Bagian II: ……..Kisahnya Belanjut Tragis
Pembaca EOWI memberikan komentar di artikel Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian I).
Tiga komentar di bawah ini saling berkaitan. Dan ada baiknya kita memulai
lanjutan kisah yang lalu dengan komentar mereka.
a) Reader: ...….dari
sudut pandang orang awam, saya bahagia harga minyak dan komoditi jatuh.
Harga barang moga2 akan lebih
terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi
orang2 di luar area komoditi meningkat.
Memang yg cari makan di bidang
produksi komoditi akan terpukul, tetapi manfaat yg didapat populasi di arena
produksi komoditi akan membesar.
b) Dirman: ..…….mohon
wejangan nya,.mengapa diprediksi DJIA akan jatuh hingga 4000, bukankah kondisi
Amerika justru membaik?
c) Andy R: Sayangnya
yg demikian (harga menjadi terjangkau) gak akan terjadi Pak (di Indonesia)
Sengaja EOWI memberi Kisahnya Berlanjut Tragis sebagai
sub-judul tulisan ini, seakan memberi sanggahan kepada komentar a) dan mejawab
komentar b). Anda tidak perlu melihat jauh kedepan untuk mengerti, memahami dan
mencerna makna dari Kisahnya Berlanjut
Tragis. Apa yang saat ini sedang terjadi terhadap Rubel dan Russia, (lihat Troubled Ruble) adalah proses yang kami maksud sebagai Kisahnya Berlanjut Tragis. Russia yang
GDPnya mengandalkan ekspor bahan komoditi, terjerembab bersama harga komoditi.
Hal yang sama berlaku untuk minyak. Sistem (negara-negara, perusahaan, bisnis,
komunitas) yang mengandalkan minyak sebagai sumber penghasilannya dan kehidupannya akan
terjerembab bersama harga minyak. Dan ketika mereka terjerembab, akan membawa
serta banyak orang.
Bagi pembaca yang mengatakan bahwa: saya
bahagia harga minyak dan komoditi jatuh. Harga barang moga2 akan lebih
terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi
orang2 di luar area komoditi meningkat.
Semakin murah harga barang secara
nominal tidak selalu berarti terjangkau. Pada saat anda tiba-tiba kehilangan
pekerjaan dan penghasilan, barang yang murahpun bisa menjadi tidak terjangkau.
Atau......., pada saat harga-harga murah diukur dengan US dollar, tetapi kurs
dollar melambung sedangkan gaji masih dalam rupiah, maka pertanyaan terjangkau perlu dipertanyakan
lagi.
Itulah makna Kisahnya Berlanjut Tragis.
Sisi Konsumsi & Permintaan
Pada bagian I, banyak dibahas sisi
supply atau pasokan atau produksi minyak. Dari sisi permintaan atau demand, tidak banyak yang bisa dibahas.
Hanya ada empat sector yang bisa dikatakan mengalami perubahan yang mendasar
dari sudut permintaan. Pertama adalah melambatnya ekonomi Eropa. Kedua adalah potensi
melambatnya ekonomi Cina. Yang ketiga adalah ketidak-mampuan generasi Millennial di US untuk mengisi
penyurutan konsumsi generasi Baby Boomers.
Dan yang terakhir adalah akibat dari ketiga faktor di atas, yaitu keluarnya
para spekulan dari kubu bull dan
pindah ke kubu bear di arena trading.
Amplifikasi (penguatan) dari perubahan harga minyak akan cenderung ke arah bear. Artinya turunnya harga minyak akan
menjadi drastis seperti naiknya dulu beberapa tahun lalu karena ulah spekulan.
Dari empat faktor di atas, hanya faktor
konsumsi generasi Millennial yang
belum pernah dibahas EOWI. Oleh sebab itu kita akan singgung di sini sebagai appetizer sebelum menginjak ke kisah tragisnya
sebagai menu utama. Walaupun yang disoroti adalah konsumen di Amerika Serikat,
tetapi sedikit banyak bisa mewakili dunia Barat.
Kita mengenal generasi Baby Boomers yang lahir antara tahun 1943
sampai awal dekade 1960an dan yang
sekarang sedang antri memasuki gerbang pensiun (umur 55 – 70). Selanjutnya
adalah generasi X yang lahir antara tahun awal 1960an sampai awal 1980an (sekarang
berumur 35 - 55 tahun) yang memasuki masa puncak konsumsi dalam hidup mereka
dan generasi Millennial yang lahir di
awal 1980an – awal 2000an (15 – 35 tahun) yang memasuki periode kehidupan yang
mandiri, lepas dari orang tua. (Catatan: baik yang memasuki universitas atau
langsung kerja biasanya akan keluar dari rumah orang tuanya dan berusaha
mandiri).
Sikap hidup generasi Millennial berbeda dengan pendahulunya.
Mereka lebih senang hidup bersama orang tuanya (walaupun sudah menginjak
dewasa). Terlepas itu karena keterpaksaan atau memang keputusan tanpa paksaan. Mereka
juga bukan penggemar mobil, hura-hura dan travelling seperti para Baby Boomers. Sebagai bagian dari Baby Boomers, pada jaman mudanya saya
menyukai kendaraan seperti Pontiac Firebird atau Ford Mustang (versi Porchse
untuk kelas kantong cekak). Pada umur
16 tahun saya sudah tidak lagi tinggal bersama orang tua. Generasi Millennial agak berbeda. Kondisi ekonomi
dimasa mereka menginjak dewasa memungkinkan mereka menggadaikan hidup mereka.
Yang telah keluar dari universitas, pada saat lulus, mereka sudah terbebani
oleh hutang, student loan yang tidak
sedikit. Saat ini di US ada $1.1 trilliun
student loan, atau rata-rata sekitar $27,300 per orangnya. Dengan resesi dan
pertumbuhan ekonomi US yang subpar (di
bawah rata-rata), mereka sulit untuk memperoleh pekerjaan yang memadai dan bisa
hidup seperti generasi pendahulunya. Anda harus berpikir bahwa kebanyakan dari
mereka ini bukanlah anak-anak yang memilih jurusan professional seperti
engineering, kedokteran dan sejenisnya, tetapi jurusan-jurusan yang tidak jelas
kegunaannya. Bayangkan bagaimana nasib sarjana sastra, sejarah, fisip dan sejenisnya
yang sulit memperoleh kesempatan kerja. Dengan beban hutang $27,300 dan
keterampilan yang tidak berguna maka mereka akan mengalami kesulitan untuk bisa
hidup dengan gaya hidup seperti generasi pendahulunya. Berdasarkan survey, banyak
dari mereka (sekitar 14% untuk yang berumur antara 24 – 35 tahun atau 31.5%
untuk yang berumur antara 18 – 35 tahun) masih hidup bersama dengan orang tua mereka
(lihat chart berikut). Trend ini keluar
dari level rata-ratanya 27% dan meningkat sejak tahun 2007. Pola konsumsi
termasuk konsumsi BBM mereka yang tinggal bersama orang tua ini tentu berbeda (baca:
lebih kecil) dibandingkan dengan pola konsumsi mereka yang mandiri.
Ini bukan gejala di Amerika Serikat
saja, tetapi sudah menjalar ke negara barat lainnya. Di UK, ada sekitar 2 juta
orang dewasa yang memilih tinggal bersama orang tuanya. Di Italy mencapai 79%.
Secara rata-rata di Eropa angka ini mencapai 50%. Mereka dikenal dengan julukan
Kids In Parents' Pockets Eroding
Retirement Savings - KIPPERS', Boomerang kids, mammone, bamboccioni. Tidak mengherankan pola
hidup seperti ini membuat pola konsumsi mereka berbeda dengan pola hidup
generasi pendahulunya.
Dari beberapa riset dan survey
menunjukkan bahwa tingkat konsumsi BBM di US ada kecenderungan menurun. Pada
saat Baby Boomers pensiun, mengurangi
aktivitas berpergiannya, generasi Millennial
tidak bisa mengisi konsumsi BBM yang ditinggalkan oleh Baby Boomers. Itu yang menyebabkan konsumsi BBM di negara konsumen
BBM terbesar di dunia yaitu US cenderung menurun.
US tidak sendiri dalam hal penurunan
konsumsi minyak. Eropa yang sedang diterjang krisis berkepanjangan, juga memperlihatkan
penurunan konsumsi minyak (lihat chart berikut ini).
Itu di Amerika Serikat dan di Eropa.
Sekarang Cina, yang saat ini meminum sekitar 10 juta bbl minyak per hari adalah
penenggak minyak ke dua setelah US. Sampai
saat ini memang masih menunjukkan adanya peningkatan yang kecepatannya lebih
tinggi dari 10 tahun lalu. Tetapi EOWI tidak percaya hal ini akan berlangsung
terus. Konsumsi minyak Cina akan melambat seandainya bukan menurun. Pertumbuhan
ekonomi Cina yang selalu di atas 8% per tahun tidak akan bisa dipertahankan
terus. Pertumbuhan mukjizat yang tinggi ini tidaklah wajar. Di alam ini tidak
ada mukjizat. Pertumbuhan yang menyimpang dari tren alaminya akan diseimbangkan
agar supaya bisa kembali ke tren alamiahnya. Dalam beberapa dekade (1-2 dekade)
ke depan pertumbuhan ekonomi Cina akan berkisar antara 2% - 3% saja. Itu
sejalan dengan tren di Amerika Serikat dan Eropa untuk beberapa tahun mendatang.
Jika ada usaha-usaha untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi Cina 8% ke atas,
maka Cina akan berhadapan dengan kontraksi ekonomi yang berat, menyusul
pertumbuhan 8% ke atas tersebut.
Prahara Sektor Minyak Non-Konvensional
Harga minyak yang melambung (secular bull market) di tahun 2000 –
2008, walaupun sempat ada koreksi di tahun 2008 - 2009 dan agak stabil di level
yang masih cukup tinggi $80 - $110 per bbl nya, membawa optimisme dan spekulasi
di sektor ini. Explorasi menjadi giat dan eksperimen hal yang sebelumnya
dianggap kurang menguntungkan juga merebak. Eksplorasi dan peremajaan
lapangan-lapangan tua adalah hal yang klasik.
Ada dua inovasi yang bisa lepas landas
di masa secular bull market minyak
dekade 2000an ini. Kedua teknologi ini, walaupun dulunya sudah
terindentifikasi, tetapi gagal lepas landas di masa secular
bull market minyak dekade 1970an. Teknologi ini adalah teknologi terapan
bagi eksploitasi minyak oil/gas shale
dan tar-sand. Banyak riset dan paper
ilmiah bersubjek kedua topik ini di masa dekade 1970an, tetapi kedua sektor ini
gagal lepas landas. Tetapi untuk secular
bull market minyak dekade 2000an, keduanya berhasil lepas landas.........,
tetapi bukan tanpa ancaman untuk mati sebelum berkembang.
Secara singkat, arti eksploitasi oil/gas shale adalah usaha untuk
mengambil minyak dari dalam batuan shale
(lempung) yang permeability nya rendah. Sumber ladang minyak konvesional adalah
batuan pasir, batuan kapur dan yang masih jarang “fracture basement”. Sumber reservoir minyak yang utama saat ini
adalah yang dua pertama yang disebutkan, batuan pasir dan batuan kapur. Karena
batuan ini adalah batuan yang bisa mengalirkan sejumlah volume yang ekonomis
cairan/gas yang dikandungnya. Batuan shale
yang ada rekahan-rekahannya juga bisa mengalirkan cairan/gas yang dikandungnya
tetapi untuk mencapai volume yang ekonomis, diperlukan teknologi yang disebut hydraulic fracturing, disingkat fracking atau perekahan buatan. Tujuan
adalah untuk memperluas area untuk mengalirkan fluida.
Cadangan oil/gas shale di dunia
ini cukup besar, hanya saja untuk mengambilnya perlu biaya yang besar. Untuk
mempertahankan tingkat produksi diperlukan pengeboran sumur-sumur baru secara
terus-menerus karena umur sumur oil/gas
shale pendek hanya berkisar sampai
2-5 tahun.
Harga break-even/balik pokok minyak yang diperoleh dari oil shale rata-rata $60 per bbl. Dengan
harga minyak di bawah $60, mempertahankan tingkat produksi suatu lapangan oil shale adalah mustahil. Dampak
langsung jatuhnya harga minyak di sektor oil-shale
akan mengenai:
- Perusahaan yang berbasis oil shale
- Jasa penunjang pengeboran dari mulai penyediaan rig, jasa data acquisition, jasa fracking.
- Penyedia material sumur
- Penyedia jasa interpretasi geologi dan reservoir
- Kreditur yang berkecimpung di sekor ini
Sektor-sektor ini sudah mulai melakukan
effisiensi (baca: memecat karyawannya).
Untuk tar-sand, kisahnya berbeda sedikit. Metode eksploitasi tar-sand berbeda dengan minyak secara
umum. Pengambilan tar-sand tidak
dilakukan dengan mengebor sumur untuk mengalirkan minyaknya, tetapi dengan
jalan menambangnya. Batuan pasir yang mengandung minyak berat yang disebut tar-sand diambil dengan mengeruknya.
Kalau batuan pasir yang mengandung minyak berat ini mau disebut bijih minyak boleh juga. Minyak
dipisahkan dari pasir, dan kemudian baru diolah menjadi bensin, minyak diesel
dan lain-lain.
Investasi tar-sand termasuk investasi untuk jangka panjang. Eskavator
raksasa, truk-truk raksasa dan kilang pengolahan minyaknya, semua adalah tipe
investasi jangka panjang. Dan saat ini harga balik-pokok tar-sand adalah di sekitar harga minyak $60 per bbl.
Dengan harga minyak di level di bawah
$60 per bbl, jelas tar-sand tidak
ekonomis. Jika harga minyak seperti ini berlanjut, pasti bukan berita baik bagi
perusahaan-perusahaan minyak yang mengeksploitasi tar-sand. Apa lagi yang investasinya sudah banyak dan untuk jangka
waktu yang panjang. Masih dipertanyakan, setelah investasi sedemikian besarnya,
mau diapakan peralatan-peralatan besar itu jika kemudian harga minyak berada di
bawah harga balik-pokoknya. Apakah mau dijadikan monumen kegagalan, teronggok dan berkarat. Atau operasi dilanjutkan
dengan melakukan effisiensi-effisiensi untuk mengurangi kerugian. Entahlah.
Tetapi yang namanya effisiensi artinya penciutan tenaga kerja.
Eksplorasi Tertutup dan Pengembangan Baru di Ujung Tanduk
Salah satu proyek yang akan ditinjau kembali
(baca: dihentikan) oleh perusahaan minyak ketika harga minyak jatuh adalah
aktifitas eksplorasi. Resiko gagal yang harus ditanggung menjadi jelas tidak
sepadan dengan reward, potensi yang
dikejar. Dampak langsungnya akan mengenai kontraktor pernyedia jasa seismik, drilling
rig bersama service-servicenya yang
digunakan untuk mengebor sumur, kemudian kontraktor-kontraktor penyedia jasa data acquisition dan testing. Pegawai-pegawai
kontraktor inilah yang paling depan terkena PHK pada saat harga minyak jatuh
sebelum pegawai-pegawai dari perusahaan minyaknya sendiri. Halliburton,
Schlumberger, Weatherford adalah perusahaan besar penyedia jasa-jasa berbagai
pengeboran seperti, directional drilling,
hydraulic fracking, wireline, well testing, dsb, adalah perusahaan-perusahaan pertama yang akan
melakukan pengurangan pegawai akibat surutnya pengeboran eksplorasi.
Di samping eksplorasi, pengembangan
lapangan-lapangan baru untuk dibawa ke fase produksi juga akan mengalami
evaluasi ulang. Walaupun ada temuan minyak/gas, tetapi jika harga minyak
dibawah harga untuk bisa memperoleh keuntungan yang memadai, untuk apa
dilanjutkan? Ada beberapa temuan baru di Indonesia yang sudah disetujui oleh
pemerintah untuk dikembangkan. Sekarang rencana itu dibekukan untuk
dikaji ulang. Kalau mau dikatakan sayang...., karena menemukannya saja sudah
susah, lalu kemudian diabaikan karena masalah ekonomi, maka memang itulah
hidup. Lebih baik rugi sedikit dari pada rugi lebih banyak lagi.
Akhir Dari Karir Generasi X dan Sebagian Generasi Millennial
Menjadi pengangguran adalah tantangan
bagi setiap professional. Jika seseorang sudah 3 – 4 tahun keluar dari pasar
tenaga kerja dan kehilangan networks,
maka akan sulit sekali untuk kembali. Banyak yang tidak pernah kembali lagi ke
lapangan pekerjaan yang sama. Bahkan banyak juga PHKwan (orang-orang yang
diPHK) menjadi pengangguran selama sisa hidupnya karena berbagai sebab,
termasuk ketidak-mampuan berpindah profesi.
Bagi Baby
Boomers yang berumur antara 55 – 71 tahun, sebagian sebenarnya masih bisa
berkarya selama 5 – 10 tahun lagi, yaitu
mereka yang saat ini berumur 55 – 60 tahun. Tetapi nampaknya secular bull market minyak tahun 2000an
lalu adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk melakukan grand finale. Dan bagi mereka yang berumur 60 – 70 tahun
harus berbesar hati melihat legacy
yang mereka tinggalkan. Mereka mengalami 2 secular bull market di sektor minyak
dan komoditi, sehingga, untuk secular
bull market tahun 2000an mereka bisa menavigasi perjalanan karier mereka
lebih baik serta menghasilkan grand finale.
Tetapi kesempatan seperti yang dimiliki
oleh Baby Boomers ini tidak berpihak
kepada generasi X (lahir antara tahun 1960 – 1980). Nasib memang tidak berpihak pada generasi X yang
saat ini berumur antara 35 – 54 tahun. Mereka tidak pernah mengenyam gurihnya secular bull market minyak 1970an. Tentu
saja mereka ini kurang berpengalaman dalam mengarungi secular bull market 2000an untuk bisa memanfaatkan kesempatan yang
hanya ada sekali dalam hidupnya dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya itu, sebagian
dari mereka harus mengakhiri kariernya lebih awal.
Dalam beberapa tahun mendatang sebagian
dari generasi X ini akan dihadapkan pada pilihan diPHK dan menerima uang
pesangon atau tetap sebagai karyawan dengan banyak tunjangan yang dipotong.
Atau hanya diberi satu pilihan oleh perusahaan tempat ia bekerja, yaitu: silahkan terima uang pesangon dan pergi
sana!
Banyak Baby Boomers dan generasi X, yang selama secular bull market 2000an mencari rejekinya dengan cara yang lebih
aggresif dan beresiko yaitu meninggalkan kenyamanan sebagai pegawai tetap untuk
mengejar penghasilan yang lebih besar sebagai konsultan baik sebagai pegawai
kontrak atau sebagai pegawai harian. Kuli harian professional di sektor minyak punya
tarif bayaran antara $1000 – $2500 per hari, cukup menggiurkan. Tetapi saat ini
posisi kuli harian seperti ini menjadi sangat beresiko. Demikian juga dengan
kuli kontrak professional yang bergaji antara $7,000 - $20,000 per bulannya
juga menjadi beresiko. Mereka-mereka inilah yang pertama akan diminta keluar
alias diberhentikan dari pekerjaannya. Bukannya EOWI mau sok menggurui, tetapi
sekedar pandangan. Jika anda masih ingin berkiprah di sektor minyak dan gas
bumi, sebaiknya yang harus dicari saat ini adalah keamanan posisi. Untuk
kembali menjadi kuli tetap (pegawai tetap) peluangnya agak kecil bagi mereka
yang sudah berkiprah di wilayah kuli kontrak dan kuli harian. Oleh sebab itu
pilihannya adalah mencari kontrak-kontrak yang agak panjang, misalnya 3 tahun
dengan gaji dalam US dollar. Lupakan rupiah! Walaupun selama 3 tahun tidak ada
kenaikan gaji, tidak akan ada masalah, karena US dollar akan menguat, seperti
di tahun 1980an sampai tahun 1990an (secular
bear market minyak dan komoditi), menyusul flat selama secular bull market minyak dan komoditi tahun 1972 – 1980. Kemudian
berdoalah kepada Tuhan, semoga histeria jatuhnya harga minyak berakhir dalam
waktu 3 tahun. Setidaknya pelaku bisnis bisa berpikir jernih dan melihat bahwa
ada kapasitas produksi sebesar 4 juta bbl per hari yang umurnya pendek dan
memerlukan pengeboran yang terus-menerus. Anjuran usaha yang terakhir ini
karena memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Hati manusia yang bisa
menggerakkan adalah Tuhan.
Kisah berlanjut pada segmen demografi
yang lebih muda, yaitu generasi Millennial
atau Echo Boomers. Generasi Millennial atau juga dikenal sebagai
generasi Echo Boomers yang lahir
tahun 1980 sampai 2000, saat ini baru memulai kariernya, lulus dari universitas
atau masih di universitas. Bagi mereka yang memilih sektor perminyakan sebagai
lahan berkariernya, akan dihadapkan pilihan apakah tetap menekuni sektor ini
dengan sabar dan prihatin sambil menunggu secular
bull market berikutnya atau beralih profesi yang juga belum tentu baik
selama depresi global seperti saat ini. Mungkin pilihan pertama lebih baik,
karena kami perkirakan bahwa siklus minyak akan mengalami pemendekan. Secular bear market kali ini kami
perkirakan tidak sepanjang secular bear
market sebelumnya (1980 – 2000), yang membentang selama 20 tahun. Temuan
minyak dan provinsi baru yang berkembang selama bull market 2000 – 2008 adalah ladang-ladang yang berumur pendek.
Sehingga tidak perlu waktu 20 tahun untuk menggemboskan cadangannya dan membuat kapasitas produksi minyak dunia
tercekik kembali.
Sebelum mengakhiri cerita ini, kita akan
kembali pada pertanyaan di awal cerita yang sebenarnya tidak perlu dijawab: Apakah para pengangguran senang melihat
harga-harga barang murah?
Sekian dulu, sampai kisah berikutnya
yang lebih mengasyikkan: Bagian III: ...Kisahnya Belanjut Semakin Tragis. Tentunya anda akan bertanya: semakin tragis yang
bagaimana? Jawabnya mungkin akan anda jumpai di lanjutan cerita.
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
8 comments:
Ditunggu dongengnya segera boss,jgn lama2 jeda artikelnya..hehehe
Ohya pak,gimana mnrt bapak soal intervensi bi thd rupiah,akankah bi akan sukses?,jika tidak mnrt bpk brp lama bi bisa bertahan?
lanjut pa IS
karena penemuan cadangan migas unkonvensional dengan skala besar harga minyak dunia seandainya naik lagi nantinya tidak akan pernah diatas 100$ pak , ini sudah cukup baik bagi semua pihak
Menarik boss...
Bagaimana dgn kemungkinan ini Pak? "Kehilangan pekerjaan & harga barang naik tajam" (high inflation depression). Seberapa besar kemungkinan ini menurut Bapak?
Bang, menurut saya amat teramat sulit mengasumsikan kemungkinan kenaikan tingkat pengangguran cuma berdasarkan data historis.. Beda jaman, klo dulu varian jenis pekerjaan dan produk tidak sebanyak skrang..
Keperluan skills ditiap varian sbnernya ckup mrata. Balik lagi ke orangnya, msih mau cari kerja apa nggak. Yah, kualitas buruh lokal sih jngn tanya.. haha.. tapi utk lulusan PT baru yg masih fresh matanya, rasanya gk sulit cari krja..
Yg "keilangan pkerjaan" hnya pda ahli ato specialist yg krg bruntung dan kaku dlm mnghadapi kenyataan. Hidup memang tdk prnh mudah.. :)
Post a Comment