Andaikata Ahok ikut pemilihan
gubernur Jakarta antara tahun 2006 – 20011, kasus yang menimpa Ahok (didemo
habis-habisan oleh organisasi massa Islam) mungkin tidak terjadi. Sebabnya.....ekonomi.
"It's the economy, stupid" ucapan James Carville yang dijadikan
retorik kampanye Bill Clinton's pada pemilihan presiden US tahun 1992. Salahkan
semua kepada ekonomi. Itu lah kebenaran yang hakiki. Kalau tidak percaya, akan
EOWI perlihatkan buktikan.
Kendati pemerintah mengatakan
bahwa GDP Indonesia tumbuh, kenyataannya turun. Mau lihat buktinya. Lihat tuh grafik di bawah. Kurvanya nukik ke
bawah dari tahun 2012 sampai 2015 (data terakhirnya).
GDP Indonesia yang katanya naik sampai 5% per
tahun, nyatanya turun.
Walaupun ini grafik dari the
Fed Amerika Serikat, datanya dari Bank Dunia. Dari tahun 2012, GDP Indonesia
turun. Walaupun mungkin tingkat
pengangguran tidak beranjak, harus diingat bahwa kaum PHKwan, barisan
orang-orang yang kena PHK banting stir dari pengangguran ke supir Uber, supir
Gojek dan sejenisnya, sehingga tidak dianggap sebagai pengangguran. Tentu saja
sektor ini menjadi penuh. Uang yang beredar harus dibagikan kepada lebih banyak
orang sehingga penghasilan pemain lama menjadi turun.
Pengangguran juga tidak bisa
nampak secara resmi, karena didesign oleh pemerintah demikian. Kalau anda
disuruh mengisi kolom “pekerjaan” pada formulir-formulir pemerintah, seperti
data KTP, tidak ada yang menulis “pengangguran”.
Walaupun pada hakekatnya benar-benar pengangguran karena PHK. Imam Semar juga termasuk
dalam barisan orang-orang kena PHK tetapi harus menulis “swasta” sebagai pekerjaannya.
Kalau hidup semakin susah,
penghasilan sebagian masyarakat mendadak nol, jangan heran kalau banyak orang
jadi sensi (bahasa gaul untuk
sensitif perasaannya, gampang tersinggung). Mungkin tidak termasuk Habib
Rizieq. Habib Rizieq bisa dikategorikan sebagai pengangguran, karena tidak punya
pekerjaan per-se, walaupun ia naik
Jeep Wrangler Rubicon yang harganya cukup mahal berplat nomor B 1 FPI. Saya
tidak tahu apakah rejekinya Habib Rizieq juga terkena dampak ekonomi yang
menurun (baca kontraksi). Indikator naik-turunnya sensi nampak tidak berlaku untuknya. Dari dulu juga seperti itu.
Tetapi....., pendengarnya yang makin sensi.
Kalau saja ekonomi tidak
turun, banyak orang masih bisa kerja dan cari duit, issue ras dan agama mungkin
tidak setajam sekarang. Sayangnya ekonomi sedang turun, pelan tapi pasti. Masyarakat
menjadi terkotak-kotak dan jadi lebih fanatik dan militan. Walaupun belum terlalu
ekstrim (tunggu nanti tahun 2025 – 2030, akan lebih ekstrim lagi) tetapi cukup
terlihat peningkatannya.
Dimulai dari kubu anti Ahok
(baca: anti Cina), mengobarkan semangat ke Islamannya dengan dalil al Maidah 51
untuk membujuk umat Islam supaya tidak memilih Ahok. Kemudian pada pidatonya di
pulau Seribu Ahok pun membalas dengan mengatakan:
"Jadi
jangan percaya sama orang, kan bisa aja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa
pilih saya, ya kan. Dibohongin pakai
Surat Al Maidah 51, macem-macem itu. Itu hak bapak ibu, jadi bapak ibu
perasaan nggak bisa pilih nih, 'karena saya takut masuk neraka', dibodohin gitu
ya. Nggak apa-apa, karena ini panggilan pribadi bapak ibu. Program ini jalan
saja,".
FPI, HTI, kelompok-kelompok
Islam dan tokoh-tokoh Islam non-NU kemudian membalasnya lagi dengan pernyataan
protes dan tuntutan. Ini membuat keadaan semakin memanas, sampai-sampai Kapolda
Metro Jaya, Irjen M Iriawan memerintahkan tembak di tempat bagi provokator sara.
Kalau kejadian Ahok ini
terjadi pada periode 2006 – 20011, sekalipun Habib Rizieq berkoar sampai putus
tali suaranya, tidak banyak yang mendengarkannya. Paling-paling yang fanatik
saja yang mau dengar. Seperti pada Kasus Ahmadiyah dan Syiah dulu, Habib Rizieq
juga berkoar-koar, tetapi tanggapan masyarakat tidak ramai, karena orang punya
pekerjaan. Dan pekerjaan yang menghasilkan duit itu lebih penting dari pada
demo. Sekarang, gayung tuduhan Habib Rizieq disambut oleh banyak orang yang menghabiskan
waktunya main WA dan sosmed lainnya. Terlepas apakah tuduhan Habib Rizieq itu
benar atau salah, mereka menyambutnya.
Islam itu merupakan pilihan
untuk saya. Artinya, saya lebih ringan untuk pindah kewarganegaraan dari pada
pindah agama, karena pemilihan Islam sebagai agama yang saya anut melalui
proses penyelidikan selama lebih dari 25 tahun. Sedangkan pemilihan
kewarganegaraan Indonesia, sekedar karena convenience saja. Malas
pindah menjadi warga-negara lain, kalaupun mau pindah, biayanya akan mahal.
Keuntungannya belum tentu lebih besar dari manfaatnya.
Dan sebagai orang Islam saya
juga harus adil dan objektif. Itu ajaran agama Islam. Oleh sebab itu kasusnya
harus ditelaah secara objektif. Dan berikut ini ada beberapa pertanyaan untuk
menjernihkan persoalan yang sudah terlanjur diperkeruh oleh provokator dan para
penganggur yang aktif di WhatsApp Group, alias WAG dan sosmed.
- Ayat al Maidah 51 itu apa isinya dan konteksnya?
- Apakah Ahok memang menghina Quran/Islam?
- Apakah reaksi Habib Rizieq sudah sesuai dengan ajaran Islam?
Ayat al Maida 51 itu apa isinya dan konteksnya?
Suatu pertanyaan penting
adalah: Ayat al Maidah 51 itu apa isinya
dan konteksnya?
Jangan-jangan seperti GDP.
Katanya tumbuh 4% - 5%, tetapi kenyataannya malah turun. Kan itu namanya kemakan sama kebohongan. Jadi harus diteliti dari
sumbernya yaitu al Quran.
Bunyi ayat al Maida 51 adalah
sebagai berikut:
[5:51] Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali(mu); sebahagian
mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi wali,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Kuncinya ada pada kata wali. Di atas saya tidak akan
menterjemahkannya. Kata wali itu adalah bahasa Arab. Tentang artinya saya
serahkan pada pembaca. Walaupun demikian pembaca tidak perlu kuatir karena akan
saya beri data-datanya supaya mengerti.
Kata wali banyak digunakan
dalam bahasa Indonesia dan belum mengalami perubahan arti. Misalnya: wali murid, wali kelas, wali mempelai
wanita, walikota, wali negara. Kira-kira artinya adalah orang
yang dipercaya untuk suatu urusan kesejahteraan.
Penggunaan lain yang punya arti
lain adalah santo, orang suci seperti
pada wali songo. Tetapi kata ini bukan
100% asli dari Arab, tetapi masuk ke Indonesia setelah melalui Turki, veli yang
artinya santo. Kuburan kramat juga bisa disebut wali di Turki dan Palestina.
Jadi wali dalam pengertian santo, saint adalah yang melalui Turki dalam
kaitannya dengan sufiisme, tidak ada kaitannya dengan ayat al Maida 51.
Jadi kalau wali punya nuansa
seperti wali-kelas, wali-kota, wali-negri (presiden, perdana menteri, pejabat sementara presiden,
dsb) maka gubernur adalah wali-provinsi.
Artinya jelas. Kalau ada kyai dan ustadz yang masih mempersoalkannya, maka
patut diduga ada agenda lain di belakangnya.
Apakah Ahok Telah Menodai Islam dan Quran?
Pertanyaan berikutnya: Apakah Ahok Telah Menodai Islam dan Quran?
Mari kita simak potongan
pidato Ahok di kepulauan Seribu itu:
........ Kan bisa saja dalam
hati kecil, bapak, ibu enggak bisa pilih saya karena dibohongi dengan surat Al Maidah 51
macam-macam itu. Itu hak bapak, ibu.
Ahok berpidato dengan bahasa percakapan,
kalimatnya tidak lengkap, dalam artian ada subjek, predikat, objek, pelengkap dan
keterangan. Jika kalimat itu dilengkapi maka akan menjadi:
........ Kan bisa saja dalam
hati kecil, bapak, ibu enggak bisa pilih saya karena dibohongi oleh lawan politikku/kyai/ustadz dengan
surat Al Maidah 51 macam-macam itu. Itu hak bapak, ibu.
Kalimat Ahok tidak punya
pelengkap pelaku. Ini umum, karena yang namanya pelengkap artinya tidak harus
ada untuk membuat kalimat itu dimengerti. Tetapi untuk lebih jelasnya ada
bagian yang harus ditambahkan dalam hal ini adalah pelengkap pelaku yaitu lawan politik Ahok atau/dan kyai atau/dan ustadz yang
tidak disebutkan secara implisit oleh Ahok. Yang dilakukan oleh pelengkap
pelaku inilah yang berbohong dengan menggunakan surat al Maidah 51. Dengan kata
lain Ahok menuduh si pelengkap pelaku ini telah berbohong bukan Quran cq al Maidah
51.
Jadi jelas bahwa Ahok tidak
menjelekkan Quran dengan mengatakan bahwa Quran berisi kebohongan. Yang dihina
adalah lawan politiknya atau kaki tangannya, apakah itu kyai atau ustadz atau
habib, termasuk saya.
Saya termasuk yang dikatakan
Ahok berbohong, karena saya termasuk yang selalu mengatakan bahwa muslim
dilarang memilih non-muslim sebagai walinya.
Fatwa MUI yang mengatakan
bahwa Ahok telah menghina Islam juga salah. Bahwa fatwa MUI salah, itu biasa.
Saya tidak heran. Kalau fatwa habib-habib salah, saya juga tidak heran. Islam
tidak mengenal kelembagaan spiritual, seperti gereja Katholik.
Jadi kesimpulannya bahwa yang
dihina oleh Ahok adalah lawan politiknya dan kyai, ustadz dan saya yang memberi
penerangan kepada umat Islam tentang surat al Maidah 51.
Apakah reaksi Habib Rizieq sudah sesuai dengan ajaran Islam?
Yang paling bereaksi terhadap
pernyataan Ahok adalah Habib Rizieq: “Penghinaan
dan penistaan agama!! Ahok menghina agama Islam!!”. Kemudian issue penghinaan dan penistaan agama Islam menjalar
kemana-mana seperti tak terkendali. MUI pun ikut-ikutan membuat fatwa. Mereka
menuntut agar Ahok diproses secara hukum. Maksudnya dipidanakan dan dihukum
seperti Arswendo (1990) karena jajak pendapatnya di majalah Monitor yang
melibatkan nama nabi Muhammad dan hasilnya bahwa dirinya lebih populer dari
pada nabi Muhammad. Atau yang terakhir Rusgiani (2012) seorang wanita Kristen
yang dipenjara 18 bulan karena komentarnya tentang canang (tempat sesajen) yang
kotor dan membuat Tuhan tidak akan datang ke rumah tersebut.
Reaksi Habib Rizieq masih
berlanjut. Ia menyerukan demo besar-besaran pada tanggal 4 November ini dengan
tuntutan agar Ahok diadili (baca: dihukum penjara!).
Menurut Quran apakah hukuman penjara bagi menghina agama adil? Apakah hukuman 5 tahun penjara atas Arswendo adil? Atau hukuman penjara bagi Rusgiani itu adil menurut Quran. Saya tekankan pada kata menurut Quran karena untuk menilai sikap keislaman Habib Rizieq.
Menurut Quran apakah hukuman penjara bagi menghina agama adil? Apakah hukuman 5 tahun penjara atas Arswendo adil? Atau hukuman penjara bagi Rusgiani itu adil menurut Quran. Saya tekankan pada kata menurut Quran karena untuk menilai sikap keislaman Habib Rizieq.
Dari penjelasan di atas, kita
tahu bahwa Ahok tidak menghina Quran, tetapi orang-orang yang menggunakan ayat
al Maidah 51. Tetapi bagi orang yang tidak bisa berpikir atau bodoh, boleh jadi
pernyataan Ahok dianggap sebagai penistaan agama Islam. Kita akan gunakan
asumsi ini, yaitu Habib Rizieq cukup bodoh atau cukup panas hatinya sehingga
tidak bisa mengerti secara objektif apa yang dikatakan Ahok. Lalu apakah
reaksinya terhadap pelecehan Quran (anggap aja sebagai pelecehan Quran) sesuai
dengan ajaran Quran?
Jawabnya ada di surat an An'aam
[6:68] Dan apabila kamu
melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan
pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan
ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah
teringat (akan larangan itu).
Perintahnya cuma disuruh menyingkir dari orang-orang yang
mengolok-olokkan Quran. Ayat ini bukan satu-satunya ayat yang berbunyi demikian.
Masih ada lagi yang lain yang nanti akan disitir.
Menuntut Ahok diadili (baca:
akhirnya dipenjara) seperti Arswendo bukan tindakan yang sesuai dengan ajaran
Quran. Perintah di Quran hanya menyingkir
dari kumpulan orang seperti itu. Dengan kata lain MUI dan FPI telah melewati
batas-batas yang diajarkan Quran.
EOWI bisa mengerti kenapa MUI dan Habib Rizieq menuntut diadilinya Ahok, karena ada kata "adil" pada kata pengadilan. Padahal track-record menunjukkan bahwa yang namanya pengadilan tidak ada kaitannnya dengan adil. Yang paling menyolok ketika pengadilan menjatuhkan ganti rugi Rp 1 trilliun (banyak sekali) terhadap penghinaan kepada Suharto. Menghina kok dibalas dengan Rp 1 trilliun. Untung banget yang dihina. Mungkin MUI dan Habib tidak tahu pengadilan tidak ada kaitannya dengan ADIL. Ilmu (informasi) itu yang harus dimiliki MUI dan Habib.
Renungan
Di EOWI, kami sebisa mungkin
mendudukkan persoalan seperti semestinya. EOWI tidak memihak kepada siapapun,
kecuali kebenaran. Quran memerintahkan:
[4:135] Wahai orang-orang
yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan.
EOWI berkomitmen untuk menjadi
saksi yang adil, berkomentar yang adil, bertindak yang adil.
Jelas bahwa:
- Adalah benar bahwa al Maidah 51 berarti pengharaman bagi umat Islam untuk memilih wali-provinsi dari kalangan selain Islam.
- Ahok tidak menista Quran, melainkan mengejek orang-orang yang menggunakan al Maidah 51 untuk menjegal pencalonannya sebagai gubernur.
- Habib Rizieq, MUI dan kelompok pendukungnya telah melampaui batas-batas yang ditetapkan Quran dalam bereaksi menghadapi orang-orang yang menghina agama (dengan asumsi bahwa Ahok menghina Quran).
Banyak pendakwah entertainers yang moderat seperti AA Gym
berapa pada posisi di belakang Habib Rizieq dan MUI. Tetapi tidak semua. Ulama yang bertuhan pada demokrasi dan
toleransi bisa dipastikan tidak termasuk yang bersama Habib Rizieq.
Bagi EOWI sudah jelas. Bagi
pembaca EOWI yang mengaku muslim tetapi masih bertuhan kepada demokrasi dan
toleransi, mungkin perlu merenungkan ayat-ayat ini:
[4:138] Kabarkanlah kepada
orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
[4:139] (yaitu) orang-orang
yang mengambil orang-orang kafir menjadi wali-wali dengan meninggalkan
orang-orang mu'min. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?
Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
[4:140] Dan sungguh Allah
telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir), maka janganlah kamu duduk
beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang
kafir di dalam Jahannam,
[4:144] Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mu'min. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu) ?
[4:145] Sesungguhnya orang-orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan
kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
[5:52] Maka kamu akan
melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera
mendekati mereka (kafir), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat
bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan, atau sesuatu
keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa
yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.
Ini tidak berarti EOWI
menyarankan untuk memilih Anis Baswedan yang keturunan Arab atau Agus. EOWI
tidak mengenal mereka. Mereka tidak punya track-records yang memenuhi standard
EOWI. Jangn-jangan seperti Jokowi......., berjanji muluk, kemudian bikin tax amnesty yang ujung-ujungnya merampok 2% dari harta rakyatnya yang punya duit.
Fenomena Habib Rizieq dan Ahok
adalah yang nampak dipermukaan. Yang lebih mendasar sering kali tidak nampak. Untuk
mengakhiri tulisan ini ada baiknya kita merenungkan dan mempertanyakan beberapa
hal yang mungkin menjadi latarbelakang dan tidak nampak.
Apakah peningkatan ketengangan
SARA ini karena tekanan ekonomi? Ahok vs Rizieq bukan satu-satunya kasus.
Beberapa hari lalu di Irian (Papua) terjadi perkelahian antara suku Papua vs
Makasar di Manokwari yang menyebabkan kematian. Kemudian demonstrasi di Manado
yang menuntut pembongkaran masjid.
SARA atau tekanan ekonomi yang
susah 4 tahun ini merosot? (lihat grafik di awal tulisan ini). Apakah perampokan 2% harta simpanan melalui tax amnesty juga ikut mempunyai andil dalam kesengsaraan dan selanjutnya ketidak-puasan ekonomi?. Apakah demo tanggal 4 November mendatang akan berekor terus ke Jokowi dan akhirnya Tuhan mengabulkan doa EOWI:
Ya
Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan
sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku
berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung
kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan
kesewenang-wenangan manusia.
Ya
Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku
dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik
pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.