediakan 800 ribu bbl bensin setiap harinya dengan harga supermurah, PDVSA menurut saja.
Di Wikipedia dikatakan bahwa berdasarkan perkiraan tahun 2014, Venezuela punya GDP nominal sebesar $ 6,869 per kapita. Sedangkan GDP PPP (Purchasing Power Parity atau kemampuan membeli, atau kesetaraan) $ 17,917 per kapita. Dengan kata lain, walaupun seorang warga Venezuela berpenghasilan $6,869 per tahun, tetapi kemampuan membelinya setara dengan orang yang berpenghasilan $17,917. Tidak terlalu mengherankan, dengan harga bensin setara dengan Rp 250 per liter, harga apa saja yang diproduksi akan murah. Harga cabe akan murah, harga ikan asin atau terasi akan murah, gaji juga tidak perlu tinggi, makan di restoran juga akan murah, harga rumah dan sebut saja yang lain. Walaupun sektor minyak nampaknya hanya 23% dari sesungguhnya peran minyak lebih besar dari 23%.
Bagi EOWI perbedaan yang lebar antara GDP nominal dan PPP menunjukkan adanya ketidak seimbangan. Dan ketidak seimbangan ini perlu adanya proses penyeimbangan. Persoalannya adalah: apakan proses penyeimbangan ini berjalan dengan mulus atau dengan benturan keras. Biasanya pemerintah akan memilih untuk menghindari penyeimbangan dengan membendungnya melalui segala cara. Tetapi alam mengalir sesuai dengan hukum-hukumnya dan akhirnya bendungan itu tidak kuat lagi menahan kekuatan alam. Hasilnya adalah air bah yang menerjang dan menghancurkan segala yang dilewatinya. Hukum Tuhan (hukum alam) sedang bekerja untuk menyeimbangkan hal-hal yang timpang di Venezuela. Mata uang bolivar sudah mengalami devaluasi beberapa bulan lalu. Cadangan devisa Venezuela juga sudah menipis (6% dari GDP, mungkin juga sudah kurang dari itu). Inflasi melonjak menjadi 65% di awal tahun 2014. Bahkan sekarang mencapai.......sorry EOWI sudah tidak bisa menghitung lagi. Yang pasti nilai riil bolivar sekarang hanya 4.2% nilai resminya. Ramalan EOWI, tidak lama lagi, barang-barang impor akan lenyap dari pasaran. Dan ini akan menambah kesengsaraan. Bahkan hal ini bisa terjadi untuk bensin. Di atas kertas bensin memang murah dan terjangkau oleh setiap orang. Tetapi itu hanya di atas kertas. Lebih penting lagi, pertanyaan apakah bensin itu tersedia dan bisa diperoleh? Pasalnya....., ketika ada disparity harga, maka penyelundupan bensin ke luar Venezuela akan marak. Untuk apa harga murah tetapi tidak tersedia?
Selain Venezuela, yang pada saat ini mengalami krisis moneter adalah Russia. Ruble mengalami depresiasi terhadap US dollar cukup tajam. Walaupun bagi Russia, ekspor minyak hanya 15% dari GDPnya, tetapi Russia juga mengandalkan ekspor bahan komoditi. Dan saat ini harga barang komoditi juga ikut jatuh bersama minyak bumi. EOWI yakin ruble akan rebound dengan baik untuk sementara waktu. Cadangan devisa Russia cukup kuat untuk mempertahankan ruble kalau mau.
Russia yang ekonominya berbasis bahan tambang, juga harus belajar dari periode secular bear market di sektor komoditi tahun 1980 – 2000, dimana beberapa negara yang ekonominya berbasis komoditi pecah dan mengalami kekacauan. Uni Soviet pecah berkeping-keping dan kemudian lenyap dan menjadi sejarah saja; Indonesia harus melepaskan Timor-Timur; lalu jatuhnya pemerintahan apartheid Afrika Selatan disusul dengan lepasnya Afrika Barat-Daya (Namibia). Semua itu karena pendapatan pemerintah dari bahan tambang sebagai sumber pokok budget pemerintah tidak cukup untuk mempertahankan sistem serta kedaulatan yang ada. Bagaimana Russia akan melayari secular bear market di sektor komoditi kali ini.....? Yang pasti akan bisa lebih mudah dibandingkan dengan Uni Soviet. Apakah kesempatan ini akan digunakan oleh Putin? Entahlah.

Pertanyaan serupa juga bagi negara-negara yang hidupnya menggantungkan diri pada minyak seperti Saudi Arabia, atau Iran, Iraq, Libya, Algeria, Congo, Nigeria, .... seberapa jauh  pengaruh penurunan pendapatan pemerintah dari minyak terhadap kestabilan negara-negara ini? Dan berapa lama mereka bisa bertahan?
Sejarah akan menjawabnya.
 

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

6 comments:

Anonymous said...

Mas IS, mau konfirmasi ... itu data agar APBN negara tsb breakeven tidak sama kan dg cost lifting oil du negara tsb ?
Soalnya sepengetahuan saya cost lifting oil di Arab Saudi sangat murah.
Salam & trims atas tulisannya.

Imam Semar said...

Cost pf lifting itu lebih dekat ke ongkos prodiksi. Sedang harga breakeven yg dimaksud di artikel ini ada kaitannya dengan pendapatan pajak pemerintah. Kalau harga minyak rendah maka pemasukan pajak juga turun. Pada level tertentu, penghasilan pajak tidak mencukupi budget pemerintah.

Anonymous said...

Mas IS, Arab Saudi punya penghasilan dari yg naik haji tuh dan sangat besar pastinya.

Imam Semar said...

Haji cuma 1 minggu dalam 1 tahun. Pemasukkan 1 minggu untuk perawatan 1 tahun. Bukan bisnis yg bagus. Seperti bisnis kantin di perkantoran, cuma rame jam 11 - 13 saja. Atau binis restoran di Puncak, ramenya cuma weekends.

Reader said...

Menurut Bapak, setelah Pak Jokowi tidak mensubsidi BBM premium, efek positif di neraca pemerintah RI bisa gak Pak mencegah kejatuhan rupiah?

Makasih Pak.

Lady Mia said...

Halo, nama saya Mia Mulyadi. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800.000.000 (800 JUTA ) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah i diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com.
Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.