(Bagian I: Pada Mulanya…….)
Meramalkan bencana bukanlah hal yang kami sukai. Apalagi mengenai hal yang
berkaitan dengan bidang pekerjaan yang kami geluti. Ada beberapa poin yang EOWI
ramalkan akan terjadi dimasa Gejolak 2014-2020. Salah
satunya adalah di sektor dimana saya berkecimpung yaitu eksplorasi dan produksi
minyak. Di bawah ini adalah 7 poin yang kami ramalkan dan poin no 3 adalah
tentang jatuhnya harga minyak ke level $30 per bbl atau lebih rendah.
- Harga saham akan turun, dan indeks DJIA yang sekarang pada level 17000an bisa jatuh ke level 4000 – 5000, bahkan mungkin diteruskan ke level 3000an.
- Harga emas akan jatuh ke level $ 600 - $ 700 per oz.
- Dengan agak ragu-ragu, EOWI memperkirakan harga minyak akan menyentuh level di sekitar $30 per bbl. Confidence level kami cukup rendah mengenai perkiraan ini. Harga minyak adalah yang paling sulit diperkirakan.
- Harga property juga akan jatuh dan pasar membeku, tidak banyak transaksi.
- Harga US dollar terhadap mata uang lainnya akan mengalami penguatan. Dalam Rupiah kemungkinan akan mencapai Rp 17000 sampai Rp 25000 per dollarnya.
- Harga bond/surat obligasi pemerintah jangka pendek yang (dianggap) berkwalitas,seperti yang dikeluarkan oleh US, Jerman dan Swiss akan diborong dan nilainya naik (yieldnya turun). Tetapi bond-bond yang dianggap kurang berkwalitas seperti SUN (Surat Utang Negara) Indonesia, akan turun dan yieldnya akan naik.
- Jika periode ini ada kaitannya dengan periode K-Winter, dunia kemungkinan akan mengalami perang besar yang disebut dengan trough-war, setidaknya ketegangan dan konflik-konflik saat ini akan mengalami eskalasi. Perang pada periode K-Winter sebelumnya adalah Perang Dunia II, dimana batas-batas Negara berubah. Indonesia dan Suriname memisahkan diri dari Kerajaan Belanda. India, Pakistan memisahkan diri dari Imperium Inggris. Bukan mustahil, ada negara-negara baru yang terbentuk nantinya.
Pada saat EOWI menurunkan artikel tersebut di bulan Juli
2014, harga minyak mentah (WTI) masih bertengger di level $103 per bbl. Dan
pada saat kata-kata ini dituliskan, harga minyak sudah di level $60 per bbl.
Seperti disebutkan dalam laman Gejolak 2014 - 2020, tingkat kepercayaan EOWI agak rendah dalam hal minyak, tetapi
kenyataannya dalam 6 bulan harga minyak sudah jatuh sebesar 42%! Ini membuat
kepercayaan kami meningkat mengenai akan jatuhnya harga minyak ke level $30 per
bbl atau lebih rendah.
Banyak orang berpikir bahwa minyak mentah di dunia ini akan/sudah
habis. Oleh sebab itu harga minyak melambung. Pola berpikir semacam ini berkali-kali
dipatahkan oleh kenyataan. Thomas Robert Malthus 200 tahun lalu meramalkan
bahwa populasi dunia suatu masa akan mengalami kekurangan pangan global. Dan
opini ini dikuatkan lagi oleh Paul Ehrlich di tahun 1968 dengan bukunya The Population Bomb yang meramalkan akan
adanya pandemi kelaparan global pada dekade 1980an. Kenyataannya, mulai tahun
1980, angka obesitas (kelebihan pangan) dunia meningkat. Dan kemudian diet
menjadi popular culture, pola hidup
yang popular. Berbagai diet bermunculan, dari mulai menghitung/membatasi asupan
kalori, makan sayur buah saja, vegetarian sampai ke diet karbohidrat.
Orang-orang yang meramalkan habisnya minyak atau kekurangan
pangan dunia adalah orang-orang yang menganggap bahwa Tuhan itu konyol, lupa
mencukupkan rejekinya kepada manusia-manusia yang diciptakannya. Kami di EOWI adalah orang-orang yang
religius, percaya kepada Tuhan yang sensible.
Oleh sebab itu jika ada ramalan gloom-doom
yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Tuhan itu konyol, maka kami tidak
percaya. Kami tidak percaya kepada global
warming, pecahnya lapisan ozon, aliran lesbian dan homoseksual serta Islam
Liberal. Kami percaya bahwa Tuhan menyediakan rejeki dan manusia harus punya
usaha untuk mengambilnya. Bukan menunggu dijatuhkan dari langit.
Kenyataannya bahwa minyak bumi masih banyak. Hanya saja
untuk mengambilnya semakin sulit, perlu usaha yang lebih banyak dengan cara
yang lebih cerdik. Ini adalah adil. Ilmu yang dimiliki manusia (pemberian
Tuhan) semakin banyak. Dan beberapa ilmu itu adalah untuk mencari minyak,
memproduksi minyak bumi semakin effisien dan
menggunakan minyak secara lebih effisien.
Siklus 30 tahunan Minyak
Minyak seperti komoditi lainnya mempunyai siklus 30
tahunan. Siklus kali ini mempunyai puncak di tahun 2008. Puncak harga minyak
sebelumnya adalah di tahun 1980. Tidak ada yang supernatural mengenai siklus
ini. Misalnya, sebagai awal dari siklus kita mulai dari masa enak dan normal. Itu sebutan mudahnya
bagi periode dimana harga minyak terjangkau. Dengan demikian ekonomi bisa
tumbuh dengan baik. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pemakaian minyak
meningkat. Sementara jumlah cadangan terbukti
menyusut dan selanjutnya kapasitas produksi mulai tercekik. Harga merangkak
naik, ditambah dengan ulah spekulan membuat kenaikan harga minyak lebih liar. Inilah
periode secular bull market untuk
minyak (dan juga komoditi). Secular bull
market yang lalu berlangsung selama tahun 2000 – 2008. Dan sebelumnya
adalah 1970 – 1981.
Saya tidak tahu banyak mengenai secular bull market sebelum tahun 1970, tetapi secular bull market minyak tahun 1970 – 1980 banyak yang bisa
dicatat dan dipelajari sebagai hikmah. Mungkin karena waktunya bersamaan dengan
merebaknya kepercayaan yang mengimplikasikan bahwa Tuhan itu tolol, yang
menciptakan manusia tetapi lupa menyediakan kebutuhannya, semasa secular bull market minyak 1970 – 1980 tumbuh juga kepercayaan
(lebih cocok disebut histeria) bahwa minyak akan segera habis. Oleh sebab itu
muncul aliran-aliran pencinta lingkungan,
anti pollusi, konservasi energi, energi alternatif, dan sejenisnya. Di bidang
demografi, Paul Erhlich dengan bukunya The Population Bomb, membuat histeria population control, alias KB (keluarga
berencana). Miungkin ini yang membuat harga minyak menjadi lebih liar, karena
spekulator merasa punya ruang untuk semakin aggresif.
Dengan naiknya harga minyak, banyak investor melirik
sektor yang nampaknya menjanjikan ini. Kredit mengucur, modal mengalir dan aktivitas
eksplorasi meningkat.
Selanjutnya cadangan-cadangan baru ditemukan. Diantara
penemuan-penemuan cadangan baru, ada penemuan yang bisa membuat perubahan yaitu
penemuan cadangan baru di cekungan-cekungan di wilayah-wilayah frontier yang sering kali didukung oleh
dengan teknologi baru. Untuk bull market
1970 – 1981, wilayah temuan baru adalah Laut Utara (North Sea) yang iklimnya
kurang ramah. Teknologi lepas pantainya yang kompleks ikut berperan dalam
pengembangan wilayah Laut Utara ini.
Sejalan dengan berkembangnya temuan lapangan-lapangan
minyak dan gas di wilayah Laut Utara (North Sea) ini selama periode bull market 1970 - 1981,
infrastrukturpun juga berkembang di wilayah itu. Hal ini membuat eksplorasi dan
produksi minyak di wilayah ini semakin murah (karena ketersediaan
infrastruktur).
Tidak hanya cekungan di wilayah Laut Utara, tetapi di
beberapa negara misalnya Mexico, juga ditemukan ladang raksasa Cantarell (1976).
Dan banyak lagi yang terlalu banyak untuk disebutkan. Tetapi, mereka itulah
yang terbesar dan yang paling berpengaruh.
Selanjutnya kredit mengalir ke sektor minyak. Eksplorasi
semakin ramai, permintaan tenaga kerja di sektor minyak naik. Universitas
membuka jurusan yang berkaitan dengan minyak. Bahkan untuk masa 1970-1980, seorang
lulusan SMA atau sarjana sastra bisa diterima untuk menjadi mud-logger, data acquisition engineer/operator. Tidak hanya itu, universitas
yang belum punya jurusan yang berkaitan dengan minyak dan geologinya,
mendirikan jurusan-jurusan tersebut. Misalnya di Indonesia adalah Universitas
Trisakti -1980 dan Universitas Indonesia yang agak telat dengan Program Study
Teknik Gas tahun 1981, untuk level dunia banyak kasus seperti ini. Kalau
melihat kebelakang, tahun 1970 - 1980 adalah masa kegilaan.
Sebagai akibatnya kapasitas produksi meningkat dan
kelangkaan pasokan menjadi sirna. Negara-negara OPEC (eksportir minyak terbesar
di saat itu) tidak bisa mengendalikan harga minyak. Walaupun OPEC berusaha
membatasi produksinya dengan quota untuk anggota-anggotanya, tetapi gagal.
Anggota-anggota sering melanggar quota. Dan setiap kali OPEC menurunkan
produksi minyaknya, akan dimentahkan oleh produsen non-OPEC dengan akan mengisi
kekurangan yang ditinggalkan oleh anggota OPEC. Dan ini membuat OPEC merasa iri
karena pangsa pasarnya terambil oleh Non-OPEC. Itu yang menjadi alasan bagi
anggota-anggota OPEC untuk melanggar quotanya. Akibatnya harga minyak turun dan
dimulailah masa bear market untuk
minyak di tahun 1980 sampai tahun 2000. Selama 20 tahun minyak kurang menarik
investor dan juga calon tenaga kerja. Bahkan peminat untuk mengambil pelajaran
perminyakanpun susut. Beberapa universitas terpaksa melebur jurusan teknik
minyak dengan jurusan lain, biasanya teknik kimia. Kasus yang saya ingat adalah
University of Southern California (USC) karena salah satu kolega saya lulusan
univesitas itu dan saat ini tidak punya almamater jurusan.
Titik nadir (bottom,
paling dasar) dari secular bear market
minyak (dan komoditi umumnya) adalah sekitar tahun 1999 atau 2000 dimana harga
minyak jatuh ke level di bawah $10 per bbl. Waktunya bersamaan dengan beberapa
krisis moneter, seperti krisis Asia, LTCM, dan lainnya serta histeria Y2K.
Krisis menyebabkan aktivitas turun yang kemudian berdampak pada pemakainan
bahan-bakar. Ketika krisis ini beranjak pulih, pasokan minyak mulai seret.
Harga minyak mulai merangkak naik. Proyek-proyek baru untuk meningkatkan
produksi menjadi lebih aktif. Misalnya di lapangan Cantarell yang ditemukan
tahun 1976, injeksi nitrogen diterapkan dan produksinya mencapai puncaknya di
tahun 2003 di level 2.1 juta bopd (barrel per hari). Pada masa awal bull market minyak 2000 – 2008, bisnis
kebanyakan hanya mengandalkan lapangan-lapangan yang sudah ada. Cara ini adalah
cara yang paling mudah untuk meningkatkan produksi secara cepat. Saya sendiri tahun
2001-2002 sebagai (alternate) team leader production enhancement di
Malaysia. Misinya adalah menerapkan teknologi-teknologi murah dan mudah yang
sudah ada untuk menaikkan produksi minyak secara cepat.
Secular Bull Market 2000 – 2008 dan Produksi
Minyak Amerika
Secular bull market minyak
2000 – 2008, melahirkan hal yang mirip, tetapi tidak sama dengan secular bull market minyak 1970 – 1980.
Dengan level yang menunjang penerapan teknologi yang lebih kompleks. Minyak
dikembangkan daerah-daerah baru. Shale oil yang terdapat di formasi Bekken
membentang dari North Dakota, Montana Amerika Serikat ke Saskatchewan dan
Manitoba Canada. Juga shale gas di US. Selain itu juga tar sand di Athabasca, Canada. Ladang-ladang minyak/gas ini bukanlah
temuan baru Dulu-dulu sudah ada (ditemukan) tetapi tidak bisa dieksploitasi
karena memerlukan teknologi yang pada waktu itu mahal. Dengan harga minyak yang
cukup tinggi, maka eksploitasi deposit minyak/gas semacam ini bisa
dieksploitasi.
Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan oil/gas shale, yaitu hydraulic fracturing (disingkat fracking) bukan lah teknologi baru. Tetapi dengan harga
minyak yang tinggi dan perbaikan dalam effisiensinya maka pada periode secular
bull market 2000-2008 applikasinya bisa terealisir. Perlu dicatat bahwa untuk
pengembangan oil/gas shale diperlukan
pengeboran yang terus menerus, karena umur sumur produksi lapangan semacam ini
pendek, hanya dalam bilangan tahun (bukan dekade). Jadi untuk mempertahankan
tingkat produksi, sumur baru harus dibor untuk menggantikan sumur yang umurnya
sudah beberapa tahun.
Diakhir secular
bull market 2000 – 2008 dan awal secular
bear market minyak, produksi minyak US mulai meningkat, kemudian menjadi
parabolik dan hampir mencapai level 1980, rekor puncak produksi minyak US. Di tahun 2007 produksi minyak US masih di
level 5 juta bbl per hari. Dan 4 tahun kemudian menjadi 8.9 juta bbl per hari.
Kenaikan produksi hampir 80% hanya dalam kurun waktu 4 tahun dan kebanyakan
berasal dari unconventional oil, oil
shale. Entah karena kenaikan produksi ini yang membuat harga minyak jatuh, atau
karena kebetulan saja bahwa kenaikan produksi minyak US selalu berada di akhir secular bull market. Entah lah. EOWI
memperkirakan banyak faktor yang menyebabkan turunnya harga minyak antara lain bearishnya para spekulan, menurunnya
permintaan karena perlambatan ekonomi dan kapasitas pasokan minyak yang
meningkat.
Chart 1 (klik Chart untuk memperbesar)
Ada beberapa catatan penting dalam kaitannya dengan
penguatan US dollar, yang beberapa kali dibahas oleh EOWI, penambahan produksi
sebesar hampir 4 juta bbl per hari, artinya pengurangan impor sebesar itu. Jadi
dari sudut pandang US dollar, bisa
diterka. Tidak banyak US dollar yang keluar untuk membeli minyak. Peran US
dollar dalam bisnis minyak berkurang. Andaikata Russia atau Iran atau negara
manapun mau menjual minyaknya dalam mata uang lain, dampaknya tidak banyak
terhadap US dollar.
Amerika Serikat Tidak Sendiri
Amerika Serikat tidak sendiri. Canada juga mengembangkan
teknologi untuk mengeksploitasi tar sand
(minyak berat yang ada di dalam pasir di permukaan tanah). Produksi minyak
Canada naik dari 2.9 juta bbl per hari ditahun 2000 ke hampir 4 juta bbl per
hari di tahun 2014. Di wilayah Afrika
Barat, muncul negara produsen minyak baru seperti Chad, Mauritania, Pantai
Gading. Di samping negara-negara produsen minyak baru, ada juga penemuan-penemuan
cadangan baru di wilayah negara-negara yang sebelumnya sudah merupakan produsen
minyak seperti Nigeria, Cameroon, Equatorial Guinia, Angola dengan Deep Water nya. Kapasitas produksinya
meningkat.
Tidak hanya di Afrika Barat, tetapi juga di Sudan di
Afrika Timur juga menjelma menjadi negara penghasil minyak. Harga minyak yang
tinggi membawa berkah bagi banyak negara. Tetapi membuka ancaman baru bagi
negara-negara OPEC. Setidaknya bagi konsumen akan lebih baik. Dimasa mendatang
tidak ada lagi pemasok yang dominan yang bisa menentukan harga pasar.
Terkecuali Indonesia
Pada saat banyak negara yang berhasil menaikkan cadangan
dan produksi minyaknya karena harga minyak yang tinggi sehingga memungkinkan
dilakukannya eksplorasi dan peremajaan lapangan tua, tetapi terlihat bahwa
produksi dan cadangan minyak Indonesia terus menurun. Puncak produksi minyak
Indonesia adalah 1.6 juta bbl per hari di tahun 1981, dan turun terus sampai 830
ribu bbl per hari di tahun 2014. Terima kasih ini berkat ketidak becusan
BPMigas, SKKMigas, Migas, DPR dan UUD45 ayat 33. Seharusnya semua negara termasuk
Indonesia bisa meningkatkan cadangan dan produksi minyaknya pada secular bull market minyak. Hanya negara
yang salah urus saja yang tidak bisa. Indonesia tidak bisa mengambil peluang
ini.
Alih-alih meningkatkan produksi minyak. Pemerintah malah
menaikkan harga bensin premium dan solar. Pelaksana pemerintahan kelihatan
bodohnya ketika menaikkan harga besin premium dari Rp 6500 ke Rp 8500 per liter
(31%) tanggal 18 November 2014. Alasannya harga minyak akan naik dan beban
subsidi sudah terlalu berat. Harga minyak adalah $ 75 per bbl pada saat
dinaikkannya harga bensin premium, 25 hari kemudian pada saat saya menulis harga
minyak mentah dunia turun dari $75 ke
$57 per bbl (25%). Itu kalau dihitung dari saat kenaikan premium, tetapi kalau
dihitung dari saat dilantiknya Jokowi, tanggal 20 oktober 2014, dimana tentunya
dia sudah membuat hitung-hitungan kenaikan BBM, harga minyak mentah dunia ada
di level $88 per bbl (36%). Jadi sekarang ini subsidi harga premium bisa jadi
negatif. Artinya pemerintah sudah dapat untung dari BBM bersubsidi.
Mau lihat buktinya. Untuk tanggal 8 Desember 2014, harga
bensin di US, negara yang liberal harga ditentukan pasar USA adalah $0.76 untuk
type RON 92 seperti Pertamax atau Shell Super (sebelum pajak penjualan) dan di
Indonesia adalah $0.82 per liter untuk permium yang RON nya 88! UUD 45 pasal 33
hanyalah kebohongan saja. Atau pemerintah yang bodoh dan tidak becus.
Ada yang mengatakan bahwa pemerintah nampak bodoh, tidak bisa mengamati harga minyak mentah
karena terbukti bahwa tidak lama setelah pemerintah menaikkan harga BBM, harga
minyak dunia turun drastis. EOWI tidak setuju dengan pendapat ini. Ada
perbedaan arti yang besar sekali antara dua pernyataan di bawah ini:
- Dengan anjloknya harga minyak dunia membuat pemerintah nampak bodoh
- Dengan anjloknya harga minyak dunia membuat kebohohan pemerintah nampak
Kedua kalimat ini mirip tetapi artinya berbeda sekali.
Kesimpulannya terserah pembaca. Tetapi coba ditambah dengan fakta bahwa selama
satu (1) dekade harga minyak yang tinggi, dan tidak mampu meningkatkan cadangan
dan produksi minyak mentah bahkan mempertahankan di level produksi yang sama,
maka kesimpulan anda akan lengkap. Silahkan simpulkan sendiri.
Secular Bear Market Minyak
2008 – 2025(?)
Dalam beberapa tulisan sebelumnya, EOWI sudah memproklamirkan
bahwa minyak telah memasuki periode secular
bear market. Artinya dalam beberapa tahun ke depan, sampai bilangan dekade,
harga minyak, insya Allah, tidak akan melampaui harga tertingginya $140 per bbl
yang dicapainya pada tahun 2008 lalu. Tepatnya $145.31 per bbl, pada tanggl 3
Juli 2008. Sebab secular bear market ini
adalah karena banyak cadangan yang telah ditemukan selama tahun 2000 - 2008.
Memang cadangan baru ini tidak di Indonesia, sebabnya karena salah urus di
Indonesia. Tetapi di belahan dunia sana banyak cadangan telah ditemukan dan
kapasitas produksi meningkat.
Secara teknikal secular
bear market sudah dimulai. Hal ini bisa dilihat pada chart di bawah ini.
Puncak wave-5 terjadi pada tanggal 3 Juli 2008 ($145.31 per bbl). Koreksi wave
A menjatuhkan harga minyak ke $30.28 per bbl hanya dalam waktu 6 bulan yaitu
tanggal 23 Desember 2008. selanjutnya rebound wave B yang merupakan sekumpulan
wave kecil a-b-c-d-e yang membentuk pola segitiga wedge. Wave B ini sekarang sudah
selesai, tren secular bear market
wave C akan berlanjut. Targetnya adalah di bawah wave A, yaitu di bawah $30.28
per bbl.
Chart 2 (klik Chart
untuk memperbesar)
Dengan harga minyak yang sempat menyentuh level $53.80 pada
tanggal 16 Desember 2014, rasanya ramalan di bawah $30 per bbl bukanlah hal
yang mustahil. Entah kapan akan dicapainya, tetapi kami perkirakan antara tahun
2015 sampai 2020, sejalan dengan ramalan Gejolak 2014 – 2020.
Dengan harga minyak jatuh demikian drastisnya, akan
banyak membawa akibat. Buntut harga minyak yang jatuh tidak hanya akan meruntuhkan perusahaan-perusahaan minyak yang lemah, juga menyeret investor pemberi kredit, PHK para
pekerjanya, tetapi juga goncangan-goncangan sosial yang dilatarbelakangi oleh
tekanan ekonomi dan ketidak-puasan masyarakat. Pergolakan sosial ini di masa lalu mengakibatkan
runtuhnya banyak pemerintahan. Bukan tidak mungkin hal yang sama/mirip akan
terjadi di masa depan. Tema ini akan dibahas pada bagian berikutnya dari Tergelincir Minyak Yang Licin (Bagian II).
Sekian dulu. Nanti akan dilanjutkan kisah
berikutnya........, sampai nanti, insya Allah
Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.
6 comments:
Terima kasih banyak atas wawasannya Pak.
Cuma dari sudut pandang orang awam, saya bahagia harga minyak dan komoditi jatuh.
Harga barang moga2 akan lebih terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi orang2 di luar arena komoditi meningkat.
Memang yg cari makan di bidang produksi komoditi akan terpukul, tetapi manfaat yg didapat populasi di arena produksi komoditi akan membesar.
Malam P.Imam Semar, mohon wejangan nya,.mengapa diprediksi DJIA akan jatuh hingga 4000 ,bukankah kondisi Amerika justru membaik?
//Reader said...
Cuma dari sudut pandang orang awam, saya bahagia harga minyak dan komoditi jatuh. Harga barang moga2 akan lebih terjangkau. Semakin murah harga barang, semakin mungkin aktivitas ekonomi orang2 di luar arena komoditi meningkat.//
Sayangnya yg demikian (harga menjadi terjangkau) gak akan terjadi Pak (di Indonesia). :)
http://finance.detik.com/read/2014/12/17/164221/2780442/1034/
Kebodohan atau Pembodohan pak?
Apakah pemerintah bisa menahn pelemahan rupiah
target wave 5 blom tercapai nih bang, tapi udah diintervensi BI plus FED.. kacau.. haha...
oya bang, keliatannya pemerintah yg sekarang juga gak beda2 banget sama pmrintahan SBY
Pajak ekspor CPO 2015 ditiadakan. Aneh tapi nyata, disaat butuh dana besar dari perpajakan sampai2 ada ancaman utang pajak 100 juta akan dicekal, ini malah membebaskan pajak yg nilainya trilyunan, padahal cukup jelas eksportir sudah diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Pengusaha mana yang gak genjot ekspor pada saat rupiah melemah? Tanpa insentif pun pasti digenjot. Pinter banget indonesia-ku..
Post a Comment