___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Monday, September 12, 2011

Koreksi Besar Dunia - Suatu Keharusan

The Great Correction (Koreksi Besar Dunia):

Ada yang mengatakan bahwa EOWI didominasi oleh imam-imam gloom & doom. Isinya hanya gloom & doom saja. Tentu saja hal ini tidak benar. Pada saatnya EOWI akan bercerita tentang kegembiraan dan optimisme.

Pada awal dekade 2000, kami menganjurkan untuk mengkoleksi emas. Saat itu emas di level $ 250 - $ 300 per oz atau Rp 100.000 per gram. Itu bukan cerita gloom & doom. Bahkan kepada pedagang emas langganan kami, kami katakan bahwa harga emas akan ke Rp 500.000 per gram. Itu 7-8 tahun lalu. Saat ini jika ada orang mau membeli emas, dia telpon istri saya, untuk menanyakan apakah punya emas yang akan dijual. Dan terakhir dia mengatakan bahwa ramalan saya 7-8 tahun lalu benar, Rp 500.000 per gram telah tercapai. Tentu saja, saat ini kami di EOWI tidak akan merekomendasi untuk membeli emas. Situasinya sudah lain. Lalu apa doong yang direkomendasi? – Sssst, jangan bilang-bilang yah...., saham Jepang. Tetapi tidak sekarang lho. 1-3 tahun yang akan datang. Tunggu bottomnya.

Saat ini kami di EOWI melihat pemimpin-pemimpin dunia telah keluar dari ajaran Tuhan. Dan kalau sudah keluar dari ajaran Tuhan (hukum-hukum alam) mereka menjadi tolol. Saya ingat satu ayat dari Bible – di buku Jeremiah, yang bunyinya

For the shepherds have become stupid and have not sought the LORD; therefore they have not prospered, and all their flock is scattered (Jer 10:21).

Kalau para pemimpin (gembala, shepherds) menjadi tolol seperti kata buku Jeremiah, maka rakyatnya akan melarat. Itu yang terjadi. Para pemimpin yang tolol (dan korup) itu nampak di sidang isbat. Yang mereka pikirkan adalah persatuan herd, persatuan kumpulan ternak. Debat mereka adalah mengenai wujudul hilal dan rukyatul hilal, nampak (mar’ii hilal) atau tidak nampak. Pada hal wujudul hilal, rukyatul hilal dan mar’ii hilal tidak ada di Quran. Itulah pemimpin yang sudah tidak mencari ridha Allah.


Latar Belakang

Selama berberapa dekade, kredit mengalami ekspansi secara global, baik itu dilakukan oleh pemerintah-pemerintah di dunia, perorangan, konsumen serta korporat. Adanya ekspansi kredit ini membuahkan banyak konsekwensi, dan yang disukai adalah maraknya ekonomi. Konsekwensi lain ialah meningkatnya harga asset, apakah itu saham, bahan komoditi ataupun properti; meningkatnya kapasitas memproduksi barang dan jasa sampai mengalami ekses (berlebihan) dan yang tidak kalah pentingnya adalah maraknya spekulasi atau malinvestasi.

Ekspansi ekonomi yang dibiayai oleh kredit kalau mau jujur hasilnya adalah kemakmuran yang meminjam kemakmuran di masa depan. Kredit tidak bisa hilang dan dilupakan begitu saja. Kredit harus diselesaikan apakah dengan dibayar atau dikemplang atau di-restrukturisasi dengan hair cut yang notabene adalah ngemplang sebagian.

Hutang dan kemampuan membayar hutang ada batasnya. Ketika dibatas itu terlampaui, sebagian hutang harus/terpaksa dikemplang. Dan jika hal ini disadari oleh kreditur......., hutang berhenti dikucurkan, bubble kredit pecah, kontraksi kredit. Debitur dan kreditur akan penyelesaikan hutang-piutangnya. Inilah yang disebut deflasi.

Setelah bubble saham teknologi di US pecah tahun 2000, ekspansi kredit masih berlangsung di sektor properti – boleh dikata – global sifatnya. Tahun 2005, bubble properti di US mengalami penggembosan dan berakibat bubble kredit perumahan US juga pecah di tahun 2007 yang kemudian dikenal dengan kasus subprime yang menjalar secara global. Kemudian komoditi menyusul crash tahun 2008.

Pemerintah-pemerintah dunia merespons krisis subprime ini dengan stimulus ekonomi ala mazhab Keynesian. Melakukan penyelamatan-penyelamatan bank dan perusahaan yang kolaps karena keberatan beban kredit atau memakan kredit busuk. Pengeluaran pemerintah-pemerintah di dunia ini tentu saja dibiayai oleh kredit. Problem hutang diselesaikan dengan hutang lagi. Ide yang gila, karena tidak akan bisa selesai.

Dalam kaitannya dengan stimulus ini, optimisme lahir dikalangan investor mulai kwartal-1 2009. Sayangnya reaksi konsumen dan krediturnya adalah menahan diri untuk berhemat dan tidak mengambil kredit. Pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju tetap tersendat. Pemerintah-pemerintah dunia semakin aggresif pada program stimulasi ekonomi dengan ekspansi belanja yang dibiayai oleh kredit. Akhirnya pemerintah ini juga sampai pada level yang sulit untuk menservis hutangnya. Mereka perlu diselamatkan. Yunani dan Irlandia misalnya. Kemudian Spanyol dan Itali akan menyusul.

Sampai tahun 2010, ekspansi kredit masih terjadi di Cina untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Hal ini mengimbas negara-negara yang memasok bahan dasar ke Cina. Sampai kapan bubble di Cina akan bertahan. Itu pertanyaan trilliunan dollar.

Hutang harus dibayar atau dikemplang. Apakah itu hutang pemerintah atau hutang swasta. Masa penyelesaian hutang adalah yang menjadi dasar dari The Great Correction – Koreksi Besar. Dan hal ini masih berlangsung.

Seri The Great Correction ini dimaksudkan sebagai artikel-artikel membahas mengenai krisis (ekonomi, politik dan sosial) yang ada kaitannya dengan deflasi yang dilatar belakangi oleh ekspansi kredit global yang terbentuk selama beberapa dekade ini. Semoga anda menikmatinya.


DEFLASI

Tidak banyak “pakar” ekonomi yang mengerti mengenai hutang/kredit dan bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi pada saat terjadi Koreksi Besar. Hal ini bisa dimengerti karena kebanyakan sekolah-sekolah ekonomi mengajarkan mazhab Keynesian dan mazhab itulah yang dianut oleh kebanyakan ekonom.

Deflasi artinya adalah kontraksi kredit dan uang. Dalam kaitannya dengan kredit, hal ini bisa terjadi jika bank memperketat penyaluran kredit, pelaku ekonomi (konsumen, pemerintah, produsen) cenderung melakukan pembayaran hutangnya, mengemplang hutangnya, dsb.

Ringkasnya, pada periode deflasi terjadi:

- Kreditur/Bank cenderung enggan mengucurkan kredit. Kredit yang jatuh tempo lebih sulit diroll-over.

- Debitur dengan terpaksa atau suka rela akan menyelesaikan kreditnya, apakah itu dengan mengemplang, membayar dengan dana yang ada atau dipaksa menjual asset-assetnya.

- Bisnis cenderung melambat karena konsumen mengencangkan ikat pinggang.

- Korporate dan bank komersial berhenti ekspansi. Yang punya modal, akan cenderung menimbun uangnya. Sedang yang banyak hutangnya cenderung menjual asset-assetnya untuk melunasi hutangnya.

- Cash atau Cash Equivalent menjadi raja. Suku bunga surat hutang yang berkwalitas (seperti surat hutang pemerintah yang stabil) akan turun-rendah.

- Harga asset (termasuk emas) akan turun karena dijuali untuk membayar hutang.

- Mata uang yang mengalami kontraksi akan terappresiasi, karena kebutuhannya meningkat untuk pembayaran hutang. US dollar yang dasarnya merupakan kredit, akan mengalami appresiasi. Sedangkan emas yang merupakan uang sejati, tidak ter-appresiasi, karena yang terjadi adalah koreksi credit bubble, bukan inflasi.

- Harga bahan komoditi juga akan anjok karena berkurangnya permintaan dan berkurangnya spekulasi. Spekulator pada masa ini akan sering terkena margin-call.

Kontraksi kredit akan terjadi secara hebat jika sebelumnya didahului oleh fractional reserve lending dengan leverage yang tinggi yang menyebabkan bubble kredit yang besar pula. Tingkat leverage dan parahnya deflasi mempunyai korelasi yang paralel.

Demikian sebaliknya, inflasi atau ekspansi uang dan kredit melalui sistem fractional reserve banking (FRB). Semakin hebat inflasi terjadi, jika didahului oleh deflasi yang hebat dan supply uang dasar yang besar.

EOWI menggunakan definisi inflasi/deflasi seperti ini. Banyak yang disebut pakar ekonomi rancu antara inflasi/deflasi dengan gejalanya. Harga barang konsumen naik bukanlah inflasi tetapi gejala inflasi. Misalnya, dimasa periode deflasi, harga barang konsumen naik bisa saja terjadi karena kelangkaan pasokan. Karena harga barang naik bukan hanya disebabkan oleh inflasi tetapi juga kelangkaan, permintaan-pasokan.

Sebagian pelaku pasar membagi tahapan periode deflasi (atau secular market umumnya) menjadi 5 tahap. Baik untuk periode pasar suram (bear market, periode deflasi) atau pasar marak (bull market).


Fase pertama adalah timbulnya suatu pemicu sehingga muncul kesadaran dikalangan sebagian investor fundamental akan adanya fundamental pasar yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagian pelaku pasar ikut latah. Dan terjadi pembalikan arah ekonomi/pasar dari arah yang sudah terbentuk selama beberapa dekade. Titik inilah yang mengawali periode secular market yang baru. Untuk kasus Koreksi Global, periode 2007 – 2009 (bisa juga 2005 – 2009, tergantung dari mana melihatnya), adalah merupakan periode fase pertama dan pemicunya adalah pecahnya kredit perumahan di US dan kasus subprime.

Sejak fasa ini investor-investor besar, bank, korporasi akan mengurangi posisinya di sektor-sektor yang bersifat spekulatif, mengurangi leverage, mengurangi/menghentikan investasi dan menimbun uang.

Ada suatu berita menarik, mengenai hedge fund terkenal George Soros. Dia akan mengembalikan semua uang investornya dan hanya mau mengelola uangnya sendiri dan keluarganya saja. Ini adalah bagian dari ciri periode deflasi.

Deals wrap: Fund manager Soros ending career

Jul 26, 2011

Billionaire hedge fund manager George Soros will be returning capital to outsiders and ending his nearly four-decade long career. In a letter to investors, Soros’ two sons cited tougher impending regulations on the hedge fund industry being the reason for returning the money. Soros said he will now only manage money for himself.


Fase kedua adalah periode penyangkalan. Pada fase ini, sebagian besar pelaku pasar/ekonomi tidak percaya bahwa arah angin sudah berubah untuk jangka waktu yang lama. Mereka ini biasanya dari kalangan politikus, investor retail dan kaum awam. Mereka percaya bahwa badai telah berlalu. Pemerintah sudah bisa mengatasi krisis. Bursa saham marak kembali, spekulasi juga marak lagi. Optimisme dan euphorisme meningkat. Ekonomi mengalami rebounce. Rebounce di bursa saham juga didukung oleh keuntungan perusahaan yang meningkat. Tetapi peningkatan ini bukan karena ekonomi yang membaik, sales yang meningkat, melainkan karena langkah-langkah effisiensi, pengurangan pegawai yang aggressive. Tentu saja hal seperti ini akan meninggalkan pertanyaan, jika tingkat pengangguran tinggi, apakah konsumen akan meningkat? Bagaimana sales perusahaan pada tahun-tahun berikutnya?

Periode kedua ini untuk kasus Koreksi Besar dimulai sekitar November 2008 – Maret 2009 dan mulai mencapai titik-titik akhir di pertengahan 2011, dan pada saat artikel ini ditulis nampak sudah berakhir.

Tentu saja ada perbedaan antara optimisme yang berdasarkan fundamental dengan optimisme yang berdasarkan harapan semata. Rebounce yang terjadi tidak bisa mengembalikan kepada trend semula, karena beberapa pelaku sudah meninggalkan arena atau berbalik arah, apa yang dilakukan George Soros. Rebounce yang terjadi juga tidak merata. Beberapa sektor tertinggal. Dari awal tahun 2008, perak dan emas bisa mencetak rekor sedangkan minyak tertinggal. Bursa saham Jakarta mencetak rekor baru sedang bursa Inggris tertinggal jauh.

Walaupun optimisme tinggi dan ada rebounce, tetapi kereta deflasi tetap melaju. Gejala-gejala deflasi tetap mendominasi ekonomi dunia. Korporate menimbun uang dan enggan melakukan ekspansi, akibatnya tingkat pengangguran (di US dan Eropa) masih membandel bertengger di atas. Pengangguran di kalangan anak muda melahirkan pemuda-pemuda yang frustrasi dan mudah teragitasi, dan mudah melahirkan kerusuhan. Konsumen cenderung mengencangkan ikat pinggang sehingga permintaan barang/jasa turun. Perdagangan dunia juga melesu. Dan sederet lagi yang kita bisa bahas lain kali pada artikel yang terpisah.


Fase ketiga

Fase ketiga adalah fase fundamental. Majoritas pelaku ekonomi sadar-sesadarnya bahwa koreksi besar harus terjadi dan sedang terjadi. Secara bertahap mereka melarikan kekayaan mereka ke tempat yang aman. Junk bond dan bond yang berkwalitas rendah akan jatuh (yieldnya naik). Bond pemerintah yang berkwalitas seperti Deutsch bund; US treasury akan menjadi tempat pelarian asset dan harganya naik (yieldnya turun). Saham akan dilepas investor.

Proses pembusukan yang terjadi pada fase III ini akan lebih cepat dan lebih dramatik dari pada fase I karena dasarnya adalah kesadaran akan fundamental.

Kesadaran bahwa program stimulasi pemerintah tidak ada gunanya, bahkan akan menjadi beban dimasa akan datang (karena sumbernya adalah hutang) akan menjadi penghalang bagi pemerintah untuk membuat hutang baru untuk membiayai program-program perbaikan ekonomi. Akan semakin banyak opposisi, baik dari kalangan rakyat atau anggota parlemen terhadap pembuatan hutang baru oleh pemerintah.

Pada saat tulisan ini diturunkan, fase III nampaknya sedang berlangsung di tahap awal. Di bidang penyelamatan negara-negara Euro, kanselir Jerman Angela Merkel menghadapai opposisi dari rakyatnya. Pada dasarnya rakyat Jerman tidak mau membiayai penyelamatan keuangan pemerintah Yunani (juga Itali, Spanyol dan/atau Irlandia).

Yang paling parah adalah Yunani. Pemerintah Yunani saat ini menghadapi kesulitan untuk membiayai pemerintahannya setelah tanggal 17 Oktober 2011. Uangnya akan habis dan masih kurang 1,5 milyar Euro untuk membayar pegawai negri dan menjalankan pemerintahan. Bank-bank tidak ada yang mau membeli surat hutangnya. Akibatnya yield 1-yr bond pemerintah Yunani mencapai 97% pada tanggal 9 September 2011. Ini adalah vote ketidak percayaan. (Catatan: Ketika kami mendownload tulisan ini, 1-yr bond pemerintah Yunani mencapai 108%).


Bukan hanya rakyat Jerman yang memilih agar opsi/alternatif membangkrutkan Yunani (dan negara-negara Euro lainnya yang tidak mampu membayar hutangnya), Estonia (anggota ter baru dari Euro) secara resmi setuju untuk membuka alternatif membangkrutkan negara yang memang layak bangkrut. Menteri Ekonomi Estonia baru-baru ini mengatakan hal ini seperti yang dilaporkan oleh Economics News Paper dotcom:

Euro area: “illogical” to exclude bankruptcy countries, says the Estonian Minister of Finance

The economy minister of Estonia, member of the euro area since January, said it was “illogical” to exclude the possibility of bankruptcy, in an interview published Friday.


“I still do not understand how a failure to pay (heavily indebted countries) can be avoided,” said Juhan Parts in German daily Financial Times Deutschland. “In a market economy, this should be an option. It is illogical to want to avoid this issue,” he added.


His comments came as doubts about the ability of Greece to implement promised reforms, and on which the financial assistance of its partners are increasingly keen among Europeans.

Estonia, which had to implement stringent economic reforms in the past, has the lowest debt level in the EU, 6, 6% of gross domestic product (GDP) in 2010.


M. Parts rejected the idea of ​​an economic government of the euro area, put forward by French President Nicolas Sarkozy and German Chancellor Angela Merkel. “What is it is supposed to be?” He asks. “With the Stability and Growth Pact, there is already a clear agreement. And we do not know how we can force the Italians to apply,” the minister, former prime minister of his country.

Ucapannya yang menarik adalah: “What is it is supposed to be?” He asks. “With the Stability and Growth Pact, there is already a clear agreement. And we do not know how we can force the Italians to apply,” the minister, former prime minister of his country.

Pada dasarnya aturannya sudah ada hanya tinggal menerapkannya saja.

Akankah Yunani melakukan gagal bayar, ngemplang hutangnya? Mungkin mereka terpaksa melakukannya. Dan kemungkinan mereka (terpaksa/dipaksa) akan keluar dari Euro, kembali ke uang mereka sendiri. Apakah itu drachma atau dengan nama yang baru. Ini akan menarik, apa lagi kalau diikuti oleh Itali dan Spanyol. Karena hal ini akan menyangkut nasib Euro dan keseimbangan asset di dunia.

Tentang Yunani akan default dan bangkrut sudah disadari oleh pemuka-pemuka Euro. Secara implisit mereka sudah mengatakannya, “...tidak ada kata tidak bagi insolvency Yunani yang terkendali” kata menteri ekonomi Jerman Roesler. Artinya Yunani akan bangkrut dab mereka masih mau kebangkrutan itu terkendali. Bagi Yunani. EOWI perkirakan yang akan terjadi adalah sebaliknya, yaitu kebangkrutan yang tidak terkendali. Nasib bank-bank di Jerman, di Prancis dan Eropa lainnya yang memegang surat-surat hutang Yunani akan terseret bersama Yunani, kecuali kalau mereka kuat.

Greek ‘Orderly’ Default Can’t Be Ruled Out, Roesler Tells Welt

An “orderly insolvency” for Greece must not be ruled out for the sake of stabilizing the euro, Die Welt reported, citing German Economy Minister Philipp Roesler.


“To stabilize the euro there must be no taboos,” the newspaper quoted Roesler as saying in an article to be published in tomorrow’s edition. “If need be, that also includes an orderly insolvency of Greece, provided the instruments needed for that are available.”

Sejak Juli 2011 lalu, Moody menyoroti tiga bank Prancis Crédit Agricole, BNP Paribas and Societe Generale karena tingkat paparan hutang Yunani yang dialaminya. Kemungkinan Moody akan menurunkan peringkat mereka. Harga saham mereka anjlok. Apakah masih bisa mengharapkan keadaan yang teratur dan tenang?

Di belahan dunia lain, kesadaran akan perlunya menurunkan tingkat hutang juga semakin kuat di US. Bulan lalu parlemen US mengalami kesulitan mensyahkan peraturan untuk menambah tingkat hutang pemerintah. Dengan kata lain, dukungan untuk berhenti berhutang diparlemen semakin bertambah. Apakah sebelum tahun depan, plafon hutang pemerintah yang $16,7 trilliun ini akan ditingkatkan lagi? Setidaknya opposisi untuk menaikkan plafon hutang akan lebih kuat lagi. Dan supporter untuk mengurangi hutang semakin bertambah.

Ada yang aneh dengan surat hutang pemerintah US. Bulan lalu, S&P melakukan penurunan peringkat US Treasury Bond dari AAA ke AA+. Logikanya , suku bunga surat hutang pemerintah US akan naik karena sekarang lebih beresiko. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Yield surat hutang pemerintah US malah turun. Yield 2-yr US treasury note mencapai 0.19% saja dan yield 10-yr US treasury bond menyentuh level 1.9%, rekor terendah selama beberapa dekade.



Investor melarikan assetnya ke tempat yang aman yaitu surat hutang pemerintah US. Penurunan peringkat yang dilakukan oleh S&P dianggap angin.

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa proses pembusukan yang terjadi pada fase III ini akan lebih cepat dan lebih dramatik dari pada fase I karena dasarnya adalah kesadaran akan fundamental. Secepat apakah itu......., kita saksikan saja nanti. Gejolak sosial yang menyertai fase III inipun akan lebih dahsyat lagi. Sedahsyat apakah? Kita saksikan saja. Saya juga tidak pernah menyaksikannya, menyaksikan "Koreksi Besar" sebelumnya, karena memang belum lahir. Koreksi Besar ini merupakan kejadian yang hanya kita alami sekali seumur hidup.


Fase keempat

Fase ke IV, terjadi ketika sebagian investor sudah menyadari bahwa asset-aseet yang mengalami pengempisan harga telah mencapai nilai fundamentalnya. Mereka berhenti melepas asset-asset mereka, bahkan mencoba mengkoleksi kembali. Tetapi sayang, masih banyak yang berada di kubu bear, sehingga terciptalah gerakan pasar yang whipsaw, zig-zag mendatar. Kekuatan bull dan bear berimbang untuk sementara.


Fase kelima

Pada fase ke IV, secara emosional pasar dan ekonomi masih bearish dan diliputi suasana yang muram. Pemain retail, orang awam yang biasanya masuk di akhir boom atau di awal masa bear, selama fase I sampai fase IV masih bertahan sambil berdoa agar keadaan pulih, kini mulai kehilangan kepercayaannya. Investasinya sudah terkikis sampai 80% atau lebih, hatinya mulai menciut. Dan akhirnya tidak tahan lagi. Mereka melakukan cut-loss besar-besaran sambil mengatakan: “Saya kapok!!!, tidak mau lagi menginvestasikan uangnya lagi!”. Kalau dia dulunya terlanjur membeli emas dia akan bilang: “Saya kapok membeli emas!!”. Kalau dia dulunya membeli saham, akan bilang: “Kapok deh beli saham!!”. Itulah tanda fase ke V. Terkadang fase ke V ini singkat saja. Adakalanya lama sekali. Membuat pemain awam jera perlu waktu.

Di akhir fase ke V ini, investor professional mulai mengkoleksi asset-asset yang harganya sudah sangat murah. Kasihan deh pemain awam yang selalu datang paling akhir dan banyak yang hanya menanggung kerugian sehingga membuat mereka kapok.

Sekian dulu........, jaga investasi dan tabungan anda baik-baik. Jangan sampai mereka mengganggu kesehatan anda.......

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

19 comments:

Anonymous said...

Mau tanya saja....

Lantas apa hubungannya dengan saham jepang? trims

Imam Semar said...

Saat ini banyak perusahaan Jepang yang "sit on cash" setelah berjuang untuk bisa survive dimasa deflasi di Jepang selama 20 tahun. Perusahaan-perusahaan yang bisa survive adalah perusahaan yang handal dan teruji. Sudah tidak punya hutang, sudah effisien dan siap berkespansi.

Akan tetapi saat ini atmosfir deflasi global masih terlalu kuat pengaruhnya terhadap saham-saham Jepang. Sehingga, walaupun harga saham Jepang sudah menarik, tetapi masih punya potensi untuk lebih menarik lagi. Atmosfir bearish bisa dirasakan misalnya, biasanya setelah gempa besar, bursa Tokyo marak, karena bereaksi terhadap reflasi. Tetapi kali ini tidak.

Lain kali kita akan bahas sektor-sektor yang punya potensi di Jepang.

Anonymous said...

ada sedikit perubahan mendasar dalam tulisan terbaru bung semar ini, yaitu pada kalimat terakhir. "kesehatan" tidak lagi masuk dalam kelompok yang harus dilindungi, tapi menjadi ekses dari investasi dan tabungan secara tidak langsung namun nyata .... :)

BI awal bulan lalu mulai memberi peringatan kepada pengusaha untuk berhati2 terhadap pinjaman modal dalam valuta asing terutama US$. menurut bung semar, kemana arah pergerakan rupiah akhir tahun ini dan tahun depan terhadap US$? adakah hal yang "disembunyikan" oleh pemerintah kepada kami kaum awam ini..?

Adhe said...

Pak Imam, pada fase ketiga ini bagaimana dengan nilai properti? Terimakasih.

Anonymous said...

Bung Semar,

Kenapa Fase II tidak pernah diluncurkan sebelumnya di tulisan EOWI?

Jadinya rugi nih sekarang pegang USD cash...klo nga uda untung ratusan persen di stock/gold/property?

Regards,

Mike

Anonymous said...

Pak IS,

Seperti kata anda, sekarang masa tahap ke 3. Para investor sadar dan mulai mengalihkan kekayaan mereka ke tempat yang aman, dalam hal ini sekarang yang dianggap aman adalah EMAS. Tapi setelah melihat2, orang2 sekrang pada berbondong2 beli emas, saya jadi bingung tahan atau tidak.

Pertayaan saya,
1. Kalo tiba saatnya deflasi, sebaiknya pilih cash atao emas. Kalau saya pegang rupiah saya kawatir jatuh nilainya, karena rupiah sekarang menguat karena katanya gara2 banyaknya hot money..

2. Kira2 kapan masa bubble emas tiba, apakah sekarang..???

3. Sebaiknya emas yang telah dibeli, haruskah ditambah atau ditahan atau dijual..??? Sertai alasan yang masuk akal.

Anonymous said...

Dear Bung Semar,

Pertanyaan saya:

Kenapa fase II tidak pernah di ulas sebelumnya di EOWI..?

Kalau tidak kan kita2 uda untung gede di saham or emas..daripada hold USD sampe sekarang masih rugi??

Please elaborate..

Thanks,

Mike S

Anonymous said...

sepanjang govt belum menangani masalah tanpa kredit baru...gold akan tetap cemerlang... obama masih gulirkan stimulus Cina akan ikut menggulirkan dana bagi penyelesaian eropa nampaknya deflasi masih panjang

Arendy65 said...

Pak IS,

Saya mau tanya lagi, pertanyaan tadi yang diatas sepertinya kurang nyambung dengan pembahasan, karena saya agak takut, mengingat saya punya tabungan dalam Emas, walau tidak besar.


Pernyataan pak Semar, kurang lebih mirip dengan pendapat si Roubini. Kumpulkan cash sebanyak2nya. Prediksinya sih awal tahun 2013, tapi mungkin bisa lebih cepat. Tapi sepertinya ini seperti tindakan bunuh diri, mengingat dolar jatuh mulu semenjak diturunkan ratingnya.

Selain karena sebagai alat bayar utang, alesan apa lagi yang mengakibatkan nilai Dolar Terapresiasi..??

fajar said...

pak imam berarti sependapat sama nouril rubini kalo yg terjadi sekarang deflasi..

mau tanya juga pak:
1. seperti pertanyaan sebelumnya, hingga kapan masih aman hold emas.? saya juga khawatir karena liat orang2 sudah sampe bela2in nginap di antam untuk ngambil antrian beli emas.. tanda2 bubble kah?

2. bagaimana dengan prospek IHSG ke depan.?

terima kasih..

Imam Semar said...

@Fajar & yang lain...,
Ini cut & paste sebagai summary:
Cash atau Cash Equivalent menjadi raja. Suku bunga surat hutang yang berkwalitas (seperti surat hutang pemerintah yang stabil) akan turun-rendah.

- Harga asset (termasuk emas) akan turun karena dijuali untuk membayar hutang.

- Mata uang yang mengalami kontraksi akan terappresiasi, karena kebutuhannya meningkat untuk pembayaran hutang. US dollar yang dasarnya merupakan kredit, akan mengalami appresiasi. Sedangkan emas yang merupakan uang sejati, tidak ter-appresiasi melainkan terkoreksi, karena yang terjadi adalah koreksi credit bubble, bukan inflasi. Emas terkoreksi karena sebelumnya merupakan ajang spekulasi (dengan kredit pula...., coba lihat sistem "pohon emas", bukan kah spekulasi dengan kredit?).

- Harga bahan komoditi juga akan anjok karena berkurangnya permintaan dan berkurangnya spekulasi. Spekulator pada masa ini akan sering terkena margin-call.

Arendy65 said...

Pak Is,

Saya kurang setuju kalau koreksi emas karena spekulasi seperti pohon/kebun/angsa emas. Sepertinya emas turun karena banyak orang jual emas karena menutup kerugian di saham atau yang lain. Dan saya rasa, konsumsi emas Indonesia gak bakalan pengaruh besar terhadap pergerakan emas dunia.

Saya ada pertanyaan lagi,
1. Kira2 bubble emas dlu meletus ataukah deflasi yang datang dluan..??

2. Saaya rasa walau emas turun dalam $, tapi rupiahnya nanjak terus karena rupiahnya yang anjlok. Seperti hari ini, IDR turun ampe 8900an.

Imam Semar said...

Pada masa deflasi kredit, uang kertas yang kreditnya terdeflasi (saat ini USD dan Yen), akan pengalami penguatan. Berapa besar penguatannya (misal terhadap Rp atau terhadap emas), sangat tergantung berapa besar bubblenya.

Kalau emas menguat thd Rp dan melemah thd US$ bisa diterjemahkan sebagai kredit USD di Indonesia mengalami pengempisan yang lebih cepat dari liquidasi emas ke USD.

Emas akan berjaya kembali ketika fase reflasi yang menyusul periode deflasi. Kira-kira dimulai antara 2014 - 2018. Dan kemungkinan akan menggila, karena akan memasuki fase exuberance (kalau hal ini terjadi. Saat ini memang harga emas sudah mahal, tetapi belum mecapai harga bubble yang umum, misalnya harga kambing = 0.5 - 1 gr emas. Dengan kata lain bubble emas yg sekarang masih kecil (Munculnya pohon emas dsb, sebenarnya sudah menunjukkan ciri bubble). Apakah bubble emas ini akan belanjut setelah shake-out, entah lah. Kemungkinan "ya". Tetapi shake-out dengan latar belakang deflasi sepertinya akan menjadi kewajiban.

Skydrugz said...

justru karena keglooman itulah yang bkin eowi jd menarik.

Kurniawan said...

Tapi jangan lupa kita tinggal di indonesia.... sebelum emas bubble meletus kemungkinan besar bubble rupiah meletus duluan ... dipotong 3 nol nya... :)

Kalo di indo mau bener2 saving untuk very long term... agak ragu kalo taruh di deposito maupun saham /RD salah satu alternatif ya emas... property ga liquid alias susah jualnya.

rissa said...

Pak Imam Semar,
Prediksi Bpk benar bahwa emas akan meletus.
Jika kita mau membeli emas sebaiknya di harga berapa ya ?
Mohon pencerahannya Pak,
Terima - Kasih.

Imam Semar said...

@Rissa,

Tunggu saja sampai Koreksi Besar Global berakhir.....

fajar said...

review kembali tulisan om semar ini..

emas sudah bearish..

udah masuk fase mana kira2 sekarang om.? udah fase 4 kah.?

Lady Mia said...

KABAR BAIK!!!

Nama saya Mia.S. Saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati karena ada penipuan di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial, dan putus asa, saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 JUTA) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga hanya 2%.

Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah saya diterapkan untuk dikirim langsung ke rekening saya tanpa penundaan. Karena aku berjanji padanya bahwa aku akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman dalam bentuk apapun, silahkan hubungi dia melalui emailnya: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com

Anda juga dapat menghubungi saya di email saya ladymia383@gmail.com dan miss Sety yang saya diperkenalkan dan diberitahu tentang Ibu Cynthia dia juga mendapat pinjaman dari Ibu Cynthia baru Anda juga dapat menghubungi dia melalui email nya: arissetymin@gmail.com Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk bertemu dengan pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening bulanan.